oleh
: Pdt. Budi Asali M.Div.
1) Nubuat
dan perintah Tuhan Yesus.
Mat 10:18: “Dan karena Aku, kamu akan digiring
ke muka penguasa-penguasa dan raja-raja sebagai suatu kesaksian bagi mereka dan
bagi orang-orang yang tidak mengenal Allah”.
a) Dari
ayat di atas terlihat bahwa Yesus memang sudah menubuatkan bahwa para
pengikutNya akan dihadapkan ke hadapan penguasa-penguasa dan raja-raja, dan
inilah yang dialami oleh Paulus pada saat ini.
b) Dalam
kasus seperti ini, Yesus memberikan perintah untuk memberikan kesaksian bagi
mereka!
2) Paulus
taat pada perintah Yesus ini; ia memberikan kesaksian tentang Yesus kepada
penguasa dan raja, kepada siapa ia dihadapkan, khususnya kepada Festus dan
Agripa.
a) Paulus
menceritakan keadaannya sebelum ia bertobat, pada waktu ia masih menentang
kekristenan dan menangkapi, menyiksa, bahkan membunuhi orang-orang kristen
(ay 4-5,9-12).
b) Ia
menceritakan juga tentang peristiwa dimana ia melihat Yesus, yang menyebabkan
pertobatannya (ay 13-18). Dan pada peristiwa itu juga ia mendapatkan
panggilan / perintah dari Tuhan Yesus untuk memberitakan Injil (ay 16-18).
Itulah sebabnya ia memberitakan Injil, dan itu menyebabkan ia ditangkap (ay
19-21).
c) Dalam
menceritakan semua ini, Paulus jelas memberitakan Injil kepada para
pendengarnya, dan ini terlihat dari:
1. Ia
menyebut Yesus sebagai ‘Tuhan’ (ay 15).
2. Ia
mengutip kata-kata Yesus yang berbicara tentang keselamatan / pengampunan dosa
karena iman kepada Yesus.
Ay 17b-18: “Dan Aku akan mengutus engkau kepada mereka, (18) untuk membuka
mata mereka, supaya mereka berbalik dari kegelapan kepada terang dan dari kuasa
Iblis kepada Allah, supaya mereka oleh iman mereka kepadaKu memperoleh
pengampunan dosa dan mendapat bagian dalam apa yang ditentukan untuk
orang-orang yang dikuduskan”.
Perhatikan bahwa kekristenan tidak mengajar keselamatan
karena ‘perbuatan
baik’ ataupun karena ‘iman + perbuatan baik’, tetapi hanya karena ‘iman’!
Ef 2:8-9 - “(8) Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu
bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, (9) itu bukan hasil pekerjaanmu:
jangan ada orang yang memegahkan diri”.
3. Ia
berbicara tentang keharusan untuk bertobat dari dosa.
Ay 19: “Tetapi mula-mula aku memberitakan kepada orang-orang Yahudi di
Damsyik, di Yerusalem dan di seluruh tanah Yudea, dan juga kepada bangsa-bangsa
lain, bahwa mereka harus bertobat dan berbalik kepada Allah serta melakukan
pekerjaan-pekerjaan yang sesuai dengan pertobatan itu”.
4. Ia
berbicara tentang penderitaan dan kebangkitan Mesias, dan bahwa Injil akan
diberitakan kepada bangsa-bangsa non Yahudi.
Ay 23: “yaitu, bahwa Mesias harus menderita sengsara dan bahwa Ia
adalah yang pertama yang akan bangkit dari antara orang mati, dan bahwa Ia
akan memberitakan terang kepada bangsa ini dan kepada bangsa-bangsa lain.’”.
Ay 8: “Mengapa kamu menganggap mustahil, bahwa Allah membangkitkan
orang mati?”.
5. Semua
yang ia katakan tentang Mesias ini sesuai dengan kata-kata para nabi dan Musa
(= Perjanjian Lama).
