oleh : Pdt. Budi Asali M.Div.
1) Berkata-kata
melawan Allah (Bil 21:5).
Pernahkah / seringkah saudara berkata-kata melawan Allah?
Itu bisa saudara lakukan dengan berbicara kepada Allah dalam doa, tetapi
dengan hati yang jengkel kepada Tuhan. Atau mungkin bahkan ada yang cukup
berani untuk memaki-maki Tuhan.
2) Berkata-kata
melawan Musa (Bil 21:5).
Musa dipilih oleh Tuhan menjadi pemimpin bangsa Israel.
Karena itu seharusnya mereka wajib untuk tunduk kepada Musa. Tetapi dalam
kejengkelan mereka, mereka berkata-kata melawan / menentang Musa.
Mungkin saudara beranggapan bahwa dalam Bil 21 ini bangsa
Israel dihukum berat bukan karena mereka berkata-kata menentang Musa tetapi
karena mereka berkata-kata menentang Allah. Tetapi itu tidak benar. Lihatlah:
·
Bil 12:1-dst. dimana Miryam
dan Harun menentang Musa.
·
Bil 14:1-dst. dimana umat
Israel menentang Musa.
·
Bil 16:1-dst dimana Korah,
Datan dan Abiram menentang Musa.
maka saudara akan melihat bahwa mereka semua dihukum
berat karena menentang Musa / hamba Tuhan.
Penerapan:
Dalam hidup kita juga ada orang-orang yang oleh Tuhan diberi
otoritas, misalnya:
¨
dalam keluarga: suami /
orang tua mempunyai otoritas (bdk. Kel 20:12 Ef 5:22).
¨
dalam sekolah: guru / dosen
mempunyai otoritas.
¨
dalam negara: pemerintah
mempunyai otoritas (bdk. Ro 13:1-dst).
¨
dalam pekerjaan: boss /
atasan mempunyai otoritas (bdk. 1Pet 2:18).
¨
dalam gereja: hamba Tuhan /
majelis mempunyai otoritas.
Apakah saudara sering tidak tunduk / tidak menghormati
orang-orang itu? Memang kalau mereka menyuruh sesuatu yang bertentangan dengan
Firman Tuhan, tentu saudara tidak boleh mentaati mereka (bdk. Kis 5:29), tetapi
saudara tetap harus menghormati mereka.
Pada saat itu mereka dipimpin oleh Tuhan menggunakan
tiang awan dan tiang api, tetapi mereka lalu menghina pimpinan Tuhan itu.
Sekarang kita dipimpin dengan Firman Tuhan. Kita menghina jalan Tuhan kalau
kita tidak senang terhadap Firman Tuhan itu atau kalau kita menganggapnya tidak
bijaksana, tidak benar, atau tidak masuk akal. Misalnya: mengapa Tuhan
mengijinkan punya istri cuma 1? Mengapa dilarang berzinah? Mengapa hari Sabat
harus istirahat dan pergi ke gereja? Mengapa harus memberikan persembahan
persepuluhan? Mengapa harus mengasihi musuh? Mengapa istri yang harus tunduk
kepada suami dan bukan sebaliknya? Ingat, kita tidak mempunyai hak untuk
mempertanyakan Firman Tuhan! Tugas kita adalah mengertinya dan mentaatinya,
bukan menilai benar tidaknya, menghakiminya, dan menghinanya.
Di padang gurun mereka diberi makan manna, dan itu mereka
sebut sebagai ‘makanan hambar’ terhadap mana mereka ‘sudah muak’ (Bil 21:5c).
NIV: ‘And we detest this miserable food’ (= Dan
kami benci / jijik terhadap makanan yang jelek ini).
NASB: ‘And we loathe this miserable food’ (= Dan
kami benci / jijik terhadap makanan yang jelek ini).
Penerapan:
Dalam masa krisis moneter ini adalah sangat mudah untuk
merasa tidak puas akan pemeliharaan Tuhan dan bahkan merendahkannya / menghinanya.
