Pembahasan mengenai
Gereja Orthodox Syria versi Bambang Noorsena
oleh : Pdt. Budi Asali M.Div.
GEREJA ORTHODOX SYRIA
versi BAMBANG NOORSENA
V) Lain-lain.
1) Dalam persoalan
Maria.
a) Bambang
Noorsena mempercayai keperawanan abadi dari Maria.
Catatan:
untuk ini saya juga mempunyai bukti rekaman khotbahnya, tetapi saya tidak
tahu dimana khotbah itu disampaikan.
b) Kelihatannya
mereka juga mempercayai kesucian Maria, dan mempraktekkan ‘penghormatan’
kepada Maria, menyetujui doa ‘Salam Maria’ (dengan alasan bahwa Gabriel
juga memberi salam kepada Maria - Luk 1:28), dan menyetujui Maria sebagai
Ibu Gereja.
Koran ‘Bangsa’,
hari Selasa tanggal 23 Mei 2000: "Menurut Henney, dalam Injil
ini banyak pararel kisah-kisah yang sejajar dengan kisah-kisah dalam al-Qur’an.
Ia mencontohkan, dalam al-Qur’an dikatakan Maryam dan putranya adalah
manusia yang suci. Dalam ajaran KOS juga ada penghormatan (semacam
salawat dalam Islam). Hanya saja salawat dalam KOS diarahkan pada Maryam,
sedangkan dalam Islam pada Nabi Muhammad SAW" -
hal 11, kolom 5.
Dalam salah satu
khotbahnya Bambang Noorsena mengatakan bahwa Salam Maria adalah sesuatu
yang Alkitabiah, karena kalimat pertama yaitu ‘Salam Maria, penuh
kasih karunia, Tuhan beserta denganmu’,
maupun kalimat kedua yaitu ‘berbahagialah engkau di antara wanita,
dan diberkatilah buah kandunganmu, Yesus’
diambil dari Alkitab.
Tanggapan saya:
a) Kitab Suci
memang mengajarkan keperawanan Maria, sampai ia melahirkan Kristus. Tetapi
Kitab Suci tidak pernah mengajarkan keperawanan yang abadi dari
Maria. Ini bertentangan dengan Mat 1:24-25 - "Sesudah bangun
dari tidurnya, Yusuf berbuat seperti yang diperintahkan malaikat Tuhan
itu kepadanya. Ia mengambil Maria sebagai isterinya, tetapi tidak bersetubuh
dengan dia sampai ia melahirkan anaknya laki-laki dan Yusuf menamakan
Dia Yesus".
Perhatikan bahwa
ayat ini tidak mengatakan bahwa Yusuf tidak bersetubuh dengan Maria ‘sampai
selama-lamanya’, tetapi ‘sampai ia (Maria)
melahirkan anaknya laki-laki’.
b) Kitab Suci
menyatakan bahwa semua manusia berdosa, dan yang dikecualikan hanya Yesus
(2Kor 5:21 Ibr 4:15).
c) Tentang ‘Salam
Maria’.
-
Isi salam Gabriel
hanya berbunyi: “Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai
engkau” (Luk 1:28). Ini tentu sangat berbeda dengan
isi dari ‘Salam Maria’ (Hail Mary / Ave Maria), yang berbunyi sebagai
berikut: “Hail Mary, full of grace, the Lord is with thee;
blessed art thou amongst women, and blessed is the fruit of thy womb, Jesus.
Holy Mary, mother of God, pray for us sinners, now and at the hour of our
death. Amen.” (= Salam Maria, penuh kasih karunia, Tuhan beserta denganmu;
berbahagialah engkau di antara wanita, dan diberkatilah buah kandunganmu,
Yesus. Maria yang kudus, bunda Allah, berdoalah untuk kami orang-orang
berdosa, sekarang dan pada saat kematian kami. Amin).
Ini jelas merupakan
suatu doa yang ditujukan kepada Maria, dan jelas merupakan sesuatu
yang salah.
-
Memang kalimat pertama
yaitu ‘Salam Maria, penuh kasih karunia, Tuhan beserta denganmu’
diambil dari Alkitab (Luk 1:28), dan kalimat kedua yaitu ‘berbahagialah
engkau di antara wanita, dan diberkatilah buah kandunganmu, Yesus’
juga diambil dari Alkitab (Luk 1:42). Tetapi bagaimana dengan kalimat ketiga
yaitu ‘Maria yang kudus, bunda Allah, berdoalah untuk kami orang-orang
berdosa, sekarang dan pada saat kematian kami’?
