oleh : Pdt. Budi Asali M.Div.
Bagi orang percaya, semua tuduhan dan hukuman terhadap
dosanya sudah bubar (ay 33-34 bdk. Yes 50:8-9a). Tetapi ay 33-34 versi Kitab
Suci Indonesia salah terjemahan.
Ay 33-34 (NASB): “Who will bring a charge
against God’s elect? God is the one who justifies; who is the one who condemns?
Christ Jesus is He who died, yes, rather who was raised, who is at the right
hand of God, who also intercedes for us” (= Siapa yang menuduh
orang pilihan Allah? Allah adalah orang yang membenarkan; siapa orang yang
menghukum? Kristus Yesus adalah Dia yang telah mati, ya, bahkan yang telah
dibangkitkan, yang ada di sebelah kanan Allah, yang juga membela / menengahi /
berdoa syafaat untuk kita).
Jadi, ay 33-34 ini menunjukkan bahwa pembenaran Allah
adalah jawab bagi orang yang mau menuduh kita. Dengan adanya pembenaran Allah
ini, jelas bahwa semua tuduhan akan bubar (ay 33a). Sebetulnya dengan bubarnya
tuduhan, maka otomatis hukuman juga bubar. Tetapi toh untuk membubarkan hukuman
itu masih ditambahkan lagi ay 33b-34 yang menunjukkan 3 hal yaitu:
1) Kematian
Kristus (ay 34a).
Kematian Kristus terjadi untuk menebus dosa kita /
menanggung hukuman dosa kita. Ini jelas tidak memungkinkan kita dihukum, karena
hukuman dosa kita sudah dipikul oleh Kristus di kayu salib.
2) Kebangkitan
Kristus (ay 34b).
Penghapusan dosa memang terjadi karena kematian Kristus,
tetapi bahwa dosa-dosa kita betul-betul sudah beres, dibuktikan oleh kebangkitan
Kristus. Andaikata Kristus hanya mati di salib untuk menebus dosa kita, tetapi
tidak bangkit dari antara orang mati, maka itu menunjukkan bahwa Ia tidak mampu
membereskan dosa kita. Karena itu Paulus berkata bahwa jika Kristus tidak
bangkit maka sia-sialah iman kita, karena sekalipun kita beriman, kita masih
hidup dalam dosa (1Kor 15:14,17). Tetapi kenyataannya adalah: Kristus sudah
bangkit dari antara orang mati, dan itu membuktikan bahwa Ia sudah berhasil
membereskan seluruh dosa kita. Kebangkitan Kristus membuktikan
keefektifan kematian Kristus untuk menebus dosa kita. Karena itu dalam ay 34
ada kata-kata ‘bahkan lebih lagi’.
3) Keberadaan
Kristus di sebelah kanan Allah sebagai Pembela / Pengantara / Jurusyafaat kita
(ay 34c).
Jadi bisa dibayangkan jika kita (orang percaya) berbuat
dosa, dan Bapa murka kepada kita, maka Yesus membela kita dengan berkata:
‘Bapa, Aku sudah menderita dan mati di salib untuk membayar dosa itu, ampunilah
dia!’. Dan Bapa yang adil, yang tidak mungkin akan menghukum dosa 2 x (pada
diri Kristus dan pada diri kita), pasti akan mengampuni dosa kita itu!
Semua ini merupakan jawab bagi orang yang mau menghukum
kita. Jadi semua ini menunjukkan secara dobel bahwa tidak mungkin bisa ada
hukuman bagi kita. Ini sesuai dengan Ro 8:1 - “Demikianlah sekarang tidak
ada peng-hukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus”.
Renungkan: apakah
saudara yakin bahwa saudara tidak mungkin akan dihukum?
Apa yang sudah kita bahas sampai sini merupakan hal yang
enak / menyenangkan bagi orang kristen. Tetapi perlu diketahui bahwa kalau kita
menjadi orang kristen / anak Allah, atau ada dalam keadaan diselamatkan, maka
hidup kita tidak selalu enak. Paulus menunjukkan adanya bebarap hal yang tidak
enak, yaitu:
1) Lawan
(ay 31).
Bahwa dengan Allah kita tidak bisa dikalahkan, itu tidak
berarti tidak ada orang yang melawan kita. Setan selalu menggerakkan
anak-anaknya untuk melawan kita!
2) Orang
yang mau menggugat / menghukum kita (ay 33).
Sekalipun tuduhan dan hukuman sebetulnya sudah bubar, itu
tidak berarti bahwa tidak ada orang yang menuduh dan ingin menghukum kita.