Mungkin sekarang saudara harus makan beras kelas dua, memakai pakaian yang
lebih jelek, naik kendaraan yang lebih rendah, dsb, tetapi pikirkanlah bahwa
ada banyak orang di Indonesia saat ini yang akan senang mendapatkan hal itu,
karena tingkat hidup mereka lebih rendah lagi dari saudara. Karena itu
sebetulnya saudara harus bersyukur dan bukannya mengomel.
NIV: ‘But the people grew impatient on the way’ (=
Tetapi bangsa itu menjadi tidak sabar di jalan).
NASB: ‘and the people became impatient because of the
journey’ (= dan bangsa itu menjadi tidak sabar karena perjalanan itu).
RSV: ‘and the poeple became impatient on the way’
(= dan bangsa itu menjadi tidak sabar di jalan).
KJV: ‘and the soul of the people was much discouraged
because of the way’ (= dan jiwa bangsa ini menjadi kecil hati karena jalan
itu).
Jadi sebetulnya sudah sejak lama mereka mau melakukan dosa-dosa
yang sudah kita bahas di atas, tetapi mereka tahan-tahan. Mereka berusaha untuk
sabar. Tetapi setelah beberapa lama, mereka tidak tahan lagi, mereka kehilangan
kesabaran, dan mereka lalu melakukan dosa-dosa itu.
Penerapan:
Apakah saudara mengalami problem / penderitaan yang selama
ini saudara tahan-tahan, tetapi sekarang saudara sudah mencapai titik dimana
saudara saudara mulai / sudah kehilangan kesabaran? Baca Yak 5:7-11.
Tuhan menghukum mereka dengan ‘ular tedung’ (Bil 21:6).
NIV: ‘venomenous snakes’ (= ular berbisa).
KJV/RSV/NASB: ‘fiery serpents’ (= ular berapi).
Disebut demikian karena kalau seseorang digigit ular ini
ia akan merasa panas seperti terbakar.
Charles Haddon Spurgeon menceritakan tentang seseorang
penjaga reptil di kebun binatang yang dalam keadaan mabuk lalu bermain-main
dengan ular. Mula-mula ia mengambil seekor ular Maroko yang berbisa, dan
bermain-main dengannya, tetapi ular itu tidak menggigit. Lalu ia mengambil
seekor Kobra dan bermain-main dengannya, tetapi Kobra itu lalu menggigitnya di
tengah-tengah kedua matanya. Lalu ia dibawa ke rumah sakit. Mula-mula suaranya
hilang, lalu penglihatannya hilang, lalu pendengarannya hilang. Setelah itu
denyut nadinya melemah, dan dalam waktu 1 jam setelah digigit, ia menjadi mayat
(‘Christ in the Old Testament’, hal 257-258).
Hukuman seperti inilah yang diberikan oleh Tuhan kepada
bangsa Israel!
Pada jaman ini Tuhan tidak harus menghukum dengan ular
tetapi Ia bisa menghukum dengan:
·
penderitaan. Memang ada
penderitaan yang diberikan kepada manusia bukan sebagai hukuman, tetapi sebagai
ujian. Tetapi juga ada penderitaan yang bisa menimpa manusia karena dosa-dosa
mereka.
·
keadaan tidak damai,
sumpek, gelisah, kosong.
Di luar jalan Tuhan tidak mungkin ada damai! Boleh saja
saudara kaya, dan bisa menikmati banyak hal-hal duniawi yang menyenangkan,
tetapi saudara tidak mungkin mempunyai damai / sukacita di hati!
·
kematian. Ini tidak bisa
dihindari!