Mengapa kalimat ketiga ini tidak dibahas oleh Bambang Noorsena? Yang ini
jelas tidak ada dalam Alkitab!
-
Maria sudah mati,
dan Kitab Suci tidak pernah mengajar untuk melakukan penghormatan kepada
orang yang sudah mati. Gabriel (Luk 1:28) maupun Elisabet (Luk 1:42) memberi
salam kepada Maria, pada saat Maria masih hidup. Ini tentu berbeda dengan
kalau kita sekarang memberi salam kepada Maria yang sudah mati.
d) Kalau karena
Gabriel memberi salam kepada Maria, lalu dimunculkan doa Salam Maria, maka
perlu kita ingat bahwa Yesus juga memberi salam kepada para muridNya (Mat
28:9), dan Paulus memberi salam kepada sederetan orang dalam Ro 16:3-15.
Lalu mengapa Gereja Orthodox Syria tidak membuat doa Salam Petrus, doa
Salam Matius, dsb?
e) Kitab Suci
juga tidak pernah mengajarkan bahwa Maria adalah Ibu Gereja.
2) Tradisi Arab
/ Syria seperti penggunaan peci / jilbab dan penggunaan bahasa Arab, Syria
dan sebagainya.
Tanggapan
saya:
Kita tidak perlu
meniru tradisi Arab / Syria, karena kita bukannya tinggal di Arab / Syria.
Bdk. 1Kor 9:20-22 - "Demikianlah bagi orang Yahudi aku menjadi
seperti orang Yahudi, supaya aku memenangkan orang-orang Yahudi. Bagi orang-orang
yang hidup di bawah hukum Taurat aku menjadi seperti orang yang hidup di
bawah hukum Taurat, sekalipun aku sendiri tidak hidup di bawah hukum Taurat,
supaya aku dapat memenangkan mereka yang hidup di bawah hukum Taurat. Bagi
orang-orang yang tidak hidup di bawah hukum Taurat aku menjadi seperti
orang yang tidak hidup di bawah hukum Taurat, sekalipun aku tidak hidup
di luar hukum Allah, karena aku hidup di bawah hukum Kristus, supaya aku
dapat memenangkan mereka yang tidak hidup di bawah hukum Taurat. Bagi orang-orang
yang lemah aku menjadi seperti orang yang lemah, supaya aku dapat menyelamatkan
mereka yang lemah. Bagi semua orang aku telah menjadi segala-galanya, supaya
aku sedapat mungkin memenangkan beberapa orang dari antara mereka".
Ayat ini menunjukkan
bahwa Paulus menyesuaikan dirinya dengan orang yang ia layani. Berdasarkan
ayat ini, kita yang tinggal di Indonesia harus menyesuaikan diri dengan
tradisi Indonesia (selama tradisi itu tidak bertentangan Firman Tuhan),
bukan menyesuaikan diri dengan tradisi Arab / Syria.
Kalau mereka
mengatakan bahwa penggunaan jilbab dan bahasa Arab merupakan tradisi Islam,
dan Gereja Orthodox Syria menyesuaikan diri dengan tradisi Islam tersebut
untuk memenangkan orang Islam, menurut saya alasan ini tidak terlalu kuat,
karena orang Islam yang menggunakan peci / jilbab, apalagi yang bisa menggunakan
bahasa Arab, presentasinya tidaklah terlalu besar.
Saya pernah 2
x mengikuti semacam kebaktian / persekutuan Gereja Orthodox Syria di Hotel
Sahid, dan saya melihat suasana yang bukan suasana gereja, tetapi lebih
mirip suasana mesjid. Disamping itu baik dalam liturgi kebaktian, maupun
dalam khotbah, digunakan begitu banyak bahasa asing (Arab, Syria, Ibrani,
Yunani) yang seringkali digunakan tanpa terjemahan, yang menyebabkan jemaat
menjadi semacam penonton yang tidak mengerti apa-apa, sehingga tidak bisa
betul-betul ikut berbakti dengan hati / pikiran mereka. Saya pikir mereka
perlu merenungkan kata-kata Paulus di bawah ini:
-
1Kor 14:9 - "Demikianlah
juga kamu yang berkata-kata dengan bahasa roh: jika kamu tidak mempergunakan
kata-kata yang jelas, bagaimanakah orang dapat mengerti apa yang kamu katakan?