Ay 22b-23: “(22b) Dan apa yang kuberitakan itu tidak lain dari pada yang
sebelumnya telah diberitahukan oleh para nabi dan juga oleh Musa, (23)
yaitu, bahwa Mesias harus menderita sengsara dan bahwa Ia adalah yang pertama
yang akan bangkit dari antara orang mati, dan bahwa Ia akan memberitakan terang
kepada bangsa ini dan kepada bangsa-bangsa lain.’”.
1) Tanggapan
Festus.
a) Ia
menganggap Paulus gila karena ilmunya yang banyak.
Ay 24: “Sementara Paulus mengemukakan semuanya itu untuk
mempertanggungjawabkan pekerjaannya, berkatalah Festus dengan suara keras:
‘Engkau gila, Paulus! Ilmumu yang banyak itu membuat engkau gila.’”.
1. Orang
Kristen memang bisa dimaki karena pengetahuannya yang banyak; misalnya,
dianggap sebagai ahli Taurat.
Musuh-musuh Kristus selalu bisa menemukan sesuatu untuk
mencela Dia, ataupun pelayan-pelayanNya / orang-orang kristen.
Bdk. Mat 11:18-19a - “(18) Karena Yohanes
datang, ia tidak makan, dan tidak minum, dan mereka berkata: Ia kerasukan
setan. (19a) Kemudian Anak Manusia datang, Ia makan dan minum, dan mereka
berkata: Lihatlah, Ia seorang pelahap dan peminum, sahabat pemungut cukai dan
orang berdosa.”.
Matthew Henry: “The apostles, who were
fishermen, were despised because they had no learning; Paul, who was a
university-man, and bred a Pharisee, is despised as having too much learning,
more than did him good. Thus the enemies of Christ's ministers will always have
something or other to upbraid them with” (= Rasul-rasul, yang
adalah nelayan-nelayan, diremehkan karena mereka tidak terpelajar; Paulus, yang
adalah orang universitas, dan keturunan Farisi, diremehkan sebagai mempunyai
pengetahuan terlalu banyak, lebih dari yang bisa memberi kebaikan kepadanya.
Demikianlah musuh-musuh dari pelayan-pelayan Kristus akan selalu mempunyai satu
dan lain hal untuk mencela mereka).
2. Orang
Kristen juga bisa dimaki gila pada waktu:
a. Ia
berbicara tentang hal-hal rohani, yang tak dimengerti / tak dipercaya oleh
orang dunia, seperti pada waktu ia menyatakan:
·
Yesus sebagai Allah yang
menjadi manusia.
·
Yesus sebagai satu-satunya
jalan ke surga.
·
Roh Kudus yang adalah Allah
sendiri ada dalam dirinya.
·
Tuhan berbicara kepadanya
dan menyuruh / melarang / menjanjikan / menyatakan sesuatu kepadanya. Harus
diakui bahwa pada jaman ini ada banyak orang Kristen yang mengaku bahwa Tuhan
berbicara kepadanya, tetapi itu hanya bualan belaka atau sebetulnya setan yang
berbicara kepadanya. Tetapi ini tidak berarti bahwa Tuhan tidak bisa berbicara
kepada kita.
·
Kepercayaannya terhadap
mujijat-mujijat dalam Kitab Suci, termasuk kebangkitan Kristus. Mungkin salah
satu hal yang menyebabkan Festus mengatakan Paulus gila adalah karena ia
mempercayai kebangkitan Yesus dari antara orang mati.
·
Kitab Suci sebagai Firman
Tuhan.
b. Ia
mempunyai semangat yang luar biasa untuk mentaati / melayani Tuhan, seperti mau
memberikan persembahan persepuluhan, mau pergi ke gereja dengan rajin tiap
minggu, mau rajin datang dalam Pemahaman Alkitab, mau menjadi misionaris ke
negara lain, dsb.
c. Ia
rela mengorbankan segala sesuatu untuk Tuhan.
Tetapi perhatikan apa yang dikatakan Albert Barnes di
bawah ini.
