oleh : Pdt. Budi Asali M.Div.
Beberapa kesalahan
yang saya ketahui dari Gereja Orthodox Syria versi Bambang Noorsena:
I) Dalam persoalan Kristologi (doktrin tentang Kristus).
Sekalipun dalam
khotbahnya dalam Kursus Singkat STRIS "Mengenal Gereja Orthodox Syria"
tanggal 3 Juli 2000, Bambang Noorsena mengatakan bahwa Yesus adalah Allah,
bahkan sepenuhnya Allah, tetapi dalam khotbah-khotbahnya yang terdahulu,
ia pernah menyatakan bahwa Yesus bukan Tuhan dan bukan Allah (the God).
Ia berkata bahwa
istilah ‘Tuhan’ dalam bahasa Inggris adalah ‘Lord’ dan dalam bahasa Yunani
adalah KURIOS. Ini bisa diartikan sebagai ‘Tuhan’ atau sebagai ‘Tuan’.
Ini memang benar. Tetapi ia lalu mengatakan bahwa Yesus disebut ‘Tuhan’
dalam arti yang ke 2!
Juga tentang istilah ‘Allah’ ia berkata bahwa kata ‘Allah’ dalam bahasa Arab selalu menunjuk kepada Allah yang benar, dan karenanya seharusnya diterjemahkan ‘the God’. Ia lalu mengatakan bahwa ia setuju kalau dikatakan ‘God become man’, tetapi tidak setuju kalau dikatakan ‘Allah (the God) menjadi manusia’. Dengan demikian secara implicit ia tidak mengakui bahwa Yesus adalah Allah / ‘the God’.
Catatan: ini diajarkan oleh Bambang Noorsena dalam khotbahnya di restoran Bon Ami tgl 11 Pebruari 1999, dan saya mempunyai bukti rekaman khotbahnya.
Penyangkalan terhadap keilahian Yesus juga diberikan oleh seorang anak buah Bambang Noorsena. Ia menggunakan 1Kor 8:6 untuk membuktikan bahwa Yesus bukanlah Allah.
1Kor 8:6 - "namun bagi kita hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa, yang dari padaNya berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup, dan satu Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus, yang olehNya segala sesuatu telah dijadikan dan yang karena Dia kita hidup".
Tanggapan
saya:
b) Bukti keilahian
dan ketuhanan Yesus.
Yer 23:5-6 - "Sesungguhnya, waktunya akan datang, demikianlah firman TUHAN, bahwa Aku akan menumbuhkan Tunas adil bagi Daud. Ia akan memerintah sebagai raja yang bijaksana dan akan melakukan keadilan dan kebenaran di negeri. Dalam zamannya Yehuda akan dibebaskan, dan Israel akan hidup dengan tenteram; dan inilah namanya yang diberikan orang kepadanya: TUHAN-keadilan kita".
Yer 23:5-6 (dan juga Yer 33:14-16 yang bunyinya hampir sama dengan Yer 23:5-6) jelas merupakan nubuat tentang Yesus Kristus. Yesus memang sering disebut dan dinubuatkan sebagai ‘tunas’, misalnya dalam Yes 4:2 Yes 11:1 Yes 53:2.
Dalam Yer 23:5-6 itu Yesus disebut sebagai ‘Tuhan keadilan’, dimana kata ‘Tuhan’ (semuanya dengan huruf besar / capital letters) tersebut dalam bahasa Ibraninya adalah Yahweh / Yehovah.
Perlu diketahui bahwa dalam Perjanjian Lama, kata ‘Tuhan’ (hanya ‘T’nya yang huruf besar, huruf-huruf yang lain adalah huruf kecil) berasal dari kata bahasa Ibrani ADONAI, sedangkan kata ‘Tuhan’ (semua dengan huruf besar / capital letters) berasal dari kata bahasa Ibrani YAHWEH / YEHOVAH.
