oleh : Pdt. Budi Asali M.Div.
1) Kita
(orang yang belum percaya) membutuhkan pendamaian dengan Allah. Mengapa? Karena:
a) Kita
hidup jauh dari Allah (ay 21 bdk. Ef 2:12b - ‘tanpa Allah’).
b) Kita
memusuhi Allah dalam hati dan pikiran kita (ay 21).
·
‘dalam hati dan pikiran’
(ay 21). Ini salah.
NASB: in mind (= dalam pikiran).
NIV: in your mind (= dalam pikiranmu).
·
memusuhi Allah dalam
pikiran ini tidak mesti diartikan bahwa dalam pikirannya manusia itu
betul-betul membenci Allah dan menganggap Allah sebagai musuhnya. Tetapi
maksudnya adalah bahwa kita selalu menginginkan hal-hal yang tidak disenangi
oleh Allah (bdk. Ro 8:7-8).
Calvin: “We all, however, stand in
need of Christ as our peace-maker, because we are the slaves of sin, and where
sin is, there is enmity between God and men” (= Bagaimanapun kita semua
membutuhkan Kristus sebagai pendamai kita, karena kita adalah hamba dosa, dan
dimana dosa ada, di situ ada permusuhan antara Allah dengan manusia).
c) ‘Memusuhi
Allah dalam pikiran’ akhirnya terwujud melalui ‘perbuatanmu yang jahat’ (ay 21).
Memang kalau pikiran kita tidak benar, maka lambat atau
cepat kehidupan kita (kata-kata maupun tindakan) juga akan tidak benar.
Karena semua ini, maka murka Allah ada di atas kita (Ef
2:3 Yoh 3:36), dan kita membutuhkan pendamaian. Ini perlu disadari oleh semua
manusia, yang belum percaya kepada Kristus!
Ay 20 - ‘oleh Dialah Ia mendamaikan segala sesuatu dengan diriNya
... sesudah Ia mengadakan pendamaian oleh darah salib Kristus’.
Bdk. Ro 3:25 - “Kristus Yesus telah ditentukan Allah menjadi
jalan pen-damaian karena iman, dalam darahNya”.
Calvin: “such is the determination
of God - not to communicate himself, or his gifts to men, otherwise than by his
Son. ‘Christ is all things to us: apart from him we have nothing. ... we cannot
be joined to God otherwise than through him” (= begitulah ketetapan /
penentuan Allah - tidak memberikan diriNya sendiri, atau karunia-karuniaNya kepada
manusia kecuali melalui AnakNya. ‘Kristus adalah segala-galanya bagi kita:
terpisah dari Dia kita tidak mempunyai apa-apa. ... kita tidak bisa disatukan /
digabungkan dengan Allah kecuali melalui Dia).
Pendamaian manusia dengan Allah hanya dimungkinkan
melalui Kristus karena Kristus sudah mati di salib, mencurahkan darahNya untuk
menebus dosa kita. Ini yang seharusnya direnungkan / dikenang dalam merayakan
Jum’at Agung! Kita harus merenungkan salib Kristus sedemikian rupa sampai kita
betul-betul merasakan kasih Allah kepada kita, dan juga sampai kita membalas
mengasihi Allah.
William Barclay: “The Cross is the proof
that there is no length to which the love of God will refuse to go in order to
win men’s hearts; and a love like that demands an answering love. If the Cross
will not waken love in men’s hearts, nothing will” (= Salib adalah bukti
bahwa tidak ada jarak yang tidak mau ditempuh oleh kasih Allah untuk
memenangkan hati manusia; dan kasih seperti itu menuntut kasih balasan. Jika
salib tidak membangunkan / menghidupkan kasih dalam hati manusia, maka tidak
ada apapun yang akan membangunkan / menghidupkannya).
Ay 20 mengatakan ‘segala sesuatu’ dan bahkan menambahi
dengan kata-kata ‘baik yang ada di bumi, maupun yang ada di sorga’.
Macam-macam tafsiran:
a) Malaikat
juga punya dosa. Dasar Kitab Suci: Ayub 4:18 15:15.
Calvin mengatakan bahwa sekalipun malaikat tidak
mempunyai dosa tetapi kesucian mereka kotor dibandingkan dengan kebenaran /
kesucian Allah, sehingga mereka juga perlu pendamai.
