DOKTRIN ALLAH
: Theologyoleh : Pdt. Budi Asali M.Div.
ALLAH TRITUNGGAL
I) Pernyataan tentang doktrin Allah Tritunggal.
1) Dalam diri Allah hanya ada 1 hakekat yang tidak terbagi-bagi (one indivisible essence), tetapi ada 3 pribadi yaitu Bapa, Anak & Roh Kudus.
a) Adanya 3 pribadi tidak berarti bahwa orang kristen mempercayai 3 Allah!
Calvin: "Three are spoken of, each of which is entirely God, yet there is not more than one God" (= Tiga yang dibicarakan, masing-masing adalah Allah sepenuhnya, tetapi tidak ada lebih dari satu Allah) - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book I, Chapter XIII, No 3.
b) Tetapi orang kristen juga tidak mempercayai Allah itu tunggal secara mutlak. Orang kristen mempercayai Allah Tritunggal.
Calvin mengutip kata-kata Gregory Nazianzus sebagai berikut:
"I cannot think on the one without quickly being encircled by the splendor of the three; nor can I discern the three without being straightway carried back to the one" (= Saya tidak dapat memikirkan yang satu tanpa dengan cepat dilingkupi oleh kemegahan dari yang tiga; juga saya tidak bisa melihat yang tiga tanpa segera dibawa kembali kepada yang satu) - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book I, Chapter XIII, No 17.
c) Allah menyatakan diriNya dalam 3 pribadi bukan karena Ia memilih / menghendaki hal itu, tetapi karena memang Ia adalah demikian.
Louis Berkhof: "This tri-personal existence is a necessity in the Divine Being, and not in any sense the result of a choice of God. He could not exist in any other than the tri-personal form" (= Keberadaan yang bersifat tiga pribadi ini adalah suatu keharusan dalam diri Allah, dan sama sekali bukanlah hasil dari pilihan Allah. Ia tidak bisa berada dalam sesuatu yang lain dari pada bentuk tiga pribadi) - ‘Systematic Theology’, hal 84.
2) Ketiga pribadi dalam diri Allah itu ditandai dengan urut-urutan (order) yang tertentu.
Allah Bapa adalah yang pertama; Allah Anak yang ke 2; dan Allah Roh Kudus yang ke 3. Urut-urutan ini tidak berhubungan dengan waktu atau hakekat, tetapi hanya dengan urut-urutan asal mula mereka secara logika.
Louis Berkhof: "It need hardly be said that this order does not pertain to any priority of time or of essential dignity, but only to the logical order of derivation (= Hampir tidak perlu dikatakan bahwa urut-urutan ini tidak berhubungan dengan keberadaan lebih dulu atau kewibawaan hakiki, tetapi hanya dengan urut-urutan asal mula secara logika) - ‘Systematic Theology’, hal 88-89.
3) Doktrin Allah Tritunggal adalah suatu misteri yang melampaui pengertian manusia.
a) Manusia tidak dapat mengertinya atau membuatnya bisa dimengerti.
Otak kita yang terbatas tidak mungkin bisa mengerti sepenuhnya tentang Allah yang tak terbatas! Seseorang pernah berkata bahwa kalau ada seseorang yang bisa mengajarkan Doktrin Allah Tritunggal sehingga bisa dimengerti sepenuhnya, maka itu pasti adalah ajaran sesat.
b) Kesulitan yang terbesar terletak pada hubungan antara pribadi-pribadi dalam diri Allah dengan hakekat illahi dan hubungan antara pribadi yang satu dengan pribadi yang lain. Kesulitan-kesulitan ini tidak pernah bisa dipecahkan oleh manusia.
Kita berusaha untuk menyatakan doktrin Allah Tritunggal ini sedemikian rupa, bukan supaya semua ini bisa dimengerti dengan jelas, tetapi hanya supaya kita terhindar / terlindung dari ajaran-ajaran sesat tentang Allah Tritunggal.
II) Istilah ‘hakekat’ dan ‘pribadi’.
Mengapa digunakan istilah-istilah seperti person (= pribadi) dan essence (= hakekat), padahal istilah-istilah tersebut tidak ada dalam Kitab Suci?
Calvin (pada waktu ia berbicara tentang Allah Tritunggal dalam Yoh 1:1-2) menjawab pertanyaan tersebut sebagai berikut:
"And yet the ancient writers of the Church were excusable, when, finding that they could not in any other way maintain sound and pure doctrine in opposition to the perplexed and ambiguous phraseology of the heretics, they were compelled to invent some words, which after all had no other meaning than what is taught in the Scriptures. They said that there are three Hypostases, or Subsistences, or Persons, in the one and simple essence of God" (= dan penulis-penulis kuno dari gereja bisa dibenarkan, karena pada waktu mereka melihat bahwa tidak ada jalan lain untuk mempertahankan doktrin yang sehat dan murni untuk menentang penyusunan kata yang membingungkan dan berarti dua dari orang-orang sesat, maka mereka terpaksa menciptakan beberapa kata-kata, yang sebetulnya tidak mempunyai arti lain dari pada apa yang diajarkan dalam Kitab Suci. Mereka berkata bahwa ada tiga pribadi dalam hakekat Allah yang satu dan sederhana).
Herman Bavinck (‘Our Reasonable Faith’, p 322) mengatakan sebagai berikut:
"It is of course self-evident that this confession of Nicea and Chalcedon may not lay claim to infallibility. The terms of which the church and its theology make use, such as person, nature, unity of substance, and the like, are not found in Scripture, but are the product of reflection which Christianity gradually had to devote to this mystery of salvation. The church was compelled to do this reflecting by the heresies which loomed up on all sides, both within the church and outside of it. All those expressions and statements which are employed in the confession of the church and in the language of theology are not designed to explain the mystery which in this matter confronts it, but rather to maintain it pure and unviolated over against those who would weaken or deny it" (= Jelaslah bahwa pengakuan iman Nicea dan Chalcedon tidak bisa dianggap infallible / tak bisa salah. Istilah-istilah yang digunakan oleh gereja dan theologinya, seperti pribadi, hakekat, kesatuan hakekat / zat, dan sebagainya, tidak ditemukan dalam Kitab Suci, tetapi merupakan hasil pemikiran yang secara bertahap / perlahan-lahan harus diberikan oleh kekristenan kepada misteri tentang keselamatan ini. Gereja dipaksa untuk melakukan pemikiran ini oleh bidat-bidat yang muncul dan mengancam dari semua sisi, baik di dalam maupun di luar gereja. Semua istilah dan pernyataan yang digunakan dalam pengakuan iman gereja dan dalam bahasa theologia, tidak dimaksudkan untuk menjelaskan misteri yang dihadapi, tetapi untuk menjaganya supaya tetap murni dan tak terganggu dari mereka yang ingin melemahkan atau menyangkalnya).