Illustrasi: ada
dongeng kuno tentang seorang pedagang di Bagdad. Suatu hari ia suruh pelayannya
pergi ke pasar. Pelayan itu kembali dengan muka pucat ketakutan. Tuannya bertanya:
‘Ada apa?’. Pelayan itu menjawab: ‘Tuan, aku bertemu dengan maut. Maut itu
melihat aku, lalu menggerak-gerakkan tangannya secara menakutkan. Tuan, aku
takut sekali, tolong pinjami aku kuda, supaya aku bisa lari’. Tuan itu
bertanya: ‘Kamu mau lari kemana?’. ‘Aku mau lari ke kota Samarra’. Tuan itu
kasihan dan lalu meminjamkan kudanya dan pelayan itu lari ke kota Samarra. Tuan
itu lalu merasa penasaran, dan ia lalu pergi ke kota untuk mencari maut itu.
Waktu bertemu dengan maut, ia lalu bertanya: ‘Hai maut, mengapa kamu
menakut-nakuti pelayanku?’. Maut menjawab: ‘Aku tidak menakut-nakuti dia. Aku
hanya heran melihat dia di pasar di kota Bagdad ini, karena aku mempunyai
perjanjian untuk bertemu dengan dia malam ini di kota Samarra’.
Penekanan cerita ini jelas, yaitu bahwa kematian tidak
bisa dihindari. Bagi orang percaya, kematian bukan hukuman, tetapi pintu
gerbang menuju surga. Tetapi bagi orang yang belum percaya kepada Yesus,
kematian adalah hukuman / pintu gerbang neraka. Bisa datang lambat atau cepat,
tetapi pasti datang! Siapa tahu ia mempunyai perjanjian untuk bertemu dengan
saudara malam ini di kota ini? Siapkah saudara kalau ia datang malam ini?
·
Neraka.
Ada banyak orang senang membuat neraka sebagai bahan
guyonan. Misalnya dengan berkata: ‘Enak kalau masuk neraka bisa ketemu bintang-bintang
film, sex bom, Marlyn Monroe, dsb’. Terhadap orang seperti ini saya cuma mau
mengatakan bahwa saudara tidak akan menikmati pertemuan dengan Marlyn Monroe
dengan sebuah kompor yang menyala diletakkan di bawah pantat saudara,
lebih-lebih kalau saudara sedang berada dalam lautan yang menyala-nyala dengan
api dan belerang (bdk. Wah 21:8), atau kalau saudara sedang dikerumuni dan
digerogoti oleh milyaran ulat bangkai (zet) yang tidak bisa mati (bdk. Mark
9:44-48)!
Karena hukuman Tuhan itu, Israel datang kepada Musa untuk
minta ampun, dan Musa lalu berdoa untuk mereka (Bil 21:7). Dan Tuhan lalu
memerintahkan Musa membuat patung ulang tedung dan memasangnya pada sebuah
tiang. Dan Tuhan berkata bahwa ‘setiap orang yang terpagut, jika ia melihatnya, akan tetap
hidup’ (Bil 21:8b). Musa mentaati perintah
Tuhan itu, dan ia membuat patung ular dari tembaga dan meletakkannya pada
sebuah tiang, sehingga orang yang digigit ular bisa memandangnya dan menjadi
sembuh.
Perlu dicamkan bahwa penekanan Bil 21:4-9 ini bukanlah
dosa / hukuman dosa, tetapi ‘obat’ yang Tuhan berikan ini.
Ular tembaga ini merupakan TYPE dari Kristus, karena
dalam Yoh 3:14-15 dikatakan sebagai berikut: “Dan sama seperti Musa
meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan,
supaya setiap orang yang percaya kepadaNya beroleh hidup yang kekal”.
Jadi, pada jaman itu Israel berdosa, Tuhan menghukum
dengan ular. Untuk menyelamatkan dari hukuman, Tuhan memberi ular tembaga
sebagai obat.
Pada jaman ini, kita berdosa, hukuman kekal menanti kita.
Untuk menyelamatkan kita dari hukuman, Tuhan memberi Kristus sebagai obat!
Ada beberapa hal yang bisa kita pelajari tentang obat
yang Tuhan berikan ini:
1) Obat
itu menggelikan / tidak masuk akal.