Juga perlu diketahui bahwa dalam Kitab Suci istilah bahasa Ibrani ‘ADONAI’ (= Tuhan / Lord) bisa digunakan untuk seseorang yang bukan Allah (Misalnya dalam Yes 21:8). Demikian juga dengan istilah bahasa Ibrani ‘ELOHIM’ [= Allah / God(s)], atau istilah bahasa Yunani ‘THEOS’ (= Allah), atau istilah bahasa Yunani ‘KURIOS’ (= Tuhan), bisa digunakan untuk menunjuk kepada dewa dan bahkan manusia (Misalnya: Kel 4:16 Kel 7:1 Kel 12:12 Kel 20:3,23 Hakim 16:23-24 1Raja 18:27 Maz 82:1,6 Kis 28:6).
Tetapi sebutan ‘YAHWEH / YEHOVAH’ (= TUHAN / LORD) tidak pernah digunakan untuk siapapun / apapun selain Allah, karena YAHWEH / YEHOVAH adalah nama dari Allah! Dan karena itu kalau dalam Yer 23:5-6 dan Yer 33:14-16 Yesus disebut dengan sebutan ‘YAHWEH / YEHOVAH’, maka tidak bisa tidak hal ini menunjukkan bahwa Yesus betul-betul adalah Allah sendiri dalam arti yang setinggi-tingginya!
2. Yesus adalah ‘the God’.
Terhadap kata-kata Bambang Noorsena bahwa Yesus bukanlah ‘the God’, saya menunjukkan Tit 2:13 dan Ibr 1:8 yang secara explicit menyebut Yesus sebagai Allah.
Untuk kata ‘Allah’ dalam Tit 2:13 digunakan istilah bahasa Yunani TOU THEOU, sedangkan untuk kata ‘Allah’ dalam Ibr 1:8 digunakan istilah bahasa Yunani HO THEOS, dimana kata TOU dan HO adalah definite article (= kata sandang). Karena itu jelaslah bahwa istilah itu tidak bisa diterjemahkan ‘a god’, tetapi ‘the God’. Dengan demikian terlihat jelas bahwa ajaran Bambang Noorsena, yang menyatakan bahwa Yesus bukanlah ‘the God’ bertentangan frontal dengan kedua ayat ini.
Catatan: kalau saudara melihat kedua ayat ini dalam Kitab Suci bahasa Inggris, maka memang kata ‘the’ itu tidak ada, karena kalau diberi kata ‘the’ itu, maka kalimatnya menjadi sangat kacau bunyinya.
1Kor 8:4-6 - "Tentang hal makan daging persembahan berhala kita tahu: ‘tidak ada berhala di dunia dan tidak ada Allah lain dari pada Allah yang esa.’ Sebab sungguhpun ada apa yang disebut ‘allah’, baik di sorga, maupun di bumi - dan memang benar ada banyak ‘allah’ dan banyak ‘tuhan’ yang demikian - namun bagi kita hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa, yang dari padaNya berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup, dan satu Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus, yang olehNya segala sesuatu telah dijadikan dan yang karena Dia kita hidup".
Pengakuan Iman Athanasius:
"15. Thus the Father is God, The Son is God, the Holy Ghost is God. 16. And yet there are not three Gods, but one God. 17. Thus The Father is Lord, the Son is Lord, the Holy Ghost is Lord. 18. And yet there are not three Lords, but one Lord. 19. Because as we are thus compelled by Christian verity to confess each person severally to be God and Lord; so we are prohibited by the Catholic religion from saying that there are three Gods or Lords" (= 15. Demikian juga Bapa adalah Allah, Anak adalah Allah, Roh Kudus adalah Allah. 16. Tetapi tidak ada tiga Allah, tetapi satu Allah. 17. Demikian pula Bapa adalah Tuhan, Anak adalah Tuhan, dan Roh Kudus adalah Tuhan. 18. Tetapi tidak ada tiga Tuhan, tetapi satu Tuhan. 19. Karena sebagaimana kami didorong seperti itu oleh kebenaran Kristen untuk mengakui setiap pribadi secara terpisah / individuil sebagai Allah dan Tuhan; demikian pula kami dilarang oleh agama Katolik / universal / am untuk mengatakan bahwa ada tiga Allah atau Tuhan.) - A. A. Hodge, ‘Outlines of Theology’, hal 117-118.
