oleh : Pdt. Budi Asali M.Div.
Sebagian dari text yang kita baca mula-mula menunjukkan
keadaan menderita dan tanpa harapan.
·
8:21 - ‘lalu lalang’.
NIV: ‘roam through the land’ (= mengembara melalui
/ di seluruh negeri itu).
Ini menunjukkan bahwa mereka mengembara tanpa tempat
tinggal. Tuhan menjanjikan negeri itu sebagai milik pusaka mereka, tetapi
karena dosa maka Tuhan menghukum mereka sehingga harus mengembara tanpa tempat
tinggal.
·
8:21 - mereka melarat dan
lapar dan mengutuki raja dan Allahnya..
Calvin mengatakan bahwa ‘Allah’ di sini menunjuk kepada
dewa-dewa / berhala mereka. Tadinya mereka mempunyai keyakinan kepada raja
maupun dewa mereka, tetapi sekarang mereka mengutukinya. Ini langkah awal
menuju pertobatan.
Tetapi E. J. Young mengatakan bahwa ‘Allah’ di sini
betul-betul menunjuk kepada Allah. Jadi pada waktu mereka dihukum dengan
penderitaan, mereka justru menjadi marah kepada Allah dan mengutukinya.
·
8:22 - mereka melihat ke
langit / ke atas dan ke bawah / ke bumi, tetapi yang ada hanya kesesakan,
kegelapan, kesuraman yang menghimpit.
·
8:23 - ‘kesuraman’, ‘negeri yang terimpit’, ‘Tuhan merendahkan tanah
Zebulon dan tanah Naftali’.
·
9:1 - ‘berjalan dalam kegelapan’, ‘diam di negeri kekelaman’.
·
9:3 - ‘kuk yang menekannya’, ‘gandar (NIV: ‘bar’;
NASB: ‘staff’) yang di atas bahunya’, ‘tongkat si penindas’.
Sebetulnya keadaan tanpa harapan ini berlaku bukan hanya
atas Israel, tetapi atas seluruh dunia.
Pengharapan yang saya maksud adalah yang bersifat rohani
dan kekal, yaitu pengharapan akan pengampunan dosa, damai dengan Allah, masuk
surga, bebas dari hukuman dsb.
Misalnya:
·
orang miskin, bodoh, tak
berpendidikan.
·
orang yang mengalami
problem berat, seperti dikeluarkan dari pekerjaan, problem rumah tangga, dsb.
·
orang yang mempunyai
penyakit yang tidak mungkin sembuh.
2) Dalam
dunia ini ada orang yang merasa mempunyai harapan atau dianggap mempunyai
harapan.
Misalnya:
·
seorang yang pandai / berIQ
tinggi, yang sekolahnya hebat, selalu juara dsb.
·
seorang yang bisnisnya
hebat, atau yang sekalipun belum hebat tetapi prospek bisnisnya bagus.
Orang-orang seperti ini dianggap mempunyai ‘masa depan
cerah’, tetapi sebetulnya ini hanyalah pengharapan duniawi yang semu, palsu,
dan sementara, dan karenanya sebetulnya sama dengan tidak ada pengharapan.
Banyak orang ditipu oleh pengharapan duniawi yang semu /
palsu dan sementara ini, sehingga mereka lalu berjuang mati-matian untuk bisa
mempunyai gelar, kedudukan / jabatan tinggi, kekayaan, dsb!
Untuk membuktikan bahwa orang yang seperti ini tidak mempunyai
harapan, sebetulnya gampang sekali. Mula-mula tanyakan: apa yang sekarang ini
kamu kejar / usahakan? Belajar mati-matian supaya bisa punya gelar yang tinggi.
Lalu? Setelah lulus dan mempunyai gelar tinggi, saya akan bekerja. Lalu? Saya
mempunyai bisnis yang hebat, yang menghasilkan banyak uang. Lalu? Saya menjadi
kaya, lalu membeli rumah, mobil, lalu menikah, punya keluarga yang bahagia,
menyekolahkan anak dsb. Lalu? Ya, saya menjadi tua? Lalu? Ya akhirnya saya akan
mati. Lalu?
Pengharapan apa yang bisa diberikan oleh hal-hal itu pada
saat saudara mati dan harus menghadap tahta pengadilan Allah? Amsal 11:4
berkata: “Pada
hari kemurkaan harta tidak berguna, tetapi kebenaran melepaskan orang dari
maut”.