Setan bisa bekerja untuk menuduh dan menghukum kita, seringkali bahkan melalui
diri kita sendiri, tetapi juga melalui orang lain. Misalnya:
·
adanya pikiran bahwa dosa
kita terlalu besar atau terlalu sering diulang sehingga Allah pasti tidak
mengampuni kita.
·
waktu kita berbuat dosa,
ada orang yang ‘menyerang’ kita dengan berkata: ‘Hidupmu begitu kok yakin masuk
surga’.
·
orang agama lain / aliran
lain (misalnya Saksi Yehovah, Islam), yang menyatakan bahwa orang kristen
justru pasti masuk neraka.
3) Macam-macam
penderitaan (ay 35,36,38-39).
a) Ay
35b:
·
‘penindasan’. Ini salah
terjemahan.
NASB: ‘tribulation’ (= kesengsaraan).
Ini menunjukkan
semua problem / penderitaan dari luar.
·
‘kesesakan’.
Ini menunjuk pada problem di dalam diri kita, seperti
kesedihan, keputus-asaan, depresi, dsb.
·
‘penganiayaan’.
Ini menunjuk pada penyiksaan yang dilakukan oleh orang
non kristen kepada kita karena iman, pelayanan dan ketaatan kita kepada Tuhan.
·
‘kelaparan’ dan
‘ketelanjangan’.
Ini menunjuk pada kemiskinan. Karena itu jangan heran
kalau dalam krisis moneter ini ada banyak orang kristen yang menjadi miskin.
·
‘bahaya’ atau ‘pedang’.
Ini menunjuk pada hal-hal yang membahayakan jiwa kita.
c) Ay
38-39 menunjukkan banyak hal yang berusaha memisahkan kita dari Allah.
Apakah hal-hal di atas ini harus membuat kita menjadi
takut?
1) Karena
Allah di pihak kita (ay 31).
Ay 31: ‘Jika Allah di pihak kita, siapakah lawan kita?’.
NIV: ‘If God is for us, who can be against
us?’.
Kata ‘jika’ bukannya menunjukkan bahwa Allah bisa ada di
pihak kita, tetapi bisa juga tidak. Hendriksen menafsirkan ini sebagai berikut:
‘Jika Allah di pihak kita, dan Ia memang di pihak kita, siapakah lawan kita?’.
Bahwa Allah memang ada di pihak kita, terlihat dari kerelaanNya menyerahkan
AnakNya bagi kita (ay 32).
Jika semua orang pro saudara, itu tidak ada artinya;
tetapi sebaliknya jika Allah pro saudara, sekalipun semua orang anti saudara,
saudara tidak perlu takut.
a) ‘menyerahkanNya
bagi kita semua’.
·
‘menyerahkan’ berarti
memberikan untuk disalib.
b) Karena
Allah mau menyerahkan AnakNya bagi kita, maka Ia pasti mau mengaruniakan segala
sesuatu kepada kita.
·
Kata ‘mengaruniakan’ diterjemahkan
dari kata Yunani KHARISETAI (= ‘freely give’ / memberi dengan
cuma-cuma), yang mempunyai akar kata KHARIS (= grace / kasih karunia).
·
‘segala sesuatu’.
William G. T. Shedd menafsirkan bahwa kata ‘segala
sesuatu’ ini menunjuk kepada “everything requisite to eternal life” (= segala sesuatu yang
dibutuhkan untuk hidup yang kekal).
Kalau orang kristen bisa murtad sehingga gagal masuk
surga, seperti yang dipercaya oleh orang Arminian, maka jelas ay 32 ini harus
dihapus dari Kitab Suci!
John Murray kelihatannya berpandangan sama dengan Shedd.
Tetapi William Hendriksen berkata:
“I can see no good reason
to limit the expression ‘all things’ to spiritual blessings, as some do. ...
The expression ‘all things’ should therefore be interpreted in an unqualified
sense: material as well as spiritual things” (= Saya tidak bisa melihat
alasan yang baik untuk membatasi ungkapan ‘segala sesuatu’ pada berkat rohani,
seperti yang dilakukan oleh beberapa orang. ... Karena itu ungkapan ‘segala
sesuatu’ harus ditafsirkan dalam arti yang mutlak / tak terbatas: hal-hal yang
bersifat materi maupun rohani).