Saya menjawab
argumentasi mereka ini sebagai berikut:
Murid-murid Yesus itu ‘tidak memberitakan keMesiasan Yesus’ atau ‘menunda pemberitaan tentang keMesiasan Yesus’. Ini berbeda dengan Gereja Orthodox Syria, yang ‘memberitakan berita yang diubah menjadi sesat’.
Memberitakan Yesus yang berbeda atau Yesus yang lain, sama dengan memberitakan Injil yang berbeda / Injil yang lain, dan ini jelas dikecam, dan bahkan dikutuk oleh Paulus.
2Kor 11:4 - "Sebab kamu sabar saja, jika ada seorang datang memberitakan Yesus yang lain dari pada yang telah kami beritakan, atau memberikan kepada kamu roh yang lain dari pada yang telah kamu terima atau Injil yang lain dari pada yang telah kamu terima".
Juga perlu dipertanyakan: bagaimana kalau ‘orang seberang’ itu mati sebelum mendengar ajaran yang benar tentang ketuhanan dan keilahian Kristus? Apakah ia bisa diselamatkan dengan mempercayai Yesus hanya sebagai ‘tuan’ dan bukan sebagai ‘the God’?
4. Paulus berkata dalam 1Kor 1:22-23 - "Orang-orang Yahudi menghendaki tanda dan orang-orang Yunani mencari hikmat, tetapi kami memberitakan Kristus yang disalibkan: untuk orang-orang Yahudi suatu batu sandungan dan untuk orang-orang bukan Yahudi suatu kebodohan".
Ini memang merupakan resiko kalau seseorang memegang suatu pandangan yang eksentrik. Otomatis ada banyak orang yang menyerang, sehingga ia akan terpaksa menghabiskan seluruh waktu, tenaga, dan pikirannya untuk membela diri dari semua serangan tersebut, sehingga tidak ada yang tersisa untuk melakukan pemberitaan Injil.
Catatan:
yang saya maksudkan dengan ‘Injil’ di sini adalah kabar baik, dimana manusia
berdosa yang seharusnya masuk ke neraka selama-lamanya, telah diberikan
jalan keselamatan melalui penderitaan dan kematian Kristus di kayu salib,
dan dengan demikian bisa masuk surga asal mau percaya kepada Kristus sebagai
Tuhan dan Juruselamatnya.
Setelah perdebatan antara 2 anak buahnya dengan saya, kelihatannya Bambang Noorsena mengubah Kristologinya. Dalam khotbahnya tentang ‘keilahian Yesus’ yang saya dengar sendiri di Hotel Sahid, tgl 21 Mei 1999, ajarannya menjadi lain. Ia menyatakan Yesus itu adalah Firman dan Firman itu adalah Allah. Tetapi:
2. Kelihatannya ia tidak menerima Yesus dalam kekekalan itu sebagai Pribadi, tetapi hanya sebagai ‘existence’ (= keberadaan).
Bahwa Yesus disebut Firman, tidak berarti bahwa Yesus sebelum inkarnasi hanyalah sekedar ‘kata-kata Allah’, sekedar suatu ‘existence’ / keberadaan dan bukan suatu pribadi.
b) Ini sama sekali
berbeda dengan Nestorianisme, yang mengajarkan 2 pribadi (DUO-HYPOSTASIS).
Ia menjawab dengan mengatakan perbedaan seperti ini bukan perbedaan dalam substansi ajaran. Jangan terjebak dalam terminologi.
Ini kelihatannya merupakan cara mengelak yang favorit bagi Bambang Noorsena. Ia berulangkali menggunakan ungkapan yang sejenis, seperti: