oleh
: Pdt. Budi Asali M.Div.
Hari Pentakosta, yang terjadi
10 hari setelah kenaikan Yesus ke surga atau 50 hari setelah kebangkitan Yesus,
adalah hari turunnya / dicurahkannya Roh Kudus. Kalau dahulu Roh Kudus hanya
diberikan kepada orang-orang tertentu saja (seperti nabi dsb), maka sejak hari
Pentakosta dalam Kis 2:1-13 Roh Kudus diberikan kepada semua orang yang percaya
kepada Yesus (Kis 2:38 Ef 1:13).
Roh
Kudus itu menghendaki supaya kita menjadi kudus dan Ia memimpin dan mengarahkan
kita pada kekudusan. Karena itulah setiap orang percaya pasti berjuang untuk
hidup kudus dan membuang dosa. Ini ciri dari orang percaya yang sejati!
Tetapi
bagaimanapun kita semua tentu pernah merasakan adanya dosa-dosa yang terus
melekat dalam diri kita, di dalam dosa mana kita sering jatuh bangun, sehingga
tidak jarang kita mengalami perasaan frustrasi karena hal ini.
Karena
itulah maka hari ini saya akan membahas tentang mortification.
Dalam Ro 8:13 ini istilah mortification ini
digambarkan dengan kata-kata ‘mematikan perbuatan-perbuatan tubuh’.
1) ‘Tubuh’.
Kata ‘tubuh’ dalam ay 13b artinya sama dengan kata
‘daging’ dalam ay 13a. Jadi, ‘perbuatan tubuh / daging’ ini bisa disamakan
dengan ‘kehidupan manusia lama’, yang menunjuk pada semua dosa dalam hidup kita.
2) ‘Mematikan’
(= to mortify).
a) ‘To
mortify sin’ (= mematikan dosa) tidak berarti menutup-nutupi dosa,
berpura-pura saleh, kesalehan lahiriah dsb.
John Owen: “When a man on some outward
respects forsakes the practice of any sin, men perhaps may look on him as a
changed man. God knows that to his former iniquity he hath added cursed
hypocrisy, and is got in a safer path to hell than he was in before. He hath got
another heart than he had, that is more cunning; not a new heart, that is more
holy”
(= Pada waktu seseorang kelihatan dari luar meninggalkan praktek dari suatu
dosa, mungkin orang akan melihatnya sebagai orang yang tetah berubah. Tetapi
Allah tahu bahwa terhadap dosanya yang semula ia telah menambahkan kemunafikan
yang terkutuk, dan ia telah mencapai jalan yang lebih aman menuju neraka dari
pada sebelumnya. Ia telah mendapatkan hati yang lain yang lebih licik dari
hatinya semula, bukan hati yang baru, yang lebih suci / kudus) - ‘The Works of John Owen’, vol 6 (‘Temptation
and Sin’), hal 25.
Mortification
bukan cuma kesalehan di luar yang disebabkan karena karakter / kepribadian yang
tenang, tidak mudah marah, sopan dsb. Kalau hatinya tetap penuh dengan kebencian,
iri hati, percabulan dsb, maka di sini tidak ada mortification.
Penerapan:
Apakah saudara hanya mempunyai kesalehan lahiriah
(seperti pergi ke gereja, dibaptis, dsb), tetapi mempunyai hati yang tidak
percaya dan jahat?
b) Artinya
sama dengan ‘menyalibkan manusia lama’ / membuang dosa / semua yang tak sesuai
dengan Firman Tuhan / kehendak Allah, bukan hanya secara lahiriah, tetapi juga
di dalam hati.
Memang manusia lama ini sudah disalibkan dengan Kristus
(Ro 6:6). Ini dimulai pada saat kelahiran baru (Ro 6:3-5). Tetapi ini harus
dilanjutkan / ditingkatkan sampai pada kesempurnaan. Sekalipun memang dalam
dunia ini kita tidak akan bisa mencapai kesempurnaan, tetapi itu harus menjadi
tujuan kita.
1) Orang
yang diberi kewajiban ini adalah ‘kamu’ (Ro 8:13), yaitu orang kristen di Roma
kepada siapa Paulus menuliskan surat ini. Ini terlihat lebih jelas lagi dari
Kol 3:5, karena kalau dilihat Kol 3:1-4 terlihat bahwa ini ditujukan kepada
orang percaya.
2) Ada
bahayanya kalau kita menyuruh orang yang belum percaya untuk melakukan mortification,
yaitu ia tidak akan datang kepada Yesus, sebaliknya merasa diri bisa melakukan
perbaikan hidup. Dan pada saat ia gagal melakukan mortification itu, ia
bisa berpandangan bahwa kekristenan itu salah, membuang dosa itu sia-sia dsb.
Ini menyebabkan ia makin menyerah kepada dosa.