Kata-katamu sia-sia saja kamu ucapkan di udara!".
-
1Kor 14:19 - "Tetapi
dalam pertemuan Jemaat aku lebih suka mengucapkan lima kata yang dapat
dimengerti untuk mengajar orang lain juga, dari pada beribu-ribu kata dengan
bahasa roh".
Kesalahan lain
dalam penekanan bahasa Arab ini adalah bahwa Bambang Noorsena seringkali
menafsirkan suatu ayat berdasarkan bahasa Arab, yang justru berbeda dengan
bahasa aslinya, sehingga justru menjadi salah. Misalnya: ia mengatakan
bahwa Kel 20:3 seharusnya diterjemahkan ‘Jangan ada padamu illah
lain (bukan allah lain) di hadapanKu’, dengan alasan
bahwa dalam bahasa Arab, kata ‘Allah’ selalu menunjuk kepada Allah yang
benar. Tetapi perlu diingat bahwa Perjanjian Lama ditulis dalam bahasa
Ibrani, dan bukan dalam bahasa Arab. Dan dalam bahasa Ibrani, istilah ELOHIM
bisa menunjuk kepada Allah yang benar maupun kepada berhala / dewa.
3) Penggunaan
bahasa asli (Ibrani dan Yunani) yang membahayakan / menyesatkan.
a) Bahasa asli
sebagai sebagai pameran dan pemikat.
Dalam khotbah-khotbahnya
Bambang Noorsena sering menggunakan kata-kata bahasa asing (Arab, Ibrani,
Yunani, Aramaic, dsb), tanpa ada gunanya. Bahkan ia pernah berkhotbah
dimana pada awal khotbah ia membacakan seluruh text dalam bahasa Yunani.
Saya tidak menentang penggunaan bahasa asli atau bahasa asing dalam khotbah,
selama memang ada gunanya. Yang saya tekankan adalah penggunaan bahasa
asli / asing yang tidak ada gunanya. Penggunaan bahasa asing tanpa ada
gunanya ini juga diikuti oleh anak-anak buah Bambang Noorsena. Semua ini
memberikan kesan mereka ingin memamerkan kepandaian mereka, mungkin
supaya orang terkesan dan lalu mengikuti mereka.
Berkenaan dengan
hal ini saya ingin mengingatkan saudara bahwa orang yang menguasai bahasa
asli belum tentu benar, apalagi paling benar.
Mengapa saya
berpendapat demikian? Karena kalau orang yang menguasai bahasa asli memang
pasti benar, maka orang-orang Yahudi pada jaman Yesus tentu semua sudah
bertobat dan menjadi orang yang benar, karena mereka menguasai semua bahasa
asli tersebut. Kenyataannya mereka sesat dan menolak Kristus! Karena itu
janganlah mengikuti Bambang Noorsena hanya karena ia menguasai bahasa asli!
b) Bahasa asli
untuk menyesatkan.
Pengkhotbah memang
gampang menyesatkan pendengar dengan menggunakan bahasa asli, karena jemaat
umumnya tidak punya akses kepada bahasa aslinya. Dan hal seperti ini dilakukan
oleh Bambang Noorsena.
Contoh:
-
Dalam sebuah bukunya
ia menterjemahkan ulang Maz 133:1 - "Nyanyian ziarah Daud. Sungguh,
alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara-saudara diam bersama
dengan rukun!". Ia lalu menuliskan ayat ini dalam
bahasa Ibrani yang ditransliterasikan (dituliskan dengan huruf biasa /
Latin), dan lalu menterjemahkan ulang ayat ini dimana ia mengubah kata
‘saudara-saudara’ menjadi ‘semua
orang’. Padahal kata Ibrani yang dipakai adalah
AKHIM yang artinya memang ‘saudara-saudara’ (Akh artinya ‘saudara’, sedangkan
AKHIM adalah bentuk jamaknya).
Saya menduga
ia sengaja mengubah ayat ini menjadi salah untuk mendukung ‘kerukunan’
yang ia bina dengan ‘orang seberang’.
-
dalam salah satu
khotbahnya Bambang Noorsena menterjemahkan kata-kata Ibrani AD ET YOLEDAH
YALADAH dalam Mikha 5:2 sebagai ‘perempuan yang ditentukan
akan melahirkan’, padahal sebetulnya sama sekali
tidak ada kata ‘ditentukan’.