Barnes’ Notes: “The tenants of a madhouse
often think all others deranged but themselves; but there is no madness so
great, no delirium so awful, as to neglect the eternal interest of the soul for
the sake of the pleasures and honors which this life can give” (= Penghuni-penghuni dari
suatu rumah gila sering berpikir bahwa semua orang lain gila kecuali diri
mereka sendiri; tetapi tidak ada kegilaan yang lebih besar, tidak ada
ketidak-warasan yang begitu hebat / mengerikan, sehingga mengabaikan
kepentingan kekal dari jiwa demi kesenangan dan kehormatan yang bisa diberikan
oleh hidup ini).
b) Jawaban
Paulus.
Ay 25-27: “(25) Tetapi Paulus menjawab: ‘Aku tidak gila, Festus yang
mulia! Aku mengatakan kebenaran dengan pikiran yang sehat! (26) Raja (Agripa) juga tahu tentang segala
perkara ini, sebab itu aku berani berbicara terus terang kepadanya. Aku yakin,
bahwa tidak ada sesuatupun dari semuanya ini yang belum didengarnya, karena
perkara ini tidak terjadi di tempat yang terpencil. (27) Percayakah engkau,
raja Agripa, kepada para nabi? Aku tahu, bahwa engkau percaya kepada mereka.’”.
1. Jawaban
Paulus kepada Festus dalam ay 25 menunjukkan penguasaan diri, kesabaran dan
sopan santun yang tinggi. Ini saja sudah menunjukkan bahwa ia tidak mungkin
gila.
2. Seluruh
jawaban ini juga menunjukkan strategi / taktik dan kebijaksanaan Paulus dalam
melakukan penginjilan. Dari kata-kata Festus tadi, ia tahu bahwa Festus akan
sukar atau bahkan tidak mungkin dipertobatkan. Karena itu, dalam ay 26-27
ia ‘meninggalkan’ Festus, dan mengalihkan kata-katanya kepada Agripa.
Sekarang mari kita membahas kata-kata Paulus kepada
Agripa dalam ay 26-27 ini:
a. Ay 26b:
“Aku yakin,
bahwa tidak ada sesuatupun dari semuanya ini yang belum didengarnya, karena perkara
ini tidak terjadi di tempat yang terpencil”.
Ada 2 pandangan tentang apa yang dimaksud oleh Paulus
dengan kata-kata ini:
·
ada yang menganggap bahwa
ini menunjuk kepada pengalamannya sendiri, yang ia ceritakan dalam kesaksiannya
tadi.
·
ada yang menganggap ini menunjuk
kepada penderitaan, kematian, dan kebangkitan Mesias.
Mengingat bahwa Paulus menyambung kata-kata ini dengan
kata-kata ‘Percayakah
engkau, raja Agripa, kepada para nabi (ini pasti menunjuk kepada Perjanjian Lama)?’ dalam ay 27a, saya berpendapat bahwa yang Paulus
maksudkan dalam ay 26b adalah tentang Mesias, karena itu memang ada dalam
Perjanjian Lama, sedangkan pengalaman dan pertobatan Paulus tak ada dalam
Perjanjian Lama.
b. Ay 27:
“Percayakah
engkau, raja Agripa, kepada para nabi? Aku tahu, bahwa engkau percaya kepada
mereka.’”.
·
Perhatikan bahwa dalam
ay 26 Paulus bicara tentang pengetahuan Agripa (‘tidak ada sesuatupun dari
semuanya ini yang belum didengarnya’),
tetapi dalam ay 27 ia menanyakan tentang iman / kepercayaan Agripa
terhadap hal itu! Hanya tahu tentang Kristus menebus dosa dsb, tidak ada
gunanya, kalau tidak disertai iman kepada Kristus!
·
Tetapi mengapa dalam ay 27
yang ditanyakan bukan iman kepada Kristus tetapi kepada nabi-nabi?
Adam Clarke: “If he believed the
prophets, see Acts 26:22-23, and believed that Paul’s application of their
words to Christ Jesus was correct, he must acknowledge the truth of the
Christian religion” [= Jika ia percaya kepada nabi-nabi, (lihat Kis 26:22-23), dan
percaya bahwa penerapan Paulus tentang kata-kata mereka kepada Kristus Yesus
adalah benar, ia harus mengakui kebenaran dari agama Kristen].