Keberatan:
malaikat hanya mempunyai 2 kemungkinan:
·
jatuh dalam dosa ini. Ini
menjadi setan dan para pengikutnya, dan yang ini jelas tidak ditebus (Ibr 2:14-17).
·
Tetap suci. Yang ini tidak
membutuhkan penebusan / pendamaian.
b) Origen,
yang menurut Hendriksen adalah Universalist yang pertama, berpendapat bahwa ini
menunjukkan bahwa Iblis dan malaikat-malaikatnya juga ditebus, sehingga nanti
pada akhirnya mereka juga diperdamaikan dengan Allah oleh kematian Kristus.
d) ‘Yang
ada di sorga’ menunjuk kepada semua orang pilihan / percaya yang sudah mati,
sedangkan ‘yang ada di bumi’ menunjuk kepada semua orang pilihan / percaya yang
masih hidup.
Sebagai tambahan, bandingkan ini dengan ay 23:
‘dikabarkan di seluruh alam di bawah langit’. Ini salah terjemahan.
NIV: ‘has been proclaimed to every creature under
heaven’ (= telah dikabarkan kepada setiap makhluk ciptaan di bawah langit).
NASB/Lit: ‘was proclaimed in all creation under
heaven’ (= telah dikabarkan dalam semua ciptaan di bawah langit).
Ini tidak ditafsirkan bahwa Paulus memberitakan Injil
kepada setan, binatang, atau batu / pohon, tetapi diartikan bahwa Paulus
memberitakan Injil kepada ‘semua manusia’! Jadi ay 20 juga tidak perlu
mencakup malaikat, setan atau binatang.
Tetapi mengapa untuk ay 20 kita tidak menafsirkan ‘semua
orang’ tetapi ‘semua orang pilihan’? Karena:
·
Ay 20 tidak menyebut yang
di neraka. Jadi memang ada orang yang tidak diperdamaikan dengan Allah.
·
Jika ‘segala sesuatu’ dalam
ay 20 ini ‘semua orang’, maka ini menjurus pada Universalisme, karena ay 20 ini
mengatakan ‘memperdamaikan segala sesuatu dengan diriNya’.
Calvin: “Should any one, on the
pretext of the universality of the expression, move a question in reference to
devils, whether Christ be their peace-maker also? I answer, No, not even of the
wicked men: though I confess that there is a difference, inasmuch as the
benefit of redemption is offered to the latter, but not to the former” (= Jika ada orang, dengan
dalih keuniversalan pernyataan ini, menanyakan pertanyaan berkenaan dengan
setan, apakah Kristus juga adalah pendamai mereka? Saya menjawab, Tidak, bahkan
Kristus bukanlah pendamai orang-orang jahat: sekalipun saya mengakui bahwa ada
perbedaan, karena keuntungan penebusan ditawarkan kepada orang-orang jahat,
tetapi tidak kepada setan).
Catatan: yang
dimaksud dengan ‘wicked men’ (= orang-orang jahat), jelas adalah orang
jahat yang tidak percaya, atau ‘reprobate’ (= orang yang ditentukan
untuk binasa).
Lalu bagaimana kita bisa tahu kita orang pilihan atau
bukan? Kalau saudara bisa percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat,
maka saudara adalah orang pilihan. Kalau saudara bukan orang pilihan, paling
banter saudara hanya bisa menjadi orang kristen KTP.
1) Pengudusan
(ay 22).
Tujuan dari perdamaian itu adalah kekudusan (bdk. Ef
2:10).
Beberapa penafsir mengatakan bahwa ‘tak bercela dan tak
bercacat di hadapan Allah’ ini menunjuk
pada keadaan orang percaya pada akhir jaman. Memang sekalipun dalam hidup ini
kita berjuang menguduskan diri, kita tetap tidak bisa menjadi ‘tak bercela dan
tak bercacat di hadapan Allah’ pada akhir jaman. Kita tetap membutuhkan
penghapusan dosa melalui darah Kristus. Tetapi itu tidak berarti bahwa kita
lalu boleh mengabaikan pengudusan itu! Kristus mati untuk dosa kita bukan
supaya kita bisa terus hidup di dalam dosa! Bdk. 2Kor 5:15.
2) Bertekun
dalam iman (ay 23).
a) Kata-kata
‘sebab itu’ di awal ay 23 merupakan terjemahan yang salah.
