Bisakah Orang Kristen Kehilangan Keselamatan?
oleh : Pdt. Budi Asali M.Div.
Kalau ditanya: bisakah orang kristen kehilangan keselamatannya?,
maka ajaran Reformed / Calvinisme dan Arminianisme bertentangan dalam menjawab
pertanyaan ini. Ajaran Reformed / Calvinisme mengatakan bahwa keselamatan tidak
bisa hilang, sedangkan Arminianisme mengatakan keselamatan bisa hilang.
Mengapa saya mempercayai ajaran Reformed / Calvinisme
yang mengatakan keselamatan tidak bisa hilang?
1) Ajaran
Arminian bertentangan dengan SOLA FIDE dan SOLA GRATIA yang baru saya ajarkan.
Penyangkalan terhadap doktrin Perseverance of the Saints (= Ketekunan orang-orang kudus) ini menyebabkan
keselamatan akhir tergantung kepada usaha dan kehendak manusia.
Pdt. Jusuf B. S.: “Kepastian keselamatan kita tergantung dari Allah dan kita.
Allah 100 % menghendaki keselamatan kita. Ia tidak pernah berubah Ibr 13:8.
Sebab itu sekarang hanya tergantung dari kita. Kalau kita sungguh-sungguh, itu
berarti kita akan tumbuh, tidak tinggal kanak-kanak rohani, pasti naik, kita
juga pasti tetap selamat. Jadi kepastian keselamatan itu tergantung dari
kesungguhan kita dengan kata lain tergantung dari tingkat rohani kita” - ‘Keselamatan tidak bisa hilang?’, hal 67.
Pdt. Jusuf B. S.: “Keselamatan itu bisa hilang tetapi orang beriman yang mau tetap
selamat, tidak akan kehilangan keselamatannya” - ‘Keselamatan tidak bisa hilang?’, hal 73.
Misalnya ada 2 orang beriman yang sejati, yaitu A dan B.
A sungguh-sungguh berusaha untuk tetap selamat dan karena itu tetap selamat,
sedangkan B tidak / kurang berusaha, sehingga akhirnya kehilangan
keselamatannya.
ˇ
Jadi apa yang membedakan A
dan B? Apa yang akhirnya menyebabkan A masuk surga sedangkan B masuk neraka?
Kesungguhan A dalam memelihara keselamatannya, bukan? Jelas bahwa kebaikan
si A mempunyai andil dalam keselamatannya. Dengan demikian itu bertentangan
dengan dengan SOLA FIDE dan SOLA GRATIA.
ˇ
Kalau si A ditanya:
‘mengapa kamu selamat, B tidak?’.
‘Karena saya percaya kepada Kristus’.
‘Si B juga percaya kepada Kristus, mengapa dia tidak
selamat?’
‘Karena dia tidak percaya sampai akhir’.
‘Mengapa kamu bisa percaya sampai akhir, dan B tidak?’.
‘Mungkin karena saya lebih banyak berdoa, lebih tidak
duniawi, lebih cinta Tuhan, lebih sungguh-sungguh dalam berusaha, lebih tekun,
dsb’.
Ini memang merupakan jawaban yang tak terhindarkan.
Dengan kata lain: si A selamat dan si B tidak, karena si A lebih baik dari
pada si B.
Memang konsekwensi seperti ini tidak akan disetujui oleh
orang Arminian.
Pdt. Jusuf B. S.: “Kita menerima keselamatan dari Tuhan dengan cuma-cuma, bukan
karena jasa, kebaikan, usaha atau pekerjaan kita” - ‘Keselamatan tidak bisa hilang?’, hal 9. Dan ia lalu
mengutip Ef 2:8 sebagai dasar.
Tetapi ketidak-setujuannya ini menyebabkan ia menjadi
tidak konsisten dengan ajarannya di atas, yang menunjukkan bahwa orang kristen
yang bisa tetap selamat adalah mereka yang mau bersungguh-sungguh dalam
berusaha memelihara keselamatan mereka.
Bandingkan dengan kata-kata Council of Trent yang
mengutuk orang yang mempercayai ‘pembenaran oleh iman saja’ (justification
by faith alone).
Council of Trent, Chapter
XVI, Canon IX: “If any one saith that by
faith alone the impious is justified in such wise as to mean, that nothing else
is required to co-operate in order to the obtaining of the grace of
justification, and that it is not in any way necessary, that he be prepared and
disposed by the movement of his own will: let him he anathema” (= Jika seseorang berkata
bahwa oleh iman saja orang jahat dibenarkan, dan mengartikan bahwa tidak ada
sesuatu apapun yang dibutuhkan untuk bekerja sama supaya mendapatkan kasih
karunia pembenaran, dan bahwa tidak dibutuhkan dalam hal apapun bahwa ia
disiapkan dan diatur / dicondongkan oleh gerakan kehendaknya sendiri:
terkutuklah dia) - Louis Berkhof, ‘Systematic
Theology’, hal 512.
Canon XXIV: “If any one saith, that the justice received is not preserved
and also increased before God through good works; but that the said works are
merely the fruits and signs of justification obtained, but not a cause of the
increase thereof: let him he anathema” (= Jika seseorang berkata bahwa pembenaran
yang diterima itu tidak dipelihara dan juga ditingkatkan di hadapan Allah
melalui perbuatan baik; tetapi bahwa perbuatan baik yang disebutkan tadi
semata-mata merupakan buah dan tanda / bukti dari pembenaran yang didapatkan,
tetapi bukan suatu penyebab dari peningkatan itu: terkutuklah dia) - Louis Berkhof, ‘Systematic Theology’, hal 512.
Sekalipun ini sebetulnya lebih sesat dari pada kata-kata
Pdt. Jusuf B. S. tadi, tetapi ini lebih konsisten dengan pandangan bahwa
keselamatan bisa hilang, yang juga dianut oleh Roma Katolik.
Sekarang perhatikan beberapa kutipan dari para ahli
theologia Reformed di bawah ini:
Herman Hoeksema: “Hence, according to them,
it is abundantly plain that perseverance and the final salvation depend on man” (= Karena itu, menurut mereka, adalah sangat jelas bahwa
ketekunan dan keselamatan akhir tergantung kepada manusia) - ‘Reformed Dogmatics’, hal 551-552.
Louis Berkhof: “The
denial of the doctrine of perseverance virtually makes the salvation of man dependent
on the human will rather than on the grace of God. This consideration will, of
course, have no effect on those who share the Pelagian conception of salvation
as autosoteric - and their number are great - but certainly ought to cause
those to pause who glory in being saved by grace” (=
Penyangkalan terhadap doktrin ketekunan sebenarnya membuat keselamatan manusia
tergantung pada kehendak manusia dan bukannya pada kasih karunia Allah. Tentu
saja pertimbangan ini tidak mempunyai pengaruh pada mereka yang mempunyai
konsep Pelagianisme tentang keselamatan sebagai penyelamatan diri sendiri - dan
jumlah mereka banyak - tetapi pasti pertimbangan ini harus menyebabkan mereka,
yang bermegah dalam keselamatan karena kasih karunia, untuk berhenti sejenak) - ‘Systematic Theology’,
hal 549.
Loraine Boettner: “Arminianism denies this
doctrine of Perseverance, because it is a system, not of pure grace, but of
grace and works; and in any such system the person must prove himself at least
partially worthy” (= Arminianisme menyangkal doktrin ketekunan ini, karena
Arminian merupakan suatu sistim bukan hanya dari kasih karunia murni, tetapi
dari kasih karunia dan perbuatan baik; dan dalam sistim seperti itu seseorang
harus membuktikan bahwa dirinya sedikitnya layak sebagian / mempunyai kelayakan
sebagian) - ‘The Reformed Doctrine of
Predestination’, hal 187.
Dan kalau memang keselamatan akhir
tergantung manusia itu sendiri, maka itu menyebabkan orang kristen berada dalam
posisi yang sangat genting / berbahaya.
Louis Berkhof: “The
idea is that, after man is brought to a state of grace by the operation of the
Holy Spirit alone, or by the joint operation of the Holy Spirit and the will of
man, it rests solely with man to continue in faith or to forsake the faith,
just as he sees fit. This renders the cause of man very precarious and makes it
impossible for him to attain to the blessed assurance of faith. Consequently,
it is of the utmost importance to maintain the doctrine of perseverance. In the
words of Hovey, ‘It may be a source of great comfort and power, - an incentive
to gratitude, a motive to self-sacrifice, and a pillar of fire in the hour of
danger.’” [= Gagasannya (dari orang Arminian)
adalah, setelah seorang manusia dibawa ke suatu keadaan kasih karunia oleh
pekerjaan Roh Kudus saja, atau oleh kerja sama dari Roh Kudus dan kehendak
manusia, sekarang semata-mata terserah kepada orang itu untuk terus dalam iman
atau untuk meninggalkan iman, seperti yang ia anggap baik. Ini membuat perkara
manusia ini sangat genting / berbahaya, dan membuat mustahil baginya untuk
mencapai keyakinan iman / keselamatan. Karena itu, mempertahankan doktrin
ketekunan merupakan sesuatu yang terpenting. Dalam kata-kata dari Hovey:
‘Doktrin itu bisa menjadi sumber dari penghiburan dan kuasa, - suatu dorongan
kepada rasa syukur, suatu motivasi kepada pengorbanan diri sendiri, dan suatu
tiang api pada saat bahaya’.] - ‘Systematic Theology’, hal 549.