Barnes’ Notes: “‘Believest thou the
prophets?’ The prophecies respecting the character, the sufferings, and the
death of the Messiah” (= ‘Percayakah engkau kepada nabi-nabi?’ Nubuat-nubuat mengenai
karakter, penderitaan, dan kematian Mesias?).
2) Tanggapan
Agripa.
Ay 28: “Jawab Agripa: ‘Hampir-hampir saja kauyakinkan aku
menjadi orang Kristen!’”.
Ada banyak pandangan tentang arti dari kata-kata Agripa
ini, karena kata-katanya memang kabur / tidak jelas.
Pulpit Commentary:
“This
saying of Agrippa’s is obscure and variously explained” (= Kata-kata Agripa ini
kabur dan dijelaskan dengan bermacam-macam cara) - hal 268.
Terjemahan hurufiah dari ay 28 adalah: ‘in a little you persuade me to make
christian’ (= di dalam sedikit / kecil engkau meyakinkan aku menjadi
orang kristen).
Tidak dikatakan ‘dalam sedikit apa’!
Ini menyebabkan kata-kata ‘in a little’ ditafsirkan bermacam-macam:
a) Diartikan
‘almost’ / ‘hampir-hampir’.
Ay 28: ‘Hampir-hampir saja kauyakinkan aku menjadi orang
kristen’.
KJV: ‘Almost
thou persuadest me to be a christian’ (= Hampir saja kauyakinkan aku
menjadi orang kristen).
NKJV: ‘You almost
persuade me to become a christian’ (= Engkau hampir saja meyakinkan
aku untuk menjadi orang kristen).
John Wesley: “‘Then Agrippa said unto Paul,
Almost thou persuadest me to be a Christian!’ - See here, Festus altogether a
heathen, Paul alogether a Christian, Agrippa halting between both. Poor
Agrippa! But almost persuaded! So near the mark, and yet fall short! Another
step, and thou art within the vail. Reader, stop not with Agrippa; but go on
with Paul” [= ‘Lalu Agripa berkata kepada Paulus, Hampir saja engkau
meyakinkan aku menjadi orang Kristen!’ - Lihatlah di sini, Festus adalah orang
kafir sepenuhnya, Paulus adalah orang Kristen sepenuhnya, Agripa berhenti di
tengah-tengah keduanya. Agripa yang malang! Tetapi hampir saja diyakinkan!
Begitu dekat dengan tanda sasaran, tetapi gagal memenuhi standard! Selangkah
lagi, dan engkau ada di dalam kemurahan. Pembaca, jangan berhenti bersama
Agripa; tetapi teruslah bersama Paulus].
Barnes’ Notes: “‘Almost.’ ... Thou hast
nearly convinced me that Christianity is true, and persuaded me to embrace it.
The arguments of Paul had been so rational; the appeal which he had made to his
belief of the prophets had been so irresistible, that he had been nearly
convinced of the truth of Christianity. ... Yet, as in thousands of other
cases, he was not quite persuaded to be a Christian. What was included in the
‘almost’; what prevented his being quite persuaded, we know not. It may have
been that the evidence was not so clear to his mind as he would profess to
desire; or that he was not willing to give up his sins; or that he was too
proud to rank himself with the followers of Jesus of Nazareth; or that, like
Felix, he was willing to defer it to a more convenient season” (= ‘Hampir saja’. ...
Engkau hampir meyakinkan aku bahwa kekristenan adalah benar, dan meyakinkan aku
untuk memeluknya. Argumentasi Paulus begitu masuk akal; desakan yang ia buat
pada kepercayaannya kepada nabi-nabi begitu tak bisa ditolak, sehingga ia
hampir diyakinkan terhadap kebenaran dari kekristenan. ... Tetapi, seperti
dalam ribuan kasus lain, ia tidak sungguh-sungguh diyakinkan untuk menjadi
seorang Kristen. Ia termasuk dalam ‘hampir saja’; apa yang menghalanginya untuk
sungguh-sungguh diyakinkan, kami tidak tahu. Itu bisa karena bukti tidak cukup
jelas bagi pikirannya seperti yang ia inginkan; atau bahwa ia tidak mau
meninggalkan dosa-dosanya; atau bahwa ia terlalu sombong untuk menggolongkan
dirinya sendiri dengan para pengikut dari Yesus dari Nazaret; atau seperti
Feliks, ia mau menundanya sampai waktu yang lebih tepat).