Bandingkan semua ini dengan:
·
Luk 12:16-21 - perumpamaan
tentang orang kaya yang bodoh.
·
Bandingkan dengan kitab
Pengkhotbah: ‘segala sesuatu adalah kesia-siaan dan usaha menjaring angin;
memang tak ada keuntungan di bawah matahari’
(Pengkhotbah 2:11b).
3) Dalam
dunia ini ada orang yang mempunyai agama tertentu (non Kristen), yang berharap
akan masuk surga.
Dari sudut agamanya sendiri tidak ada kepastian masuk
surga, dan dari sudut kristen / Kitab Suci kita, ia bahkan pasti masuk neraka,
karena tanpa Kristus tidak ada orang sampai kepada Bapa / Surga (Yoh 14:6).
Kesimpulan: dunia ini tidak mempunyai pengharapan!
Mengapa semua ini terjadi? Waktu Tuhan menciptakan Adam dan Hawa, dalam Kej
1:31 dikatakan ‘sungguh amat baik’.
Manusia tidak mempunyai penderitaan, bersekutu dengan Tuhan, juga Adam dan Hawa
mempunyai hubungan yang baik. Tetapi Kej 3 lalu menceritakan bahwa dosa masuk
ke dalam dunia. Apa yang diakibatkan oleh hal itu?
·
Manusia putus hubungan
dengan Allah.
·
Terjadi pertengkaran antar
manusia. Adam melemparkan kesalahan kepada Hawa, yang tentunya menyebabkan Hawa
jengkel. Kain membunuh Habil dsb.
·
Penderitaan masuk ke dalam
dunia, baik penderitaan batin (takut, gelisah, dsb) maupun fisik (penyakit,
kemiskinan dsb).
·
Kematian.
Sekarang mari kita kembali kepada text khotbah hari ini.
Text ini bukan hanya menggambarkan keadaan orang yang menderita dan tidak
mempunyai pengharapan, tetapi juga menunjukkan bahwa keadaan lalu berbalik.
·
8:23a - ‘Tetapi tidak selamanya
akan ada kesuraman’.
·
8:23b - ‘Kalau dahulu TUHAN
merendahkan tanah Zebulon dan tanah Naftali, maka di kemudian hari Ia akan
memuliakan jalan ke laut, daerah seberang sungai Yordan, wilayah bangsa-bangsa
lain’. Jangan pusingkan istilah ‘jalan
ke laut’ dsb. Pokoknya ini adalah wilayah yang sama, yang tadinya direndahkan
tetapi sekarang dimuliakan.
·
9:1 - ‘Bangsa yang berjalan di
dalam kegelapan telah melihat terang yang besar; mereka yang diam di negeri
kekelaman, atasnya terang telah bersinar’.
·
9:2 - ‘Engkau telah menimbulkan
banyak sorak-sorak, dan sukacita yang besar; mereka telah bersukacita di
hadapanMu, seperti sukacita di waktu panen, seperti orang bersorak-sorak di
waktu membagi-bagi jarahan’.
·
9:3 - ‘kuk yang menekannya dan
gandar yang di atas bahunya serta tongkat si penindas, telah Kaupatahkan ...’.
·
9:4 menunjukkan bahwa semua
peralatan perang dimusnahkan, dan ini menunjukkan adanya damai.
Mengapa keadaan penderitaan dan tanpa harapan itu bisa
berbalik? Jawabnya ada dalam 9:5 - ‘Karena seorang anak telah lahir untuk
kita, seorang putera telah diberikan untuk kita’. Ini jelas menunjuk pada kelahiran Yesus. Jadi, Natal /
kelahiran Yesus memberikan pengharapan.
Catatan: Kitab
Suci Indonesia benar dengan menterjemahkan ke dalam bentuk lampau (‘telah lahir’ dan ‘telah diberikan’). Ini
memang merupakan suatu nubuat, tetapi untuk menunjukkan kepastian terjadinya
hal itu, maka digunakan bentuk lampau.
E. J. Young: “He speaks of the birth as
though it had already occurred, even though from his standpoint it was yet to
take place in the future” (= Ia berbicara tentang kelahiran itu seakan-akan itu telah
terjadi, sekalipun dari sudut pandangnya itu masih akan terjadi di masa yang akan
datang) - hal 329.