Loraine Boettner mengutip kata-kata Luther:
“we ourselves are so
feeble, that if the matter were left in our hands, very few, or rather none,
would be saved; but Satan would overcome us all” (= kita sendiri adalah
begitu lemah, sehingga seandainya persoalannya diletakkan dalam tangan kita,
sangat sedikit, atau sama sekali tidak ada, yang akan diselamatkan; tetapi
Setan akan mengalahkan kita semua) - ‘The
Reformed Doctrine of Predestination’, hal 187.
Bdk. Yes 1:9 - “Seandainya
TUHAN semesta alam tidak meninggalkan pada kita sedikit orang yang terlepas,
kita sudah menjadi seperti Sodom, dan sama seperti Gomora”.
Mat 24:22 - “Dan
sekiranya waktunya tidak dipersingkat, maka dari segala yang hidup tidak akan
ada yang selamat; akan tetapi oleh karena orang-orang pilihan waktu itu akan
dipersingkat”.
Loraine Boettner: “If Arminianism were true,
Christians would still be in very dangerous positions, with their eternal
destiny suspended upon the probability that their weak, creaturely wills would
continue to choose right. ... His assurance is based largely on
self-confidence. Others have failed, but he is confident that he will not fail.
But what a delusion is this when apllied to the spiritual realm! What a pity
that any one who is at all acquainted with his own tendency to sin should base
his assurance of salvation upon such grounds! His system places the cause of
his perseverance, not in the hands of an all-powerful, never-changing God, but
in the hands of weak sinful man” (= Seandainya Arminianisme benar, orang-orang
Kristen tetap ada dalam posisi yang sangat berbahaya, dengan nasib / tujuan
kekal digantungkan pada kemungkinan dimana kehendak mereka yang lemah dan
bersifat makhluk ciptaan, akan terus memilih yang benar. ... Keyakinanannya
secara umum didasarkan pada keyakinan terhadap diri sendiri. Orang-orang lain
telah gagal, tetapi ia yakin bahwa ia tidak akan gagal. Tetapi kalau ini
diterapkan terhadap dunia rohani, itu betul-betul merupakan khayalan / tipuan.
Betul-betul menyedihkan bahwa ada orang yang mengenal kecenderungannya sendiri
ke dalam dosa, mendasarkan keyakinan keselamatannya pada dasar seperti itu!
Sistimnya meletakkan persoalan
ketekunannya, bukan dalam tangan Allah yang maha kuasa dan tak pernah berubah,
tetapi dalam tangan orang berdosa yang lemah) - ‘The Reformed Doctrine of Predestination’, hal 193-194.
2) Kitab
Suci berulangkali menjanjikan bahwa orang yang percaya kepada Yesus mendapatkan
hidup kekal (Yoh 3:16,36
Yoh 6:47 dsb).
Yang ingin saya tekankan di sini adalah kata ‘kekal’,
yang berarti terus menerus tanpa ada akhirnya. Kalau orang kristen yang sejati,
yang sudah betul-betul diselamatkan bisa jatuh dalam dosa sedemikian rupa
sehingga tersesat, murtad dan akhirnya terhilang, maka sebetulnya pada saat ia
percaya kepada Yesus, ia bukannya diberi hidup kekal, tetapi hidup bersyarat.
Apa syaratnya? Syaratnya adalah jangan sesat / murtad. Kalau memang ini
keadaannya, maka keadaan orang kristen sejati itu sama seperti keadaan Adam
sebelum jatuh ke dalam dosa. Ia mempunyai hidup, tetapi bukan hidup kekal,
melainkan hidup bersyarat. Apa syaratnya: tidak makan buah terlarang.
Tetapi tidak ada bagian Kitab Suci manapun yang
mengatakan: percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan mendapat
hidup bersyarat. Itu bukan ajaran Kitab Suci, dan dengan demikian ajaran
Arminian tidak sesuai dengan Kitab Suci. Kitab Suci mengajarkan: yang percaya
kepada Yesus mendapatkan hidup kekal. Karena itu tidak ada apapun yang
bisa membuat mereka kehilangan hidup tersebut.
Louis Berkhof: “According to Scripture the
believer is already in this life in possession of salvation and eternal life,
John 3:36; 5:24; 6:54. Can we proceed on the assumption that eternal life will
not be everlasting?” (= Menurut Kitab Suci orang percaya dalam hidup ini sudah
mempunyai keselamatan dan hidup yang kekal, Yoh 3:36; 5:24; 6:54. Bisakah kita
meneruskan pada anggapan bahwa hidup yang kekal tidak akan bersifat kekal?) - ‘Systematic Theology’, hal 548.
R. L. Dabney: “The principle then
implanted, is a never-dying principle. In every believer an eternal spiritual life
is begun. If all did not persevere in holiness, there would be some in whom
there was a true spiritual life, but not everlasting. The promise would not be
true”
(= Prinsip yang ditanamkan pada saat itu, adalah prinsip yang tidak pernah
mati. Dalam setiap orang percaya, suatu kehidupan rohani yang kekal dimulai.
Jika semua tidak bertekun dalam kekudusan, maka ada sebagian dari mereka dalam
siapa ada kehidupan rohani yang benar, tetapi tidak kekal. Maka janji itu tidak
benar) - ‘Lectures in Systematic
Theology’, hal 692-693.
Keberatan:
1Yoh 3:15 - “Setiap orang
yang membenci saudaranya, adalah seorang pembunuh manusia. Dan kamu tahu, bahwa
tidak ada seorang pembunuh yang tetap memiliki hidup yang kekal di dalam
dirinya”.
Ayat ini menunjukkan bahwa orang bisa kehilangan hidup
yang kekal, yang tadinya telah ia miliki.
Jawaban saya:
Ayat ini berbicara dari sudut pandang manusia. Kalau kita
melihat seseorang mengaku percaya kepada Kristus, maka kita menganggap orang
itu sudah mendapat hidup yang kekal. Tetapi pada waktu kita melihat orang itu
tidak mempunyai kasih, dan bahkan membenci saudaranya, maka kita tahu bahwa ia
bukan orang kristen yang sejati, dan lalu dikatakan bahwa ‘ia tidak tetap
memiliki hidup yang kekal di dalam dirinya’. Tetapi fakta sebenarnya adalah: ia
tidak pernah betul-betul percaya, dan tidak pernah betul-betul mendapatkan
hidup yang kekal.
3) Arminianisme
merupakan penghinaan terhadap penebusan dan pembenaran kita.
Satu-satunya dasar mengapa kita bisa dibenarkan adalah
penebusan oleh Yesus Kristus dan kebenaranNya yang diberlakukan bagi kita.
Kalau ada orang yang betul-betul percaya kepada Yesus Kristus sehingga diampuni
dan dibenarkan, tanpa peduli bagaimana kejahatannya dahulu, dan lalu menjadi
tidak benar lagi dan masuk ke dalam penghukuman, maka hal itu pasti merupakan
suatu penghinaan terhadap penebusan maupun kehidupan yang benar dari Yesus
Kristus.
R. L. Dabney: “As all Christians agree,
the sole ground of the acceptance of believers is the justifying righteousness
of Jesus Christ. ... this ground of justification, this atonement for sin, this
motive for the bestowal of divine love, is perfect. Christians atonement
surmounts the demerit of all possible sin or ingratitude. His righteousness is
a complete price to purchase the sinner’s pardon and acceptance. See Heb. 9:12;
10:12 and 14; Jno. 5:24. ... Can one who has been fully justified in Christ,
whose sins have been all blotted out, irrespective of their heinousness, by the
perfect and efficacious price paid by Jesus Christ, become again unjustified,
and fall under condemnation without a dishonour done to Christ’s
righteousness?” (= Sebagaimana disetujui oleh semua orang kristen, satu-satunya
dasar dari penerimaan orang-orang percaya adalag kebenaran yang membenarkan
dari Yesus Kristus. ... dasar dari pembenaran ini, penebusan dosa ini, motivasi
untuk pemberian kasih ilahi ini, adalah sempurna. Penebusan orang-orang Kristen
mengatasi kesalahan dari semua dosa atau rasa tidak tahu terima kasih yang memungkinkan.