-
dalam salah satu
khotbahnya, Bambang Noorsena mengatakan bahwa dalam Kis 10:2-3 ada sembahyang
Minkah. Katanya ini tidak ada dalam Alkitab bahasa Indonesia tetapi ada
dalam bahasa aslinya. Saya mengecheck hal ini, dan ternyata dalam bahasa
aslinya / Yunani, kata MINKAH itu tidak ada.
-
dalam khotbah-khotbahnya
Bambang Noorsena sering menggunakan kata HYPOSTASIS, tetapi kadang-kadang
ia artikan sebagai ‘sifat’, kadang-kadang
ia artikan sebagai ‘existence’ (= keberadaan),
dan terakhir dalam Kursus Singkat STRIS tanggal 3 Juli 2000, ia artikan
sebagai ‘pribadi’.
-
Dalam acara tanya
jawab dalam Kursus Singkat STRIS tanggal 3 Juli 2000, Bambang Noorsena
berkata bahwa kata ‘iman’ dan ‘perbuatan
baik’ hanya satu kata dalam bahasa Ibrani. Waktu
mendengar itu saya sudah tidak percaya, karena 2 kata itu sangat berbeda.
Saya lalu mengechek hal ini.
Saya mencari
kata ‘percaya’ dalam Perjanjian Lama dan
saya ingat akan Kej 15:6 - "Lalu percayalah Abram kepada
TUHAN, maka TUHAN memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran".
Kata Ibrani yang dipakai adalah Veheemin (= and he believed / dan
ia percaya).
Lalu saya mencari
kata ‘berbuat baik’, dan saya menjumpai
dalam Yer 13:23 - "Dapatkah orang Etiopia mengganti kulitnya
atau macan tutul mengubah belangnya? Masakan kamu dapat berbuat baik,
hai orang-orang yang membiasakan diri berbuat jahat?".
Kata Ibraninya adalah lehetiv (= to do good / berbuat baik).
Jelas bahwa kedua
kata itu sama sekali berbeda, dan karena itu jelas merupakan suatu omong
kosong kalau ‘iman’ dan ‘perbuatan baik’ merupakan satu kata dalam bahasa
Ibrani. Kalaupun kata ‘iman’ sudah mencakup perbuatan baik, itu tidak berarti
bahwa tidak ada kata lain yang artinya memang ‘perbuatan baik’.
Disamping itu,
theologia tentang keselamatan karena iman atau perbuatan baik jelas lebih
ditekankan dalam Perjanjian Baru, dan karena itu harus ditelusuri dalam
Perjanjian Baru / bahasa Yunani, bukan Perjanjian Lama / bahasa Ibrani.
Dan bahasa Yunani jelas membedakan kedua istilah itu.
Saya setuju bahwa
iman dan perbuatan baik tidak bisa dipisahkan, artinya kalau ada iman pasti
ada perbuatan baik.
Tetapi sekalipun
kedua hal itu tidak bisa dipisahkan, mereka dapat dibedakan dan harus dibedakan.
Kita diselamatkan hanya oleh iman, tetapi iman itu haruslah iman sejati
yang menyatakan dirinya melalui perbuatan baik. Karena itu muncul kata-kata
‘we are justified by faith alone, but not by faith that is alone’.
4) Roh Kudus keluar
hanya dari Bapa.
Kristen (dan
Katolik) percaya bahwa Roh Kudus keluar dari Bapa dan Anak.
Doktrin ini terlalu
dalam dan rumit untuk dibahas di sini, dan saya beranggapan bahwa kalau
mereka salah dalam persoalan ini, itu tidak terlalu jadi soal, karena ini
sama sekali bukan merupakan doktrin dasar dalam kekristenan.
5) Bambang Noorsena
berulangkali menyatakan kebanggaannya karena ia diterima oleh tokoh-tokoh
‘orang seberang’ (padahal ‘orang seberang’ itu tidak bertobat / percaya
kepada Yesus), dan ia mengecam orang kristen yang tidak diterima oleh ‘orang
seberang’.
Ia juga mengatakan
bahwa dengan sistim penyampaian seperti yang ia lakukan, sekalipun ia tidak
mengkompromikan kepercayaannya, tetapi bisa terjadi ‘agree
in disagreement’ (= setuju di dalam ketidaksetujuan).