Pada waktu manusia pertama kali jatuh ke dalam dosa,
Tuhan memberikan suatu janji dalam Kej 3:15, yang memberikan pengharapan.
Mesias ini dinanti-nantikan selama ribuan tahun oleh orang Yahudi, lalu datang
pada Natal yang pertama, sekitar 2000 tahun yang lalu. Tetapi Yesus lalu ditangkap
dan mati disalib. Sepertinya pengharapan yang tadinya muncul lalu hilang lagi.
Tetapi tidak demikian, karena Ia lalu bangkit dari antara orang mati. Jadi
kalau dikatakan bahwa Natal memberikan pengharapan, ingat bahwa Natal tidak
bisa dipisahkan dari Jum’at Agung dan Paskah. Mengapa? Karena tadi sudah kita
lihat bahwa dosalah yang menyebabkan semua kekacauan, penderitaan, dan keadaan
tanpa harapan ini. Jadi dosa itu harus dibereskan. Tetapi upah dosa itu maut
(Ro 6:23 Kej 2:16-17), sedangkan Allah tidak bisa mati. Jadi Allah harus
menjadi manusia, dan itu yang terjadi pada Natal yang pertama, sekitar 2000
tahun yang lalu. Yesus memang datang dengan tujuan untuk mati menebus dosa
kita. Tetapi setelah Ia mati, Ia lalu bangkit dan menunjukkan kemenanganNya
atas setan, dosa dan maut. Melalui semua itu Ia membereskan dosa dan
menyediakan pengharapan dan keselamatan bagi manusia.
·
1Tim 1:1 - “Dari Paulus, rasul Kristus
Yesus menurut perintah Allah, Juruselamat kita, dan Kristus Yesus, dasar
pengharapan kita”.
Catatan: kata
‘dasar’ seharusnya tidak ada.
·
Kol 1:27b - “Kristus ada di
tengah-tengah kamu, Kristus yang adalah pengharapan akan kemuliaan”.
Catatan: ‘di
tengah-tengah kamu’ seharusnya adalah ‘di dalam kamu’.
Kata ‘kemuliaan’ tentu tidak menunjuk pada kemuliaan
duniawi, tetapi menunjuk pada kemuliaan di sorga. Ada orang yang ikut Kristus
hanya untuk hal-hal duniawi seperti kekayaan, kesembuhan dari penyakit jasmani,
bebas dari problem dsb. Tetapi Paulus berkata dalam 1Kor 15:19 - “Jikalau kita hanya dalam
hidup ini saja menaruh pengharapan pada Kristus, maka kita adalah orang-orang
yang paling malang dari segala manusia”.
Kalau 2 ayat di atas ini kita perhatikan dengan seksama,
maka kita akan melihat bahwa tidak dikatakan bahwa ‘Kristus membawa /
memberikan pengharapan’, tetapi
dikatakan bahwa ‘Kristus adalah pengharapan’.
Kalau dikatakan bahwa ‘Kristus membawa / memberikan pengharapan’, maka bisa saja kita menerima pengharapannya tetapi
menolak Kristusnya. Tetapi kalau dikatakan bahwa ‘Kristus adalah
pengharapan’, maka itu berarti bahwa
menerima Kristus berarti menerima pengharapan dan menolak Kristus berarti
menolak pengharapan.
Seorang pendeta tertidur di ruang kerjanya, pada pagi
hari, di suatu hari Natal, dan ia bermimpi tentang dunia dimana Yesus tidak
pernah datang. Dalam mimpinya, ia melihat-lihat dalam rumahnya, dan ia tidak
menjumpai hiasan-hiasan Natal. Ia lalu berjalan-jalan di jalan raya, tetapi
tidak ada gereja-gereja. Ia kembali ke ruang belajarnya dan ia menjumpai bahwa
semua buku-buku tentang Juruselamat sudah hilang. Tiba-tiba ada bel, dan
seorang utusan memintanya untuk mengunjungi seorang ibu yang sedang sekarat. Ia
cepat-cepat pergi ke rumah itu, dan ia berkata kepada anak dari ibu yang sedang
sekarat itu: “Aku mempunyai sesuatu disini yang akan menghibur kamu”. Ia
membuka Alkitabnya untuk mencari ayat-ayat hiburan yang sudah biasa ia gunakan,
tetapi Alkitabnya berhenti pada Maleakhi, dan di sana tidak ada Injil maupun
janji tentang pengharapan dan keselamatan dan ia hanya bisa menundukkan
kepalanya dan menangis bersama anak itu di dalam keputusasaan yang pahit. Dua
hari setelah itu, ia berdiri di sebelah peti mati ibu itu dan memimpin
kebaktian penguburan, tetapi disana tidak ada berita penghiburan, tidak ada
firman tentang kebangkitan yang mulia, tidak ada surga yang terbuka, tetapi
hanya ada “engkau debu dan engkau akan kembali menjadi debu” dan suatu
perpisahan yang panjang dan kekal. Akhirnya ia menyadari bahwa Kristus tidak
datang, dan ia menangis dengan pahit dalam mimpinya yang menyedihkan itu.
