oleh : Pdt. Budi Asali M.Div.
Disebut ‘keselamatan yang sebesar itu’ (ay 3a), karena:
1) Mengampuni
dosa yang bagaimanapun besarnya dan banyaknya.
Bandingkan dengan Yes 1:18 - “Sekalipun dosamu merah
seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah
seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba”. Jadi bukan seperti katrolan pada rapat kenaikan kelas,
yang hanya mengatrol murid yang nilainya kurang sedikit!
Barnes’ Notes: “It is great, because
it saves from great sins” (= Itu besar karena itu menyelamatkan dari dosa-dosa yang
besar) - hal 1235.
2) Dilakukan
dengan pengorbanan yang besar, yaitu dengan cara Allah berinkarnasi, lalu
menderita dan mati di kayu salib, lalu bangkit, dsb.
3) Menyelamatkan
kita dari hukuman yang sangat mengerikan di neraka.
Barnes’ Notes: “It is great, because
it saves from great dangers” (= Itu besar, karena itu menyelamatkan dari bahaya yang besar) - hal 1235.
4) Membuat
kita tidak jadi masuk neraka, tetapi masuk surga, dan itu semua dengan
cuma-cuma, tanpa perbuatan / usaha kita, dan tanpa hukuman apapun (kita
tidak percaya ‘api pencucian’!).
Semua ini memang menyenangkan bukan? Tetapi jangan senang
dulu, karena besarnya keselamatan mempunyai konsekwensi. Perhatikan kata-kata
Calvin di bawah ini.
Calvin: “God would indeed have
his gifts valued by us according to their worth. Then the more precious they
are, the baser is our ingratitude when we do not value them. In a word, in
proportion to the greatness of Christ will be the severity of God’s vengeance
on all the despisers of his Gospel” (= Allah memang menghendaki karuniaNya
dinilai oleh kita menurut nilainya. Makin berharga karunia itu, makin jelek /
hina rasa tidak berterima kasih kita pada saat kita tidak menghargainya.
Singkatnya, kerasnya pembalasan Allah terhadap semua orang yang menghina /
memandang rendah Injil, akan sebanding dengan kebesaran Kristus) - hal 53.
Anugerah keselamatan itu memang luar biasa besarnya,
tetapi ingat bahwa itu memberikan konsekwensi yang berat, yaitu: kalau
keselamatan itu saudara abaikan maka pembalasan Allah nanti juga akan sangat
besar!
Ini bisa terjadi melalui 2 cara. Yang pertama adalah
menyia-nyiakan keselamatan pada waktu itu ditawarkan kepada kita. Yang kedua
adalah menerimanya, tetapi lalu lalai dalam memeliharanya sehingga diri kita
hanyut dibawa arus.
Tentang kata ‘menyia-nyiakan’ dalam ay 3, Thomas Hewitt
(Tyndale) berkata sebagai berikut:
“The author does not say
‘if we reject’ but simply ‘if we neglect’; yet the latter quickly leads to the
former”
(= Si pengarang tidak berkata ‘jika kita menolak’ tetapi hanya ‘jika kita
mengabaikan / menyia-nyiakan’; tetapi yang terakhir dengan cepat membawa kepada
yang pertama) - hal 63.
Hewitt menambahkan bahwa kata Yunani yang digunakan di
sini sama dengan yang digunakan dalam Mat 22:5 dimana tamu yang diundang itu
dikatakan ‘tidak mengindahkan’ undangan itu.
Calvin: “Not only the rejection of
the Gospel, but also its neglect, deserves the heaviest punishment” (= Bukan hanya penolakan
terhadap Injil, tetapi juga pengabaiannya, layak mendapat hukuman yang
terberat) - hal 53.
Editor Calvin’s Commentary menambahkan bahwa
‘menyia-nyiakan’ berarti ‘not to care for’ (= tidak mempedulikan /
mengurus). Tidak mempedulikan / tidak mengurus keselamatan kita berarti
menyia-nyiakan / mengabaikannya.