Bavinck melanjutkan lagi:
"There have been many, and there still are many, who look down upon the doctrine of the two natures from a lofty vantage point, and try to supplant it by other words and phrases. What differences does it really make, they begin by saying, whether we agree with this doctrine or not? What matters is that we ourselves possess the person of Christ, He who stands high and exalted above this awkward confession. But before long these same persons begin introducing words and terms themselves in order to describe the person of Christ whom they accept. ... And then history has taught that the terms of the attackers of the Doctrine of the Two Natures are far poorer in worth and force, and that they often, indeed, involve doing injustice to the incarnation as Scripture explains it to us" (= pernah ada banyak orang, dan sampai sekarang masih ada banyak orang, yang dari tempat yang tinggi dan menguntungkan, meremehkan / memandang rendah doktrin tentang 2 hakekat ini, dan mencoba untuk menggantinya dengan kata-kata dan ungkapan-ungkapan yang lain. Mereka memulainya dengan berkata: apa bedanya apakah kami menyetujui doktrin ini atau tidak? Yang penting adalah bahwa kami memiliki pribadi Kristus, yang berdiri jauh di atas pengakuan yang aneh ini. Tetapi sebentar lagi, orang-orang ini sendiri mulai memperkenalkan kata-kata dan istilah-istilah untuk menggambarkan pribadi Kristus yang mereka terima. ... Dan sejarah telah mengajar bahwa istilah-istilah dari para penyerang doktrin tentang 2 hakekat ini, jauh lebih jelek dalam nilainya dan kekuatannya, dan bahwa mereka bahkan sering terlibat dalam perlakuan yang tidak benar terhadap inkarnasi seperti yang dijelaskan oleh Kitab Suci kepada kita).
Apa yang dikatakan Herman Bavinck ini memang tepat. Orang yang menolak istilah ‘pribadi’ dan ‘hakekat’ biasanya lalu menciptakan istilah sendiri yang ternyata jauh lebih jelek dari istilah ‘pribadi’ dan ‘hakekat’ ini.
Contoh:
Pdt. Yohanes Bambang dari GKI dalam buku sesatnya yang berjudul ‘Tuhan ajarlah aku’ berkata sebagai berikut: "Jadi karena hakikat Alkitab berfungsi sebagai pewartaan iman maka dalam kesaksiannya tidak pernah berspekulasi juga mengenai masalah sebagaimana yang dikemukakan oleh Tertullianus. Alkitab tidak pernah membuat hipotesa tentang Allah Bapa, Allah Anak dan Roh Kudus dengan kategori-kategori ‘UNA SUBSTANTIA, TRES PERSONAE’ (satu zat yang memiliki tiga pribadi). Cara berpikir Tertullianus adalah cara berpikir yang filsafati ketimbang cara berpikir teologis-alkitabiah. Bila demikian, identitas Roh Kudus bukan dalam pengertian ZAT ILAHI yang memiliki kepribadian sendiri. Alkitab tidak pernah mengenal atau mempergunakan istilah dan pengertian ZAT ILAHI" (hal 131).
Jadi, Pdt. Yohanes Bambang menolak ajaran Tertullian ini tentang satu hakekat dan tiga pribadi ini dengan alasan bahwa istilah ‘zat ilahi’ itu tidak ada dalam Kitab Suci. Tetapi anehnya, dalam buku yang sama:
Yang ingin saya tanyakan adalah: dari mana ia mendapatkan istilah ‘ciri hakiki Allah / ilahi’ dan ‘materi’ itu? Apakah istilah itu ada dalam Kitab Suci? Kalau tidak ada, mengapa ia mau menggunakannya tetapi pada saat yang sama menolak penggunaan istilah ‘zat ilahi’, karena tidak ada dalam Kitab Suci? Bukankah semua ini menunjukkan ketidak-konsekwenannya?
III) Dasar Kitab Suci dari doktrin Allah Tritunggal.
A) Kitab Suci menunjukkan ketunggalan Allah.
1) Ayat-ayat Kitab Suci yang secara explicit menyatakan bahwa Allah itu satu (Ul 6:4 1Kor 8:4 1Tim 2:5 Yak 2:19).
2) Penggunaan kata-kata bentuk tunggal untuk Allah atau dalam hubungannya dengan Allah:
a) Penggunaan kata ganti orang bentuk tunggal.
Contoh:
b) Penggunaan kata kerja bentuk tunggal.
Contoh: dalam bahasa Ibraninya, kata ‘menciptakan’ dalam Kej 1:1 adalah kata kerja bentuk tunggal.
c) Penggunaan kata sifat bentuk tunggal.
Contoh: dalam bahasa Ibraninya, kata-kata ‘baik’ dan ‘benar’ dalam Maz 25:8 adalah kata sifat bentuk tunggal.
3) Allah mempunyai sifat self-existent, dan sifat ini tidak memungkinkan adanya lebih dari satu makhluk seperti Dia.
a) Sifat self-existent (= ada dengan sendirinya / ada dari dirinya sendiri) dari Allah, jelas merupakan ajaran dalam Kitab Suci, karena Kitab Suci menunjukkan bahwa segala sesuatu diciptakan oleh Allah (Kej 1:1-31 Yoh 1:3,10), tetapi Kitab Suci tidak pernah menceritakan tentang terjadinya Allah, dan ini menunjukkan bahwa Allah sendiri tidak pernah diciptakan / dijadikan oleh siapapun / apapun juga.
b) Sifat self-existent ini mempunyai 2 perwujudan:
c) Dari semua ini bisa disimpulkan bahwa tidak mungkin ada lebih dari satu makhluk yang seperti itu! Karena tidak mungkin bisa ada 2 makhluk yang sama-sama tidak tergantung apapun / siapapun, dan yang membuat segala sesuatu tergantung dirinya.
B) Kitab Suci menunjukkan adanya ‘kejamakan dalam diri Allah’.
Catatan: Perhatikan bahwa saya tidak menyebut adanya ‘banyak Allah’, tetapi adanya ‘kejamakan dalam diri Allah’. Jadi, saya tetap percaya pada ketunggalan / keesaan Allah, tetapi dalam keesaanNya itu terdapat suatu kejamakan tertentu.
