oleh : Pdt. Budi Asali M.Div.
II) Dalam persoalan doktrin Allah Tritunggal.
Kelihatannya Gereja Orthodox Syria versi Bambang Noorsena tidak mengakui bahwa Allah Tritunggal itu mempunyai 3 pribadi.
Saya menyimpulkan ini dari beberapa sudut:
Dalam khotbah tentang ‘keilahian Kristus’ di Hotel Sahid tanggal 21 Mei 1999, Bambang Noorsena menyingung tentang Allah Tritunggal, dan kelihatannya ia beranggapan bahwa Allah Tritunggal itu adalah Allah Bapa, Firman / Hikmat, dan Roh Allah.
2) Dari anak buah Bambang Noorsena.
Dalam perdebatan 2 anak buah Bambang Noorsena dengan saya, sekalipun akhirnya mereka terpaksa mengakui bahwa Yesus betul-betul adalah Tuhan dan Allah, tetapi mereka tetap tidak mau mengakui bahwa Allah Tritunggal mempunyai 3 pribadi. Sama seperti Bambang Noorsena, mereka berkata bahwa Yesus sebelum inkarnasi hanyalah suatu ‘existence’ (= keberadaan). Mereka menganggap bahwa Allah hanyalah 1 pribadi, tetapi mempunyai unsur Firman dan Roh.
3) Dari pemberitaan koran ‘Bangsa’.
Koran ‘Bangsa’, hari Kamis tanggal 25 Mei 2000: "Konsep teologi menurut ajaran KOS antara zat dan sifat adalah dua esensi berbeda namun satu. Zatnya adalah Allah dan sifatnya adalah al-Kalam dan Ruh Qudus. Jadi al-Kalam dan Ruh Qudus itu berada dalam zat. Konsep ini sama dengan pendapat Asy’ariyah, dimana antara zat dan sifat itu mempunyai esensi berbeda tapi keduanya satu" - hal 11, kolom 6.
Pdt. Yusuf Rony, yang pernah bergabung dengan Gereja Orthodox Syria, sekarang juga mempunyai pandangan yang sama.
Kej 1:26 - "Berfirmanlah Allah: ‘Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi’".
b) Pembicaraan antara satu pribadi dengan pribadi yang lain.
Maz 2:7 - "Aku mau menceritakan tentang ketetapan TUHAN; Ia berkata kepadaku: ‘AnakKu engkau! Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini.".
c) Saling kasih-mengasihi antara pribadi-pribadi itu (Mat 3:17 Yoh 17:23-24).
Yoh 17:23-24 - "Aku di dalam mereka dan Engkau di dalam Aku supaya mereka sempurna menjadi satu, agar dunia tahu, bahwa Engkau yang telah mengutus Aku dan bahwa Engkau mengasihi mereka, sama seperti Engkau mengasihi Aku. Ya Bapa, Aku mau supaya, di manapun Aku berada, mereka juga berada bersama-sama dengan Aku, mereka yang telah Engkau berikan kepadaKu, agar mereka memandang kemuliaanKu yang telah Engkau berikan kepadaKu, sebab Engkau telah mengasihi Aku sebelum dunia dijadikan".
d) Pengutusan pribadi yang satu oleh pribadi yang lain (Yoh 14:26 Yoh 15:26 Yoh 17:3).
Yoh 14:26 - "tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam namaKu, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu".
Yoh 15:26 - "Jikalau Penghibur yang akan Kuutus dari Bapa datang, yaitu Roh Kebenaran yang keluar dari Bapa, Ia akan bersaksi tentang Aku".
Yoh 17:3 - "Inilah
hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya
Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus".