Pulpit Commentary: “Let professing
Christians remember that they will miss salvation if they merely neglect it. As
the farmer will lose his harvest by simple neglect, as the business man will
become bankrupt by simple neglect, as the scholar will strip himself of his
attainments by simple neglect, so the surest way by which to accomplish the
irremediable ruin of the soul is just to ‘neglect so great salvation’” (= Biarlah orang yang
mengaku Kristen ingat bahwa mereka akan tidak mendapatkan keselamatan jika
mereka semata-mata mengabaikannya. Seperti petani akan kehilangan
tuaiannya hanya oleh pengabaian, seperti seorang pengusaha akan menjadi
bangkrut hanya oleh pengabaian, seperti seorang pelajar akan melucuti
dirinya sendiri dari pencapaiannya hanya oleh pengabaian, demikianlah jalan
yang paling pasti untuk mencapai kehancuran jiwa yang tak bisa disembuhkan /
diperbaiki adalah hanya dengan ‘mengabaikan keselamatan yang sebesar itu’) - hal 53.
Pulpit Commentary: “Thousands of
church-going people ignore the gospel, out of love of the world and secret
repugnance of Christ and his cross” (= Ribuan orang yang rajin pergi ke gereja
mengabaikan Injil, karena kasih kepada dunia dan kejijikan diam-diam terhadap
Kristus dan salibNya) - hal 52.
Penerapan:
Apakah saudara peduli pada keselamatan saudara atau
mengabaikan / tidak peduli pada keselamatan saudara? Ingat bahwa pergi ke
gereja dan bahkan aktif di gereja belum tentu berarti bahwa saudara peduli dan
mengurus keselamatan saudara!
Ingat juga bahwa bukan penolakan terhadap Injil
saja yang akan menyebabkan penghukuman, tetapi juga penyia-nyiaan /
pengabaian terhadap Injil! Jadi jangan merasa aman / sudah selamat hanya
karena saudara adalah seorang simpatisan kristen, sudah pergi ke gereja dsb!
Saudara mungkin tidak memusuhi Injil / Yesus, tetapi kalau saudara mengabaikan
Injil / Yesus maka saudara tetap akan dihukum.
Saudara mungkin tidak mengabaikan gereja, pendeta, orang
kristen yang lain, dsb, tetapi kalau saudara mengabaikan keselamatan / Injil /
Yesus sendiri, maka saudara pasti binasa!
Hanya dengan mengabaikan keselamatan maka kita akan
binasa / masuk neraka. Jadi untuk bisa binasa / masuk neraka tidak
dibutuhkan dosa-dosa yang hebat!
Barnes’ Notes: “It needs not great
sins to destroy the soul. Simple neglect will do it as certainly as atrocious
crimes. Every man has a sinful heart that will destroy him, unless he makes an
effort to be saved. And it is not merely the great sinner, therefore, who is in
danger. It is the man who neglects his soul - whether a moral or an immoral man,
a daughter of amiableness, or a daughter of vanity and vice” (= Tidak dibutuhkan
dosa-dosa yang besar untuk menghancurkan jiwa. Suatu pengabaian semata-mata
akan menghancurkannya dengan sama pastinya seperti kejahatan-kejahatan yang
kejam / mengerikan. Setiap orang mempunyai hati yang berdosa yang akan menghancurkannya,
kecuali ia melakukan usaha untuk diselamatkan. Dan karena itu, bukan
hanya orang-orang yang sangat berdosa saja yang ada dalam bahaya. Yang ada
dalam bahaya adalah orang yang mengabaikan jiwanya - apakah ia seorang
laki-laki bermoral atau tidak bermoral, seorang perempuan yang ramah atau
seorang perempuan yang melakukan kesia-siaan dan kejahatan) - hal 1234.