1) Dalam Perjanjian Lama.
a) Penggunaan kata ‘ELOHIM’ untuk Allah (Kej 1:1 dll) yang merupakan kata bentuk jamak / plural.
Ada 2 hal yang ingin saya bahas di sini:
1. Dalam membahas tentang kata ELOHIM ini, Pdt. Stephen Tong dalam seminar dan bukunya berkata bahwa dalam bahasa Ibrani ada bentuk singular (= tunggal), bentuk dual (= ganda / dobel), dan bentuk plural (= jamak). Dan ia lalu berkata, bahwa penggunaan bentuk singular berarti kita membicarakan hanya satu, bentuk dual berarti kita membicarakan dua, sedangkan bentuk plural berarti kita membicarakan tiga atau lebih. Istilah ELOHIM tidak ada dalam bentuk singular, tidak di dalam bentuk dual, tetapi ada dalam plural, dan ini menunjukkan tiga atau lebih (dalam hal ini tentu ia memilih tiga, bukan lebih dari tiga) - Stephen Tong, ‘Allah Tritunggal’, hal 28.
Pembahasan ini boleh jadi menarik tetapi sangat salah! Mengapa? Karena penjelasan ini tidak sesuai dengan grama-tika bahasa Ibrani. Perlu diketahui bahwa dalam bahasa Ibrani:
Kesimpulan: tidak beralasan untuk mengatakan bahwa bentuk plural ELOHIM berarti tiga atau lebih!
2. Kata ‘ELOHIM’ mempunyai bentuk tunggal / singular yaitu ‘ELOAH’ yang digunakan antara lain dalam Ul 32:15-17 dan Hab 3:3.
Tetapi dalam Perjanjian Lama kata ‘ELOAH’ hanya digunakan sebanyak 250 x, sedangkan kata ‘ELOHIM’ sekitar 2500 x. Penggunaan kata bentuk jamak / plural yang jauh lebih banyak ini menunjukkan adanya ‘kejamakan dalam diri Allah’.
Memang harus diakui bahwa ELOHIM sering dianggap sebagai bentuk tunggal, tetapi yang perlu dipertanyakan adalah: kalau memang Allah itu tunggal secara mutlak, mengapa tidak digu-nakan ELOAH saja terus menerus? Mengapa digunakan ELO-HIM, dan lebih lagi, mengapa digunakan ELOHIM jauh lebih banyak dari ELOAH?
Dalam persoalan ini, buku dari sekte Saksi Yehovah yang ber-judul ‘Haruskah anda percaya kepada Tritunggal?’ membe-rikan suatu serangan yang bagus, yang saya kutip di bawah ini:
"‘ELOHIM’ bukan berarti ‘pribadi-pribadi’, melainkan ‘allah-allah’. Jadi mereka yang berkukuh bahwa kata ini menyatakan suatu Tritunggal menjadikan diri sendiri politeis, penyembah lebih dari satu Allah. Mengapa? Karena ini berarti ada tiga allah dalam Tritunggal" (hal 13).
Untuk menjawab serangan ini bisa dijelaskan sebagai berikut:
b) Penggunaan kata bentuk jamak untuk Allah atau dalam hubungan-nya dengan Allah:
Contoh: Kej 1:26 3:22 11:7.
Ada yang mengatakan bahwa pada waktu Allah menggunakan ‘Kita’ dalam Kej 1:26, maka saat itu Ia berbicara kepada para malaikat. Jadi itu tidak menunjukkan ‘kejamakan dalam diri Allah’.
Tetapi ini tidak mungkin, sebab kalau dalam Kej 1:26 diartikan bahwa ‘Kita’ itu menunjuk kepada Allah dan para malaikat, maka haruslah disimpulkan bahwa:
Disamping itu, kata ganti orang bentuk tunggal dan jamak untuk menyatakan Allah, keluar sekaligus dalam satu ayat, yaitu dalam Yes 6:8 yang dalam versi NASB menterjemahkan: "Whom shall I send and who will go for Us?" (= Siapa yang akan Kuutus dan siapa yang mau pergi untuk Kami?).
Catatan: Dalam Yes 6:8 ini, Kitab Suci bahasa Indonesia (baik terjemahan lama maupun baru) salah terjemahan!
Contoh:
Padahal dalam ayat-ayat di atas ini, subyeknya adalah kata ‘ELOHIM’ yang digunakan untuk menyatakan Allah yang esa.
Jadi, kalau dalam Yes 6:8 digunakan kata ganti orang bentuk tunggal dan jamak untuk menunjuk kepada Allah, maka di sini digunakan kata sifat bentuk tunggal dan jamak terhadap diri Allah.
c) Beberapa ayat dalam Kitab Suci membedakan Allah yang satu de-ngan Allah yang lain (seakan-akan ada lebih dari satu Allah).
Karena dalam ayat ini Kitab Suci Indonesia kurang tepat terjemahannya, mari kita lihat terjemahan NASB di bawah ini.
Psalm 45:6-7 (NASB): "Thy throne, O God, is forever and ever ... Therefore God, Thy God has anointed Thee" (= TahtaMu, Ya Allah, kekal selama-lamanya. Karena itu, Allah, AllahMu telah mengurapi Engkau).
Bandingkan dengan Ibr 1:8-9.
Juga untuk ayat ini perhatikan terjemahan NASB di bawah ini.
Psalm 110:1 (NASB): "The LORD says to my Lord ..." (= TUHAN berkata kepada Tuhanku).
Bandingkan dengan Mat 22:44-45.
Tetapi Amsal 8 ini lalu mempersonifikasikan ‘hikmat Allah’ itu dan menunjukkannya sebagai seorang pribadi yang bersifat kekal (Yesus). Dengan kata lain, hikmat Allah itu juga adalah Allah (bdk. 1Kor 1:24 - "Kristus adalah kekuatan Allah dan hikmat Allah").
Sama seperti istilah ‘hikmat Allah’ di atas, maka istilah ‘Malaikat TUHAN’ ini juga menunjukkan bahwa ‘Malaikat TUHAN’ (the Angel of the LORD) ini tidak sama dengan Allah.
Tetapi, sekalipun dalam bagian-bagian tertentu Malaikat TUHAN itu disebut sebagai Malaikat TUHAN, dalam bagian-bagian lain Ia juga disebut sebagai Allah / TUHAN sendiri.
Contoh:
Juga, dalam Kel 23:20-23, malaikat TUHAN ini mempunyai kuasa untuk mengampuni dosa.