Kalaupun William Hendriksen benar, bagian ini tetap tidak
bisa diartikan seakan-akan Allah memanjakan kita sebagai anak-anakNya dengan
memberikan apapun yang kita minta / inginkan. Ia adalah Bapa yang bijaksana,
yang hanya memberikan apa yang baik kepada kita.
a) Ay
35 mengatakan ‘kasih Kristus’ bukan ‘kasih Allah’ karena kasih Allah tidak bisa
dicari di luar Kristus. ‘Kasih Kristus’ ini bukan menunjuk kepada ‘kasih kita
kepada Kristus’, tetapi menunjuk kepada ‘kasih Kristus kepada kita’.
b) Ay
35b adalah contoh hal-hal yang sering kita anggap sebagai bukti bahwa kita
ditinggal / tidak dipedulikan oleh Allah. Tetapi Paulus mengatakan bahwa ini
tidak akan memisahkan kita dari kasih Kristus.
Kata ‘memisahkan’ dalam ay 35 itu, dalam bahasa Yunaninya
adalah KHORISEI, yang sebetulnya berarti ‘menceraikan’, seperti dalam Mat 19:6
1Kor 7:10,11,15.
Dalam Perjanjian Lama, Allah menceraikan Israel karena
perzinahan rohani / penyembahan berhala yang mereka lakukan (Yer 3:8). Tetapi
dalam Perjanjian Baru, Allah tidak mungkin melakukan hal itu terhadap kita.
Bandingkan dengan 2Tim 2:13 - “jika kita tidak setia, Dia tetap setia, karena Dia tidak dapat
menyangkal diriNya”.
Dalam hidup suami - istri, hal-hal dalam ay 35b itu bisa
menyebabkan perceraian; seperti berita di koran beberapa waktu yang lalu yang
menyatakan bahwa karena krisis moneter, maka banyak pasangan muda yang
bercerai. Tetapi ay 35 ini menjamin bahwa Allah tidak akan menceraikan kita!
c) Ay
38-39: hal-hal lain yang juga tidak bisa memisahkan / menceraikan kita dari
Allah (Catatan: kata ‘memisahkan’ dalam ay 39 menggunakan kata Yunani yang sama
dengan dalam ay 35):
1. ‘Maut’.
Ini menunjukkan bahwa kematian tidak bisa memisahkan kita
dari Allah!
2. ‘Hidup’.
Kalau ajaran Arminian benar, bahwa orang bisa murtad
sehingga kehilangan keselamatannya, maka itu berarti bahwa ‘hidup’ bisa
memisahkan kita dari Allah! Tetapi di sini Paulus mengatakan bahwa bukan hanya
‘maut’, tetapi juga ‘hidup’, tidak bisa memisahkan kita dari Allah.
3. ‘Malaikat-malaikat’.
Ada yang menganggap bahwa ini menunjuk kepada malaikat
yang baik, tetapi ada yang berpendapat bahwa ini menunjuk kepada malaikat yang
jahat / setan. Kalau menunjuk pada malaikat yang baik, maka ini suatu hyperbole
(= gaya bahasa yang melebih-lebihkan), sama seperti dalam Gal 1:8, karena
malaikat yang baik tidak mungkin berusaha memisahkan kita dari Allah.
4. ‘Pemerintah-pemerintah’.
Ada yang menafsirkan bahwa ini menunjuk kepada setan,
mungkin karena dalam Ef 6:12 kata itu menunjuk kepada setan. Tetapi bisa juga
ini menunjuk kepada pemerintah manusia. Pemerintah bisa berubah sikap dari pro
kristen / netral menjadi anti kristen (seperti dalam Kel 1:8-dst). Tetapi
inipun tidak bisa memisahkan kita dari Allah. Perlu diingat bahwa Ro 13:1b
berkata: “tidak
ada pemerintah, yang tidak berasal dari Allah; dan pemerintah-pemerintah yang
ada, ditetapkan oleh Allah”. Mengingat
bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi
kita (Ro 8:28), maka Ia pasti tidak akan memberikan pemerintah yang akan
membuat kita terpisah dari Dia. Ia mungkin memberikan pemerintah yang anti
kristen, tetapi Ia pasti memberi kekuatan bagi kita.
5. ‘Baik yang ada sekarang,
maupun yang akan datang’.
Bagian ini salah terjemahan, dan kesalahan penterjemahan
ini menyebabkan bagian ini seolah-olah merupakan keterangan dari
‘pemerintah-pemerintah’, padahal sebetulnya bukan.
NASB: ‘nor things present, nor things to come’ (=
tidak hal-hal sekarang, tidak hal-hal yang akan datang).
Jadi, bagian ini sebetulnya berdiri sendiri (terpisah
dari ‘pemerintah-pemerintah’), dan menunjukkan bahwa ‘waktu’ tidak bisa memisahkan
kita dari Allah. Dengan berlalunya waktu, maka godaan memang berubah, tetapi
semua ini tetap tidak bisa memisahkan kita dari Allah. Ini jelas menunjukkan
bahwa Kitab Suci mengajarkan adanya jaminan keselamatan (sekali selamat pasti
tetap selamat). Lagi-lagi terlihat, bahwa seandainya ajaran Arminian benar,
bahwa orang kristen bisa murtad dan kehilangan keselamatannya, maka itu berarti
bahwa ‘hal-hal yang akan datang’ ini harus dibuang dari ay 38-39.
Calvin: “The meaning then is, - that we ought not to fear, lest the continuance of evils, however long, should obliterate the faith of adoption. This declaration is clearly against the schoolmen, who idly talk and say, that no one is certain of final perseverance, except through the gift of special revelation, which they make to be very rare. By such a dogma the whole faith is destroyed, which is certainly nothing, except it extends to death and beyond death. But we, on the contrary, ought to feel confident, that he who has begun in us a good work, will carry it on until the day of the Lord Jesus” (= Jadi artinya adalah, - bahwa kita tidak boleh takut, bahwa dengan berlanjutnya kejahatan, betapapun lamanya, akan bisa menghapuskan iman adopsi. Pernyataan ini jelas menentang para ahli theologia, yang berbicara dan mengatakan tanpa dasar, bahwa tidak seorangpun yang pasti akan ketekunan akhir, kecuali melalui karunia wahyu khusus, yang mereka katakan sebagai jarang terjadi. Dengan dogma seperti itu seluruh iman dihancurkan, dan memang iman itu kosong kecuali iman itu diperluas sampai kematian bahkan melampaui kematian. Tetapi sebaliknya kita harus merasa yakin bahwa Ia yang memulai pekerjaan yang baik di dalam kita, akan meneruskannya sampai hari Tuhan Yesus).
Bdk. Fil 1:6 - “Akan hal ini aku yakin sepenuhnya, yaitu Ia,
yang memulai pekerjaan yang baik di antara kamu, akan meneruskannya sampai pada
akhirnya pada hari Kristus Yesus”.
6. ‘Kuasa-kuasa’.
Sama seperti ‘pemerintah-pemerintah’, kata ini bisa
menunjuk pada kuasa setan ataupun manusia.
7. ‘Baik yang ada di atas,
maupun yang ada di bawah’.
Bagian ini juga salah terjemahan, dan menyebabkan bagian
ini seolah-olah menerangkan ‘kuasa-kuasa’, padahal seharusnya tidak.
NASB: ‘nor height, nor depth’ (= tidak ketinggian,
tidak kedalaman).
Macam-macam penafsiran:
·
‘height’ / ‘ketinggian’ menunjuk pada keadaan yang enak / mu-lia;
sedangkan ‘depth’ / ‘kedalaman’ menunjuk pada keadaan hina / tidak enak.
·
Surga maupun neraka. Kalau
diartikan seperti ini, mungkin ini merupakan hyperbole (= gaya bahasa
yang melebih-lebihkan), karena orang beriman kepada Kristus tidak mungkin masuk
neraka. Jadi artinya adalah: seandainya orang beriman bisa masuk neraka,
itu tetap tidak akan memisahkan dia dari kasih Allah dalam Kristus Yesus Tuhan
kita!
·
apapun yang ada di surga
maupun di bumi.
8. ‘Makhluk lain’.
NASB: ‘nor any other created thing’ (= tidak benda
ciptaan lain yang manapun juga).
NIV: ‘nor anything else in all creation’ (= tidak
suatu benda apapun dalam seluruh ciptaan).
Lit: ‘nor any other creature’ (= tidak makhluk
ciptaan lain yang manapun juga).
Ini memberikan ketidakmungkinan yang mutlak bagi seorang
kristen untuk terpisah dari Allah / kasih Allah dalam Kristus Yesus!
Loraine Boettner: “The assurance that
Christians can never be separated from the love of God is one of the greatest
comforts of the Christian life. To deny this doctrine is to destroy the grounds
for any rejoicing among the saints on earth; for what kind of rejoicing can
those have who believe that they may at any time be deceived and led astray?
... It is not until we duly appreciate this wonderful truth, that our salvation
is not suspended on our weak and wavering love to God, but rather upon His
eternal and unchangeable love to us, that we can have peace and certainty in
the Christian life” (= Kepastian / jaminan bahwa orang-orang kristen tidak pernah
bisa dipisahkan dari kasih Allah adalah salah satu dari penghiburan terbesar
dalam kehidupan kristen. Menyangkal doktrin ini sama dengan menghancurkan dasar
untuk sukacita apapun di antara orang-orang kudus di bumi; karena sukacita apa
yang bisa dimiliki oleh mereka yang percaya bahwa setiap saat mereka bisa
ditipu dan disesatkan? ... Hanya kalau kita menghargai kebenaran luar biasa ini
dengan seharusnya, bahwa keselamatan kita bukannya tergantung pada kasih yang
lemah dan terombang-ambing dari kita kepada Allah, tetapi tergantung pada kasih
yang kekal dan tidak bisa berubah dari Allah kepada kita, barulah kita bisa
mempunyai damai dan kepastian dalam hidup kristen ini) - ‘The Reformed Doctrine of Predestination’, hal
194-195.
Loraine Boettner: “The saints in heaven are
happier but no more secure than are true believers here in this world” (= Orang-orang kudus di
surga lebih berbahagia tetapi tidak lebih aman / terjamin dari pada orang-orang
percaya yang sejati di sini di dunia ini)
- ‘The Reformed Doctrine of Predestination’, hal 183.
4) Kita
lebih dari pemenang, oleh Dia yang mengasihi kita (ay 37).
Mari kita soroti ay 37 ini sepotong demi sepotong.
a) ‘Dalam
semuanya itu’ (ay 37).
‘Semuanya itu’ menunjuk pada penderitaan-penderitaan dalam
ay 35-36. Dalam ay 37 Paulus memang mengatakan kita menang, bahkan lebih dari
pemenang, tetapi Paulus juga mengatakan ‘dalam semuanya itu’, yang jelas
menunjukkan bahwa kita mengalami semua penderitaan itu. Bdk. Wah 7:14.
Kalau Yesus harus mengalami kematian dan baru sesudah itu
mengalami kebangkitan, kenaikan ke surga dan kedudukan di sebelah kanan Allah,
maka kalau kita memang adalah pengikut Kristus, kita juga harus seperti itu.
Kita mengalami bermacam-macam penderitaan, tetapi akhirnya kita menang!
Ini kontras / berbeda sekali dengan ‘kemenangan’ versi
Theologia Kemakmuran, dimana orang kristen dikatakan menjadi kaya raya, sembuh
dari penyakit, sukses, dsb. Ini adalah ‘kemenangan’ tanpa salib, dan pada
hakekatnya bukanlah kemenangan!
Berbicara tentang kemenangan di sini tidak bisa
dilepaskan dari kemenangan Kristus dalam ay 34, yaitu:
·
kemenangan melalui salib.
Sekalipun salib itu sendiri sebetulnya menunjukkan
kekalahan, tetapi bahwa Yesus bisa mengatasi ketakutanNya di taman Getsemani
sehingga akhirnya Ia mau mati di salib, jelas menunjukkan suatu kemenangan.
·
kemenangan melalui
kebangkitan.
Kebangkitan Yesus menunjukkan kemenanganNya terhadap
maut, dosa dan setan.
·
kenaikan ke surga dan
keberadaan Yesus di sebelah kanan Allah, sebagai penguasa seluruh alam semesta.
Karena Yesus menang, kita yang beriman dan oleh iman itu
dipersatukan dengan Yesus, juga pasti menang, bahkan lebih dari pemenang.
NIV/NASB: ‘through Him’ (= melalui
Dia).
Ini perlu dicamkan, karena kita tidak bisa menang dengan
kekuatan kita sendiri. Kita hanya bisa menang melalui Dia.
Fil 4:13 - “Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi
kekuatan kepadaku”.
NASB: “I can do all
things through Him who strengthens me” (= Aku dapat melakukan segala
sesuatu melalui Dia yang menguatkan aku).
Melalui
kematian dan kebangkitanNya Yesus memberikan keselamatan kepada kita yang
percaya. Kita memang akan mengalami banyak penderitaan, tetapi keselamatan kita
terjamin. Sama seperti Kristus sudah menang, kitapun pasti menang! Tetapi
tetaplah di dalam Dia dan bersandar kepadaNya. Maukah saudara? Tuhan memberkati
saudara!
-AMIN-
email us at : gkri_exodus@lycos.com