Tiba-tiba ia terbangun, dan ia mendengar nyanyian Natal dari paduan suara
gereja yang membuatnya sadar bahwa sebetulnya Kristus sudah datang! - ‘Streams
in the Desert’, vol I, tgl 25 Desember.
Puji Tuhan karena Natal itu ada! Puji Tuhan karena
Kristus sudah datang! Banyak orang mempersoalkan tanggal kelahiran, tempat
kelahiran dari Kristus. Semua itu memang tidak diketahui dan tidak penting.
Yang penting adalah fakta bahwa Kristus sudah datang, sebagai pengharapan bagi
manusia, termasuk bagi saudara dan saya.
1) Sadarilah
bahwa saudara adalah orang berdosa, yang membutuhkan Kristus sebagai
Juruselamat / Penebus dosa.
Kalau saudara merasa diri baik, saudara tidak akan merasa
butuh seorang Juruselamat / Penebus, dan Kristus juga tidak datang untuk
saudara (Mat 9:12-13).
Ada seorang yang berkata:
“There is more hope for a
self-convicted sinner than there is for a self-conceited saint” (= Ada lebih banyak
harapan untuk orang berdosa yang sadar akan dosanya sendiri dari pada untuk
orang kudus / suci yang menipu dirinya sendiri) - ‘The Encyclopedia of Religious Quotation’, hal
345.
Charles Haddon Spurgeon: “Nothing is more deadly than self-righteousness” (= Tidak ada yang lebih
mematikan dari perasaan / anggapan bahwa diri sendiri itu benar) - ‘Morning and Evening’, September 29, morning.
Dalam membahas 1Yoh 1:8-10 William Barclay berkata:
“Any number of people do
not really believe that they have sinned and rather resent being called
sinners. Their mistake is that they think of sin as the kind of thing which
gets into the newspapers” (= Banyak orang tidak sungguh-sungguh percaya bahwa mereka
telah berbuat dosa dan tersinggung / marah pada waktu disebut sebagai orang
berdosa. Kesalahan mereka adalah bahwa mereka menganggap dosa sebagai hal-hal
yang dimasukkan ke surat kabar) - hal 33.
Kata dosa dalam 1Yoh 1:8,9,10 adalah HAMARTIA, yang arti
hurufiahnya adalah ‘a missing of the target’ (= suatu keluputan dari
sasaran). Luputnya sedikit atau banyak, itu tetap namanya dosa. Sasaran
seharusnya adalah Kitab Suci. Jadi kalau hidup kita tidak sesuai dengan Kitab
Suci, apakah tidak sesuainya sedikit atau banyak, itu tetap adalah dosa.
2) Percayalah
kepada Kristus sebagai Juruselamat / Penebus dosa saudara.
Tidak cukup hanya sadar bahwa diri saudara adalah orang
berdosa, tidak cukup bagi saudara untuk sekedar tahu / mengerti secara
intelektual bahwa Yesus adalah Juruselamat dosa.
Saudara harus datang kepada Juruselamat dunia
satu-satunya, yaitu Yesus Kristus, dan percaya kepada Dia sebagai Juruselamat
dosa saudara dengan segenap hati saudara.
Ada seorang yang berkata:
“Christmas began in the
heart of God. It is complete only when it reaches the heart of man” (= Natal dimulai dalam
hati Allah. Itu lengkap / sempurna hanya pada waktu itu mencapai hati manusia) - ‘The Encyclopedia of Religious Quotation’, hal
113.
Kalau saudara percaya kepada Dia, maka saudara
mendapatkan pengampunan dosa, perdamaian dengan Allah, keselamatan, dan saudara
mempunyai pengharapan bahwa suatu saat kelak saudara akan masuk ke surga, dan
terbebas dari segala penderitaan dan problem yang saudara alami di dunia ini /
dalam hidup ini.