Semua ini menunjukkan bahwa Malaikat TUHAN itu adalah Allah / TUHAN sendiri.
d) Penggunaan nama ‘TUHAN’ (YAHWEH / YEHOVAH) 3 x berturut-turut dalam Bil 6:24-26 dan sebutan ‘kudus’ bagi Allah 3 x berturut-turut dalam Yes 6:3.
Tidak anehkah bahwa ayat-ayat itu menyebutkan ‘TUHAN’ dan ‘kudus’ sebanyak 3 kali? Mengapa tidak 2 kali, atau 5 kali, atau 7 kali? Jelas karena ada hubungannya dengan Allah Tritunggal!
e) Kata ‘esa / satu’ yang digunakan dalam Ul 6:4, dalam bahasa Ibraninya adalah ECHAD.
Orang Saksi Yehovah mengatakan bahwa kata ECHAD ini berarti ‘satu yang mutlak’ dan tidak mengandung kejamakan.
Untuk itu perhatikan kutipan dari buku mereka yang berjudul ‘Haruskah anda percaya kepada Tritunggal?’,hal 13, di bawah ini:
"Kata-kata tersebut terdapat dalam Ulangan 6:4. New Jerusalem Bible (NJB) Katolik berbunyi: ‘Dengarlah Israel: Yahweh Allah kita adalah esa, satu-satunya Yahweh’. Dalam tatabahasa dari ayat itu kata ‘esa’ tidak mengandung sifat jamak untuk menyatakan bahwa kata itu mempunyai arti yang lain, yaitu bukan satu pribadi".
Tetapi pandangan Saksi Yehovah ini justru salah, dan mereka mendukung kesalahannya itu dengan mengutip suatu versi Alkitab yang justru salah terjemahan! (Catatan: taktik menggunakan versi Kitab Suci yang terjemahannya salah sehingga sesuai dengan pandangan mereka adalah taktik yang sering sekali dipakai oleh orang-orang Saksi Yehovah).
Bahwa kata ECHAD ini sering berarti ‘satu gabungan / a compound one’, bukan ‘satu yang mutlak / an absolute one’, bisa terlihat dari contoh-contoh di bawah ini:
Sebetulnya ada sebuah kata lain dalam bahasa Ibrani yang berarti ‘satu yang mutlak’ atau ‘satu-satunya’. Kata itu adalah YACHID. Contoh: Kej 22:2,16.
Kalau Musa memang mau menekankan tentang ‘kesatuan yang mutlak’ dari Allah dan bukannya ‘kesatuan gabungan’ (a compound unity), maka dalam Ul 6:4 itu ia pasti menggunakan kata YACHID dan bukannya ECHAD. Tetapi ternyata Musa menggunakan kata ECHAD, dan ini menunjukkan bahwa Allah itu tidak satu secara mutlak, tetapi ada kejamakan dalam diri Allah.
f) Pdt Stephen Tong dalam seminar dan buku ‘Allah Tritunggal’ (hal 82), menggunakan Kej 1:1-3 sebagai dasar dari Tritunggal, karena dalam Kej 1:1 ada ‘Allah’ (Bapa), dalam Kej 1:2 ada ‘Roh Allah’ (Roh Kudus), dan dalam Kej 1:3 ada kata ‘berfirmanlah’ dan kata ‘firman’ ini diartikan sebagai Yesus (bdk. Yoh 1:1,14).
Tetapi saya tidak setuju dengan penafsiran ini, karena saya ber-pendapat bahwa sekalipun kata ‘Firman’ dalam Yoh 1:1,14 menun-juk kepada Yesus, tetapi tidak setiap kata ‘firman’ dalam Kitab Suci menunjuk kepada Yesus. Biasanya kata ‘firman’ menunjuk kepada ‘kata-kata Allah’, termasuk dalam Kej 1:3.
Ada beberapa hal yang perlu kita pelajari berhubung dengan sebutan ‘Firman’ bagi Yesus:
2) Dalam Perjanjian Baru.
Perjanjian Baru memberikan pernyataan yang lebih jelas tentang pri-badi-pribadi yang berbeda dalam diri Allah.
a) Kalau dalam Perjanjian Lama YAHWEH / YEHOVAH disebut seba-gai Penebus dan Juruselamat (Maz 19:15 78:35 Yes 43:3,11,14 47:4 49:7,26 60:16), maka dalam Perjanjian Baru, Anak Allah / Yesuslah yang disebut demikian (Mat 1:21 Luk 1:76-79 Luk 2:11 Yoh 4:42 Gal 3:13 4:5 Tit 2:13).
b) Kalau dalam Perjanjian Lama dikatakan bahwa YAHWEH / YEHOVAH tinggal di antara bangsa Israel dan di dalam hati orang-orang yang takut akan Dia (Maz 74:2 Maz 135:21 Yes 8:18 Yes 57:15 Yeh 43:7,9 Yoel 3:17,21 Zakh 2:10-11), maka dalam Perjanjian Baru dikatakan bahwa Roh Kuduslah yang mendiami Gereja / orang percaya (Kis 2:4 Ro 8:9,11 1Kor 3:16 Gal 4:6 Ef 2:22 Yak 4:5).
c) Perjanjian Baru memberikan pernyataan yang jelas tentang Allah yang mengutus AnakNya ke dalam dunia (Yoh 3:16 Gal 4:4 Ibr 1:6 1Yoh 4:9), dan tentang Bapa dan Anak yang mengutus Roh Kudus (Yoh 14:26 15:26 16:7 Gal 4:6).
d) Dalam Perjanjian Baru kita melihat Bapa berbicara kepada Anak (Mark 1:11) dan Anak berbicara kepada Bapa (Mat 11:25-26 26:39 Yoh 11:41 12:27) dan Roh Kudus berdoa kepada Allah dalam hati orang percaya (Ro 8:26).
e) Dalam Perjanjian Baru kita melihat ketiga pribadi dalam diri Allah disebut dalam satu bagian Kitab Suci (Mat 3:16-17 Mat 28:19 1Kor 12:4-6 2Kor 13:13 1Pet 1:2 Wah 1:4-5).
Untuk ini ada komentar / serangan dari orang Saksi Yehovah dalam buku ‘Haruskah anda percaya kepada Tritunggal?’:
Kita bisa menjawab serangan ini dengan berkata:
Dalam ayat-ayat di atas, Bapa, Anak, dan Roh Kudus disebutkan dalam kontex yang sakral, seperti formula baptisan (Mat 28:19), berkat kepada gereja Korintus (2Kor 13:13), baptisan Yesus (Mat 3:16-17), dsb. Karena itu ayat-ayat itu bisa dipakai sebagai dasar untuk menunjukkan bahwa Bapa, Anak, dan Roh Kudus itu setingkat.
Sesuatu yang menarik adalah: sekalipun disini disebutkan 3 buah nama, tetapi kata ‘nama’ itu ada dalam bentuk tunggal, bukan bentuk jamak! Dalam bahasa Inggris diterjemahkan name, bukan names. Karena itu ayat ini bukan hanya menun-jukkan bahwa ketiga Pribadi itu setingkat, tetapi juga menun-jukkan bahwa ketiga Pribadi itu adalah satu!
Catatan:
Ada satu ayat Kitab Suci / Perjanjian Baru yang berbicara tentang kesatuan dari tiga pribadi Allah itu, yaitu 1Yoh 5:7-8 yang berbunyi: "Sebab ada tiga yang memberi kesaksian [di dalam sorga: Bapa, Firman dan Roh Kudus; dan ketiganya adalah satu. Dan ada tiga yang memberi kesaksian di bumi]: Roh dan air dan darah dan ketiganya adalah satu".
Tetapi perlu diketahui bahwa ayat ini, pada bagian yang ada dalam tanda kurung, sangat diragukan keasliannya dan dianggap sebagai suatu penambahan pada text asli Kitab Suci. Persoalannya, ada banyak manuscript yang tidak mempunyai bagian ini. Dan manuscript-manuscript yang mempunyai bagian ini hanyalah manuscript-manuscript yang kurang bisa dipercaya. Karena itu, dalam beberapa Kitab Suci Bahasa Inggris, seperti NIV dan NASB, bagian ini bahkan dihapuskan dari text Kitab Suci dan hanya diletakkan pada footnote (= catatan kaki).
Dalam berdebat / berdiskusi dengan orang-orang Saksi Yehovah ten-tang Allah Tritunggal, jangan menggunakan bagian ini sebagai dasar dari Allah Tritunggal, karena:
3) Keilahian Yesus dan Roh Kudus.
Bukti-bukti keilahian Yesus:
a) Kitab Suci secara explicit mengatakan demikian (Yes 9:5 Yoh 1:1 Roma 9:5 Fil 2:5b-7 Titus 2:13 Ibr 1:8 2Pet 1:1 1Yoh 5:20).
Beberapa dari ayat-ayat ini saya jelaskan di bawah ini:
1. Yoh 1:1.
Kata ‘Firman’ (bahasa Yunani: LOGOS) disini jelas menunjuk kepada Yesus. Ini terlihat dari Yoh 1:14a yang mengatakan bahwa ‘Firman itu telah menjadi manusia’ dan dari Yoh 1:14b yang menyebutNya sebagai ‘Anak Tunggal Allah’.
Dan Yoh 1:1 ini secara explicit mengatakan bahwa Firman / Yesus itu adalah Allah.
Tetapi orang-orang Saksi Yehovah mengatakan bahwa kata ‘God / Allah’ yang ditujukan kepada Yesus dalam Yoh 1:1 ini tidak mempunyai definite article / kata sandang (bahasa Inggris: ‘the’) dan karena itu harus diartikan bahwa Yesus adalah ‘allah kecil’ yang lebih rendah dari YEHOVAH, yang adalah Allah yang sesungguhnya.
Terhadap penafsiran orang-orang Saksi Yehovah ini perlu kita tunjukkan bahwa dalam Tit 2:13 dan Ibr 1:8 kata ‘Allah’ yang ditujukan kepada Yesus dalam bahasa Yunaninya mengguna-kan definite article / kata sandang.
2. Tit 2:13 (NIV): ‘while we wait for the blessed hope - the glorious appearing of our great God and Savior, Jesus Christ’ (= sementara kita menantikan pengharapan yang mulia - penampilan yang mulia dari Allah kita yang besar dan Juruselamat kita, Yesus Kristus).
Jadi terlihat dengan jelas bahwa disini Yesus Kristus disebut dengan sebutan ‘our great God and Savior’ (= Allah kita yang besar dan Juruselamat kita).
3. Fil 2:6-7 berbunyi sebagai berikut: "... Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diriNya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia".
Sebetulnya istilah ‘dalam rupa Allah’ dan ‘kesetaraan dengan Allah’ sudah secara jelas menunjukkan bahwa Yesus adalah Allah. Tetapi disini akan dijelaskan hal-hal lain sehingga ayat ini menjadi dasar yang lebih kuat lagi bagi keilahian Kristus.
Kata ‘being’ itu dalam bahasa Yunani adalah HUPARCHON dan ini menggambarkan seseorang sebagaimana adanya secara hakiki dan hal itu tak bisa berubah (‘It describes that which a man is in his very essence and which cannot be changed’).
Ketidak-bisa-berubahan ini ditunjukkan oleh bentuk present participle dari kata HUPARCHON tersebut. Ini aneh dan kontras sekali dengan penggunaan bentuk-bentuk aorist (= past / lampau) pada kata-kata setelahnya, dan ini menunjuk pada ‘continuance of being’ (= keberadaan yang terus-menerus).
Karena itu, kalau dikatakan bahwa Yesus itu ‘being in the form of God’, maka itu berarti bahwa Yesus adalah Allah dan ini tak bisa berubah.
Allah memang mempunyai sifat tidak bisa berubah (Mal 3:6 Maz 102:26-28 Yak 1:17), karena kalau Ia bisa berubah, itu menunjukkan Ia tidak sempurna!
4. 2Pet 1:1 (NASB): "... by the righteousness of our God and Savior, Jesus Christ" (= oleh kebenaran Allah dan Juruselamat kita, Yesus Kristus).
b) Kitab Suci memberikan nama-nama ilahi untuk Yesus (Yes 9:5 Yer 23:5-6 Yer 33:14-16 Mat 1:23 2Tim 1:10 Ibr 1:8,10).
1. Yes 9:5 jelas merupakan suatu nubuat tentang Kristus, dan dalam ayat itu Ia disebut sebagai ‘Allah yang perkasa’ (Ibrani: EL GIBOR).
Tetapi orang-orang Saksi Yehovah menyerang ayat ini dengan berkata bahwa Kristus hanya disebut ‘Allah yang perkasa’, sedangkan YAHWEH / YEHOVAH disebut sebagai ‘Allah yang mahakuasa’ (Ibrani: EL SHADDAI) seperti dalam Kel 17:1.
Untuk menjawab serangan ini kita bisa melihat Yes 10:21 yang menyebut Allah / YAHWEH / YEHOVAH dengan sebutan ‘Allah yang perkasa’ (Ibrani: EL GIBOR).
2. Yer 23:5-6 dan Yer 33:14-16 juga jelas merupakan nubuat tentang Kristus, dan dalam ayat-ayat itu Kristus disebut sebagai ‘TUHAN keadilan’, dimana kata ‘TUHAN’ tersebut dalam bahasa Ibraninya adalah YAHWEH / YEHOVAH. Ini adalah ayat-ayat yang sangat penting dalam menghadapi orang-orang Saksi Yehovah karena dalam ayat-ayat ini Yesus Kristus disebut dengan sebutan YAHWEH / YEHOVAH.
Perlu diketahui bahwa dalam Kitab Suci kata Ibrani ‘ADONAI’ (= Tuhan / Lord) bisa digunakan untuk seseorang yang bukan Allah (Misalnya dalam Yes 21:8). Demikian juga dengan kata Ibrani ‘EL / ELOHIM’ [= Allah / God(s)], atau kata Yunani THEOS, bisa digunakan untuk menunjuk kepada dewa dan bahkan manusia (Misalnya: Kel 4:16 Kel 7:1 Kel 12:12 Kel 20:3,23 Hakim-hakim 16:23-24 1Raja-raja 18:27 Maz 82:1,6 Kis 28:6). Tetapi sebutan YAHWEH / YEHOVAH (= TUHAN / LORD) tidak pernah digunakan untuk siapapun / apapun selain Allah! Karena itu, kalau Yesus disebut dengan istilah YAHWEH / YEHOVAH, itu pasti menunjukkan bahwa Yesus adalah Allah sendiri.
3. Dalam Mat 1:23 Yesus disebut dengan istilah Immanuel, yang artinya adalah ‘God with us’ (= Allah dengan kita).
4. Dalam Perjanjian Lama, sebutan ‘Juruselamat’ dan ‘Penebus / Penolong’ ditujukan kepada Allah (Yes 43:3,11 Yes 45:15 Yer 14:8 Hos 13:4), tetapi dalam Perjanjian Baru, sebutan itu ditujukan kepada Yesus (2Tim 1:10 Tit 1:4 Tit 2:13 Tit 3:6 2Pet 1:11 2Pet 2:20 2Pet 3:18).
5. Dalam Ibr 1:8,10 Allah menyebut Yesus / Anak dengan sebutan ‘Allah’ dan ‘Tuhan’.
c) Kitab Suci menunjukkan bahwa Yesus mempunyai sifat-sifat ilahi seperti:
1. Kekal (Mikha 5:1b Yoh 1:1 Yoh 8:58 Yoh 10:10 Yoh 17:5 Ibr 1:11-12 Wah 1:8,17-18 Wah 22:13).
Perhatikan kata-kata ‘semuanya itu akan binasa, tetapi Engkau tetap ada. ... tetapi Engkau tetap sama, dan tahun-tahunMu tidak berkesudahan’.
Bahwa bagian ini menunjuk kepada Yesus adalah sesuatu yang jelas, karena Ibr 1:10-12 merupakan sambungan dari Ibr 1:8-9 (dihubungkan oleh kata ‘dan’ pada awal Ibr 1:10), dan Ibr 1:8 berkata ‘tentang Anak’.
2. Suci / tak berdosa (2Kor 5:21 Ibr 4:15).
3. Mahakuasa.
Mujijat-mujijat yang Ia lakukan, seperti membangkitkan orang mati, menyembuhkan orang sakit, memberi makan 5000 orang lebih dengan 5 roti dan 2 ikan, menenangkan badai, mengubah air menjadi anggur, berjalan di atas air, mengusir setan, dsb, menunjukkan kemahakuasaannya.
Memang nabi-nabi dan rasul-rasul tertentu juga melakukan banyak mujijat, tetapi ada beberapa perbedaan:
4. Mahatahu (Mat 9:4 Mat 12:25 Yoh 2:24-25 Yoh 6:64).
5. Mahaada.
6. Tidak berubah (Ibr 13:8).
d) Kitab Suci menunjukkan bahwa Yesus melakukan pekerjaan-pekerjaan ilahi seperti:
1. Penciptaan (Yoh 1:3,10 Kol 1:16 Ibr 1:2,10).
2. Pengampunan dosa (Mat 9:2-7).
3. Penghancuran segala sesuatu (Ibr 1:10-12).
4. Pembaharuan segala sesuatu (Fil 3:21 Wah 21:5).
5. Penghakiman pada akhir jaman (Mat 25:31-32 Yoh 5:22,27).
Bahwa Yesus akan menjadi Hakim pada akhir jaman, menunjukkan bahwa Ia juga adalah Allah sendiri. Mengapa?
Kalau Kristus bukanlah Allah sendiri, bagaimana mungkin Ia bisa menghakimi begitu banyak manusia itu dengan adil?
Misalnya, dosa membunuh dan mencuri tentu tidak sama hukumannya (bdk. Kel 21:12 dan Kel 22:1).
Makin banyak pengetahuan Firman Tuhan yang dimiliki seseorang, makin berat hukumannya kalau ia berbuat dosa (Luk 12:47-48).
Dosa sengaja dan tidak sengaja tentu juga berbeda hukumannya (Kel 21:12-14).
Kalau seseorang yang mempunyai kedudukan tinggi dalam gereja berbuat dosa, maka pengaruh negatif yang ditimbulkan akan lebih besar dari pada kalau orang kristen biasa berbuat dosa. Dan karena itu hukumannya juga lebih berat. Hal ini bisa terlihat dari kata-kata Yesus yang menunjukkan bahwa para ahli Taurat pasti akan menerima hukuman yang lebih berat (Mark 12:40b Luk 20:47b).
Seseorang yang mencuri tanpa ada pencobaan yang terlalu berarti tentu lebih berat dosanya dari pada orang yang mencuri karena membutuhkan uang untuk meng-obati anaknya yang hampir mati. Hal ini bisa terlihat dari ayat-ayat Kitab Suci yang mengecam orang-orang yang melakukan dosa tanpa sebab / alasan, seperti dalam Maz 35:19 Maz 69:5 Maz 119:78,86. Juga dari ayat-ayat Kitab Suci yang mengecam orang yang mencintai / mencari dosa, seperti Maz 4:3.
Untuk bisa melakukan semua ini dengan benar, maka Hakim itu haruslah seseorang yang maha tahu, maha bijaksana dan maha adil, dan karena itu Ia harus adalah Allah sendiri!