KebenaranNya merupakan harga yang lengkap / sempurna untuk membeli pengampunan
dosa dan penerimaan orang-orang berdosa. Lihat Ibr 9:12; 10:12 dan 14; Yoh
5:24. ... Bisakah seseorang yang telah sepenuhnya dibenarkan dalam Kristus,
yang dosa-dosanya telah dihapuskan, terlepas dari kejahatan mereka, oleh harga
yang sempurna dan manjur yang dibayar oleh Yesus Kristus, lalu menjadi tidak
benar lagi, dan jatuh di bawah penghukuman, tanpa dilakukan suatu penghinaan
terhadap kebenaran Kristus?) - ‘Lectures
in Systematic Theology’, hal 691.
Illustrasi: ada
orang berhutang kepada saudara. Saya membayar hutang orang itu seluruhnya,
sehingga saudara lalu menganggap hutang itu lunas. Tahu-tahu, entah apa yang
dilakukan oleh orang itu, saudara kembali menganggapnya masih berhutang kepada
saudara. Dengan tindakan ini, saudara menghina pembayaran yang sudah saya
lakukan!
Dalam illustrasi ini, saudara bisa menjawab: belum tentu.
Karena bagaimana kalau orang itu berhutang lagi? Bukankah boleh ia dianggap
kembali sebagai orang yang berhutang? Memang ya. Tetapi dalam dunia rohani,
tidak bisa diterapkan seperti itu, karena pada saat Yesus Kristus membayar
hutang kita, Ia membayar semuanya, bahkan dosa-dosa yang akan datang. Dan
karena itu kalau kita tahu-tahu dianggap sebagai orang yang berhutang / tidak
benar, itu merupakan penghinaan terhadap penebusan yang Ia lakukan.
4) Arminianisme
merupakan penghinaan terhadap pekerjaan Roh Kudus dalam diri / hati kita.
Roh Kudus diberikan kepada setiap orang yang percaya, dan
tujuan pemberian ini adalah supaya Roh Kudus itu membimbing, menolong,
menopang, menguatkan, menghibur, menegur, dan sebagainya. Dengan kata lain, Roh
Kudus menggantikan peranan Yesus terhadap murid-muridNya selama Ia masih hidup
di dunia ini. Kalau kita ternyata bisa tersesat / murtad dan lalu kehilangan
keselamatannya, maka itu berarti Roh Kudus tidak becus dalam melakukan
tugasNya.
Louis Berkhof mengutip kata-kata
Dabney:
“It
is a low and unworthy estimate of the wisdom of the Holy Spirit and of His work
in the heart, to suppose that He will begin the work now, and presently desert
it; that the vital spark of heavenly birth is an ‘ignis fatuus’, burning for a
short season, and then expiring in utter darkness; that the spiritual life
communicated in the new birth, is a sort of spasmodic or galvanic vitality,
giving the outward appearance of life in the dead soul, and then dying” (=
Kita menilai hikmat dari Roh Kudus dan dari pekerjaanNya dalam hati sebagai
rendah dan tak berharga, jika kita menganggap bahwa Ia mau mulai bekerja sekarang, dan dalam waktu singkat
meninggalkannya; sehingga percikan api yang vital dari kelahiran surgawi adalah
suatu ‘ignis fatuus’, menyala untuk waktu yang singkat, dan lalu mati dalam
kegelapan total; sehingga kehidupan rohani yang diberikan dalam kelahiran baru,
adalah suatu kehidupan yang bersifat sementara atau seperti arus listrik dari
batere, memberikan penampilan lahiriah dari kehidupan dalam jiwa yang mati, dan
lalu sekarat / mati) - ‘Systematic Theology’, hal 547.
5) Orang
percaya tidak berada di bawah hukum Taurat, tetapi di bawah kasih karunia.
Loraine Boettner: “Paul teaches that
believers are not under law, but under grace, and that since they are not under
the law they cannot be condemned for having violated the law. ‘Ye are not under
law but under grace,’ Rom. 6:14. Further sin cannot possibly cause their
downfall, for they are under a system of grace and are not treated according to
their deserts. ... The one who attempts to earn even the smallest part of his
salvation by works becomes ‘a debtor to do the whole law’ (that is, to render
perfect obedience in his own strength and thus earn his salvation), Gal. 5:3.
We are here dealing with two radically different systems of salvation, two
systems which, in fact, are diametrically opposed to each other” [= Paulus mengajar bahwa
orang-orang percaya tidak berada di bawah hukum Taurat, tetapi di bawah kasih
karunia, dan karena mereka tidak berada di bawah hukum Taurat mereka tidak bisa
dihukum karena melanggar hukum Taurat. ‘kamu tidak berada di bawah hukum
Taurat, tetapi di bawah kasih karunia’, Ro 6:14. Dosa-dosa selanjutnya tidak
mungkin bisa menyebabkan kejatuhan mereka, karena mereka ada di bawah sistim
dari kasih karunia dan tidak diperlakukan sesuai dengan yang mereka layak
dapatkan. ... Seseorang yang berusaha untuk mendapatkan bahkan bagian terkecil
dari keselamatannya menjadi ‘seorang yang berhutang untuk melakukan seluruh
hukum Taurat’ (yaitu, memberikan ketaatan yang sempurna dengan kekuatannya
sendiri dan dengan demikian layak mendapatkan keselamatannya), Gal 5:3. Di sini
kita menangani 2 sistim keselamatan yang sangat berbeda, 2 sistim yang dalam
faktanya bertentangan satu sama lain] - ‘The
Reformed Doctrine of Predestination’, hal 184,185.
Bdk. Mat 11:28-30 - “Marilah kepadaKu, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah padaKu, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan bebanKupun ringan.’”. Bdk. 1Yoh 5:4a - ‘Perintah-perintahNya itu tidak berat’.
Calvin mengatakan bahwa sebetulnya, yang diundang di sini
bukanlah seadanya orang yang letih lesu dan berbeban berat, tetapi orang yang
letih lesu dan berbeban berat karena dosa. Ia berusaha untuk hidup suci,
membuang dosa, dsb, tetapi ia tidak mampu. Ini menyebabkan ia tidak yakin akan
keselamatannya dan ia takut terhadap murka Allah, dan ini yang menyebabkan ia
merasakan beban yang berat. Contoh yang menyolok tentang orang seperti ini
adalah Martin Luther sebelum pertobatannya. Yesus mengundang orang seperti ini
untuk datang kepadaNya. Dan Ia menjanjikan kelegaan / ketenangan, kuk yang
enak, dan beban yang ringan. Apakah kalau kita ikut Kristus bebannya
betul-betul ringan? Saya yakin tidak. Tetapi tetap disebut ‘ringan’ dalam
perbandingan dengan orang di luar Kristus. Yang di dalam Kristus mengusahakan
ketaatan dengan keyakinan bahwa dirinya sudah selamat, yang di luar Kristus
mengusahakan ketaatan supaya selamat. Itu yang membedakan sehingga yang pertama
merasakan bebannya ringan, yang kedua merasakan bebannya berat.
Kalau kita menerima ajaran Arminian, bahwa orang kristen
yang sejati bisa kehilangan keselamatannya, maka janji Yesus ini harus dibuang.
Beban orang kristen sama beratnya dengan beban orang yang non kristen, karena
sama-sama tidak yakin nanti akan selamat atau tidak!
6) Arminianisme
ini bertentangan dengan Ro 8:28 dan 1Kor 10:13.
Ro 8:28 - “Kita tahu
sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan
kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil
sesuai dengan rencana Allah”.
1Kor 10:13 - “Pencobaan-pencobaan
yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan
manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai
melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan
ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya”.
Dalam kedua janji di atas ini, yang saya yakin hanya
berlaku untuk orang kristen yang sejati, Allah berjanji untuk:
ˇ
memberikan yang baik bagi
orang percaya.
ˇ
membatasi pencobaan
sehingga tidak lebih dari kekuatan orang percaya.
Kalau memang ada orang kristen yang sejati yang sudah diselamatkan
yang bisa murtad dan lalu terhilang selama-lamanya, maka perlu dipertanyakan:
¨
mengapa Allah tidak
memanggil ia pulang pada waktu ia ada dalam keadaan selamat? Bukankah itu lebih
baik baginya dari pada dibiarkan hidup tetapi lalu murtad dan binasa?
¨
mengapa Allah tidak
membatasi pencobaan yang dialami orang tersebut?
Apakah 1Kor 10:13, dan juga Ro 8:28, tidak berlaku bagi
orang itu?