Coba pikirkan: kalau saudara jadi orang Israel yang kena
gigit ular berbisa, dan saudara merasakan rasa sakit dan panas pada daerah
sekitar gigitan itu, apakah saudara percaya bahwa hanya dengan memandang kepada
patung ular tembaga itu saudara bisa sembuh? Bukankah itu tidak masuk akal?
Bukankah ada banyak obat lain yang lebih masuk akal, seperti pergi ke dokter /
tabib, mengikat bagian yang tergigit dsb?
Analoginya: Jaman sekarang Kristus juga adalah obat yang
menggelikan.
1Kor 1:22-24 - “Orang-orang Yahudi menghendaki tanda dan
orang-orang Yunani mencari hikmat, tetapi kami memberitakan Kristus yang
disalibkan: untuk orang-orang Yahudi suatu batu sandungan dan untuk orang-orang
bukan Yahudi suatu kebodohan, tetapi untuk mereka yang dipanggil, baik
orang Yahudi, maupun orang Yunani, Kristus adalah kekuatan dan hikmat Allah”.
Allah menjadi manusia, mati menebus dosa yang saat itu
belum terjadi, kebangkitan, kenaikan ke surga, dsb, bagi banyak orang adalah
hal-hal yang menggelikan dan tidak masuk akal. Karena itu mereka lalu mencari
obat lain yang lebih masuk akal, misalnya dengan berusaha berbuat baik,
beragama dsb.
Tetapi ingat! Obat yang menggelikan itu, baik patung ular
tembaga maupun Kristus, diberikan oleh Allah! Orang yang bersandar kepada rasio
/ perasaannya sendiri dan menolak obat ini, pasti akan binasa. Tetapi sebaliknya,
orang yang mau menerima obat ini akan selamat.
1Kor 1:21b - “Allah berkenan menyelamatkan mereka yang
percaya oleh kebodohan pemberitaan Injil”.
Bandingkan ini dengan cerita tentang Naaman dalam 2Raja
5, yang juga diberi obat yang menggelikan, yaitu mandi 7 x di sungai Yordan,
tetapi yang ternyata menyembuhkannya.
2) Obat
itu adalah satu-satunya jalan untuk bebas dari hukuman, atau satu-satunya jalan
keselamatan.
Tuhan tidak memberikan banyak patung binatang, atau
memberikan satu patung ular tembaga, satu ular perak, satu ular emas dsb. Tuhan
hanya memberikan satu ular dari tembaga, tidak ada yang lain. Kalau mereka
menolak jalan itu dan mencari jalan yang lain, apakah dengan berobat kepada
tabib / dukun, atau dengan mengikat bagian yang digigit, atau dengan mencari
obat lain manapun juga, mereka pasti mati. Hanya kalau mereka mau memandang
kepada ular tembaga yang dibuat Musa barulah mereka bisa sembuh.
Sebetulnya pemberian satu jalan keselamatan sudah pernah
terjadi sebelum peristiwa ular tembaga ini, yaitu:
a) Bahtera
Nuh (Kej 6-8).
Pada jaman Nuh itu, kalau orang tidak mau masuk ke dalam
bahtera, maka tidak ada jalan lain baginya melalui mana ia bisa selamat. Pada
waktu banjir itu mulai meninggi, ia mungkin akan mencoba naik pohon, naik atap
rumah, naik gunung yang tinggi, dsb, tetapi ia akan tetap mati, karena air bah
itu merendam seluruh dunia bahkan gunung yang tertinggi sekalipun (bdk. Kej
7:19-20). Jadi jelas bahwa bahtera itu adalah satu-satunya jalan keselamatan.
b) Darah
pada ambang pintu (Kel 12:3-7,12-13,21-23,25-30 1Kor 5:7).
Pada waktu Allah mau menghukum orang Mesir dengan
membunuh semua anak sulung, Allah memberikan jalan melalui mana bangsa Israel
bisa lolos dari hukuman itu. Caranya adalah menyapukan darah domba Paskah pada
ambang pintu. Dan ini adalah satu-satunya jalan melalui mana mereka bisa lolos
dari hukuman Allah itu.
