oleh: Pdt. Budi Asali MDiv.
I. Allah tidak berubah:
Ada banyak orang yang beranggapan bahwa kalau mereka taat kepada Allah, maka Allah cinta kepada mereka. Dan sebaliknya, kalau mereka tidak taat kepada Allah, maka Allah akan membenci mereka. Dengan kata lain, mereka beranggapan bahwa Allah tergantung kepada manusia!
Ada orang yang menganggap ay 7b, yang berbunyi: 'kembalilah kepadaKu, maka Aku akan kembali kepadamu, firman Tuhan semesta alam', sebagai dasar bahwa Allah memang tergantung kepada manusia. Tapi, perlu kita ingat bahwa ada banyak ayat-ayat Kitab Suci yang ditinjau dari sudut pandang manusia. Ay 7b adalah ayat yang seperti itu. Peninjauan dari pihak manusia tidak memberikan gambaran yang lengkap. Karena itu, kalau kita melihat ay 7b, maka kita perlu bertanya: "Bisakah manusia, dengan kekuatan dan kemauannya sendiri, kembali kepada Allah?". Berdasarkan Yoh 6:44,65, jawabnya jelas adalah "Tidak bisa!".
Allah harus bekerja lebih dulu dalam diri manusia, baru manusia bisa dan mau kembali kepada Dia. Kalau kita melihat secara keseluruhan seperti ini, maka jelaslah bahwa bukan Allah yang tergantung kepada manusia, tetapi manusialah yang tergantung kepada Allah.
Kalau Allah tergantung kepada manusia, maka itu berarti Allah berubah-ubah karena manusia juga berubah-ubah. Tetapi ay 6 jelas mengatakan bahwa Allah tidak berubah!!
Terjemahan hurufiah
dari ay 6 adalah
"I, Yahweh, do not change, and you, sons
of Jacob, are not destroyed" (= Aku, TUHAN, tidak berubah, dan kamu,
anak-anak Yakub, tidak dihancurkan).
Kata 'TUHAN' dalam bahasa Ibraninya adalah YAHWEH / YEHOVAH, yang kalau dilihat dari Kel 3:14,15 berarti 'I am who I am' (= Aku adalah Aku), yang menunjukkan ketidak-berubahan Allah. Lalu pada ay 6 itu masih ditambahkan lagi kata-kata 'tidak berubah'. Jadi, ayat ini sangat menekankan ketidak-berubahan Allah.
Inilah yang menyebabkan Ia tidak menghancurkan Israel (ay 6 - kata 'akan' harus dibuang!).
Allah mempunyai rencana
dengan Israel, yaitu rencana tentang Juruselamat / Mesias. Karena itu Ia
memilih Israel sebagai bangsa pilihan yang Ia kasihi. Tetapi Israel terus
menyeleweng dan hidup dalam dosa (ay 7a). Apakah Allah lalu berubah pikiran
/ mengubah rencanaNya dengan memusnahkan Israel dan lalu memilih bangsa
lain? Tidak! Allah dan rencanaNya tidak berubah! Ia tidak memusnahkan Israel.
II. Apa yang Allah lakukan?
Allah memang tidak menghancurkan Israel, tetapi Allah juga tidak bisa membiarkan mereka terus hidup dalam dosa. Lalu apa yang Ia lakukan?
Tetapi Israel ternyata tidak sadar akan dosanya (ay 7c). Orang yang sudah lama ada di dalam dosanya, seringkali menjadi begitu tumpul hati nuraninya, sehingga ia tidak sadar akan dosanya. Ini menyebabkan Allah melakukan hal yang ke 2.
2. Allah menunjukkan dosa tertentu terhadap mana Ia menghendaki Israel bertobat (ay 8).
Dosa mereka itu adalah dimana
mereka tidak memberikan persembahan persepuluhan dan persembahan khusus.
Dari kata bahasa Ibraninya, maka bisa diketahui bahwa yang di-maksudkan dengan persembahan khusus disini adalah persembahan seperti dalam Kel 29:27-28 dan Im 7:14,31-34. Pada waktu mereka memberikan persembahan tertentu, maka sebagian dari binatang yang akan dipersembahkan itu harus diberikan kepada imam / orang Lewi. Dosa mereka ialah bahwa mereka tidak melakukan hal itu!
Catatan: Untuk jaman ini, persembahan khusus ini sudah tidak ada lagi, karena semua ini termasuk Ceremonial Law (= hukum yang berhubungan dengan upacara keagamaan) yang sudah tidak perlu dilakukan sejak kedatangan Kristus (bdk. Ef 2:15).
Ini adalah persembahan yang
harus diberikan kepada Tuhan, yang terdiri dari 10% penghasilan kita.
Ay 8: 'menipu'.