NIV/NASB: ‘if’ (= jika).
Yunani: EI (= jika).
Jadi ‘tak bercela dan tak bercacat di hadapan Allah’
dalam ay 22, hanya bisa terjadi kalau kita bertekun dalam iman.
William Hendriksen: “Divine preservation always
presupposes human perseverance. Perseverance proves faith’s genuine character,
and is therefore indispensable to salvation” (= Pemeliharaan ilahi
selalu mensya-ratkan ketekunan manusia. Ketekunan membuktikan sifat asli dari
iman, dan karena itu mutlak dibutuhkan).
b) Hal-hal
yang bisa menggeser kita dari iman / pengharapan Injil adalah:
·
ajaran sesat. Ini yang
dipersoalkan oleh Paulus di Kolose ini.
·
problem / kesukaran /
penderitaan. Ingat akan tanah golongan ke 2 (Mat 13:5-6,20-21).
·
daya tarik duniawi (uang,
sex, kekuasaan, kesenangan). Ingat tanah golongan 3 (Mat 13:7,22).
c) Hal-hal
yang perlu dilakukan supaya bisa bertekun dalam iman, adalah:
·
belajar Firman Tuhan.
·
berdoa.
3) Melayani
Injil (ay 23b,25-28).
Ay 23: ‘pelayannya’ dimana kata ‘nya’ jelas
menunjuk pada ‘Injil’.
William Hendriksen: “A minister of the Gospel
is one who knows the gospel, has been saved by the Christ of the gospel, and
with joy of heart proclaims the gospel to others. Thus he serves the cause of
the gospel” (= Seorang pelayan Injil adalah seorang yang mengetahui Injil,
telah diselamatkan oleh Kristus dari Injil, dan dengan sukacita dari hati
memberitakan Injil kepada orang-orang lain. Jadi ia melayani gerakan Injil).
Pada hari Jum’at Agung ini renungkan seberapa aktifnya
saudara dalam memberitakan Injil? Sudah cukup aktifkah? Atau sebaliknya kurang
aktif? Atau sudah berkurang keaktifannya, dalam arti dulu aktif sekarang tidak?
Kristus mati bukan hanya untuk saudara, tetapi untuk
semua orang pilihan, dan banyak dari orang pilihan yang belum mendengar Injil
dan karenanya belum diselamatkan. Kita memang tidak bisa tahu yang mana dari
orang-orang yang belum percaya itu yang adalah orang pilihan dan yang mana yang
bukan, dan karena itu kita harus memberitakan Injil kepada semua orang.
4) Menderita
untuk jemaat / gereja (ay 24).
a) Ay
24: ‘aku boleh menderita’.
NASB: ‘in my sufferings’ (= dalam
penderitaan-penderitaanku). Ini bentuk jamak.
Kelihatannya pada saat menulis surat Kolose ini Paulus
ada dalam penjara (bdk. 4:10,18). Ini jelas merupakan penderitaan yang hebat.
Tetapi hebatnya, ia bersukacita karena hal itu (ay 24a)!
b) ‘aku
boleh menderita karena kamu, dan menggenapkan dalam dagingku apa yang kurang
pada penderitaan Kristus, untuk tubuhNya, yaitu jemaat’ (ay 24b).
Roma Katolik menafsirkan bahwa ay 24b ini menunjukkan
bahwa penebusan Kristus tidak sempurna, perlu ditambahi dengan penderitaan dari
para martir. Dan memang dalam ajaran Roma Katolik ada hal-hal yang sejalan
dengan ketidaksempurnaan penebusan Kristus, seperti:
·
api pencucian.
Tetapi ay 24b ini tidak mungkin diartikan bahwa penebusan
Kristus tidak sempurna, karena:
1. Itu
bertentangan dengan ajaran Kitab Suci yang ditunjukkan oleh ayat-ayat seperti
Yoh 19:30 dan Ibr 10:11-14.
2. Herbert
M. Carson (Tyndale): “Furthermore, he is dealing here at Colossae with a false
teaching which denies the sufficiency of the work of Christ, and insists that
it must be supplemented by asceticism and other human endeavours. Paul has
replied in his opening chapter with an uncompromising stress on the preeminence
of Christ, and the completeness of the redemption which He has accomplished. Is
it then likely that he would cast this position to the winds and introduce a
view which envisaged the perfecting of an incomplete atonement?” (= Selanjutnya, di sini di
Kolose ia sedang menangani ajaran sesat yang menyangkal kecukupan pekerjaan
Kristus, dan mendesak bahwa itu harus ditambahi dengan pertapaan dan
usaha-usaha manusia yang lain. Paulus telah menjawab dalam pasal pembukaannya
dengan penekanan yang tidak berkompromi pada penonjolan Kristus, dan
kelengkapan dari penebusan yang telah Ia selesaikan. Lalu mungkinkah sekarang
ia membuang pandangannya dan mengajukan suatu pandangan yang menggambarkan
penyempurnaan dari suatu penebusan yang tidak lengkap?).
Catatan: bahwa
surat Kolose memang menangani hal-hal tersebut di atas, terlihat dari Kol
2:8-23.
3. Herbert
M. Carson (Tyndale): “The very word used here for suffering, thlipsis, is nowhere used in the New
Testament to describe the atoning death of Christ, and, as Lightfoot points
out, it ‘certainly would not suggest a sacrificial act’” (= Kata yang digunakan di
sini untuk penderitaan, THLIPSIS, tidak pernah digunakan dalam Perjanjian Baru
untuk menggambarkan kematian Kristus untuk menebus dosa, dan, seperti
ditunjukkan oleh Lightfoot, itu ‘pasti tidak menunjukkan suatu tindakan
pengorbanan’).
4. Dalam
ay 25 Paulus menyebut dirinya ‘pelayan jemaat’. Jika dalam ay 24 ia memang
mengajarkan bahwa penderitaan yang ia alami itu adalah untuk penebusan dosa,
seharusnya ia mengaku diri sebagai ‘pengantara’ atau ‘penebus’.
Lalu, apa artinya ay 24b ini?
1. Ini
adalah penderitaan dalam pembangunan tubuh Kristus, dan dalam hal ini
Kristus memberikan tempat untuk penderitaan lebih lanjut bagi para pengikutNya.
William Barclay: “He thinks of the
sufferings through which he is passing as completing the sufferings of Jesus
Christ himself. Jesus died to save his Church; but the Church must be upbuilt
and extended; it must be kept strong and pure and true; therefore, anyone who
serves the Church by widening her borders, establishing her faith, saving her from
errors, is doing the work of Christ. And if such service involves suffering and
sacrifice, that affliction is filling up and sharing the very suffering of
Christ”
(= Ia berpikir tentang penderitaan yang ia lalui sebagai melengkapi penderitaan
Yesus Kristus sendiri. Yesus mati untuk menyelamatkan GerejaNya; tetapi Gereja
harus dibangun dan diperluas; itu harus dijaga agar tetap kuat dan murni dan
benar; karena itu, setiap orang yang melayani Gereja dengan memperluas
batasan-batasannya, meneguhkan imannya, menyelamatkannya dari kesalahan, sedang
melakukan pekerjaan Kristus. Dan jika pelayanan seperti itu mencakup
penderitaan dan pengorbanan, penderitaan itu memenuhkan dan mengambil bagian
dalam penderitaan Kristus).
James Fergusson (Geneva): “As the personal sufferings of Christ were for the church’s
redemption, and to satisfy the Father’s justice for the sins of the elect, Acts
20:28, which he did completely, John 19:30; so the suffering of the saints are
also for the church’s good, though not for her redemption or expiation of sin,
neither in its guilt nor punishment, 1John 1:7; yet to edify the church by
their example, James 5:10, to comfort her under sufferings, 2Cor. 1:6, and to
confirm that truth for which they do suffer, Phil. 2:17” (= Seperti penderitaan
pribadi Kristus adalah untuk penebusan gereja, dan untuk memuaskan keadilan
Bapa terhadap dosa-dosa orang pilihan, Kis 20:28, yang Ia lakukan secara
lengkap, Yoh 19:30; begitulah penderitaan dari orang-orang kudus juga untuk
kebaikan gereja, sekalipun bukan untuk penebusannya atau penebusan / pembayaran
dosa, tidak dalam kesalahannya ataupun hukumannya, 1Yoh 1:7; tetapi untuk mendidik
gereja oleh teladan mereka, Yak 5:10, untuk menghibur gereja dalam penderitaan,
2Kor 1:6, dan untuk meneguhkan kebenaran untuk mana mereka menderita, Fil 2:17).