"3. But the Catholic faith is this, that we worship one God in trinity, and trinity in unity. 4. Neither confounding the persons, nor separating the substance. 5. For the person of the Father is one, of the Son another, and of the Holy Ghost another. 6. But of the Father, of the Son, and of the Holy Ghost there is one divinity, equal glory and co-eternal majesty. 7. What the Father is, the same is the Son, and the Holy Ghost. 8. The Father is uncreated, the Son uncreated, the Holy Ghost uncreated. 9. The Father is immense, the Son immense, the Holy Ghost immense. 10. The Father is eternal, the Son eternal, the Holy Ghost eternal. 11. And yet there are not three eternals, but one eternal. 12. So there are not three (beings) uncreated, nor three immense, but one uncreated, and one immense. 13. In like manner the Father is omnipotent, the Son is omnipotent, the Holy Ghost is omnipotent. 14. And yet there are not three omnipotents, but one omnipotent. 15. Thus the Father is God, The Son is God, the Holy Ghost is God. 16. And yet there are not three Gods, but one God. 17. Thus The Father is Lord, the Son is Lord, the Holy Ghost is Lord. 18. And yet there are not three Lords, but one Lord. 19. Because as we are thus compelled by Christian verity to confess each person severally to be God and Lord; so we are prohibited by the Catholic religion from saying that there are three Gods or Lords. 20. The Father was made from none, nor created, nor begotten. 21. The Son is from the Father alone, neither made, nor created, but begotten. 22. The Holy Ghost is from the Father and the Son, neither made, nor created, nor begotten, but proceeding. 23. Therefore there is one Father, not three fathers, one Son, not three sons, one Holy Ghost, not three Holy Ghosts. 24. And in this trinity no one is first or last, no one is greater or less. 25. But all the three co-eternal persons are co-equal among themselves; so that through all, as is above said, both unity in trinity, and trinity in unity is to be worship." (= 3. Tetapi iman Katolik / universal / am adalah ini, bahwa kami menyembah satu Allah dalam tritunggal, dan tritunggal dalam kesatuan. 4. Tidak ada kekacauan / percampuran pribadi-pribadi ataupun pemisahan zat. 5. Karena pribadi dari Bapa adalah satu, dari Anak adalah pribadi yang lain, dan dari Roh Kudus adalah pribadi yang lain. 6. Tetapi dari Bapa, dari Anak, dan dari Roh Kudus ada satu keilahian, kemuliaan yang sama / setara dan keagungan / kuasa yang berdaulat yang sama kekalnya. 7. Apa adanya Bapa itu, demikian juga dengan Anak, dan juga Roh Kudus. 8. Bapa tidak diciptakan, Anak tidak diciptakan, Roh Kudus tidak diciptakan. 9. Bapa itu maha besar, Anak itu maha besar, Roh Kudus itu maha besar. 10. Bapa itu kekal, Anak itu kekal, Roh Kudus itu kekal. 11. Tetapi tidak ada tiga yang kekal, tetapi satu yang kekal. 12. Demikian juga tidak ada tiga (makhluk) yang tidak dicipta, juga tidak tiga yang maha besar, tetapi satu yang tidak dicipta, dan satu yang maha besar. 13. Dengan cara yang sama Bapa adalah maha kuasa, Anak adalah maha kuasa, Roh Kudus adalah maha kuasa. 14. Tetapi tidak ada tiga yang maha kuasa, tetapi satu yang maha kuasa. 15. Demikian juga Bapa adalah Allah, Anak adalah Allah, Roh Kudus adalah Allah. 16. Tetapi tidak ada tiga Allah, tetapi satu Allah. 17. Demikian pula Bapa adalah Tuhan, Anak adalah Tuhan, dan Roh Kudus adalah Tuhan. 18. Tetapi tidak ada tiga Tuhan, tetapi satu Tuhan. 19. Karena sebagaimana kami didorong seperti itu oleh kebenaran Kristen untuk mengakui setiap pribadi secara terpisah / individuil sebagai Allah dan Tuhan; demikian pula kami dilarang oleh agama Katolik / universal / am untuk mengatakan bahwa ada tiga Allah atau Tuhan. 20. Bapa tidak dibuat dari apapun, tidak diciptakan, tidak diperanakkan. 21. Anak itu dari Bapa saja, tidak dibuat, tidak dicipta, tetapi diperanakkan. 22. Roh Kudus itu dari Bapa dan Anak, tidak dibuat, tidak dicipta, tidak diperanakkan, tetapi keluar. 23. Karena itu ada satu Bapa, bukan tiga bapa, satu Anak, bukan tiga anak, satu Roh Kudus, bukan tiga Roh Kudus. 24. Dan dalam tritunggal ini tidak ada yang pertama atau terakhir, tidak ada yang lebih besar atau lebih kecil. 25. Tetapi ketiga pribadi yang sama-sama kekal dan setara di antara mereka sendiri; sehingga mereka semua secara keseluruhan, seperti dikatakan di atas, baik kesatuan dalam tritunggal, maupun tritunggal dalam kesatuan, harus disembah.) - A. A. Hodge, ‘Outlines of Theology’, hal 117-118.