Karena itu adalah sesuatu yang aneh kalau ada orang-orang yang percaya bahwa Yesus akan menjadi Hakim pada akhir jaman, tetapi tidak mempercayai bahwa Yesus adalah Allah sendiri!
e) Kitab Suci memberikan kehormatan ilahi kepada Yesus seperti:
1. Penghormatan (Yoh 5:23).
2. Kepercayaan (Yoh 14:1).
3. Pengharapan (1Kor 15:19).
4. Penyejajaran namaNya dengan pribadi-pribadi lain dari Allah Tritunggal (Mat 28:19 2Kor 13:13).
f) KesatuanNya dengan Bapa seperti yang dinyatakan oleh ayat-ayat seperti Yoh 10:30 dan Yoh 14:7-11, jelas menunjukkan keilahian Yesus.
g) Yesus sendiri mengakui bahwa Ia adalah Allah / Anak Allah (Yoh 5:23 Yoh 10:30 Yoh 14:7-10 Yoh 15:23 Mat 26:63-64).
Catatan: pengakuan sebagai Anak Allah, tidak perlu dibedakan dengan pengakuan sebagai Allah. Untuk itu lihat Yoh 5:18 yang berbunyi: "Sebab itu orang-orang Yahudi lebih berusaha lagi untuk membunuhNya, bukan saja karena Ia meniadakan hari Sabat, tetapi juga karena Ia mengatakan bahwa Allah adalah BapaNya sendiri dan dengan demikian menyamakan diriNya dengan Allah".
Memang kalau seseorang mengaku bahwa dirinya adalah Allah / Anak Allah, itu tidak / belum berarti bahwa ia memang betul-betul adalah Allah. Bisa saja bahwa ia adalah seorang pendusta. Tetapi Yesus bukan hanya mengaku bahwa diriNya adalah Allah / Anak Allah, tetapi Ia juga rela mati demi pengakuan tersebut!
Ada seorang penulis buku yang menggunakan hal ini untuk membuktikan keilahian Yesus dengan cara sebagai berikut:
Yesus = Allah / Anak Allah
Tidak benar Benar
Tahu Tidak tahu
Pendusta Orang gila Allah / Anak Allah
Orang tolol
Keterangan:
Yesus mengaku sebagai Allah / Anak Allah, dan Ia mau mati untuk pengakuan itu. Ada 2 kemungkinan tentang pengakuan itu, yaitu: TIDAK BENAR atau BENAR. Kalau pengakuan itu TIDAK BENAR, maka ada 2 kemungkinan lagi yaitu: Yesus TAHU bahwa penga-kuanNya tidak benar, atau Yesus TIDAK TAHU bahwa pengaku-anNya tidak benar. Kalau Yesus tahu bahwa pengakuannya tidak benar, maka Ia pasti adalah seorang PENDUSTA, bahkan ORANG TOLOL (karena Ia mau mati untuk suatu dusta). Kalau Yesus tidak tahu bahwa pengakuanNya tidak benar, maka Ia pasti adalah ORANG GILA, karena hanya orang gila yang tidak mengerti apa yang Ia sendiri katakan.
Kalau pengakuan Yesus tersebut adalah BENAR, maka Yesus adalah ALLAH / ANAK ALLAH.
Jadi sekarang, hanya ada beberapa pilihan untuk saudara:
Yang mana yang menjadi pilihan saudara?
C.S. Lewis berkata:
"A man who was merely a man and said the sort of things Jesus said wouldn’t be a great moral teacher. He’d either be a lunatic ... or else he’d be the Devil of Hell. You must make your choice. Either this man was, and is, the Son of God, or else a madman or something worse" (= seseorang yang adalah semata-mata seorang manusia dan mengucapkan hal-hal seperti yang Yesus katakan, bukanlah seorang guru moral yang agung. Atau ia adalah seorang gila ... atau ia adalah Iblis dari Neraka. Kamu harus menentukan pilihanmu. Atau orang ini adalah Allah, baik dulu maupun sekarang, atau ia adalah orang gila atau sesuatu yang lebih jelek lagi).
h) Setan mengakui bahwa Yesus adalah Allah / Anak Allah dan setan tunduk kepada Yesus (Mat 8:28-32).
i) Kitab Suci memerintahkan penyembahan terhadap Yesus.
Dalam Ibr 1:6 Allah sendiri berkata bahwa malaikat-malaikat harus menyembah Anak / Yesus.
Yesus sendiri mau disembah dan disebut Tuhan / Allah (Mat 14:33 Mat 28:9,17 Yoh 9:38 Yoh 20:28), padahal Yesus sendiri berkata bahwa kita hanya boleh menyembah Allah (Mat 4:10).
Perhatikan juga bahwa:
Karena itu, kalau Yesus menerima sembah, dan bahkan menerima sebutan Tuhan / Allah bagi diriNya, maka hanya ada 2 pilihan: atau Dia adalah orang yang kurang ajar / nabi palsu, atau Dia adalah Allah sendiri! Yang mana yang saudara pilih?
Bukti-bukti keilahian Roh Kudus:
a) Kitab Suci menggunakan sebutan Roh Kudus dan Allah / Tuhan (ADONAI) / TUHAN (Yahweh) secara interchangeable (= bisa dibolak-balik).
Contoh:
1. Bandingkan Yes 6:8-10 dengan Kis 28:25-27:
Yes 6:8-10 - "Lalu aku mendengar suara Tuhan berkata: ‘Siapakah yang akan Kuutus, dan siapakah yang mau pergi untuk Aku?’. Maka sahutku: ‘Ini aku, utuslah aku!’. Kemudian firman-Nya: ‘Pergilah, dan katakanlah kepada bangsa ini: Dengarlah sungguh-sungguh, tetapi mengerti: jangan! Lihatlah sungguh-sungguh, tetapi mengerti: jangan! Buatlah hati bangsa ini keras dan buatlah telinganya berat mendengar dan buatlah matanya melekat tertutup, supaya jangan mereka melihat dengan matanya dan mendengar dengan telinganya dan mengerti dengan hatinya lalu berbalik dan menjadi sembuh’".
Kis 28:25-27 - "Maka bubarlah pertemuan itu dengan tidak ada kesesuaian di antara mereka. Tetapi Paulus masih mengatakan perkataan yang satu ini: ‘Tepatlah firman yang disampaikan Roh Kudus kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi Yesaya: Pergilah kepada bangsa ini, dan katakanlah: Kamu akan mendengar dan mendengar, namun tidak mengerti, kamu akan melihat dan melihat, namun tidak menanggap. Sebab hati bangsa ini telah menebal, dan telinganya berat mendengar, dan matanya melekat tertutup; supaya jangan mereka melihat dengan matanya dan mendengar dengan telinganya dan mengerti dengan hatinya, lalu berbalik sehingga Aku menyembuhkan mereka’".