Catatan: ‘usaha
untuk diselamatkan’ maksudnya bukan ‘berbuat baik supaya selamat’, tetapi
‘datang kepada Kristus supaya diselamatkan’.
Kalau saudara membaca koran tentang pembunuhan terhadap
‘ninja’ dimana kepalanya dipenggal, lalu disunduk dan diangkat ke atas, darahnya
diminum, atau tentang pembunuhan terhadap preman dalam peristiwa Ketapang
baru-baru ini, maka saudara mungkin beranggapan bahwa pembunuh-pembunuh bejat
itu pasti masuk neraka. Tetapi ada 2 hal yang perlu diingat:
a)
b)
2) Hanyut
dibawa arus (ay 1).
Dari ay 1 ini terlihat bahwa kalau kita memperhatikan
firman dengan lebih teliti, atau dengan kata lain kalau kita terus berpegang
teguh pada firman, kita tidak akan hanyut, tetapi sebaliknya kalau kita tidak
memperhatikan firman atau mulai mengabaikan firman, maka kita akan hanyut
dibawa arus.
Pulpit Commentary: “To drift away from
Christ is fearfully possible. It is so: 1. Because the soul is not always
moored to Christ when it is brought to Christ. We regard it a doctrine of the
New Testament that the true believer cannot be lost, that the salvation which
on faith in Christ he receives is for ever, the might of Christ to supply all
that is necessary to salvation being the warrant of it. Why, then, are these
professing Christians warned against drifting away from Christ? It is possible
to be brought to Christ without being anchored to him. A number of influences
may lead one close to the Redeemer, between whom and Christ there is,
nevertheless, no vital union, and as long as the tide runs that way his safety
may not be suspected even by himself, but let the tide turn and his lack of
union becomes apparent and he may drift away and be lost. 2. Because powerful
adverse currents tend to carry the soul from the Saviour. Sometimes the current
leads toward Christ. ... But it is not always that way; difficulties occur,
winds of temptation blow, the tide of worldly custom runs high, the unseen
force of depraved inclination gathers power; and then, however strong the
cable, however firmly it may bind shore and ship together, it will creak and
strain, and every fibre of it be needed to hold the ship in safety. But what if
there be no cable, no vital faith, in that day? Then the soul will inevitably
part company with Christ, leaving the harbour where it has lain so long, and be
seen drifting away. 3. Because the departure of the soul from Christ may be for
some time imperceptible. Drifting away is a departure silent, gradual,
unnoticeable. At sunset the ship is close to shore and all is safe; without a
warning it drops into the tide, and swings round, and with no sound but the
ripple of the water is carried down the stream to the open sea, and the crew
may sleep through it all. So, departure from Christ may be as involuntary and
quiet as that; a silent, ceaseless, unconscious creeping back to old habits.
There is its danger. Drifting away means leaving Christ without knowing it,
till we find ourselves far out at sea, and a tide we cannot resist bearing us
still further away. You have seen men who were once close to Christ, but whilst
they slept they have unconsciously glided away, and by the current of
worldliness been carried into the rapids and whirled along faster and faster,
only waking to stare wildly at their helplessness, and close hands and eyes in
despair for the final plunge into the eternal gulf” (= Hanyut dari Kristus
adalah sesuatu yang sangat mungkin terjadi. Ini disebabkan: 1. Karena seseorang