2) Dalam ajaran tentang Allah Tritunggal (dan juga tentang Kristologi dan doktrin keselamatan) tidak ada ‘meeting point’ (= titik temu) antara Kristen dan Islam, yang memang merupakan 2 agama yang berbeda! Kalau Bambang Noorsena bisa membuat titik temu, jelas itu disebabkan ia sudah mengajarkan kesesatan dengan mengkompromikan ajaran Kristen.
Bahkan menurut saya juga tidak ada ‘meeting point’ dengan agama Yahudi, karena agama Yahudi hanya berdasarkan Perjanjian Lama, yang sekalipun sudah mengandung ajaran tentang Allah Tritunggal, tetapi masih samar-samar. Jadi monoteisme agama Yahudi adalah monoteisme yang mutlak, sedangkan monoteisme kristen adalah monoteisme yang tidak mutlak, karena kita mempercayai Allah yang esa dalam 3 pribadi.
Loraine Boettner: "This doctrine, we find, is of such a nature that, on the one hand, it avoids the hard monotheism of the Jews and Mohammedans, and on the other, the crass polytheism of the Greeks and Romans" (= Kami mendapatkan bahwa doktrin ini mempunyai sifat sedemikian rupa sehingga pada satu sisi doktrin ini menghindari monotheisme yang keras dari orang-orang Yahudi dan Islam, dan pada sisi yang lain menghindari polytheisme yang bodoh dari orang Yunani dan Romawi) - ‘Studies in Theology’, hal 110.
3) Bambang Noorsena kelihatannya bukan hanya mau mempertemukan doktrin Allah Tritunggal dalam Kristen dan doktrin tentang Allah dalam ajaran Islam, tetapi ia juga mau membuat doktrin Allah Tritunggal itu menjadi ajaran yang masuk akal / bisa diterima oleh akal. Dengan mengatakan bahwa Allah hanya 1 pribadi, yang mempunyai Firman dan Roh, maka jelas sekali itu merupakan suatu doktrin yang bisa diterima akal (tetapi tidak alkitabiah).
Dalam mempelajari doktrin tentang Allah, perlu diketahui dan dicamkan bahwa otak kita yang terbatas tidak mungkin bisa mengerti total Allah yang tidak terbatas. Jika ada orang bisa mengajarkan doktrin Allah Tritunggal sehingga bisa diterima akal, itu pasti sesat!
4) Pada waktu saya menelusuri sejarah tentang ajaran sesat tentang Allah Tritunggal, maka kelihatannya ajaran Bambang Noorsena tentang Allah Tritunggal ini mempunyai kemiripan dengan ajaran sesat tentang Allah Tritunggal yang disebut Dynamic Monarchianism. Kata Monarchianism berarti ‘pemerintah / penguasa tunggal’. Ajaran ini menekankan keesaan Allah, dan ini menyebabkan mereka mengorbankan keilahian Kristus.
Dr. Freundt: "The third century is one in which many anti-trinitarian theories were developed as an attempt to preserve belief in one God along with belief in Christ as the Son of God. (Monarchianism comes from two Greek words meaning a single ruler.) The Monarchianism believed that the doctrine of the Trinity, developed by the Apologists and the old Catholic theologians put in jeopardy the unity of God" [= Abad ketiga merupakan saat dimana banyak teori-teori anti-tritunggal berkembang sebagai suatu usaha untuk menjaga kepercayaan kepada satu Allah bersama-sama dengan kepercayaan kepada Kristus sebagai Anak Allah. (Monarchianisme berasal dari 2 kata Yunani yang berarti satu pemerintah / penguasa.) Para pengikut Monarchianisme percaya bahwa doktrin tentang Tritunggal yang dikembangkan oleh para Apologists dan ahli-ahli teologia Katolik / Universal membahayakan kesatuan / keesaan Allah] - ‘Early Christianity’, hal 47.
