oleh
: Pdt. Budi Asali M.Div.
Anak bungsu ini menggambarkan orang berdosa.
1) Dosa
anak bungsu.
a) Minta
bagian harta / warisan selagi ayahnya masih hidup (ay 12).
Hukum Yahudi mengharuskan orang tua mewariskan
kekayaannya kepada anak-anaknya. Anak sulung selalu mendapat dua bagian / dua
kali lipat dari anak-anak yang lain. Jadi, dalam kasus ini, karena bapa itu
mempunyai dua anak, maka anak sulung mendapat 2/3 bagian, sedang anak bungsu
mendapat 1/3 bagian. Jadi, ia memang seharusnya mempunyai bagian warisan,
tetapi hal yang kurang ajar dari anak bungsu itu adalah bahwa ia memintanya
selagi ayahnya masih hidup. Seakan-akan ia berkata: ‘Kalau kamu mati, itu toh
menjadi milikkku, jadi berikan sekarang saja, seakan-akan kamu sudah mati!’.
b) Setelah
ayahnya menuruti permintaannya, anak bungsu itu menjual segala miliknya /
warisannya, lalu pergi meninggalkan ayahnya ke negeri yang jauh, dan
berfoya-foya (ay 13 bdk. ay 30). Ia tidak merampok, menyakiti, atau membunuh
bapanya; ia hanya menjauhinya dan tidak mempedulikannya! Sebetulnya dari semula
inilah tujuannya. Inti dari keinginannya adalah bahwa ia tidak mau hidup
dikuasai / diatur ayahnya. Ia ingin bebas, sehingga bisa berfoya-foya dan
mencari kesenangan sesuka hatinya.
Penerapan:
Apakah saudara juga tidak ingin dikuasai / diatur oleh
Allah? Allah memang mempunyai banyak peraturan, seperti:
·
tidak boleh bekerja pada
hari Minggu, tetapi harus menggunakan hari itu untuk berbakti dan melayani
Tuhan.
·
harus memberikan
persembahan persepuluhan.
·
jangan berdusta, harus
bekerja dengan jujur.
·
jangan berzinah, dilarang
mempunyai PIL atau WIL, istri lebih dari satu, dsb.
·
jangan mencari pasangan
yang tidak seiman.
Apakah saudara senang berada di bawah peraturan-peraturan
itu atau apakah saudara ingin bebas dari padanya? Kalau saudara ingin bebas,
maka saudara sama seperti anak bungsu itu. Dan perhatikan bahwa dalam ay 32
anak bungsu itu digambarkan sebagai:
¨
mati (secara rohani).
¨
hilang.
Jangan anggap enteng kondisi mati rohani dan terhilang
ini, karena kalau saudara biarkan, ini membawa saudara ke neraka! Bandingkan juga
dengan Yes 53:6a yang berbunyi: “Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita
mengambil jalannya sendiri”.
2) Akibat
dosa anak bungsu (ay 14-16).
a) Ia menghabiskan harta miliknya.
b) Pada waktu ada bencana kelaparan, ia menjadi melarat /
miskin.
c) Ia terpaksa menjadi penjaga babi.
Perlu diingat bahwa babi adalah binatang haram bagi orang
Yahudi, sehingga ini jelas adalah pekerjaan yang hina.
d) Pada waktu ia lapar dan ingin mengisi perutnya dengan
makanan babi, tidak seorangpun mau memberikannya kepadanya.
Dosa memang mula-mula menawarkan / menjanjikan dan bahkan
memberikan kesenangan, tetapi pada akhirnya pasti membawa penderitaan dan
kehinaan.
Penderitaan dan kehinaan akibat dosa itu bisa terjadi
dalam dunia ini, misalnya:
·
orang mencuri lalu masuk
penjara.
·
orang yang mempunyai PIL /
WIL lalu keluarganya berantakan.
·
orang yang menimbun harta,
tetapi hatinya tidak damai.
·
orang yang menggunakan
ecstasy, lalu kecanduan, sehingga menghabiskan uangnya.
·
dsb.
Kalau tidak terjadi dalam dunia ini, maka pasti akan
terjadi dalam kekekalan nanti (bandingkan dengan Maz 73, atau dengan cerita
Lazarus dan orang kaya dalam Luk 16:19-31)!
3) Pertobatan
anak bungsu (ay 17-21).
a) Ia
merenung (ay 17), dan lalu sadar akan dosanya (ay 18-19).
Untuk bisa bertobat dari dosa, kita perlu menggunakan
otak (bukan perasaan tok!) untuk merenung! Keduniawian dan dosa sering membuat
kita ‘lupa daratan’. Karena itu berilah waktu untuk merenungkan hal-hal ini:
·
Apakah selama ini saudara
sudah hidup sesuai kehendak Tuhan?
·
Apakah saudara mendekat
kepada Tuhan atau menjauh dari Tuhan / tidak mempedulikan Tuhan?
·
Apakah hidup saudara memuliakan
Tuhan atau sebaliknya memalukan Tuhan?
·
Apakah saudara makin
mengasihi Tuhan atau mempunyai hati yang hambar terhadap Tuhan?
·
Apakah saudara menyenangkan
Tuhan atau diri saudara sendiri?
b) Ia
mengambil keputusan (ay 18-19).
Tidak ada gunanya saudara sadar dosa, kalau saudara tidak
mau mengambil keputusan untuk meninggalkan dosa itu dan kembali kepada Tuhan!
c) Ia
melakukan keputusannya, dan kembali kepada bapanya (ay 20).
Ada orang yang setelah mengambil keputusan untuk bertobat,
lalu ditarik kembali oleh dosa / hal-hal duniawi, sehingga tidak jadi melakukan
keputusannya (bandingkan dengan istri Lot)! Tetapi anak bungsu ini tidak
demikian. Ia melakukan keputusannya.
Catatan: ini adalah
perumpamaan, sehingga tidak menjelaskan segala sesuatu. Tetapi Kitab Suci jelas
mengatakan bahwa kalau saudara adalah orang berdosa yang mau kembali kepada
Tuhan, saudara harus datang kepada Yesus, yang adalah satu-satunya Penebus,
Pengantara, dan jalan kepada Bapa (Yoh 14:6 1Tim 2:5).
d) Ia
mengakui dosanya (ay 21).
Ia tidak mencari kambing hitam, seperti Adam yang
menyalahkan Hawa, dan Hawa yang menyalahkan ular (Kej 3:12-13). Ia juga tidak
menyalahkan roh foya-foya, roh zinah, dsb. Sebaliknya ia mengakui bahwa dirinya
telah berdosa.
Dalam Kitab Suci ada orang-orang yang mengaku dosa,
tetapi tetap binasa, seperti:
1. Firaun (Kel 9:27 10:16). Ia memang mengaku dosa, tetapi
itu hanya disebabkan karena hukuman dosa, dan begitu hukumannya hilang, ia
kembali kepada dosanya.
2. Raja Saul (1Sam 15:24-25). Ia mengaku dosa dan bahkan
minta ampun dosa, tetapi hanya karena alasan egois, yaitu karena ia tidak ingin
kehilangan mahkotanya!
3. Yudas Iskariot (Mat 27:4). Ia mengaku dosa, tetapi tidak bertobat!
Kalau saudara meniru orang-orang ini, saudara tetap
binasa sekalipun mengaku dosa!
Tetapi anak bungsu ini betul-betul sadar akan dosanya,
menyesalinya dengan sungguh-sungguh, kembali kepada bapanya, dan mengakui
dosanya. Orang semacam ini tidak mungkin ditolak oleh Allah.
Maz 51:19 - “Korban sembelihan kepada Allah ialah jiwa yang hancur; hati
yang patah dan remuk tidak akan Kaupandang hina, ya Allah”.
Satu pendeta pada waktu memimpin Pemahaman Alkitab
tentang Luk 15:11-32 ini, pernah menanyakan: ‘Siapa lakon dalam cerita ini?
Anak bungsu atau anak sulung?’. Ia membenarkan jawaban yang saya berikan:
‘Bapanya’.
Memang, bapa itulah yang merupakan lakon dalam perumpamaan
ini, karena penekanan utama dari perumpamaan ini adalah untuk menunjukkan sikap
Allah kepada orang berdosa yang bertobat. Karena itu mari kita sekarang
menyoroti sikap bapa ini.
1) Bapa
ini menunggu-nunggu.
Dari mana kita bisa melihat hal itu? Dari ay 20 yang
mengatakan: “Ketika ia masih jauh, ayahnya telah melihatnya. ... Ayahnya itu
berlari mendapatkan dia”.
Di surat kabar kita sering membaca ada orang tua, yang
karena anaknya yang kurang ajar / meninggalkannya, lalu menulis bahwa mulai
hari itu mereka tidak bertanggung jawab atas perbuatan anak itu.