tidak selalu tertambat kepada Kristus pada waktu ia dibawa kepada Kristus. Kami
menganggap ini sebagai doktrin dari Perjanjian Baru bahwa orang percaya yang
sejati tidak bisa terhilang, bahwa keselamatan yang ia terima karena iman dalam
Kristus adalah untuk selamanya, kekuatan Kristus untuk menyuplai semua yang
diperlukan untuk keselamatan merupakan jaminan untuk hal itu. Lalu mengapa
orang-orang yang mengaku Kristen ini diper-ingatkan supaya tidak hanyut dari
Kristus? Adalah mungkin untuk dibawa kepada Kristus tanpa dijangkarkan kepada
Dia. Banyak pengaruh bisa membawa seseorang dekat kepada Sang Penebus sekalipun
antara dia dan Kristus tidak ada persatuan yang hidup, dan selama air pasang
mendorongnya ke arah itu keselamatannya tidak akan dicurigai bahkan oleh
dirinya sendiri, tetapi pada waktu air surut maka ketidakadaan persatuan ini
akan menjadi nyata dan ia akan hanyut dan terhilang. 2. Karena arus kuat yang
melawan cenderung memisahkan seseorang dari Sang Juruselamat. Kadang-kadang arus
membawa kepada Kristus. ... Tetapi tidak selalu seperti itu;
kesukaran-kesukaran terjadi, angin pencobaan bertiup, air pasang dari kebiasaan
duniawi naik, kekuatan yang tak terlihat dari kecenderungan yang bejat
mengumpulkan kekuatan; dan lalu, betapapun kuat kabelnya, betapapun teguhnya
kabel itu mengikatkan kapal ke pantai, kabel itu akan berderik-derik dan
menegang, dan setiap serat dari kabel itu dibutuhkan untuk menahan kapal itu
dengan aman. Tetapi bagaimana jika di sana tidak ada kabel, tidak ada iman yang
hidup, pada saat itu? Maka tidak bisa tidak orang itu akan terpisah dari
Kristus, meninggalkan pelabuhan dimana ia sudah terletak begitu lama, dan
terlihat hanyut. 3. Karena tindakan meninggalkan dari seseorang terhadap
Kristus bisa untuk beberapa waktu tidak kelihatan / tidak terasa. Hanyut adalah
suatu kepergian yang tenang, perlahan-lahan, tak terlihat. Pada saat matahari
terbenam kapal dekat dengan pantai dan semua aman; tanpa peringatan kapal itu
masuk ke dalam air pasang, dan terombang-ambing, dan tanpa ada bunyi kecuali
riak dari air, ia dibawa arus ke laut lepas, dan anak buah kapal mungkin tidur
selama itu. Begitu juga, meninggalkan Kristus bisa sama tak disengajanya dan
sama tenangnya seperti itu; tindakan merangkak yang tenang, terus menerus, tak
disadari, mengembalikan kita kepada kebiasaan-kebiasaan lama. Itulah bahayanya.
Hanyut dari Kristus berarti meninggalkan Kristus tanpa mengetahuinya, sampai
kita mendapatkan diri kita jauh di laut, dan air pasang yang tak bisa kita
lawan membawa kita lebih jauh lagi. Engkau telah melihat orang-orang yang suatu
saat pernah dekat dengan Kristus, tetapi sementara mereka tidur secara tak
disadari mereka meluncur pergi, dan oleh arus keduniawian dibawa ke dalam
aliran yang deras dan dihanyutkan makin lama makin cepat, dan pada waktu mereka
bangun mereka memandang dengan bingung pada keadaan mereka yang tanpa harapan,
dan melipat tangan dan menutup mata dalam keputus-asaan untuk loncatan terakhir
ke dalam jurang yang kekal) - hal 68.
Renungkan:
a)
b)
Satu hal yang perlu dicamkan adalah: Ibr 2:1-4 ini
kelihatannya menunjukkan bahwa orang yang hanyut karena tidak memperhatikan
Firman ini, juga adalah orang yang menyia-nyiakan / mengabaikan keselamatan!
Mari kita baca ay 2-3, dan bandingkan dengan Ibr
10:26-29. Kalau kita menolak / mengabaikan Injil, jangan berharap untuk
selamat! Perhatikan pertanyaan ‘bagaimanakah kita akan luput’ (NIV: ‘how shall we escape’)
pada awal ay 3. Ini mirip dengan pertanyaan Paulus dalam Ro 2:3b.