Louis Berkhof: "This is the type of Monarchianism that was mainly interested in maintaining the unity of God, and was entirely in line with the Ebionite heresy of the early Church and with present-day Unitarianism" (= Ini merupakan jenis Monarchianisme yang mempunyai keinginan utama untuk mempertahankan keesaan Allah, dan sepenuhnya sejalan dengan bidat Ebionite dari Gereja mula-mula dan dengan Unitarianisme pada jaman sekarang ini) - ‘The History of Christian Doctrines’, hal 77.
Sesuatu yang menarik adalah bahwa ajaran ini diajarkan oleh seorang yang bernama Artemon, seorang yang lahir di Syria, dan seorang pengajar yang paling terkenal dari ajaran ini bernama Paul dari Samosata, seorang bishop dari Antiokhia, Syria (Louis Berkhof, ‘The History of Christian Doctrines’, hal 78). Adapun ajaran Paul dari Samosata adalah sebagai berikut.
Louis Berkhof: "According to him the Logos was indeed homoousios or consubstantial with the Father, but was not a distinct Person in the Godhead. He could be identified with God, because He existed in Him just as human reason exists in man. He was merely an impersonal power, present in all men, but particularly operative in the man Jesus. ... By this construction of the doctrine of the Logos Paul of Samosata maintained the unity of God as implying oneness of person as well as oneness of nature, the Logos and the Holy Spirit being merely impersonal attributes of the Godhead; and thus became the forerunner of the later Socinians and Unitarians" (= Menurutnya Logos memang sehakekat atau dari zat / substansi yang sama dengan Bapa, tetapi bukan merupakan seorang Pribadi yang berbeda dalam diri Allah. Ia bisa disamakan dengan Allah, karena Ia ada dalam Dia sama seperti pikiran / akal manusia ada dalam manusia. Ia hanya semata-mata merupakan kuasa yang bukan merupakan pribadi, hadir dalam semua manusia, tetapi khususnya bekerja dalam manusia Yesus. ... Dengan konstruksi doktrin tentang Logos ini, Paul dari Samosata mempertahankan kesatuan / keesaan Allah sebagai kesatuan pribadi maupun kesatuan hakekat, karena Logos dan Roh Kudus semata-mata merupakan sifat-sifat, yang bukan merupakan pribadi, dari Allah; dan dengan demikian menjadi pelopor dari ajaran Socinians dan Unitarians yang muncul belakangan) - ‘The History of Christian Doctrines’, hal 78.
Selanjutnya Louis Berkhof (hal 83) juga mengatakan bahwa kalau Tertullian dan Hippolytus mempertahankan doktrin Allah Tritunggal terhadap ajaran Monarchianism di Barat, maka Origen mempertahankan doktrin Allah Tritunggal terhadap ajaran Monarchianism di Timur (ingat bahwa Syria termasuk Timur!). Tetapi doktrin Allah Tritunggal dari Origen ternyata cacat, karena ia menganggap bahwa Anak lebih rendah dari pada Bapa dalam hal hakekatnya.
Louis Berkhof:
"The Father communicated to the Son only a secondary species
of divinity, which may be called Theos, but not Ho Theos. He
sometimes even speaks of the Son as Theos Deuteros. This is the most radical
defect in Origen’s doctrine of the Trinity" (= Bapa
memberikan kepada Anak hanya sejenis keilahian yang kedua / kelas dua,
yang bisa disebut Allah / God, tetapi tidak Sang Allah / the God.
Ia kadang-kadang bahkan berbicara tentang Anak sebagai Allah yang kedua.
Ini merupakan cacat yang paling radikal dalam doktrin tentang Tritunggal
dari Origen) - ‘The History
of Christian Doctrines’, hal 84.