Tetapi bapa dalam perumpamaan ini tidaklah demikian.
Bahkan mungkin sekali sejak kepergian anak bungsunya itu, bapa ini sering
melihat ke arah jalanan, sambil mengharap kembalinya anak bungsunya ini. Karena
itu pada waktu anak bungsu itu masih jauh, bapa itu telah melihatnya, dan lalu
lari mendapatkannya.
Penerapan:
Apakah saudara adalah orang
berdosa yang belum pernah sungguh-sungguh percaya kepada Yesus, atau apakah
saudara adalah orang kristen sejati yang telah menjauhkan diri dari Tuhan,
ingatlah bahwa Bapa yang mencintai saudara itu menunggu-nunggu kedatangan /
pertobatan saudara! Ia ingin saudara datang / kembali kepada Dia. Maukah
saudara mengecewakan Dia, atau maukah saudara datang / kembali kepada Dia?
2) Bapa
ini tergerak oleh belas kasihan (ay 20a).
Ia melihat keadaan anaknya, yang mungkin sekali kurus,
kotor, berpakaian compang camping, dan hatinya tergerak oleh belas kasihan.
Puji Tuhan bahwa Allah itu mempunyai belas kasihan kepada manusia berdosa. Ini
menyebabkan Ia memberikan kasih karunia, yaitu hal baik yang sama sekali tidak
layak kita dapatkan, kepada kita yang adalah manusia berdosa. Andaikata Allah
selalu menemui orang berdosa dengan keadilan, celakalah kita! Tetapi Dia tidak
demikian! Karena itu janganlah takut untuk bertobat dan datang / kembali kepada
Dia.
Maz 103:8-9 - “TUHAN adalah penyayang dan pengasih, panjang
sabar dan berlimpah kasih setia. Tidak selalu Ia menuntut, dan tidak
selama-lamanya Ia mendendam. Tidak dilakukanNya kepada kita setimpal dengan
dosa kita, dan tidak dibalasNya kepada kita setimpal dengan kesalahan kita”.
Catatan: Kata-kata
yang saya garisbawahi itu akan menunjukkan bahwa Allah tidak adil, andaikata
Yesus tidak pernah menderita dan mati untuk menebus dosa kita! Tetapi
dengan adanya penebusan Kristus terhadap dosa-dosa kita, Allah bisa melakukan
hal itu dan tetap adil! Allah bisa mengampuni / tidak menghukum orang berdosa
karena Yesus sudah membayar hutang dosa itu!
3) Bapa
itu lari mendapatkan anaknya, merangkul dan mencium dia (ay 20b).
a) Lari.
Ia tidak berjalan perlahan-lahan atau menunggu anaknya yang datang kepadanya,
tetapi ia lari kepada anaknya. Ini menunjukkan kerinduan yang luar biasa kepada
anaknya.
b) Merangkul dan mencium anaknya.
·
padahal anaknya mungkin
sekali berbau babi.
Dari semua ini jelas terlihat bahwa bapa itu:
a. Tidak
jual mahal dalam menerima anaknya kembali.
b. Tidak
memberikan persyaratan-persyaratan lebih dahulu sebelum menerima kembali
anaknya. Bandingkan ini dengan ajaran Roma Katolik, yang kalau pastornya
memberikan pengampunan dosa, selalu memberikan ‘semacam hukuman’ (acts of
penance) yang harus dilakukan lebih dulu oleh orang yang minta ampun dosa.
c. Menerima
kembali anaknya dengan tangan terbuka, padahal anaknya ragu-ragu apakah bapanya
mau menerimanya kembali atau tidak (ia minta diterima sebagai hamba, karena
merasa tidak layak menjadi anak - ay 19,21).
Penerapan:
Kalau saudara ragu-ragu apakah
Allah mau menerima saudara atau tidak, maka sadarilah bahwa semua keraguan itu
datang dari setan! Allah pasti mau menerima semua orang yang bertobat / datang
kepadaNya melalui Kristus!
Yoh 6:37 - “Semua yang diberikan Bapa kepadaKu akan datang kepadaKu, dan
barangsiapa datang kepadaKu, ia tidak akan Kubuang”.
4) Bapa
itu tidak lagi mengingat-ingat dosa anak bungsu itu.
Dalam ay 21 anak bungsu itu mengakui dosa, tetapi jawaban
bapa dalam ay 22 sama sekali tidak menyinggung-nyinggung dosa anak bungsu itu.