Ini terjemahan yang tidak tepat! Kata Ibraninya hanya digunakan di 2 tempat dalam Perjanjian Lama, yaitu disini dan dalam Amsal 22:23, dimana kata itu diterjemahkan 'merampas'. Karena itu KJV/RSV/ NIV/NASB menterjemahkan Mal 3:8 ini dengan kata 'rob' (= merampok), dan ini jelas merupakan terjemahan yang lebih tepat. Footnote (= catatan kaki) dari NASB memberikan kemungkinan terjemahan lain, yaitu 'defraud' (= menipu / menggelapkan uang).
Ul 14:22-27 menunjukkan bahwa persembahan persepuluhan itu digunakan untuk makan bersama-sama dengan orang Lewi.
Ul 14:28-29 menunjukkan bahwa 3 tahun sekali persembahan persepuluhan itu digunakan untuk makan bersama dengan orang Lewi, orang asing, janda, yatim piatu, orang miskin, dsb.
Suku Lewi tidak terlibat dalam penyembahan anak lembu emas (Kel 32), dan karena itu mereka dijadikan suku yang melayani Tuhan. Pada waktu Israel masuk Kanaan, suku Lewi tidak mendapatkan tanah (Yos 14:3,4 Yos 18:7). Untuk biaya hidup mereka, maka suku-suku yang lain harus memberikan persembahan persepuluhan [dalam Perjanjian Barupun dikatakan bahwa hamba Tuhan harus hidup dari pelayanan (1Kor 9:4-14 1Tim 5:17-18)].
Pada jaman Nehemia, karena persembahan persepuluhan tidak diberikan, maka orang Lewi terpaksa meninggalkan pelayanan dan bekerja di ladang (Neh 13:10).
Karena tujuan persembahan persepuluhan ini adalah untuk membiayai kehidupan pelayan / hamba Tuhan, maka jelaslah bahwa persembahan ini harus diberikan kepada gereja / rumah Tuhan!
Bisa kita lihat bahwa pada waktu mereka tidak memberikan persembahan itu, mereka dihukum (ay 9-11).
Hujan, belalang, buah, semua tergantung Tuhan (ay 10-11). Jadi, sukses tidaknya pekerjaan kita, lancar tidaknya usaha kita, semua tergantung kepada Tuhan (bdk. Maz 127:1). Jadi, segala sesuatu yang kita hasilkan dari pekerjaan, bahkan segala milik kita, sebetulnya adalah pemberian Tuhan. Kalau kita menyadari hal ini, sebetulnya tidak akan sukar bagi kita untuk memberikan 10% dari penghasilan kita kepada Tuhan. Kita sebetulnya hanya 'mengembalikan' 10% dari yang Tuhan berikan kepada kita. Bdk. Kej 28:22 yang berbunyi: 'Dari segala sesuatu yang Engkau berikan kepadaku akan selalu kupersembahkan sepersepuluh kepadaMu'.
Persepuluhan sebetulnya menunjukkan iman / kepercayaan kita bahwa semua milik kita adalah pemberian Tuhan.
2. Banyak orang 'menjadi miskin karena tidak memberikan persepuluhan' dan bukannya 'tidak memberikan persepuluhan karena miskin' (2Kor 9:6a).
Banyak orang mau Tuhan mencukupi kebutuhannya dulu (bahkan berlimpah-limpah dulu), baru mau memberikan persepuluhan. Tetapi ini terbalik!! Tuhan menghendaki kita memberikan persepuluhan dulu, baru Ia akan memberkati kita! (ay 10-11).
Bandingkan juga dengan Mat 6:33 dan 1Raja-raja 17:7-16. Kedua bagian ini mengajarkan kita untuk mengutamakan Tuhan dulu, dan kalau kita mau melakukan hal itu, maka pastilah Tuhan akan mencukupi kebutuhan hidup kita!
Untuk menjawab pertanyaan ini perlu saya jelaskan bahwa kalau saudara memberikan persepuluhan, maka Tuhan akan memberikan berkat. Ini bisa Ia lakukan dengan menambah penghasilan saudara atau menyuruh seseorang memberi uang kepada saudara. Atau bisa saja Tuhan menyingkirkan 'belalang' dari kehidupan saudara. Mungkin selama ini saudara tidak cukup, karena adanya 'belalang' itu yang bisa berbentuk macam-macam hal, seperti anak sakit, kendaraan rusak, dan semua pengeluaran extra lainnya. Kalau 'belalang' itu disingkirkan oleh Tuhan, maka bisa saja dengan 90% penghasilan saudara, saudara justru bisa mencukupi kebutuhan hidup keluarga saudara!
3. Apakah semua ini berarti bahwa ajaran Theologia Kemakmuran itu betul? Tidak! Hal yang penting sekali untuk diketahui adalah bahwa ada perbedaan besar antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.