Tanggapan
saya tentang hal ini:
a) Perlu dipertanyakan
mengapa ia bisa diterima oleh ‘orang seberang’ padahal mereka tidak bertobat
/ percaya kepada Yesus? Jelas karena ajaran yang ia beritakan adalah Kitab
Suci / Injil yang sudah disesuaikan dengan telinga ‘orang seberang’ itu.
Misalnya ia berkata:
kalau bicara kepada 'orang seberang' sebut Bapa sebagai Wujutulah (= the
existence of God / keberadaan Allah), Anak sebagai Kalimatulah (= Firman
Allah), Roh Kudus sebagai Rohulah (= Roh Allah), pasti tidak ada batu sandungan.
Bandingkan sikap
kompromi Bambang Noorsena ini dengan kata-kata Paulus dalam:
-
2Kor 4:2 - "Tetapi
kami menolak segala perbuatan tersembunyi yang memalukan; kami tidak berlaku
licik dan tidak memalsukan firman Allah. Sebaliknya kami menyatakan
kebenaran dan dengan demikian kami menyerahkan diri kami untuk dipertimbangkan
oleh semua orang di hadapan Allah".
-
1Kor 1:22-23 - "Orang-orang
Yahudi menghendaki tanda dan orang-orang Yunani mencari hikmat, tetapi
kami memberitakan Kristus yang disalibkan: untuk orang-orang Yahudi suatu
batu sandungan dan untuk orang-orang bukan Yahudi suatu kebodohan".
Paulus tetap
memberitakan salib, sekalipun itu adalah batu sandungan!
b) Pada waktu Yesus
sendiri, rasul-rasul, dan orang-orang kristen abad pertama (bahkan nabi-nabi
dalam Perjanjian Lama) memberitakan Injil / Firman Tuhan, saya tidak melihat
bahwa orang-orang yang menolak mereka lalu ‘setuju di dalam ketidak-setujuan’.
Sebaliknya mereka memusuhi, memfitnah, dan tidak jarang menganiaya dan
membunuh pemberita Injil / Firman Tuhan tersebut. Mengapa? Karena berbeda
dengan apa yang dilakukan oleh Bambang Noorsena, mereka ini tidak mengkompromikan
Injil / Firman Tuhan tersebut. Bandingkan dengan kata-kata Paulus dalam
2Kor 4:2 di atas.
c) Dalam Kitab Suci
ada beberapa ayat yang berhubungan dengan hal ini yaitu:
-
Yoh 15:18-20a -
"Jikalau dunia membenci kamu, ingatlah bahwa ia telah lebih
dahulu membenci Aku dari pada kamu. Sekiranya kamu dari dunia, tentulah
dunia mengasihi kamu sebagai miliknya. Tetapi karena kamu bukan dari dunia,
melainkan Aku telah memilih kamu dari dunia, sebab itulah dunia membenci
kamu. Ingatlah apa yang telah Kukatakan kepadamu: Seorang hamba tidaklah
lebih dari tuannya. Jikalau mereka telah menganiaya Aku, mereka juga akan
menganiaya kamu".
-
Mat 10:21-28 - "Orang
akan menyerahkan saudaranya untuk dibunuh, demikian juga seorang ayah akan
anaknya. Dan anak-anak akan memberontak terhadap orang tuanya dan akan
membunuh mereka. Dan kamu akan dibenci semua orang oleh karena namaKu;
tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat. Apabila
mereka menganiaya kamu dalam kota yang satu, larilah ke kota yang lain;
karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya sebelum kamu selesai mengunjungi
kota-kota Israel, Anak Manusia sudah datang. Seorang murid tidak lebih
dari pada gurunya, atau seorang hamba dari pada tuannya. Cukuplah bagi
seorang murid jika ia menjadi sama seperti gurunya dan bagi seorang hamba
jika ia menjadi sama seperti tuannya. Jika tuan rumah disebut Beelzebul,
apalagi seisi rumahnya. Jadi janganlah kamu takut terhadap mereka,
karena tidak ada sesuatupun yang tertutup yang tidak akan dibuka dan tidak
ada sesuatupun yang tersembunyi yang tidak akan diketahui. Apa yang Kukatakan
kepadamu dalam gelap, katakanlah itu dalam terang; dan apa yang dibisikkan
ke telingamu, beritakanlah itu dari atas atap rumah. Dan janganlah kamu
takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi yang tidak berkuasa
membunuh jiwa; takutlah terutama kepada Dia yang berkuasa membinasakan
baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka".