Di sinilah terletak keindahan kasih Allah! Kalau kita manusia mengampuni
seseorang, kita masih mengingat kesalahan orang itu. Tetapi kalau Bapa
mengampuni kesalahan kita, Ia tidak mengingat-ingatnya lagi!
Yes 43:25 - “Aku, Akulah Dia yang menghapus dosa pemberontakanmu oleh karena
Aku sendiri, dan Aku tidak mengingat-ingat dosamu”.
Mikha 7:19 - “Biarlah Ia kembali menyayangi kita, menghapuskan
kembali kesalahan-kesalahan kita dan melemparkan segala dosa kita ke dalam
tubir-tubir laut”.
5) Bapa
itu menerima anak bungsu itu sebagai anak.
Ini terlihat dari:
a) Dalam
ay 18b-19 anak itu merencanakan untuk berkata: “Bapa, aku telah berdosa
terhadap sorga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa;
jadikanlah aku sebagai salah seorang upahan bapa”, tetapi dalam ay 21 ia baru mengucapkan “Bapa, aku telah berdosa
terhadap sorga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa”. Sebelum ia mengucapkan kata-kata “jadikanlah aku sebagai
salah seorang upahan bapa”, bapanya
sudah memotong kata-katanya! Bapanya tidak mau mendengarkan kata-kata yang
berhubungan dengan ketidaklayakan anak itu menjadi anak! Mengapa? Jelas karena
ia mau menerimanya sebagai anak!
Bdk. Yoh 1:12 - “Tetapi semua orang yang menerimaNya diberiNya
kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam namaNya”.
b) Bapa
itu memerintahkan supaya anak itu diberi jubah, cincin dan sepatu (ay 22).
1. Bapa itu menyuruh memberi jubah (bukan koteka!) yang
adalah tanda kehormatan (Ester 6:8-9).
2. Bapa itu menyuruh memberi cincin, yang merupakan
pemberian otoritas (Ester 3:10 8:2).
3.
Semua pemberian ini menunjukkan secara jelas bahwa Bapa
itu menerima anak itu sebagai anak!
6) Bapa
itu mengadakan pesta (ay 23-24 bdk. Luk 15:7,10).
Kalau saudara adalah orang berdosa yang belum pernah
datang kepada Kristus, datanglah sekarang juga kepada Bapa melalui Yesus
Kristus yang adalah satu-satunya Penebus, Juruselamat dan Pengantara antara
Allah dan manusia! Dia pasti menerima saudara!
Kalau saudara adalah orang kristen yang sudah menjauh
dari Tuhan, bertobatlah dan kembalilah kepadaNya. Ia pasti mau menerima saudara!
Cerita / perumpamaan ini belum selesai. Ada anak sulung yang
belum dibahas. Apa yang terjadi dengan anak sulung pada waktu ia tahu bahwa
bapanya mengadakan pesta untuk menyambut adiknya yang kembali?
1) Ia
menjadi marah dan tidak mau ikut pesta (ay 28).
Anak sulung ini merupakan gambaran orang-orang Farisi dan
ahli-ahli Taurat yang bersungut-sungut melihat para pemungut cukai dan orang
berdosa datang kepada Yesus dan mendengarkan Dia (ay 1-2). Ingat bahwa untuk
menangani orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat inilah Yesus lalu memberikan
3 perumpamaan berturut-turut dalam Luk 15:3-32 ini.
Anak sulung ini juga bisa menggambarkan ‘orang kristen’
yang sok suci, yang tidak senang melihat orang berdosa datang kepada Tuhan.
Penerapan:
Apakah saudara adalah orang kristen seperti itu? Kalau
ada seorang pelacur bertobat dan datang ke gereja saudara, apakah saudara
senang atau jengkel?
2) Ia
iri hati (ay 29-30).
Anak sulung berkata: untuk anak bungsu bapanya
menyembelih anak lembu tambun, sedangkan untuknya bapanya tidak pernah
menyembelih seekor anak kambing sekalipun. Saya berpendapat bahwa kata-kata
anak sulung ini belum tentu benar. Adalah biasa orang merasa dirinya tidak
diberkati pada waktu iri hati melihat orang lain diberkati!
3) Ia
meninggikan dirinya sendiri dan menjelek-jelekkan adiknya (ay 29-30). Tindakan
seperti ini memang ciri khas orang Farisi (bdk. Luk 18:11-12).
a) Ia
meninggikan dirinya sendiri (ay 29).
·
Ia mengaku bertahun-tahun
melayani bapanya (ay 29a).