Dalam Perjanjian Lama, Tuhan menjanjikan berkat Tuhan, kalau Israel taat kepadaNya. Tetapi penekanan dari berkat itu adalah pada hal-hal jasmani (Bdk. Ul 11:8-15 Ul 28:1-14 Mal 3:8-11).
Dalam Perjanjian Baru, kalau kita taat, kita juga akan diberkati. Tetapi penekanan dari berkat disini adalah pada berkat rohani! (Bdk. 2Kor 9:6-11). Kalau kita hanya membaca 2Kor 9:6, maka kita mungkin akan menarik kesimpulan bahwa orang yang memberi banyak persembahan, juga akan menuai banyak uang. Tetapi cobalah baca terusannya! 2Kor 9:8 menyebutkan bahwa 'mereka berkelimpahan dalam berbagai kebajikan'! 2Kor 9:10 mengatakan bahwa 'Allah akan melipatgandakan dan menumbuhkan buah-buah kebenaranmu'! 2Kor 9:11 mengatakan bahwa 'kamu akan diperkaya dalam segala macam kemurahan hati'. Ini semua jelas menunjuk pada berkat rohani.
Bagaimana dengan berkat jasmani dalam Perjanjian Baru? Apakah Tuhan menjanjikan kekayaan? Sama sekali tidak!! 2Kor 8:1-6 menceritakan tentang jemaat Makedonia yang memberi lebih banyak dari kemampuan mereka. Tapi mereka tidak menjadi kaya! Demikian pula dengan orang-orang yang menjual rumah dan tanahnya, lalu mempersembahkan kepada Tuhan dalam Kis 4:34-37. Tidak pernah dikatakan bahwa mereka lalu menjadi kaya / menerima banyak rumah! Rasul-rasul yang mengikut Tuhan (termasuk Paulus) adalah orang-orang saleh. Tetapi mereka tidak menjadi kaya dalam hal jasmani!
Jadi, dalam Perjanjian Baru, dalam hal jasmani Tuhan tidak menjanjikan kelimpahan. Tetapi, Ia menjanjikan kecukupan (dalam arti: orang kristen tidak perlu mengemis, berhutang, mati kelaparan, dsb). Janji ini bisa saudara dapatkan dalam Mat 6:25-34.
Juga kalau saudara memperhatikan doa Bapa Kami (Mat 6:9-13), Yesus tidak mengajar supaya kita meminta jadi kaya / berlimpah-limpah, tetapi supaya cukup (Mat 6:11).
Pertanyaan yang mungkin timbul: Mengapa Perjanjian Lama berbeda dengan Perjanjian Baru? Apakah Tuhan berubah? Tidak!! Tuhan tidak berubah, tetapi caraNya menunjukkan cintaNya berubah.
Illustrasi:
Waktu anak saudara berumur 2 tahun, saudara menunjukkan cinta saudara dengan menggendong dia, menciumi dia dsb. Tetapi cara saudara menunjukkan cinta saudara kepadanya tentu berbeda pada waktu anak itu sudah berumur 17 tahun! Saudara tetap mencintai dia, tetapi cara menunjukkan cinta (perwujudan cinta) berubah.
Jadi, sekalipun kita tidak diberi terlalu banyak berkat jasmani, bahkan sekalipun kita ada dalam penderitaan, kita bisa 'melihat ke belakang' (yaitu pada salib yang merupakan puncak pernyataan kasih Allah), dan kita bisa yakin bahwa Allah mengasihi kita.
Jadi, dalam Perjanjian Baru tidak lagi diperlukan berkat jasmani yang berkelimpahan untuk bisa melihat kasih Allah! Allah kadang-kadang memberikan kekayaan kepada orang kristen tertentu, tetapi Ia tidak pernah berjanji bahwa semua orang kristen akan menjadi kaya! Lihat Calvin, ‘Institutes of the Christian Religion’, Book II, chapter XI, no 1-4.
Kesimpulan:
Mal 3:10-12 tidak mendukung Theologia Kemakmuran!
4. Persembahan persepuluhan tanpa ketaatan dalam hal-hal lain, tidak akan dipedulikan oleh Tuhan (Yes 1:10-20 1Sam 15:22).
Memang yang tidak memberi persembahan persepuluhan akan dihukum. Tapi jangan hanya karena takut dihukum, lalu saudara memberikan persepuluhan! Bdk. 2Kor 9:7.
Memang orang yang memberi persepuluhan
akan diberkati Tuhan, tetapi jangan memberi dengan tujuan supaya saudara
diberkati! Kalau saudara memberikan persepuluhan dengan 'jiwa dagang' seperti
ini, jangan berharap bahwa Tuhan akan memberkati saudara! Kalau toh ada
berkat, itu mungkin datang dari setan!