Selanjutnya, 1Kor 5:7b berbunyi: “Sebab anak domba Paskah
kita juga telah disembelih, yaitu Kristus”. Jadi, jelaslah bahwa anak domba Paskah yang darahnya
merupakan satu-satunya jalan keselamatan pada saat itu, juga merupakan TYPE /
gambaran dari Kristus.
Analoginya: Jaman ini, Kristus adalah satu-satunya jalan
keselamatan. Ini terlihat dari banyak ayat di bawah ini:
·
Yoh 14:6 - “Kata Yesus kepadanya:
‘Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada
Bapa, kalau tidak melalui Aku’”.
·
Kis 4:12 - “Dan keselamatan tidak ada
di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini
tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat
diselamatkan”.
·
1Yoh 5:11-12 - “Dan inilah kesaksian itu:
Allah telah mengaruniakan hidup yang kekal kepada kita dan hidup itu ada di
dalam AnakNya. Barangsiapa memiliki Anak, ia memiliki hidup; barangsiapa tidak
memiliki Anak, ia tidak memiliki hidup”.
·
1Tim 2:5 - “Karena Allah itu esa dan
esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia
Kristus Yesus”.
·
Yoh 8:24b - “Jikalau kamu tidak percaya
bahwa Akulah Dia, kamu akan mati dalam dosamu”.
3) Obat
itu dibutuhkan oleh semua orang.
Tidak ada orang yang setelah digigit tidak membutuhkan
obat itu.
Analoginya: Jaman sekarang semua orang membutuhkan
Kristus sebagai obat. Mengapa? Karena Kitab Suci mengatakan ‘semua orang telah berbuat
dosa’ (Ro 3:23). Banyak orang mengira
mereka tidak membutuhkan Yesus. Mereka mengira bahwa dengan berbuat baik,
membuang dosa dsb mereka bisa selamat / masuk surga. Tetapi ini salah dan
bodoh! Semua manusia adalah orang berdosa, dan itu juga mencakup diri saudara,
sehingga kalau tidak mempunyai Penebus dosa / Juruselamat dosa, maka mereka /
saudara harus menanggung sendiri hukuman dosa itu dengan masuk ke neraka
selama-lamanya.
Apa yang harus dilakukan dengan obat itu supaya sembuh /
selamat?
Dalam Bil 21:9 orang Israel yang digigit ular itu harus
memandang kepada patung ular tembaga itu, maka mereka akan sembuh.
Bagaimana dengan jaman sekarang? Bagaimana analoginya?
Yoh 3:14-15 berkata: “Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun,
demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan, supaya setiap orang yang
percaya kepadaNya beroleh hidup yang kekal”.
Jadi, kalau dahulu orang Israel hanya perlu memandang
kepada patung ular tembaga, maka sekarang kita hanya perlu percaya kepada Yesus.
Dahulu tidak ada orang yang memandang ular tembaga tetapi
tetap mati; sekarang tidak ada orang yang percaya kepada Yesus tetapi binasa /
masuk neraka.
Pada saat itu, sudah ada orang-orang Israel yang mati.
Untuk mereka ini tentu tidak ada obat. Tetapi untuk mereka yang masih hidup,
apakah mereka baru digigit atau sudah hampir mati, belum terlambat untuk
memandang kepada ular tembaga itu. Kalau mereka melakukan hal itu mereka pasti
sembuh. Demikian juga dengan jaman sekarang. Untuk orang yang sudah mati tanpa
Kristus, tidak ada obat lagi. Tetapi untuk orang yang masih hidup, apakah dia
masih muda atau sudah tua dan hampir mati, tetap belum terlambat.
Pada saat itu, kalau orang menunda untuk memandang kepada
ular tembaga itu, maka ia bisa terlambat. Sekarang juga demikian. Kalau saudara
menunda-nunda untuk percaya kepada Yesus, saudara bisa terlambat. Karena itu
cepatlah datang kepada Yesus, besok mungkin sudah terlambat!
-AMIN-
email us at : gkri_exodus@lycos.com