Karena itu, terhadap orang yang belum percaya, kita hanya
menginjilinya menyuruhnya datang kepada Yesus, sedangkan terhadap orang percaya
kita menyuruhnya melakukan mortification.
1) Karena
dosa terus bertindak dalam diri kita menghasilkan perbuatan daging.
John Owen: “When sin lets us alone we
may let sin alone; but as sin is never less quiet than when it seems to be most
quiet, and its waters are for the most part deep when they are still, so ought
our contrivances against it to be vigorous at all times and in all conditions,
even where there is least suspicion” (= kalau dosa membiarkan kita / tak
mengganggu kita, maka kita boleh membiarkan dosa; tetapi karena dosa itu tidak
pernah diam, dan airnya biasanya dalam pada waktu sedang tenang, maka usaha
kita menentangnya harus bersemangat setiap saat dan dalam setiap kondisi, bahkan
pada saat ada kecurigaan yang paling kecil)
- ‘The Works of John Owen’, vol 6 (‘Temptation and Sin’), hal 11.
2) Dosa
bukan hanya akan terus bekerja / bertindak, tetapi kalau didiamkan / kalau
tidak terus dimatikan, dosa itu akan melahirkan dosa-dosa yang hebat, yang
oleh Owen dikatakan sebagai ‘cursed, scandalous, soul-destroying sins’ (=
dosa-dosa terkutuk, memalukan, menghancurkan jiwa).
John Owen: “Every unclean thought or
glance would be adultery if it could; every covetous desire would be oppression,
every thought of unbelief would be atheism, might it grow to its head” (= setiap pikiran /
pandangan mata yang najis akan menjadi perzinahan kalau memungkinkan; setiap
keinginan yang tamak akan menjadi penindasan, setiap pikiran tentang
ketidakpercayaan akan menjadi atheisme, kalau hal itu bisa tumbuh sampai
puncaknya) - ‘The Works of John Owen’,
vol 6 (‘Temptation and Sin’), hal 12.
Bandingkan dengan:
John Owen: “It is modest, as it were,
in its first motions and proposals, but having once got footing in the heart by
them, it constantly makes good its ground, and presseth on to some farther
degrees in the same kind” (= Pada gerakan dan usul mula-mula dosa itu sopan, tetapi
sekali mendapat tempat berpijak dalam hati kita, dosa itu merperkokoh
posisinya, dan terus menekan ke tingkat yang lebih jauh) - ‘The Works of John Owen’, vol 6 (‘Temp-tation
and Sin’), hal 12.
Penerapan:
Kalau perzinahan itu mau menguasai saudara bisa saja
mula-mula ia datang dengan sopan, dan mengajak saudara untuk ‘mengagumi
keindahan ciptaan Tuhan’, tetapi lalu membawa saudara ke dalam perzinahan dalam
hati (Mat 5:28), dan akhirnya ke dalamn perzinahan fisik. Karena itu
hati-hatilah dengan ‘sikap sopan’ dari dosa pada waktu ia pertama kali datang
kepada saudara!
John Owen menambahkan sebagai berikut:
“One lust, or a lust in one
man, may receive many accidental improvements, heightenings, and
strengthenings, which may give it life, power, and vigour, exceedingly above
what another lust hath, or the same lust (that is, of the same kind and nature)
in another man” [= Satu nafsu, atau suatu nafsu dalam satu orang, bisa menerima
kemajuan, peningkatan dan penguatan, yang memberinya hidup, kekuatan, dan
semangat yang jauh melebihi yang dipunyai oleh nafsu yang lain, atau nafsu yang
sama (yaitu, nafsu dari jenis dan sifat yang sama) dalam diri orang lain] - ‘The Works of John Owen’, vol 6 (‘Temptation
and Sin’), hal 29.
John Owen juga memberi petunjuk tentang dosa yang sudah
berkembang sampai pada taraf berbahaya:
a) Kalau
dosa itu sudah mendarah daging untuk waktu yang lama.
Renungkan: apa
dosa / kelemahan saudara yang sudah ada sejak kecil? Zinah? Sombong? Dusta?
Pemarah? Pendendam? Malas? Suka ngaret?
c) Atau
kalau kita hibur diri bahwa untuk dosa inipun Kristus sudah mati dan tebus,
lalu kita teruskan dosa itu.
d) Kalau
kita senang / mencintai dosa itu (sekalipun kita tak melakukannya).
3) Dosa
memberikan banyak hal negatif.
a) John
Owen: “Every unmortified sin will certainly do two things: - [1] It
will weaken the soul, and deprive it of its vigour. [2] It wil darken the soul,
and deprive it of its comfort and peace” [= Setiap dosa yang tidak
dimatikan pasti akan melakukan 2 hal: (1) Dosa itu akan melemahkan jiwa, dan
mencabut / menghilangkan semangat / kekuatannya.(2) Dosa itu akan menggelapkan
jiwa, dan mencabut / menghilangkan penghiburan dan damai darinya] - ‘The Works of John Owen’, vol 6 (‘Temptation
and Sin’), hal 22.