Renungkan kedua
text di atas ini. Kalau Bambang Noorsena bisa tidak dimusuhi dengan sistim
pemberitaan yang ia gunakan, bukankah ia menjadi hamba / murid yang lebih
tinggi dari Tuan / Gurunya?
-
Luk 6:22-23 - "Berbahagialah
kamu, jika karena Anak Manusia orang membenci kamu, dan jika mereka mengucilkan
kamu, dan mencela kamu serta menolak namamu sebagai sesuatu yang jahat.
Bersukacitalah pada waktu itu dan bergembiralah, sebab sesungguhnya upahmu
besar di sorga; karena secara demikian juga nenek moyang mereka telah memperlakukan
para nabi".
-
Luk 6:26 - "Celakalah
kamu, jika semua orang memuji kamu; karena secara demikian juga nenek moyang
mereka telah memperlakukan nabi-nabi palsu".
Saya ingin
memberikan beberapa kutipan yang berhubungan dengan hal ini:
Calvin: "We
cannot be Christ’s soldiers on any other condition, than to have the greater
part of the world rising in hostility against us, and pursuing us even
to death. The state of the matter is this. Satan, the prince of the world,
will never cease to fill his followers with rage, to carry on hostilities
against the members of Christ" (= Kita tidak bisa
menjadi tentara Kristus dengan kondisi / keadaan yang lain selain mendapatkan
sebagian besar dunia ini memusuhi kita, dan mengejar kita sampai mati.
Keadaannya adalah seperti ini. Setan, penguasa dunia ini, tidak akan pernah
berhenti untuk mengisi pengikut-pengikutnya dengan kemarahan, meneruskan
permusuhan terhadap anggota-anggota Kristus).
Luther:
"The Church is the
community of those who are persecuted and martyred for the gospel’s sake"
(= Gereja adalah kumpulan orang yang dianiaya dan dibunuh karena Injil).
Charles Haddon
Spurgeon: "If
we were more like Christ, we would be more hated by His enemies. It were
a sad dishonor to a child of God to be the world’s favourite. It is a very
ill omen to hear a wicked world clasp its hands and shout ‘Well done’ to
the Christian man. He may begin to look to his character and wonder whether
he has not been doing wrong, when the unrighteous give him their approbation"
(= Jika kita lebih menyerupai Kristus, kita akan lebih dibenci oleh musuh-musuhNya.
Merupakan sesuatu yang memalukan dan menyedihkan bagi seorang anak Allah
untuk menjadi favorit / kesayangan dunia. Merupakan suatu pertanda yang
sangat buruk untuk mendengar dunia yang jahat bertepuk tangan dan berteriak
‘Baik sekali perbuatanmu’ kepada orang Kristen. Ia boleh mulai melihat
pada karakternya dan bertanya-tanya apakah ia tidak melakukan apa yang
salah, pada waktu orang yang tidak benar memberinya persetujuan / penerimaan
mereka)
- ‘Morning and Evening’, Nov 10, evening.
Leon Morris
(Tyndale):
-
"It is a danger when all men
speak well of you, for this can scarcely happen apart from sacrifice of
principle" (= Merupakan sesuatu yang berbahaya kalau semua orang
memuji / berbicara baik tentang kamu, karena ini hampir tidak mungkin terjadi
terpisah dari pengorbanan prinsip).
-
"It is the false prophets who win wide acclaim
(cf. Je. 5:31). A true prophet is too uncomfortable to be popular" [= Adalah
nabi-nabi palsu yang memenangkan banyak tempik sorak (bdk. Yer 5:31). Seorang
nabi yang benar terlalu tidak menyenangkan untuk menjadi populer].
William
Hendriksen: "When
everybody speaks well of you it must be that you are a deceitful, servile
flatterer" (= Kalau setiap orang berbicara baik tentang kamu / memuji
kamu, itu pasti karena kamu adalah seorang penjilat yang mau merendahkan
diri dan bersifat penipu).
Dari semua
ini, menurut saya, penerimaan oleh ‘orang seberang’ seperti itu
tidak seharusnya membuat dia menjadi bangga, tetapi sebaliknya harus membuat
ia malu.
email us at : gkri_exodus@mailcity.com