Kalau saya katakan ‘pengharapan’ itu bukan sekedar
kemungkinan. Pengharapan kristen adalah sesuatu yang pasti, karena dilandasi
oleh janji Tuhan. Janji apa / yang mana?
Yoh 3:16 - “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia
telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya
kepadaNya tidak binasa, tetapi beroleh hidup yang kekal”.
Pengharapan seperti ini bisa dimiliki oleh setiap orang,
yang bagaimanapun jahatnya, dan bahkan pada saat hampir mati.
Penjahat yang mau mati di salib kelihatannya sudah tidak
ada harapan. Ia adalah orang yang sangat jahat, dan ia hampir mati. Tetapi ia
lalu datang kepada Kristus, dan berharap kepada Kristus. Ia berkata: “Yesus, ingatlah akan aku,
apabila Engkau datang sebagai Raja” (Luk
23:42). Dan Yesus menjawab: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan
ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus” (Luk 23:43).
Tetapi jangan menjadi ‘orang pinter’ dengan berpikir
lebih baik sekarang hidup dalam dosa, dan kalau mau mati baru bertobat dan
percaya kepada Kristus. Mengapa? Karena saudara tidak tahu kapan maut itu akan
datang. Bagaimana kalau maut datang dengan mendadak sehingga tak ada kesempatan
untuk bertobat? Dan sekalipun maut tidak datang secara mendadak, jangan kira
gampang untuk percaya / bertobat pada saat terakhir. Yes 55:6 - “Carilah TUHAN selama Ia
berkenan ditemui; berseru-lah kepadaNya selama Ia dekat!”.
J. C. Ryle: “I know that people are
fond of talking about deathbed evidences. They will rest on words spoken in the
hour of fear and pain and weakness, as if they might take comfort in them about
the friends they lose. But I am afraid in ninety-nine cases out of a hundred
such evidences are not to be depended on. I suspect that, with rare exceptions,
men die just as they have lived” (= Saya tahu bahwa banyak orang senang
membicarakan bukti-bukti ranjang kematian. Mereka bersandar pada kata-kata yang
diucapkan pada saat ketakutan dan sakit dan kelemahan, seakan-akan mereka bisa
mendapatkan hiburan dalam kata-kata itu tentang sahabat mereka yang hilang /
mati. Tetapi saya takut / kuatir bahwa 99 kasus dari 100 bukti-bukti seperti
itu tidak bisa diandalkan. Saya menduga bahwa dengan perkecualian yang sangat
jarang, orang mati sama seperti mereka telah hidup) - ‘Holiness’, hal 40.
Ef 2:12 - “bahwa waktu itu kamu tanpa Kristus, tidak termasuk
kewargaan Israel dan tidak mendapat bagian dalam ketentuan-ketentuan yang
dijan-jikan, tanpa pengharapan dan tanpa Allah di dalam dunia”.
Orang kafir disebut ‘tanpa Kristus’, ‘tanpa pengharapan’,
dan ‘tanpa Allah’.
Memang ‘tanpa Kristus’ sama dengan ‘tanpa Allah’ (1Yoh
2:23), dan karena itu jelas juga sama dengan ‘tanpa pengharapan’.
Mengomentari Ef 2:12 ini Calvin berkata:
“for him that is without
Christ, there remains nothing but destruction” (= untuk dia yang tanpa
Kristus, tidak ada yang tertinggal / tersisa selain penghancuran / pembinasaan) - hal 233.
Ada seseorang yang berkata:
“Life with Christ is an
endless hope, without Him a hopeless end” (= Hidup dengan Kristus
adalah pengharapan yang tidak ada akhirnya, tanpa Dia suatu akhir tanpa
harapan) - ‘The Encyclopedia of
Religious Quotation’, hal 345.
3) Jangan
miliki keselamatan dan pengharapan ini hanya bagi diri saudara sendiri.
Bagikanlah juga kepada orang lain, dengan memberitakan Injil kepada mereka.
Charles Haddon Spurgeon: “I will not believe that you have tasted of the honey of the
gospel if you can eat it all yourself” (= Aku tidak akan percaya bahwa engkau sudah
mengecap madu Injil jika engkau bisa memakan sendiri semuanya) - ‘Morning and Evening’, February 19, evening.
-AMIN-
email us at : gkri_exodus@lycos.com