Contoh:
Illustrasi: Ini
seperti tanaman yang ditanam tanpa disiangi tanahnya, sehingga tumbuh banyak semak,
rumput dsb disekelilingnya. Tanaman itu mungkin saja bisa tetap hidup, tetapi
tidak akan bagus / sehat.
Sebaliknya, ada janji yang diberikan kalau kita melakukan
kewajiban ini, yaitu: ‘Engkau akan hidup’ (Ro 8:13).
Hidup disini dikontraskan dengan ‘mati’ dalam ay 13a atau
‘kebinasaan’ dalam Gal 6:8.
Mungkin kata ‘hidup’ ini tidak hanya menunjuk pada hidup
yang kekal, tetapi juga pada kehidupan rohani yang kuat, penuh semangat dan
sukacita. Seperti yang dikatakan oleh Paulus dalam 1Tes 3:8 - ‘Sekarang kami
hidup kembali, asal saja kamu teguh berdiri’. Tentu maksud Paulus bukan sekedar
‘hidup kekal biasa’ tetapi hidup rohani yang penuh sukacita.
Jadi yang dijanjikan di dalam Ro 8:13 ini adalah: ‘Kamu
akan mempunyai kehidupan rohani yang baik, bersemangat / kuat, dan menyenangkan
saat ini, dan kamu akan menerima hidup kekal nanti’.
b) Doa
yang tidak dijawab
Hos 5:13-15 - tidak dilepaskan dari penderitaan,
sekalipun berdoa dengan sungguh-sungguh kepada Tuhan, sampai mereka mengaku
bersalah (Hos 5:15 bdk. Zakh 7:8-14).
Bdk. Juga Yoh 9:31 Yes 59:1-2 Yes 1:15 Amsal 1:24-28.
c) Dosa
sebabkan pelayanan kita tak diberkati / sia-sia.
Pelayanan tergantung pada doa. Kalau doa tak dijawab (no
b) di atas, maka jelas pelayanan akan sia-sia.
Bdk. juga 1Kor 15:58 2Tim 2:20-22.
d) Dosa
menyebabkan kita dikeraskan hatinya (Ibr 3:12-13).
Kita menjadi tak takut kepada Allah, remehkan / kecilkan
dosa itu dsb.
e) Adanya hukuman / hajaran Tuhan (Maz 89:31-33).
Bdk. Yunus ditelan ikan.
4) Dosa menyedihkan / mendukakan Roh Kudus (Ef 4:30).
1) Cara
melakukan kewajiban itu adalah: ‘melalui Roh Kudus’.
John Owen: “Mortification from a
self-strength, carried on by ways of self-invention, unto the end of a self-righteousness,
is the soul and substance of all false religion in the world” (= tindakan mematikan dosa
dengan kekuatan sendiri, dilakukan dengan cara-cara yang ditemukan sendiri,
menuju kebenaran diri sendiri, adalah jiwa dan zat / inti dari semua agama palsu
dalam dunia) - ‘The Works of John
Owen’, vol 6 (‘Temptation and Sin’), hal 7.
Dalam melakukan mortification ini harus ada kesadaran
mendalam bahwa kita tidak mampu, dan hanya Roh Kudus yang mampu. Ini membuat
kita harus bersandar kepada Dia dengan banyak berdoa! Tetapi bahwa Roh Kudus
yang menguduskan kita dan mematikan dosa dalam diri kita, tidak berarti bahwa
kita tak perlu berbuat apa-apa. Pengudusan / mortification termasuk synergistic,
yaitu suatu hal yang terjadi karena kerja sama dua pihak, yaitu Allah / Roh
Kudus dan manusia!
John Owen: “He works in us and with
us, not against us or without us” (= Ia bekerja di dalam kita dan bersama kita,
bukan menentang kita atau tanpa kita) - ‘The
Works of John Owen’, vol 6 (‘Temptation and Sin’), hal 20.
2) Kita
tak boleh mengecilkan / meremehkan dosa itu. Kita harus mempunyai pengertian
yang benar tentang kesalahan, bahaya, dan jahatnya dosa itu. Tidak adanya hal
ini menyebabkan kita terus ada dalam dosa itu. Contoh:
Bdk. juga dengan Roma Katolik yang mengajarkan tentang venial
sins (= dosa kecil), yang bahkan tidak perlu diakui.