Pulpit Commentary, hal 290, memberikan contoh-contoh
orang yang ‘hampir kristen’ di dalam gereja:
1. Anak
dari orang tua yang beriman dan saleh, dikelilingi oleh pengaruh-pengaruh yang
baik, dibimbing ke rumah Allah, banyak didoakan, tetapi tidak pernah
sungguh-sungguh menjadi orang Kristen.
2. Pengunjung
kebaktian di gereja, yang sering digerakkan sampai mencucurkan air mata, tetapi
emosi berlalu, dan keputusan percaya dan menerima Yesus ditunda, dan mereka
hanya ‘hampir kristen’.
3. Orang-orang
tua yang sedang sekarat, yang pernah berulang-ulang menunda keputusan percaya
kepada Yesus pada masa mudanya, dan sekarang tidak bisa melakukan keputusan
tersebut, dan ada dalam bahaya untuk mati sebagai seseorang yang ‘hampir
kristen’.
4. Ada
orang tua yang mempunyai anak-anak yang kristen (yang pasti banyak memberitakan
Injil dan mendoakan orang tuanya), tetapi mereka sendiri tetap ada dalam
kehidupan lama yang penuh dengan dosa.
5. Orang-orang
yang pernah mempunyai kekuatiran yang bersifat agama (seperti takut kepada
Allah, takut pada pnghakiman akhir jaman, takut kepada neraka, dsb), tetapi
semua itu tak pernah membuat ia sungguh-sungguh memutuskan untuk percaya dan
menerima Yesus.
Apakah saudara adalah salah satu dari orang-orang seperti
ini?
b) Diartikan
‘in a
short time’ / ‘dalam waktu yang singkat’.
RSV: ‘In a short
time you think to make me a christian’ (= Dalam waktu yang singkat
engkau berpikir untuk membuat aku jadi orang kristen).
NIV: ‘Do you think
that in such a short time you can persuade me to be a christian’ (=
Apakah kamu pikir bahwa dalam waktu yang begitu singkat kamu bisa
meyakinkan / membujuk aku untuk menjadi orang kristen).
NASB: ‘in a
short time you will persuade me to become a christian’ (= dalam
waktu yang singkat kamu akan meyakinkan aku menjadi orang kristen).
Mungkin ini adalah pandangan dari kebanyakan penafsir.
Kalau ini benar, maka Agripa perlu mengetahui bahwa sebetulnya tidak harus
membutuhkan waktu lama untuk membuat seseorang yakin dan percaya kepada Yesus
Kristus!
Ada juga yang menterjemahkan ‘in a short time’ / ‘dalam waktu yang singkat’,
tetapi dengan arti yang berbeda. Mereka mengartikan ‘dalam waktu sedikit lagi
engkau akan meyakinkan aku’.
Tetapi arti ini mengharuskan kata ‘meyakinkan’ ada dalam
bentuk future tense (perhatikan kata ‘akan’ yang saya garis
bawahi tersebut), sedangkan sebetulnya di sini kata ‘meyakinkan’ menggunakan bentuk present tense. KJV: ‘thou persuadest me’.
c) Diartikan
‘in a
small degree’ / ‘dalam tingkat yang kecil’.
J. A. Alexander
menyalahkan kedua pandangan di atas. Mari kita perhatikan argumentasinya.
Ay 28-29: “(28) Jawab Agripa: ‘Hampir-hampir saja (Lit: in a little) kauyakinkan aku menjadi
orang Kristen!’ (29) Kata Paulus: ‘Aku mau berdoa kepada Allah, supaya segera
atau lama-kelamaan (Lit: in a little or in great) bukan hanya engkau saja,
tetapi semua orang lain yang hadir di sini dan yang mendengarkan perkataanku
menjadi sama seperti aku, kecuali belenggu-belenggu ini.’”.
Perhatikan bahwa kata-kata ‘hampir-hampir saja’ secara hurufiah adalah ‘in a little’. Kata ini lalu diambil oleh Paulus dalam ay 29, tetapi
disambung dengan kontrasnya, dan ia mengatakan ‘in a little or in great’.
J. A. Alexander
mengatakan bahwa kalau diartikan ‘hampir-hampir’ / ‘almost’ maka
dalam ay 29 Paulus seharusnya berkata ‘hampir-hampir atau sepenuhnya’ / ‘almost
or altogether’, karena ‘altogether’ / ‘sepenuhnya’ adalah kontras dari ‘almost’ / ‘hampir-hampir’.
Sedangkan kalau diartikan ‘dalam waktu yang singkat’ / ‘in a short time’, maka dalam ay 29 seharusnya Paulus mengatakan ‘dalam waktu yang singkat
atau dalam waktu yang lama / panjang’ / ‘in a short time or in a
long time’,
karena kata-kata ‘in a long time’ / ‘dalam
waktu yang lama’
adalah kontras dari kata-kata ‘in a short time’ / ‘dalam
waktu yang singkat’.
Dalam faktanya, yang Paulus katakan
dalam ay 29 adalah ‘segera atau lama-kelamaan’, tetapi ini juga terjemahan yang
salah / tak hurufiah. Secara hurufiah terjemahannya adalah ‘in a
little or in great’ (= dalam kecil atau dalam besar).
J. A. Alexander
sendiri mengatakan bahwa ‘in a little’ artinya ‘in a
small degree’ / ‘dalam tingkat yang kecil’.
J. A. Alexander: “The idea then is, ‘thou persuadest me a
little (or in some degree) to become a Christian,’ i.e. I begin to feel the
force of your persuasive argument, and if I hear you longer, do not know what
the effect may be” [=
Jadi artinya adalah: ‘engkau sedikit / agak meyakinkan aku (atau dalam tingkat
tertentu) untuk menjadi orang Kristen’, yaitu ‘Aku mulai merasa kekuatan dari
argumentasimu yang meyakinkan, dan jika aku mendengarmu lebih lama, aku tak
tahu apa yang akan terjadi’] - hal 429.
Jamieson, Fausset & Brown: “‘Then
Agrippa said unto Paul, Almost thou persuadest me to be a Christian,’. There is
certainly some difficulty in this translation, there being no other clear
instance of this meaning of the phrase. Some of the best critics think the only
true sense of the words to be, ‘With a little persuadest thou me,’ which they
understand as an ironical response to the apostolic question - to this effect,
‘Ah, Paul, thou art for making me a Christian rather too summarily - I am not
to be so easily turned.’ But the apostle’s reply seems clearly to show that he
at least did not so understand the king; and it is not likely that he misunderstood
him. Others, who also object to the rendering of our version, think the sense
of the phrase to be, ‘In little (time) thou wilt persuade me to be a Christian’
- q. d., ‘At this rate you will soon have me over to your opinions;’ which they
take to have been meant seriously, though not very deeply. But though the words
will bear the sense of ‘In little (time),’ the tense used - not the future,
‘thou wilt persuade me;’ but the present, ‘thou persuadest me,’ suits ill with
such a rendering of the words; and the apostle’s reply seems to us quite fatal
to it. One other sense of the words, different from that of our version,
remains, ‘In a little [measure] thou art persuading me to be a Christian’ - q.
d., ‘You are really making some impression upon me;’ ‘I feel myself a little
drawn over to your opinions.’ Not that Agrippa is to be supposed, in saying
this, to mean anything more than a high compliment to the persuasiveness of the
speaker; though it may well be supposed that there was more in it than he would
let his manner show. But the chief, and to us all-sufficient recommendation of
this view of the words - which is that of Tyndale and Cranmer, and defended by
Alexander - is, that it is the only one which the apostle’s response perfectly
meets” (= ).
Yang manapun arti yang benar, yang
jelas Agripa tidak sungguh-sungguh menjadi orang Kristen. Ini juga terlihat
dari kata ‘orang Kristen’ yang ia gunakan, yang pada saat itu masih merupakan
suatu istilah kafir yang bersifat menghina orang Kristen.
J. A. Alexander: “This is ... not a genuine conviction of
the truth of Christianity, as may be gathered from the later history of this
man, as recorded by Josephus, and from his use of the term ‘Christian’, which
had not yet been adopted by the church itself, but was still a heathenish if
not a disrespectful designation” (= Ini bukanlah suatu keyakinan yang sejati tentang kebenaran dari
kekristenan, seperti bisa didapatkan dari sejarah selanjutnya dari orang
ini, seperti dicatat oleh Josephus, dan dari penggunaan istilah ‘orang
Kristen’ olehnya, yang belum diterima oleh gereja sendiri, tetapi tetap merupakan
suatu istilah kafir, bahkan suatu istilah yang bersifat menghina) - hal 429.
Dengan demikian, sekalipun ia
hampir selamat, tetapi ia tidak selamat!
Barnes’ Notes: “There is every reason to
believe that he was never quite persuaded to embrace the Lord Jesus, and that
he was never nearer the kingdom of heaven than at this moment. It was the
crisis, the turning-point in Agrippa’s life, and in his eternal destiny; and,
like thousands of others, he neglected or refused to allow the full conviction
of the truth on his mind, and died in his sins” (= Ada terlalu banyak
alasan untuk percaya bahwa ia tidak pernah sungguh-sungguh diyakinkan untuk
mempercayai Tuhan Yesus, dan bahwa ia tidak pernah lebih dekat pada kerajaan
surga dari pada pada saat ini. Itu adalah saat kritis, titik balik dalam
kehidupan Agripa, dan dalam tujuan / nasib kekalnya; dan, seperti ribuan
orang lain, ia mengabaikan atau menolak untuk mengijinkan keyakinan penuh
terhadap kebenaran pada pikirannya, dan mati dalam dosanya).
Barnes’ Notes: “persons are deterred from
being altogether Christians by the following, among other causes: (a) By the
love of sin - the love of sin in general, or some particular sin which they are
not willing to abandon; (b) By the fear of shame, persecution, or contempt, if
they become Christians; (c) By the temptations of the world - its cares,
vanities, and allurements - which are often presented most strongly in just
this state of mind; (d) By the love of office, the pride of rank and power, as
in the case of Agrippa; (e) By a disposition, like Felix, to delay to a more
favorable time the work of religion, until life has wasted away, and death
approaches, and it is too late, and the unhappy man dies ALMOST a Christian” [= orang-orang dihalangi
untuk menjadi orang-orang kristen sepenuhnya oleh hal-hal berikut, antara lain:
(a) Oleh kecintaan kepada dosa - cinta kepada dosa secara umum, atau dosa
tertentu yang tak mau mereka tinggalkan; (b) Oleh rasa takut terhadap kehinaan,
penganiayaan, atau kebencian, jika mereka menjadi orang Kristen; (c) Oleh
pencobaan-pencobaan dunia ini - kekuatirannya, kesia-siaannya, dan daya
tariknya - yang sering diajukan dengan paling kuat pada keadaan pikiran pada
saat seperti ini; (d) Oleh kecintaan pada jabatan, kesombongan tentang pangkat
dan kuasa, seperti dalam kasus Agripa; (e) Oleh suatu kecondongan, seperti
Feliks, untuk menunda pekerjaan agama ke suatu waktu yang lebih baik / menyenangkan,
sampai hidup disia-siakan / dihabiskan dengan sia-sia, dan kematian mendekat,
dan itu menjadi terlambat, dan orang yang malang itu mati dalam keadaan HAMPIR
Kristen].
Barnes’ Notes: “this state of mind is one
of special interest and special danger. It is not one of safety, and it is not
one that implies any certainty that the ‘almost Christian’ will ever be saved.
There is no reason to believe that Agrippa ever became fully persuaded to
become a Christian. To be almost persuaded to do a thing which we ought to do,
and yet not to do it, is the very position of guilt and danger. And it is no
wonder that many are brought to this point - the turning-point, the crisis of
life - and then lose their anxiety, and die in their sins. May the God of grace
keep us from resting in being almost persuaded to be Christians! May every one
who shall read this account of Agrippa be admonished by his convictions, and be
alarmed by the fact that he then paused, and that his convictions there ended!
And may every one resolve by the help of God to forsake every thing that
prevents his becoming an entire believer, and without delay embrace the Son of
God as his Saviour!” (= Keadaan pikiran seperti ini adalah keadaan pikiran yang
membutuhkan perhatian khusus, dan mempunyai bahaya yang khusus. Ini bukan
sesuatu yang aman, dan tak ada apapun yang secara tak langsung menunjukkan
kepastian apapun bahwa ‘orang yang hampir Kristen’ akan pernah diselamatkan.
Tidak ada alasan untuk percaya bahwa Agripa pernah menjadi yakin sepenuhnya
untuk menjadi orang Kristen. Hampir diyakinkan untuk melakukan sesuatu yang
harus kita lakukan, tetapi tidak melakukannya, adalah suatu posisi dari
kesalahan dan bahaya. Dan tidak mengherankan bahwa ada banyak orang yang
dibawa pada titik ini - titik balik, krisis dari kehidupan - dan lalu
kehilangan kepedulian mereka, dan mati dalam dosa mereka. Kiranya Allah
kasih karunia menjaga kita dari berhenti dalam keadaan hampir diyakinkan
menjadi orang Kristen! Kiranya setiap orang yang membaca cerita tentang Agripa
ini diperingatkan oleh hal-hal yang meyakinkannya, dan menjadi takut oleh fakta
bahwa ia berhenti pada saat itu, dan bahwa hal-hal yang meyakinkannya itu
berakhir di sana! Dan kiranya setiap orang memutuskan, dengan pertolongan
Allah, untuk meninggalkan segala sesuatu yang menghalanginya untuk menjadi
orang percaya sepenuhnya, dan tanpa penundaan memeluk / mempercayai Anak Allah
sebagai Juruselamatnya!).
Pulpit Commentary:
“In the
audience-chamber we have thus the most diverse attitudes of mind towards
Christianity represented. Paul, in the full inspiration of faith and life of
the Son of God; Agrippa, convinced but not converted; Bernice, probably
recalcitrant; Festus, hardened in indifferent cynicism. Some wanting little,
others much, to make them Christians. But what is the practical difference
between almost saved and quite damned?” (= Maka dalam ruangan
hadirin kita mempunyai wakil dari sikap-sikap pikiran yang paling
bermacam-macam terhadap kekristenan. Paulus, dalam ilham yang penuh dari iman
dan kehidupan Anak Allah; Agripa, diyakinkan tetapi tidak bertobat; Bernike,
mungkin kepala batu; Festus, dikeraskan dalam sikap sinis yang acuh tak acuh.
Sebagian kekurangan sedikit, yang lain kekurangan banyak, untuk membuat mereka
orang-orang Kristen. Tetapi perbedaan praktis apa yang ada di antara ‘hampir
selamat’ dan ‘sungguh-sungguh dihukum’?)
- hal 276.
Ay 29: “Kata Paulus: ‘Aku mau berdoa kepada Allah, supaya segera atau
lama-kelamaan bukan hanya engkau saja, tetapi semua orang lain yang hadir di
sini dan yang mendengarkan perkataanku menjadi sama seperti aku, kecuali
belenggu-belenggu ini.’”.
Ia menghendaki, dan berdoa, supaya bukan hanya Agripa,
tetapi juga semua orang yang hadir saat itu, menjadi orang Kristen sama seperti
dia, dengan belenggu-belenggu itu sebagai perkecualian.
Matthew Henry: “he intimates that it was
the concern, and would be the unspeakable happiness, of every one of them to
become true Christians - that there is grace enough in Christ for all,
be they ever so many - enough for each, be they ever so craving” (= ia mengisyaratkan bahwa
adalah perhatiannya, dan akan merupakan kebahagiaannya yang tak terkatakan,
bahwa setiap orang dari mereka menjadi orang Kristen yang sejati - bahwa ada
kasih karunia yang cukup dalam Kristus untuk semua, sekalipun di sana ada
begitu banyak orang - cukup untuk setiap orang, sekalipun mereka begitu sangat
membutuhkannya).
email us at : gkri_exodus@lycos.com