Pdt. Jusuf B. S.: “Tentu Allah membatasi setan dalam usahanya ini, supaya jangan
manusia dicobai lebih dari kemampuannya (1Kor 10:13), kalau tidak, semua
manusia akan binasa” - ‘Keselamatan
tidak bisa hilang?’, hal 19.
Kelihatannya ia menganggap bahwa 1Kor 10:13 ini berlaku
untuk semua orang. Allah membatasi pencobaan (secara umum), karena kalau tidak,
maka semua manusia akan binasa. Dengan dibatasi, maka sebagian manusia saja
yang binasa. Berarti pada orang-orang itu pencobaan terlalu berat. Lalu mengapa
ada yang dijaga sehingga pencobaannya tidak terlalu berat dan ada yang
dibiarkan dicobai secara terlalu berat?
Saya berpendapat bahwa baik Ro 8:28, maupun
1Kor 10:13, hanya berlaku untuk orang kristen yang sejati, dan kedua ayat
itu menjamin bahwa orang kristen sejati tidak mungkin kehilangan
keselamatannya!
7) Dasar
dari keselamatan kita adalah kasih yang tidak berubah dari Allah.
Yer 31:3 - “Dari jauh TUHAN menampakkan diri
kepadanya: Aku mengasihi engkau dengan kasih yang kekal, sebab itu Aku melanjutkan
kasih setiaKu kepadamu”.
R. L. Dabney: “The sovereign and
unmerited love is the cause of the believer’s effectual calling, Jer. 31:3;
Rom. 8:30. Now, as the cause is unchangeable, the effect is unchangeable. ...
When He first bestowed that grace, He knew that the sinner on whom He bestowed
it was totally depraved, and wholly and only hateful in himself to the divine
holiness; and therefore no new instance of ingratitude or unfaithfulness, of
which the sinner may become guilty after his conversion, can be any provocation
to God, to change His mind, and wholly withdraw His sustaining grace. God knew
all this ingratitude before. He will chastise it, by temporarily withdrawing
His Holy Spirit, or His providential mercies; but if He had not intended from
the first to bear with it, and to forgive it in Christ, He would not have
called the sinner by His grace at first” (= Kasih yang berdaulat
dan tidak layak kita dapatkan, adalah penyebab dari panggilan effektif terhadap
orang percaya, Yer 31:3; Ro 8:30. Sekarang, karena penyebabnya tidak
bisa berubah, maka akibatnya juga tidak bisa berubah. ... Pada saat Ia pertama
kalinya memberikan kasih karunia itu, Ia sudah tahu bahwa orang berdosa, kepada
siapa Ia memberikan kasih karunia itu, adalah bejad secara total dan hanya
membangkitkan kebencian dalam dirinya terhadap kekudusan ilahi; dan karena itu
tidak ada contoh baru dari rasa tidak tahu terima kasih atau ketidak-setiaan,
tentang mana orang berdosa itu bisa menjadi bersalah setelah pertobatan, bisa
menjadi sesuatu yang membuat Allah menjadi marah, mengubah pikiranNya, dan
menarik kembali kasih karuniaNya sepenuhnya. Allah tahu tentang semua rasa
tidak tahu terima kasih ini sebelumnya. Ia akan menghajarnya, dengan secara
sementara menarik Roh KudusNya, atau belas kasihan providensiaNya; tetapi
seandainya Ia dari semula tidak bermaksud untuk menganggung semua itu dengan sabar,
dan mengampuninya dalam Kristus, maka Ia tidak akan memanggil orang berdosa itu
dengan kasih karuniaNya) - ‘Lectures
in Systematic Theology’, hal 690,691.
Kata-kata Dabney ini mungkin agak membingungkan bagi
orang yang tidak terbiasa dengan bahasa Theologia. Karena itu akan saya katakan
dengan kata-kata saya sendiri sebagai berikut: Yang menyebabkan Allah memanggil
kita adalah kasih Allah. Kasih Allah ini tidak bisa berubah. Karena itu
pangilanNya juga tidak berubah. Pada saat Allah mau menyelamatkan seseorang,
Allah sudah tahu bahwa orang itu adalah orang yang bejat secara total, sehingga
yang bisa dilakukan orang itu selalu adalah hal-hal yang menjengkelkan Dia,
karena semua manusia memang seperti itu. Karena itu, pada saat orang itu
menjadi orang kristen, tidak ada dosa apapun yang mengejutkan Allah, yang lalu
menyebabkan Allah membatalkan keselamatan orang itu. Kalau dari semula Ia
memang tidak bermaksud untuk terus menanggung dengan sabar dosa-dosa orang itu
dan mengampuninya melalui darah Kristus, maka dari semula Ia juga tidak akan
memanggil / menyelamatkan orang itu.
8) Allah
itu setia.
2Tim 2:12-13 - “jika kita
bertekun, kitapun akan ikut memerintah dengan Dia; jika kita menyangkal Dia,
Diapun akan menyangkal kita; jika kita tidak setia, Dia tetap setia, karena
Dia tidak dapat menyangkal diriNya.’”.
1Kor 1:8-9 - “Ia juga akan
meneguhkan kamu sampai kepada kesudahannya, sehingga kamu tak bercacat pada
hari Tuhan kita Yesus Kristus. Allah, yang memanggil kamu kepada persekutuan
dengan AnakNya Yesus Kristus, Tuhan kita, adalah setia”.
Ro 11:29 - “Sebab Allah tidak menyesali
kasih karunia dan panggilanNya”.
Fil 1:6 - “Akan hal ini aku yakin
sepenuhnya, yaitu Ia, yang memulai pekerjaan yang baik di antara kamu, akan meneruskannya
sampai pada akhirnya pada hari Kristus Yesus”.
R. L. Dabney: “the Apostle says, Phil.
1:6, that from the first day of their conversion till now, his prayers for his
Philippian converts had always been offered in joy, because he was confident that
the Redeemer, who had begun the blessed work in them, by their regeneration,
faith, and repentance, would continue that work of sanctification, till it was
perfected at the second coming of Jesus Christ, in the resurrection of their
bodies, and their complete glorification” (= sang Rasul berkata, Fil
1:6, bahwa dari hari pertama dari pertobatan mereka sampai sekarang, doa-doanya
untuk petobat-petobat Filipi selalu dinaikkan dengan sukacita, karena ia yakin
bahwa sang Penebus, yang telah memulai pekerjaan yang baik di dalam mereka,
oleh kelahiran baru, iman dan pertobatan mereka, akan meneruskan pekerjaan
pengudusan itu, sampai itu disempurnakan pada kedatangan Yesus Kristus yang
keduakalinya, dalam kebangkitan tubuh mereka, dan pemuliaan mereka yang sempurna) - ‘Lectures in Systematic Theology’, hal 688.
Dabney lalu menambahkan:
“This work was begun in
them by God, not by their own free choice, independent of grace; for that
choice always would have been, most freely and heartily, to choose sin. It must
have been begun by God from deliberate design; for God worketh all things after
the counsel of His own will. That design and purpose of mercy was not founded
on anything good in them, but on God’s unchangeable mercy; and therefore it
would not be changed by any of their faults, but the unchanging God would carry
it out to perfection” (= Pekerjaan ini dimulai di dalam mereka oleh Allah, bukan oleh
pemilihan bebas mereka sendiri, tak tergantung dari kasih karunia; karena
pilihan itu, dengan sangat bebas dan sungguh-sungguh / antusias, selalu akan
memilih dosa. Itu harus dimulai oleh Allah dari perencanaan yang disengaja;
karena Allah mengerjakan segala hal sesuai dengan rencana dari kehendakNya
sendiri. Rencana belas kasihan tidak didasarkan pada apapun yang baik dalam
diri mereka, tetapi pada belas kasihan Allah yang tidak berubah; dan karena
itu, itu tidak akan diubah oleh kesalahan apapun dari mereka, tetapi Allah yang
tidak berubah itu akan melaksanakannya sampai pada kesempurnaan) - ‘Lectures in Systematic Theology’, hal 688.
1Tes 5:24 - “Ia yang memanggil kamu
adalah setia, Ia juga akan menggenapinya”.
2Tes 3:3 - “Tetapi Tuhan adalah setia.
Ia akan menguatkan hatimu dan memelihara kamu terhadap yang jahat”.
John Owen tentang Yer 32:40:
“The security hereof
depends not on anything in ourselves. All that is in us is to be used as a
means of the accomplishment of this promise; but the event or issue depends
absolutely on the faithfulness of God. And the whole certainty and stability of
the covenant depends on the efficacy of the grace administered in it to
preserve men from all such sins as would disannul it” (= Kepastian / keamanan
ini tidak tergantung pada apapun dalam diri kita sendiri. Semua yang ada dalam
kita digunakan sebagai cara / jalan untuk mencapai janji ini; tetapi peristiwa
atau hasilnya tergantung secara mutlak pada kesetiaan Allah. Dan seluruh
kepastian dan kestabilan dari perjanjian tergantung pada kemujaraban dari kasih
karunia yang diberikan di dalamnya untuk menjaga manusia dari semua dosa-dosa
yang bisa membatalkannya) - ‘The
Works of John Owen’, vol 6, hal 338.
9) Allah
berkuasa menjaga anak-anakNya.
Yoh 10:27-29 - “Domba-dombaKu
mendengarkan suaraKu dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku, dan Aku
memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa
sampai selama-lamanya dan seorangpun tidak akan merebut mereka dari
tanganKu. BapaKu, yang memberikan mereka kepadaKu, lebih besar dari pada
siapapun, dan seorangpun tidak dapat merebut mereka dari tangan Bapa”.
Mengapa dalam ayat ini Yesus
menjamin bahwa mereka pasti tidak akan binasa selama-lamanya? Karena orang
percaya ada dalam tangan Yesus yang maha kuasa, sehingga tidak ada yang bisa
merebut dari tanganNya. Seakan-akan itu belum cukup, Ia menambahkan lagu, tangan
Bapa, pencipta langit dan bumi. Dengan dua tangan yang maha kuasa seperti itu
menggenggam kita, maka tidak seorangpun (termasuk setan) bisa merebut kita dari
tangan Mereka.
Selain itu, bagian ini ada dalam kontext
yang menunjukkan Yesus sebagai Gembala yang baik (Yoh 10:11). Kalau ada
domba yang sampai hilang, maka yang salah adalah gembalanya. Sama seperti kalau
seorang penjaga anak kecil, kehilangan anak yang dijaganya. Yang disalahkan
tidak mungkin anak itu; yang disalahkan pasti penjaganya. Demikian juga dalam
hal domba. Domba memang bodoh dan tidak mempunyai alat pembelaan diri. Dan
karena itu ia membutuhkan gembala yang menjaganya dengan gada dan tongkat (Maz
23:4) dan yang memimpinnya ke air yang tenang dan padang yang berumput hijau
(Maz 23:2). Kalau ada domba yang sangat nakal, kadang-kadang gembala mematahkan
satu kakinya, dan lalu membalutnya. Selama kaki itu belum sembuh, domba itu
akan selalu dekat dengan si gembala, dan diberi makan dari tangan gembala.
Nanti kalau kakinya sudah sembuh, ia akan menjadi ‘domba teladan’. Karena itu
kalau sampai seorang gembala kehilangan domba, bukan dombanya yang salah,
tetapi gembala itu yang salah. Kecuali saudara berani mengatakan bahwa Yesus
adalah Gembala yang bodoh / ceroboh, janganlah percaya bahwa orang kristen
sejati bisa murtad dan kehilangan keselamatannya!
10) Kristus berdoa syafaat untuk umatNya
(Yoh 17:20,24
Ibr 7:25 Luk 22:31-32)
dan Bapa selalu mendengarkan doaNya (Yoh 11:42).
Yoh 17:20,24 - “Dan bukan
untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-orang, yang percaya
kepadaKu oleh pemberitaan mereka; ... Ya Bapa, Aku mau supaya, di manapun Aku
berada, mereka juga berada bersama-sama dengan Aku, mereka yang telah Engkau
berikan kepadaKu, agar mereka memandang kemuliaan-Ku yang telah Engkau berikan
kepadaKu, sebab Engkau telah mengasihi Aku sebelum dunia dijadikan”.
Ibr 7:25 - “Karena itu
Ia sanggup juga menyelamatkan dengan sempurna semua orang yang oleh Dia datang
kepada Allah. Sebab Ia hidup senantiasa untuk menjadi Pengantara mereka”.
Luk 22:31-32 - “Simon,
Simon, lihat, Iblis telah menuntut untuk menampi kamu seperti gandum, tetapi
Aku telah berdoa untuk engkau, supaya imanmu jangan gugur. Dan engkau, jikalau
engkau sudah insaf, kuatkanlah saudara-saudaramu.’”.
Yoh 11:42 - “Aku tahu,
bahwa Engkau selalu mendengarkan Aku, tetapi oleh karena orang banyak
yang berdiri di sini mengelilingi Aku, Aku mengatakannya, supaya mereka
percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku.’”.
11) Adanya Roh Kudus sebagai meterai dan jaminan bagi
kita.
2Kor 1:22 - “memeteraikan
tanda milikNya atas kita dan yang memberikan Roh Kudus di dalam hati kita sebagai
jaminan dari semua yang telah disediakan untuk kita”.
2Kor 5:5 - “Tetapi
Allahlah yang justru mempersiapkan kita untuk hal itu dan yang mengaruniakan
Roh, kepada kita sebagai jaminan segala sesuatu yang telah disediakan
bagi kita”.
Ef 1:13-14 - “Di dalam Dia kamu juga -
karena kamu telah mendengar firman kebenaran, yaitu Injil keselamatanmu - di
dalam Dia kamu juga, ketika kamu percaya, dimeteraikan dengan Roh Kudus,
yang dijanjikanNya itu. Dan Roh Kudus itu adalah jaminan bagian kita
sampai kita memperoleh seluruhnya, yaitu penebusan yang menjadikan kita
milik Allah, untuk memuji kemuliaanNya”.
Salah satu fungsi dari ‘meterai’ adalah menjamin
keamanan. Dan ‘jaminan’ bisa diartikan sebagai ‘uang muka’ atau ‘tanggungan’.
Kalau Roh Kudus menjadi meterai dan jaminan, maka itu memastikan bahwa
keselamatan kita tidak bisa hilang.
Catatan: kata ‘penebusan’ biasanya berarti pembebasan dari kutuk / hukuman, dan pemulihan
diri kita sehingga kembali diperkenan oleh Allah. Tetapi kadang-kadang kata ‘penebusan’ ini menunjuk pada pembebasan total
dari segala kejahatan, yang terjadi pada kedatangan Kristus yang keduakalinya.
Arti kedua ini digunakan misalnya dalam:
ˇ
Luk 21:28 - “Apabila semuanya itu mulai terjadi, bangkitlah dan angkatlah
mukamu, sebab penyelamatanmu [NIV: ‘redemption’ (= penebusan)] sudah dekat.’”.
ˇ
Ro 8:23 - “Dan bukan hanya mereka saja, tetapi kita yang telah menerima
karunia sulung Roh, kita juga mengeluh dalam hati kita sambil menantikan
pengangkatan sebagai anak, yaitu pembebasan [NIV: ‘redemption’ (= penebusan)] tubuh kita”.
ˇ
Ef 4:30 - “Dan janganlah kamu mendukakan Roh Kudus Allah, yang telah
memeteraikan kamu menjelang hari penyelamatan [NIV: ‘redemption’ (= penebusan)]”.
Dan
Hodge mengatakan, bahwa dalam Ef 1:14, arti kedua inilah yang harus diambil.
Charles
Hodge: “The word
redemption, in its Christian sense, sometimes means that deliverance from the
curse of the law and restoration to the favour of God, of which believers are
in this life the subjects. Sometimes it refers to that final deliverance from
all evil, which is to take a place at the second advent of Christ. ...There can
be no doubt that it here refers to this final deliverance” (= Kata ‘penebusan’, dalam arti Kristen, kadang-kadang
berarti pembebasan dari kutuk dari hukum Taurat dan pemulihannya sehingga
kembali diperkenan oleh Allah, tentang mana orang-orang percaya dalam hidup ini
adalah subyeknya. Kadang-kadang kata itu menunjuk pada pembebasan terakhir dari
segala kejahatan, yang akan terjadi pada kedatangan Kristus yang keduakalinya.
... Tidak diragukan bahwa di sini kata itu menunjuk pada pembebasan akhir ini) - ‘Ephesians’,
hal 5-6.
R. L. Dabney: “The use of a seal is to
ratify a covenant, and make the fulfilment of it certain to both parties. An
‘earnest’ (avrrabwn) is a small portion of the
thing covenanted, given in advance, as a pledge of the certain intention to
bestow the whole, at the promised time. ... Unless the final perseverance of
believers is certain, it could be no pledge nor seal” [= Kegunaan dari suatu
meterai adalah untuk mengesahkan perjanjian, dan membuat penggenapannya pasti
bagi kedua pihak. Suatu ‘jaminan / uang muka’ (avrrabwn) adalah sebagian kecil
dari hal yang dijanjikan, diberikan di muka, sebagai jaminan dari maksud
tertentu untuk memberikan seluruhnya, pada saat yang dijanjikan. ... Kecuali
ketekunan akhir dari orang-orang percaya merupakan sesuatu yang pasti, tidak
bisa ada jaminan atau meterai] - ‘Lectures
in Systematic Theology’, hal 692.
Charles Hodge: “The
Holy Spirit is itself ‘the earnest,’ i.e. at once the foretaste and pledge of redemption.
... So certain, therefore, as the Spirit dwells in us, so certain is our final
salvation” (= Roh Kudus sendiri adalah ‘jaminan’,
yaitu sekaligus merupakan cicipan dan jaminan / janji tentang penebusan. ...
Karena itu, sepasti seperti Roh Kudus tinggal di dalam kita, demikianlah
pastinya keselamatan akhir kita) - ‘I & II Corinthians’, hal 401.
12) Tuhan berjanji bahwa tidak ada apapun
yang bisa memisahkan kita dari kasih Kristus atau dari kasih Allah dalam
Kristus Yesus, Tuhan kita.
Ro 8:35-39 - “(35)
Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau
kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya,
atau pedang? (36) Seperti ada tertulis: ‘Oleh karena Engkau kami ada dalam
bahaya maut sepanjang hari, kami telah dianggap sebagai domba-domba
sembelihan.’ (37) Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang
yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita. (38) Sebab aku yakin, bahwa
baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah,
baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, atau kuasa-kuasa, (39) baik
yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan
dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita”.
a) Ay 35
mengatakan ‘kasih Kristus’ bukan ‘kasih Allah’ karena kasih Allah tidak bisa
dicari di luar Kristus. ‘Kasih Kristus’ ini bukan menunjuk kepada ‘kasih kita
kepada Kristus’, tetapi menunjuk kepada ‘kasih Kristus kepada kita’.
b) Ay 35b
berbicara tentang ‘penindasan,
kesesakan, penganiayaan, kelaparan, ketelanjangan, bahaya, atau pedang’. Ini
merupakan contoh hal-hal yang sering kita
anggap sebagai bukti bahwa kita ditinggal / tidak dipedulikan oleh Allah.
Tetapi Paulus mengatakan bahwa hal-hal ini tidak akan memisahkan kita dari
kasih Kristus.
Kata ‘memisahkan’ dalam ay 35 itu, dalam bahasa Yunaninya adalah
KHORISEI, yang sebetulnya berarti ‘menceraikan’, seperti dalam Mat 19:6 1Kor 7:10,11,15.
Dalam Perjanjian Lama, Allah menceraikan Israel karena
perzinahan rohani / penyembahan berhala yang mereka lakukan (Yer 3:8).
Tetapi dalam Perjanjian Baru, Allah tidak mungkin melakukan hal itu terhadap
kita. Bandingkan dengan 2Tim 2:13 - “jika kita tidak setia, Dia tetap setia,
karena Dia tidak dapat menyangkal diriNya”.
Dalam hidup suami - istri, hal-hal dalam ay 35b itu
bisa menyebabkan perceraian; seperti berita di koran beberapa waktu yang lalu
yang menyatakan bahwa karena krisis moneter, maka banyak pasangan muda yang
bercerai. Tetapi ay 35 ini menjamin bahwa Allah tidak akan menceraikan
kita!
c) Ay
38-39: hal-hal lain yang juga tidak bisa memisahkan / menceraikan kita dari
Allah (Catatan: kata ‘memisahkan’ dalam ay 39 menggunakan kata Yunani yang sama
dengan dalam ay 35):
1. ‘Maut’.
Ini menunjukkan bahwa kematian tidak bisa memisahkan kita
dari Allah!
2. ‘Hidup’.
Kalau ajaran Arminian benar, bahwa orang bisa murtad
sehingga kehilangan keselamatannya, maka itu berarti bahwa ‘hidup’ bisa
memisahkan kita dari Allah! Tetapi di sini Paulus mengatakan bahwa bukan hanya
‘maut’, tetapi juga ‘hidup’, tidak bisa memisahkan kita dari Allah.
3. ‘Malaikat-malaikat’.
Ada yang menganggap bahwa ini menunjuk kepada malaikat
yang baik, tetapi ada yang berpendapat bahwa ini menunjuk kepada malaikat yang
jahat / setan. Kalau menunjuk pada malaikat yang baik, maka ini suatu hyperbole
(= gaya bahasa yang melebih-lebihkan), sama seperti dalam Gal 1:8, karena
malaikat yang baik tidak mungkin berusaha memisahkan kita dari Allah.
4. ‘Pemerintah-pemerintah’.
Ada yang menafsirkan bahwa ini menunjuk kepada setan,
mungkin karena dalam Ef 6:12 kata itu menunjuk kepada setan. Tetapi bisa juga
ini menunjuk kepada pemerintah manusia. Pemerintah bisa berubah sikap dari pro
kristen / netral menjadi anti kristen (seperti dalam Kel 1:8-dst). Tetapi
inipun tidak bisa memisahkan kita dari Allah.
5. ‘Baik yang ada sekarang,
maupun yang akan datang’.
Bagian ini salah terjemahan, dan kesalahan penterjemahan
ini menyebabkan bagian ini seolah-olah merupakan keterangan dari ‘pemerintah-pemerintah’,
padahal sebetulnya bukan.
NASB: ‘nor things present, nor things to come’ (=
tidak hal-hal sekarang, tidak hal-hal yang akan datang).
Jadi, bagian ini sebetulnya berdiri sendiri (terpisah
dari ‘pemerintah-pemerintah’), dan menunjukkan bahwa ‘waktu’ tidak bisa
memisahkan kita dari Allah. Dengan berlalunya waktu, maka godaan memang
berubah, tetapi semua ini tetap tidak bisa memisahkan kita dari Allah. Ini
jelas menunjukkan bahwa Kitab Suci meng-ajarkan adanya jaminan keselamatan (sekali
selamat pasti tetap selamat). Lagi-lagi terlihat, bahwa seandainya ajaran
Arminian benar, bahwa orang kristen bisa murtad dan kehilangan keselamatannya,
maka itu berarti bahwa ‘hal-hal yang akan datang’ ini harus dibuang dari ay
38-39.
Calvin: “The meaning then is, -
that we ought not to fear, lest the continuance of evils, however long, should
obliterate the faith of adoption. This declaration is clearly against the
schoolmen, who idly talk and say, that no one is certain of final perseverance,
except through the gift of special revelation, which they make to be very rare.
By such a dogma the whole faith is destroyed, which is certainly nothing,
except it extends to death and beyond death. But we, on the contrary, ought to
feel confident, that he who has begun in us a good work, will carry it on until
the day of the Lord Jesus” (= Jadi artinya adalah, - bahwa kita tidak boleh takut, bahwa
dengan berlanjutnya kejahatan, betapapun lamanya, akan bisa menghapuskan iman
adopsi. Pernyataan ini jelas menentang para ahli theologia, yang berbicara dan
mengatakan tanpa dasar, bahwa tidak seorangpun yang pasti akan ketekunan akhir,
kecuali melalui karunia wahyu khusus, yang mereka katakan sebagai jarang
terjadi. Dengan dogma seperti itu seluruh iman dihancurkan, dan memang iman itu
kosong kecuali iman itu diperluas sampai pada kematian dan bahkan melampaui
kematian. Tetapi sebaliknya kita harus merasa yakin bahwa Ia yang memulai
pekerjaan yang baik di dalam kita, akan meneruskannya sampai hari Tuhan Yesus). Bdk. Fil 1:6.
6. ‘Kuasa-kuasa’.
Sama seperti ‘pemerintah-pemerintah’, kata ini bisa
menunjuk pada kuasa setan ataupun manusia.
7. ‘Baik yang ada di atas,
maupun yang ada di bawah’.
Bagian ini juga salah terjemahan, dan menyebabkan bagian
ini seolah-olah menerangkan ‘kuasa-kuasa’, padahal seharusnya tidak.
NASB: ‘nor height, nor depth’ (= tidak ketinggian,
tidak kedalaman).
Macam-macam penafsiran:
ˇ
‘height’ / ‘ketinggian’ menunjuk pada keadaan yang enak / mulia;
sedangkan ‘depth’ / ‘kedalaman’ menunjuk pada keadaan hina / tidak enak.
ˇ
Surga maupun neraka. Kalau
diartikan seperti ini, mungkin ini merupakan hyperbole (= gaya bahasa
yang melebih-lebihkan), karena orang beriman kepada Kristus tidak mungkin masuk
neraka. Jadi artinya adalah: seandainya orang beriman bisa masuk neraka,
itu tetap tidak akan memisahkan dia dari kasih Allah dalam Kristus Yesus Tuhan
kita!
ˇ
apapun yang ada di surga
maupun di bumi.
8. ‘Makhluk lain’.
NASB: ‘nor any other created thing’ (= tidak benda
ciptaan lain yang manapun juga).
NIV: ‘nor anything else in all creation’ (= tidak
suatu benda apapun dalam seluruh ciptaan).
Lit: ‘nor any other creature’ (= tidak makhluk
ciptaan lain yang manapun juga).
Semua ini memberikan ketidakmungkinan yang mutlak bagi
seorang kristen untuk terpisah dari Allah / kasih Allah dalam Kristus Yesus!
13) Dari adanya janji-janji Allah:
a) Dalam
Perjanjian Lama:
1. 1Sam 12:22
- “Sebab TUHAN tidak akan membuang umatNya,
sebab namaNya yang besar. Bukankah TUHAN telah berkenan untuk membuat kamu
menjadi umatNya?”.
2. Maz 89:31-36 - “Jika
anak-anaknya meninggalkan TauratKu dan mereka tidak hidup menurut hukumKu, jika
ketetapanKu mereka langgar dan tidak berpegang pada perintah-perintahKu, maka
Aku akan membalas pelanggaran mereka dengan gada, dan kesalahan mereka dengan
pukulan-pukulan. Tetapi kasih setiaKu tidak akan Kujauhkan dari padanya dan
Aku tidak akan berlaku curang dalam hal kesetiaanKu. Aku tidak akan melanggar
perjanjianKu, dan apa yang keluar dari bibirKu tidak akan Kuubah. Sekali Aku
bersumpah demi kekudusanKu, tentulah Aku tidak akan berbohong kepada Daud:
Anak cucunya akan ada untuk selama-lamanya, dan takhtanya seperti matahari di
depan mataKu, seperti bulan yang ada selama-lamanya, suatu saksi yang setia di
awan-awan.’ Sela”.
Catatan: kata-kata ini dijanjikan oleh
Tuhan kepada Daud (Maz 89:21 bdk.
2Sam 7:12-16).
3. Yes 43:1-5
- “Tetapi sekarang, beginilah firman TUHAN yang
menciptakan engkau, hai Yakub, yang membentuk engkau, hai Israel: ‘Janganlah
takut, sebab Aku telah menebus engkau, Aku telah memanggil engkau dengan
namamu, engkau ini kepunyaanKu. Apabila engkau menyeberang melalui air, Aku
akan menyertai engkau, atau melalui sungai-sungai, engkau tidak akan
dihanyutkan; apabila engkau berjalan melalui api, engkau tidak akan dihanguskan,
dan nyala api tidak akan membakar engkau. Sebab Akulah TUHAN, Allahmu, Yang
Mahakudus, Allah Israel, Juruselamatmu. Aku menebus engkau dengan Mesir, dan
memberikan Etiopia dan Syeba sebagai gantimu. Oleh karena engkau berharga di
mataKu dan mulia, dan Aku ini mengasihi engkau, maka Aku memberikan manusia
sebagai gantimu, dan bangsa-bangsa sebagai ganti nyawamu. Janganlah takut,
sebab Aku ini menyertai engkau, Aku akan mendatangkan anak cucumu dari timur,
dan Aku akan menghimpun engkau dari barat”.
4. Yes
54:9-10 - “Keadaan ini bagiKu seperti pada zaman Nuh:
seperti Aku telah bersumpah kepadanya bahwa air bah tidak akan meliputi bumi
lagi, demikianlah Aku telah bersumpah bahwa Aku tidak akan murka terhadap
engkau dan tidak akan menghardik engkau lagi. Sebab biarpun gunung-gunung
beranjak dan bukit-bukit bergoyang, tetapi kasih setiaKu tidak akan beranjak
dari padamu dan perjanjian damaiKu tidak akan bergoyang, firman TUHAN, yang
mengasihani engkau”.
5. Yes 59:21
- “Adapun Aku, inilah perjanjianKu dengan mereka,
firman TUHAN: RohKu yang menghinggapi engkau dan firmanKu yang Kutaruh dalam
mulutmu tidak akan meninggalkan mulutmu dan mulut keturunanmu dan mulut
keturunan mereka, dari sekarang sampai selama-lamanya, firman TUHAN”.
6. Yer 32:38-40
- “Maka mereka akan menjadi umatKu dan Aku akan
menjadi Allah mereka. Aku akan memberi mereka satu hati dan satu tingkah
langkah, sehingga mereka takut kepadaKu sepanjang masa untuk kebaikan mereka
dan anak-anak mereka yang datang kemudian. Aku akan mengikat perjanjian kekal
dengan mereka, bahwa Aku tidak akan membelakangi mereka, melainkan akan
berbuat baik kepada mereka; Aku akan menaruh takut kepadaKu ke dalam hati
mereka, supaya mereka jangan menjauh dari padaKu”.
7. Yeh 36:25-27
- “Aku akan mencurahkan kepadamu air jernih, yang
akan mentahirkan kamu; dari segala kenajisanmu dan dari semua berhala-berhalamu
Aku akan mentahirkan kamu. Kamu akan Kuberikan hati yang baru, dan roh yang
baru di dalam batinmu dan Aku akan menjauhkan dari tubuhmu hati yang keras dan
Kuberikan kepadamu hati yang taat. RohKu akan Kuberikan diam di dalam
batinmu dan Aku akan membuat kamu hidup menurut segala ketetapanKu dan tetap
berpegang pada peraturan-peraturanKu dan melakukannya”.
8. Dan 11:32
- “Dan orang-orang yang berlaku fasik terhadap Perjanjian akan
dibujuknya sampai murtad dengan kata-kata licin; tetapi umat yang mengenal
Allahnya akan tetap kuat dan akan bertindak”.
9. Hos 2:18-19
- “Aku akan menjadikan engkau isteriKu untuk
selama-lamanya dan Aku akan menjadikan engkau isteriKu dalam keadilan dan
kebenaran, dalam kasih setia dan kasih sayang. Aku akan menjadikan engkau
isteriKu dalam kesetiaan, sehingga engkau akan mengenal TUHAN”.
b) Dalam
Perjanjian Baru:
1. Mat 12:20 - “Buluh
yang patah terkulai tidak akan diputuskanNya, dan sumbu yang pudar nyalanya
tidak akan dipadamkanNya, sampai Ia menjadikan hukum itu menang”.
Inilah sikap dari Tuhan Yesus
terhadap anakNya yang mundur dari Dia atau jatuh ke dalam dosa. Ia bukannya
justru membuang mereka, tetapi menolong mereka.
2. Mat 24:22-24
- “Dan sekiranya waktunya tidak dipersingkat, maka dari segala
yang hidup tidak akan ada yang selamat; akan tetapi oleh karena orang-orang
pilihan waktu itu akan dipersingkat. Pada waktu itu jika orang berkata
kepada kamu: Lihat, Mesias ada di sini, atau Mesias ada di sana, jangan kamu
percaya. Sebab Mesias-mesias palsu dan nabi-nabi palsu akan muncul dan mereka
akan mengadakan tanda-tanda yang dahsyat dan mujizat-mujizat, sehingga sekiranya
mungkin, mereka menyesatkan orang-orang pilihan juga”.
Kata-kata ‘sekiranya mungkin’ jelas menunjukkan bahwa penyesatan terhadap orang
pilihan itu tidak mungkin terjadi.
3. Yoh
4:13-14 - “Jawab Yesus kepadanya: ‘Barangsiapa minum air ini,
ia akan haus lagi, tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya,
ia tidak akan haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan
Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus
memancar sampai kepada hidup yang kekal.’”.
4. Yoh
6:39-40 - “(39) Dan Inilah kehendak Dia yang telah
mengutus Aku, yaitu supaya dari semua yang telah diberikanNya kepadaKu
jangan ada yang hilang, tetapi supaya Kubangkitkan pada akhir zaman. (40)
Sebab inilah kehendak BapaKu, yaitu supaya setiap orang, yang melihat Anak dan
yang percaya kepadaNya beroleh hidup yang kekal, dan supaya Aku
membangkitkannya pada akhir zaman.’”.
Mula-mula Yesus menyatakan doktrin ini secara negatif,
dimana Ia mengatakan bahwa Bapa menghendaki supaya orang yang sudah
diberikanNya kepada Yesus tidak ada yang hilang (ay 39). Lalu Yesus
menyatakan doktrin ini secara positif, dimana Ia mengatakan bahwa Bapa
menghendaki supaya setiap orang yang percaya kepada Yesus beroleh hidup yang
kekal dan dibangkitkan pada akhir zaman (ay 40).
5. Yoh 11:25-26
- “Jawab Yesus: ‘Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya
kepadaKu, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, dan setiap orang yang hidup dan
yang percaya kepadaKu, tidak akan mati selama-lamanya. Percayakah engkau
akan hal ini?’”.
6. Yoh 13:1
- “Sementara itu sebelum hari raya Paskah mulai,
Yesus telah tahu, bahwa saatNya sudah tiba untuk beralih dari dunia ini kepada
Bapa. Sama seperti Ia senantiasa mengasihi murid-muridNya demikianlah
sekarang Ia mengasihi mereka sampai kepada kesudahannya”.
7. Yoh
14:16 - “Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan
memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu
selama-lamanya”.
Dalam jaman Perjanjian Baru, Roh Kudus diberikan kepada
orang kristen bukan untuk sementara waktu, tetapi untuk selama-lamanya. Ini
menjamin bahwa kita tidak akan kehilangan keselamatan kita.
8. Ro 5:8-10
- “Akan tetapi Allah menunjukkan kasihNya kepada
kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa.
Lebih-lebih, karena kita sekarang telah dibenarkan oleh darahNya, kita pasti
akan diselamatkan dari murka Allah. Sebab jikalau kita, ketika masih seteru,
diperdamaikan dengan Allah oleh kematian AnakNya, lebih-lebih kita, yang
sekarang telah diperdamaikan, pasti akan diselamatkan oleh hidupNya!”.
Loraine Boettner: “Here the very point
stressed is that our standing with God is not based on our deserts. It was
‘while we were enemies’ that we were brought into spiritual life through
sovereign grace; and if He has done the greater, will He not do the lesser?” (= Di sini hal yang
ditekankan adalah bahwa kedudukan kita dengan Allah tidaklah didasarkan pada
kelayakan kita. Adalah pada saat ‘ketika kita masih seteru’ kita dibawa ke
dalam kehidupan rohani melalui kasih karunia yang berdaulat; dan jika Ia telah
melakukan yang lebih besar, tidakkah Ia akan melakukan yang lebih kecil?) - ‘The Reformed Doctrine of Predestination’, hal
185.
9. Ro 8:29-30
- “Sebab semua orang yang dipilihNya dari semula, mereka juga ditentukanNya
dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran AnakNya, supaya Ia, AnakNya
itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara. Dan mereka yang
ditentukanNya dari semula, mereka itu juga dipanggilNya. Dan mereka yang
dipanggilNya, mereka itu juga dibenarkanNya. Dan mereka yang dibenarkanNya,
mereka itu juga dimuliakanNya”.
Text ini menunjukkan adanya suatu rantai yang tidak
terputuskan. Semua orang yang ditentukan untuk selamat, akan dipanggil oleh
Allah, dan mereka yang dipanggil ini akan dibenarkan, dan mereka yang
dibenarkan ini akan dimuliakan. Tidak ada yang kancrit / kehilangan
keselamatannya!
10. Ro 14:4
- “Siapakah kamu, sehingga kamu menghakimi hamba orang lain?
Entahkah ia berdiri, entahkah ia jatuh, itu adalah urusan tuannya sendiri.
Tetapi ia akan tetap berdiri, karena Tuhan berkuasa menjaga dia terus
berdiri”.
11. 2Kor
2:14a - “Tetapi syukur bagi Allah, yang dalam Kristus selalu
membawa kami di jalan kemenanganNya”.
Kalau orang kristen sejati bisa
murtad, dan terhilang, maka kata ‘selalu’ dalam ayat di atas, harus diganti
dengan ‘kadang-kadang’, atau ‘sering’, atau ‘biasanya’.
12. 2Kor 4:8-9,14 - “Dalam
segala hal kami ditindas, namun tidak terjepit; kami habis akal, namun tidak putus
asa; kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian, kami dihempaskan, namun
tidak binasa. ... Karena kami tahu, bahwa Ia, yang telah membangkitkan Tuhan
Yesus, akan membangkitkan kami juga bersama-sama dengan Yesus. Dan Ia akan
menghadapkan kami bersama-sama dengan kamu kepada diriNya”.
Dalam penderitaan bagaimanapun,
Paulus tetap yakin akan keselamatannya.
13. 2Tim 1:12 - “Itulah
sebabnya aku menderita semuanya ini, tetapi aku tidak malu; karena aku tahu
kepada siapa aku percaya dan aku yakin bahwa Dia berkuasa memeliharakan apa
yang telah dipercayakanNya kepadaku hingga pada hari Tuhan”.
14. 2Tim 4:18 - “Dan Tuhan akan melepaskan aku dari setiap usaha yang jahat. Dia
akan menyelamatkan aku, sehingga aku masuk ke dalam KerajaanNya di sorga.
BagiNyalah kemuliaan selama-lamanya! Amin”.
15.Ibr 6:19-20 - “Pengharapan itu adalah sauh
yang kuat dan aman bagi jiwa kita, yang telah dilabuhkan sampai ke belakang
tabir, di mana Yesus telah masuk sebagai Perintis bagi kita, ketika Ia,
menurut peraturan Melkisedek, menjadi Imam Besar sampai selama-lamanya”.
16. Ibr 10:38-39
- “Tetapi orangKu yang benar akan hidup oleh iman,
dan apabila ia mengundurkan diri, maka Aku tidak berkenan kepadanya.’ Tetapi
kita bukanlah orang-orang yang mengundurkan diri dan binasa, tetapi orang-orang
yang percaya dan yang beroleh hidup”.
17. Ibr 12:2
- “Marilah kita melakukannya dengan mata yang
tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita
itu kepada kesempurnaan, yang
dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan
bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah”.
Bagian yang digaris-bawahi itu
salah terjemahan; bandingkan dengan terjemahan KJV di bawah ini.
KJV: ‘Looking unto Jesus the
author and finisher of our faith’ (= Memandang kepada Yesus, pencipta
dan penyempurna dari iman kita).
Yesus disebut sebagai author /
pencipta, dan finisher / penyempurna / penyelesai dari
iman kita. Mungkinkah Ia disebut demikian, kalau Ia membiarkan iman kita berhenti
di tengah jalan, sehingga kita murtad dan binasa?
18. Ibr 12:9-10
- “Selanjutnya: dari ayah kita yang sebenarnya kita
beroleh ganjaran, dan mereka kita hormati; kalau demikian bukankah kita harus lebih
taat kepada Bapa segala roh, supaya kita boleh hidup? Sebab mereka mendidik
kita dalam waktu yang pendek sesuai dengan apa yang mereka anggap baik, tetapi Dia
menghajar kita untuk kebaikan kita, supaya kita beroleh bagian dalam
kekudusanNya”.
Kalau kita berbuat dosa, maka Bapa
akan menghajar kita demi kebaikan kita. Tujuannya apa? Supaya kita beroleh
bagian dalam kekudusanNya. Kalau Allah tidak berhasil melakukan hal itu, Ia
bukanlah seorang Bapa yang baik.
19. Ibr 13:5b
- “Karena Allah telah berfirman: ‘Aku sekali-kali tidak akan
membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau.’”.
Janji ini berlaku hanya untuk orang kristen yang sejati.
Bagaimana janji ini bisa tergenapi, kalau ada orang kristen sejati yang murtad dan
lalu binasa?
20. 1Pet 1:5
- “Yaitu kamu, yang dipelihara dalam kekuatan Allah karena
imanmu sementara kamu menantikan keselamatan yang telah tersedia untuk
dinyatakan pada zaman akhir”.
21. 1Pet 5:10
- “Dan Allah, sumber segala kasih karunia, yang telah memanggil
kamu dalam Kristus kepada kemuliaanNya yang kekal, akan melengkapi,
meneguhkan, menguatkan dan mengokohkan kamu, sesudah kamu menderita
seketika lamanya”.
22. 1Yoh
3:9 - “Setiap orang yang lahir dari Allah, tidak
berbuat dosa lagi; sebab benih ilahi tetap ada di dalam dia dan ia tidak
dapat berbuat dosa, karena ia lahir dari Allah”.
23. 1Yoh
5:18 - “Kita tahu, bahwa setiap orang yang lahir dari
Allah, tidak berbuat dosa; tetapi Dia yang lahir dari Allah melindunginya,
dan si jahat tidak dapat menjamahnya”.
24. 2Yoh
9 - “Setiap orang yang tidak tinggal di dalam
ajaran Kristus, tetapi yang melangkah keluar dari situ, tidak memiliki Allah.
Barangsiapa tinggal di dalam ajaran itu, ia memiliki Bapa maupun Anak”.
25. Yudas
24 - “Bagi Dia, yang berkuasa menjaga supaya
jangan kamu tersandung dan yang membawa kamu dengan tak bernoda dan penuh
kegembiraan di hadapan kemuliaanNya”.
email
us at : gkri_exodus@lycos.com