Kita memang percaya adanya tingkat-tingkat dosa, tetapi
kita tidak percaya adanya dosa yang boleh diremehkan! Setiap dosa yang
bagaimanapun kecilnya, upahnya adalah maut. Setiap dosa yang bagaimanapun
kecilnya, menimbulkan murka Allah / menjauhkan manusia dari Allah. Setiap dosa
yang bagaimanapun kecilnya, menyebabkan Kristus harus mati di atas kayu salib.
3) Kita
tak boleh melakukan mortification itu hanya pada dosa-dosa tertentu
saja, tetapi pada semua dosa (bdk. 2Kor 7:1 - marilah kita menyucikan diri dari
semua pencemaran jasmani dan rohani). Mengapa?
a)
b)
c)
d)
Renungkan: dosa
apa yang saudara biarkan dalam diri saudara?
John Owen: “Cease not a day from this
work; be killing sin or it will be killing you” (= Jangan berhenti satu
haripun dari pekerjaan ini; bunuhlah dosa atau dosa itu akan membunuhmu) - ‘The Works of John Owen’, vol 6 (‘Temptation
and Sin’), hal 9.
Tujuannya supaya dosa terus berkurang dalam kekuatannya,
maupun dalam seringnya muncul dalam diri kita. Dosa, khususnya yang telah lama
dipelihara dan menjadi kuat, harus dilemahkan / diperangi terus menerus. Inilah
yang disebut dengan ‘menyalibkan daging dengan segala keinginannya’
(Gal 5:24).
Perlu juga diketahui bahwa kalau seseorang disalibkan,
maka biasanya mula-mula ia berontak, berteriak dsb, tetapi lama-kelamaan akan
melemah dan mati. Demikian juga pada waktu kita menyalibkan dosa, maka sering
terjadi bahwa dosa itu lalu justru kelihatan tambah hebat.
Catatan: Makin
hebatnya dosa pada saat kita melakukan mortification sering membuat kita
putus asa, merasa gagal / sia-sia, sehingga kita berhenti menyalibkan dosa itu,
tetapi kalau penyaliban itu diteruskan, maka dosa itu akan melemah dan mati.
5) Melakukan
hal-hal yang ‘tidak menyenangkan’ / bertentangan dengan dosa itu.
Contoh:
Renungkan:
Kelemahan apa yang ada pada diri saudara, dan hal apa yang bertentangan
dengannya yang harus saudara lakukan?
6) Menjauhi
pencobaan yang membawa kita pada dosa itu.
Perlu juga diketahui bahwa kalau dosa itu digambarkan
seperti tanaman yang menghasilkan buah yang pahit / beracun, maka tidak cukup
bagi kita untuk menghancurkan buahnya, tetapi seluruh tanaman beserta akarnya!
Pertama-tama kita harus mengenali dosa apa yang ada dalam
diri kita, lalu kita harus mempelajari cara-caranya / siasat yang ia pakai
dalam mengalahkan kita, situasi apa yang menguntungkan dia, dsb. Jadi, kita
betul-betul seperti perang, dimana kita harus menyelidiki kekuatan dan
kelemahan dan taktik dari musuh kita.
John Owen: “This is a folly that
possesses many who have yet a quick and living sense of sin. They are sensible
of their sins, not of their temptations, - are displeased with the bitter
fruit, but cherish the poisonous root” (= ini adalah kebodohan yang merasuk /
menguasai banyak orang yang mempunyai perasaan yang cepat dan hidup tentang
dosa. Mereka peka terhadap dosa mereka, tidak terhadap pencobaan mereka; tidak
senang dengan buah yang pahit, tetapi menyayangi / memelihara / memberi makan
akar yang beracun) - ‘The Works of
John Owen’, vol 6 (‘Temptation and Sin’), hal 118.
Adalah sesuatu yang kurang ajar kalau kita berdoa supaya
‘jangan dibawa ke dalam pencobaan’ (Mat 6:13a), tetapi kita terus menerus
menyenangi dan mendatangi pencobaan!
Penerapan:
Renungkan: Apa
kelemahan saudara, dan apa yang harus saudara lakukan untuk menjauhkan
pencobaan yang menarik saudara ke dalam dosa itu?
7) Menghidupkan
manusia baru (vivification).
Kalau mortification adalah mematikan manusia lama,
maka vivification adalah menghidupkan manusia baru. Kalau mortification
adalah sesuatu yang negatif, maka vivification adalah sesuatu yang
positif. Kalau mortification adalah berusaha untuk berhenti berbuat
dosa, maka vivification adalah berusaha berbuat baik.
Bdk. Kol 3:5-17! Bagian ini mengandung mortification
maupun vivification! Kedua hal ini harus dilakukan secara serentak!
Contoh dari vivification:
Saudara hanya boleh tidak datang dalam kebaktian kalau
saudara sakit, atau hujan begitu lebat sampai banjir 3 meter!
email us at : gkri_exodus@lycos.com