Pulpit Commentary: “The question is asked,
‘How shall we escape?’ The reply must be, ‘There is no escape.’” (= Pertanyaan ditanyakan:
‘Bagaimana kita akan luput?’. Jawabannya haruslah: ‘Tidak ada jalan untuk
luput’) - hal 77.
Mengapa kita tidak bisa luput kalau kita menyia-nyiakan /
mengabaikan keselamatan?
1) Karena
Injil / Yesus adalah satu-satunya obat / jalan keselamatan (Yoh 14:6 Kis 4:12
1Yoh 5:11-12), maka penolakan / pengabaian terhadap Injil pasti mengakibatkan
kebinasaan kekal.
Illustrasi:
tenggelamnya Titanic, ada istri yang tidak mau naik sekoci penyelamat karena
suaminya tidak boleh ikut. Karena ia menolak satu-satunya sekoci penyelamat
yang ada, maka ia mati.
2) Yang
mengabaikan Taurat saja tidak luput, apalagi yang mengabaikan Injil (ay 2-4).
Kata ‘karena itu’ pada awal ay
1 menghubungkan bagian ini dengan bagian sebelumnya. Dalam Ibr 1:5-14 penulis
surat Ibrani ini menunjukkan bahwa Yesus lebih tinggi dari malaikat. Sekarang
dalam Ibr 2:1-4 ia menunjukkan:
Dalam hukum Taurat sendiri tidak ada pernyataan explicit
tentang hal ini, hanya dikatakan bahwa Tuhan turun ke gunung Sinai diiringi
ribuan malaikat (Ul 33:2). Tetapi pernyataan dalam Ibr 2:2 ini didukung oleh
Kis 7:53 dan Gal 3:19.
c) Pelanggaran
terhadap Taurat tidak bebas dari hukuman.
Ay 2: ‘firman yang dikatakan dengan perantaraan malaikat-malaikat tetap
berlaku’.
NASB: ‘proved unalterable’ (= terbukti tak bisa
berubah).
NIV: ‘was binding’ (= mengikat).
KJV: ‘was steadfast’ (= tetap / tak berubah).
RSV: ‘was valid’ (= berlaku).
Ay 2a ini (bahwa firman / Taurat itu tak berubah / tetap
berlaku) dibuktikan dengan ay 2b: ‘setiap pelanggaran dan ketidaktaatan mendapat balasan yang
setimpal’.
d) Kalau
pelanggaran terhadap Taurat, yang disampaikan oleh malaikat itu saja, pasti
menimbulkan hukuman, lebih-lebih dengan pengabaian terhadap Injil.
Mengapa pelanggaran terhadap Injil, yang mula-mula
diberitakan oleh Yesus, lalu oleh rasul-rasul diteguhkan dengan tanda /
mujijat, akan dihukum lebih berat dari pada pelanggaran terhadap Taurat, yang
dikatakan dengan perantaraan malaikat? Bukan karena Injil lebih benar dari
Taurat. Keduanya berasal dari Tuhan sehingga keduanya adalah benar / sama
benarnya. Lalu mengapa ada perbedaan hukuman?
Taurat dikatakan hanya melalui malaikat, tetapi Injil
diberitakan oleh Kristus sendiri, dan lalu oleh rasul-rasul, yang disertai
tanda / mujijat untuk meneguhkan kesaksiannya. Semua ini bisa lebih meyakinkan
kita bahwa Injil itu benar dan Injil itu memang dari Tuhan. Jadi dalam
pemberitaan Injil, ada lebih banyak terang yang secara teoretis lebih
memudahkan kita untuk percaya. Karena adanya terang yang lebih banyak ini, maka
berdasarkan Luk 12:48b (mungkin lebih baik lagi kalau dibaca mulai Luk 12:47),
maka kalau Injil tetap tidak dipedulikan, maka hukumannya akan diperberat.
Ini alasan yang benar mengapa yang menolak / mengabaikan
Injil dihukum lebih berat dari yang melanggar Taurat.