2. Karena
adanya kesatuan antara Kristus dan para pengikutNya, maka pada waktu
pengikutNya menderita, Kristus juga menderita dalam dia.
James Fergusson (Geneva): “The sufferings of Paul, and of any other saints, are the
sufferings of Christ, and the filling up of his sufferings; not as if Christ’s
personal sufferings for the redemption of sinners were imperfect, and so to be
supplied by the sufferings of others, (see Heb. 10:14) but such is that
sympathy betwixt Christ and believers, Acts 9:4, and so strict is that union
among them, whereby he and they do but make up one mystical Christ, 1Cor.
12:12, that in those respects the sufferings of the saints are his sufferings,
to wit, the sufferings of mystical Christ, which are not perfect nor filled up,
until every member of his body endure their own allotted portion and share” (= Penderitaan dari
Paulus, dan dari orang kudus yang lain, adalah penderitaan Kristus, dan
memenuhkan / melengkapi penderitaanNya; bukan seakan-akan penderitaan pribadi
Kristus untuk penebusan orang berdosa adalah tidak sempurna, dan karena itu
harus disuplai oleh penderitaan orang-orang lain, (lihat Ibr 10:14) tetapi
begitulah simpati antara Kristus dan orang-orang percaya, Kis 9:4, dan begitu
ketat persatuan antara mereka, dengan mana Ia dan mereka membentuk satu Kristus
yang mistik, 1Kor 12:12, bahwa dalam hal itu penderitaan orang-orang kudus
adalah penderitaanNya, yaitu, penderitaan dari Kristus mistik, yang tidak
sempurna atau penuh, sampai setiap anggota tubuhNya menanggung bagian mereka).
Pulpit Commentary keberatan dengan pandangan ini dengan
alasan sebagai berikut:
“this view identifies
Pauls’ sufferings with his Master’s while he expressly distinguishes them” (= pandangan ini mengidentikkan
penderitaan Paulus dengan penderitaan TuanNya sementara ia secara jelas
membedakan mereka).
3. Ini
ditinjau dari sudut musuh-musuh Kristus.
William Hendriksen: “... although Christ by
means of the affliction which he endured rendered complete satisfaction to God,
so that Paul is able to glory in nothing but the cross (Gal. 6:14), the enemies
of Christ were not satisfied! They hated Jesus with insatiable hatred, and
wanted to add to his afflictions. But since he is no longer physically present
on earth, their arrows, which are meant especially for him, strike his
followers. It is in that sense that all true believers are in his stead
supplying what, as the enemies see it, is lacking in the afflictions which
Jesus endured. Christ’s afflictions overflow toward us” [= ... sekalipun Kristus
melalui penderitaan yang Ia tanggung memberikan pemuasan lengkap / penuh kepada
Allah, sehingga Paulus bisa bermegah hanya dalam salib (Gal 6:14), musuh-musuh
Kristus tidak dipuaskan! Mereka membenci Yesus dengan kebencian yang tidak
terpuaskan, dan ingin menambah penderitaanNya. Tetapi karena Ia tidak lagi
hadir secara jasmani di bumi ini, panah-panah mereka, yang sebetulnya
dimaksudkan secara khusus untuk Dia, menyerang pengikut-pengikutNya. Adalah
dalam arti ini dimana semua orang yang sungguh-sungguh percaya ada di tempatNya
menyuplai apa, sebagaimana musuh-musuh itu melihatnya, yang kurang dalam
penderitaan yang telah Yesus tanggung. Penderitaan Kristus meluap / melimpah
kepada kita].
Bdk. Kis 9:4-5 2Kor 1:5 Gal 6:17 Fil 3:10 Wah 12:13
(‘perempuan’ = gereja).
Untuk
saudara yang belum yakin akan keselamatan / perdamaian dengan Allah, cepatlah
datang kepada Kristus dan menerimaNya sebagai Juruselamat pribadi saudara.
Untuk saudara yang sudah diperdamaikan dengan Allah, berjuanglah dalam
pengudusan, bertekunlah dalam iman, aktiflah pemberitaan Injil, dan juga maulah
dalam menderita bagi gereja! Kiranya Tuhan memberkati saudara.
-AMIN-
email us at : gkri_exodus@lycos.com