Sesuatu yang menarik di sini adalah bahwa kata ‘melayani’
dalam bahasa Yunaninya tidak menggunakan kata DIAKONEO, yang artinya adalah ‘I
serve’ (= aku melayani), tetapi menggunakan DOULEUO, yang artinya adalah ‘I
serve as a slave’ (= aku melayani sebagai hamba / aku
menghambakan diri). Bandingkan kata DOULEUO ini dengan kata DOULOS yang berarti
hamba / budak. Jadi anak sulung ini tidak melayani dengan kasih / sukacita,
karena ia melayani sebagai budak / hamba!
·
Ia mengaku tidak pernah
melanggar perintah bapanya (ay 29b).
Orang yang bersifat self-righteous (= orang yang
merasa diri sendiri benar) selalu berpikir demikian (Luk 18:11-12 Luk 18:21).
Tentu saja kata-kata ini tidak bisa dipercaya.
b) Ia
menjelek-jelekkan adiknya (ay 30).
·
ia berkata bahwa adiknya
‘memboroskan harta kekayaan bapa’, padahal adiknya memboroskan kekayaannya
sendiri.
·
‘bersama-sama dengan
pelacur-pelacur’.
Sekalipun ini mungkin saja benar, tetapi juga belum tentu
benar. Dari mana ia tahu bahwa adiknya melakukan itu?
4) Ia tidak
mengakui adiknya sebagai saudara / adik (ay 30).
Dalam ay 30 ia menyebut adiknya bukan dengan sebutan
‘saudaraku’ atau ‘adikku’ tetapi ‘anak bapa’!
Kalau
saudara adalah orang berdosa yang mau bertobat seperti anak bungsu, dan lalu
saudara menjumpai bahwa dalam gereja ada banyak orang kristen seperti anak
sulung, yang tidak mau menerima saudara, janganlah kecewa, karena yang penting
adalah bahwa Bapa menerima saudara!
Kalau
saudara adalah orang dalam gereja yang seperti anak sulung, sadarilah bahwa
sebetulnya saudara lebih terhilang dari anak bungsu itu! Sekalipun anak bungsu
itu berdosa, tetapi setidaknya ia sadar akan dosanya dan kembali kepada
bapanya. Tetapi saudara tidak pernah sadar akan dosa apalagi bertobat, dan
sekalipun terhadap Bapa saudara itu dekat di mata, tetapi sebetulnya jauh di
hati! Sadarilah bahwa saudara juga adalah orang berdosa dan datanglah
sungguh-sungguh kepada Bapa melalui Yesus Kristus sebagai Penebus / Juruselamat
saudara, karena kalau tidak kata-kata Yesus di bawah ini akan menjadi kenyataan
dalam diri saudara.
·
Mat 8:11-12: “Banyak orang akan datang
dari Timur dan Barat dan duduk makan bersama-sama dengan Abraham, Ishak, dan
Yakub di dalam Kerajaan Sorga, sedangkan anak-anak kerajaan itu akan dicampakkan
ke dalam kegelapan yang paling gelap, di sanalah akan terdapat ratap dan kertak
gigi”.
·
Mat 21:28-32 - “Tetapi apa pendapatmu
tentang ini: Seorang mempunyai dua anak laki-laki. Ia pergi kepada anak yang
sulung dan berkata: Anakku, pergi dan bekerjalah hari ini dalam kebun anggur.
Jawab anak itu: Baik, bapa. Tetapi ia tidak pergi. Lalu orang itu pergi kepada
anak yang kedua dan berkata demikian juga. Dan anak itu menjawab: Aku tidak
mau. Tetapi kemudian ia menyesal dan pergi juga. Siapakah di antara kedua orang
itu yang melakukan kehendak ayahnya? Jawab mereka: Yang terakhir. Kata Yesus
kepada mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya pemungut-pemungut cukai dan
perempuan-perempuan sundal akan mendahului kamu masuk ke dalam Kerajaan Allah.
Sebab Yohanes datang untuk menunjukkan jalan kebenaran kepadamu, tetapi kamu
tidak percaya kepadanya. Tetapi pemungut-pemungut cukai dan perempuan-perempuan
sundal percaya kepadanya. Dan meskipun kamu melihatnya, tetapi kemudian kamu
tidak menyesal dan kamu tidak juga percaya kepadanya”.
Maukah
saudara bertobat dan datang kepada Yesus?
-AMIN-
email us at : gkri_exodus@lycos.com