Banyak orang berpikir bahwa pada jaman Taurat, Allah
menekankan kesucian dan keadilanNya, sedangkan pada jaman Injil, Allah menekankan
kasihNya. Ini mungkin benar, tetapi ingat bahwa kalau seseorang tetap tidak
bertobat sampai mati pada jaman Injil, maka ia akan dihukum lebih berat dari
orang yang tidak bertobat pada jaman Taurat.
Jadi jelas bahwa menyia-nyiakan / mengabaikan keselamatan
mempunyai konsekwensi yang sangat serius, dan karena itu jangan menyia-nyiakan
/ mengabaikan keselamatan.
Kalau saudara belum percaya kepada Kristus, cepatlah
datang dan percaya kepada Yesus sebagai Juruselamat saudara. Besok mungkin
sudah terlambat.
Kalau saudara sudah adalah orang kristen, jagalah supaya
diri saudara tidak hanyut, dengan cara makin teliti memperhatikan Firman (ay 1).
Pulpit Commentary: “Faith is the cable
which alone can moor us to Christ; but the Word of God has a vital bearing on
faith; therefore, where the Scriptures are neglected, there is the utmost peril
of drifting away” (= Iman adalah satu-satunya kabel yang bisa menambatkan kita
kepada Kristus; tetapi Firman Allah mem-punyai hubungan dengan iman; karena itu
dimana Kitab Suci diabaikan di sana ada bahaya / resiko hanyut pada tingkat
yang tertinggi) - hal 69.
Penerapan:
Banyaklah belajar / membaca Firman baik dari Kebaktian,
Pemahaman Alkitab, Saat Teduh, makalah, cassette, dsb. Dan jangan hanya menjadi
pendengar, tetapi jadilah juga pelaku Firman!
Pulpit
Commentary: “How, then, ‘shall we
escape, if we neglect so great salvation’? Can your temporal resources open up
a way for your escape? Can your own arm save you? ‘Hast thou an arm like God?’
Can education, or science, or philosophy save you? There is but one Saviour
from sin, even Jesus. Accepting him, we shall be saved with ‘so great
salvation.’ Neglecting him and his salvation we shall be lost. You need not
toil to secure your ruin. Neglect alone is sufficient to bring you under the
most terrible condemnation and punishment. Disregard the offered salvation, and
all the dread consequences of sin will fall upon you with pitiless and
inflexible severity. ‘Therefore we ought to give more earnest heed to the
things which we have heard’” (= Lalu, bagaimana ‘kita akan luput, jika kita mengabaikan
keselamatan yang sebesar itu’? Bisakah sumber-sumber duniawimu membuka jalan
untuk meluputkanmu? Bisakah lenganmu sendiri menyelamatkanmu? ‘Apakah lenganmu
seperti lengan Allah?’. Bisakah pendidikan, atau ilmu pengetahuan, atau
filsafat menyelamatkanmu? Hanya ada satu Juruselamat dari dosa, yaitu Yesus.
Jika kita menerima Dia, kita akan diselamatkan dengan ‘keselamatan yang sebesar
itu’. Jika kita mengabaikan Dia dan keselamatanNya maka kita akan terhilang.
Engkau tidak perlu berjerih payah untuk memastikan kehancuranmu. Pengabaian
saja sudah cukup untuk membawamu ke bawah kutukan dan hukuman yang paling
mengerikan. Janganlah menghiraukan tawaran keselamatan, dan semua akibat yang
menakutkan dari dosa akan menimpa engkau dengan kekerasan yang tak
berbelas-kasihan dan tak dapat diubah. ‘Karena itu kita harus lebih teliti
memperhatikan apa yang telah kita dengar’)
- hal 59.
Catatan: Kata-kata ‘apakah lenganmu seperti lengan Allah’
dikutip dari Ayub 40:4 (dalam Kitab Suci bahasa Inggris Job 40:9).
-AMIN-
email us at : gkri_exodus@lycos.com