Kalau kita membandingkan 2 bagian Kitab Suci di atas, maka jelas terlihat bahwa apa yang dikatakan Paulus dalam Kis 28:25-27 itu ia kutip dari Yes 6:8-10. Tetapi dalam Yes 6:8-10 itu dikatakan bahwa itu adalah ‘suara Tuhan’ kepada nabi Yesaya, sedangkan dalam Kis 28:25-27 itu Paulus berkata bahwa ‘firman itu disampaikan oleh Roh Kudus’ dengan per-antaraan nabi Yesaya. Ini menunjukkan bahwa Roh Kudus adalah Tuhan sendiri!
2. Bandingkan Ibr 3:7-11 dengan Maz 95:7b-11 dan Kel 17:1-7:
Ibr 3:7-11 - "Sebab itu, seperti yang dikatakan Roh Kudus: ‘Pada hari ini, jika kamu mendengar suaraNya, janganlah keraskan hatimu seperti dalam kegeraman pada waktu pencobaan di padang gurun, di mana nenek moyangmu mencobai Aku dengan jalan menguji Aku, sekalipun mereka melihat perbuatan-perbuatanKu, empat puluh tahun lamanya. Itulah sebabnya Aku murka kepada angkatan itu, dan berkata: Selalu mereka sesat hati, dan mereka tidak mengenal jalanKu, sehingga Aku bersumpah dalam murkaKu: Mereka takkan masuk ke tempat perhentianKu’".
Karena kata-kata dalam Ibr 3:7-11 ini merupakan kata-kata Roh Kudus, maka kata-kata ‘mencobai Aku’ berarti ‘mencobai Roh Kudus’.
Kalau sekarang kita melihat dalam Maz 95:7b-11, yang hampir-hampir identik dengan Ibr 3:7-11 tadi, maka bisa kita dapatkan dari Maz 95:8 bahwa itu adalah peristiwa yang terjadi di Masa dan Meriba. Dan peristiwa Masa dan Meriba itu diceritakan dalam Kel 17:1-7. Sekarang perhatikan Kel 17:7 yang berbunyi:
"Dinamailah tempat itu Masa dan Meriba, oleh karena orang Israel telah bertengkar dan oleh karena mereka telah mencobai TUHAN dengan mengatakan: ‘Adakah TUHAN di tengah-tengah kita atau tidak?’".
Jadi disini dipakai istilah ‘mencobai TUHAN (Yahweh)’, padahal tadi dalam Ibr 3:7-11 dikatakan bahwa mereka ‘mencobai Roh Kudus’. Ini menunjukkan bahwa Roh Kudus itu adalah TUHAN (Yahweh)!
3. Bandingkan Ibr 10:15-17 dengan Yer 31:33-34.
Ibr 10:15-17 - "Dan tentang hal itu Roh Kudus juga memberi kesaksian kepada kita, sebab setelah Ia berfirman: ‘Inilah perjanjian yang akan Kuadakan dengan mereka sesudah waktu itu,’ Ia berfirman pula: ‘Aku akan menaruh hukumKu di dalam hati mereka dan menuliskannya dalam akal budi mereka, dan Aku tidak lagi mengingat dosa-dosa dan kesalahan mereka.’"
Yer 31:33-34 - "Tetapi beginilah perjanjian yang Kuadakan dengan kaum Israel sesudah waktu itu, demikianlah firman TUHAN: Aku akan menaruh TauratKu dalam batin mereka dan menuliskannya dalam hati mereka, maka Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umatKu. Dan tidak usah lagi orang mengajar sesamanya atau mengajar saudaranya dengan mengatakan: Kenallah TUHAN! Sebab mereka semua, besar kecil, akan mengenal Aku, demikianlah firman TUHAN, sebab Aku akan mengampuni kesalahan mereka dan tidak lagi mengingat dosa mereka".
Jelas terlihat bahwa Ibr 10:16-17 merupakan kutipan sebagian (tidak seluruhnya) dari Yer 31:33,34. Tetapi dalam Yer 31 dikatakan bahwa kata-kata itu diucapkan oleh TUHAN / Yahweh (perhatikan kata-kata ‘firman TUHAN’ dalam Yer 31:31,32c,34b). Sedangkan dalam Ibr 10:15-17 dikatakan bah-wa itu merupakan ‘kesaksian / firman Roh Kudus’ (Ibr 10:15b,16b).
Disamping itu, dalam Yer 31 itu, yang mengadakan perjanjian, yang menaruh Taurat dalam batin umatNya, dan yang mengam-puni / tidak mengingat dosa umatNya, adalah TUHAN / Yahweh sendiri. Sedangkan dalam Ibr 10:15-17, yang mengadakan per-janjian, yang menaruh hukum dalam hati, dan yang mengam-puni / tidak mengingat dosa, adalah Roh Kudus.
Juga perlu diperhatikan bahwa Roh Kudus dikatakan ‘tidak mengingat dosa’. Ini menunjukkan bahwa Roh Kudus mempu-nyai kuasa untuk mengampuni dosa.
Semua ini menunjukkan bahwa Roh Kudus adalah TUHAN / Yahweh sendiri!
4. Sekarang mari kita melihat pada Kis 5:3-4,9 yang berbunyi sebagai berikut:
"Tetapi Petrus berkata: 'Ananias, mengapa hatimu dikuasai Iblis, sehingga engkau mendustai Roh Kudus dan menahan sebagian dari hasil penjualan tanah itu? Selama tanah itu tidak dijual, bukankah itu tetap kepunyaanmu, dan setelah dijual, bukankah hasilnya itu tetap dalam kuasamu? Mengapa engkau merencana-kan perbuatan itu dalam hatimu? Engkau bukan mendustai manusia, tetapi mendustai Allah. ... Kata Petrus: ‘Mengapa kamu berdua bersepakat untuk mencobai Roh Tuhan?’".
Perhatikan bahwa kalau dalam Kis 5:3 Petrus berkata bahwa Ananias ‘mendustai Roh Kudus’, maka dalam Kis 5:4 Petrus berkata bahwa Ananias ‘mendustai Allah’. Lalu dalam Kis 5:9 Petrus berkata bahwa mereka ‘mencobai Roh Tuhan’. Ini lagi-lagi menunjukkan bahwa Roh Kudus adalah Allah!
5. Dalam 1Kor 3:16 Paulus berkata bahwa tubuh kita adalah ‘bait Allah’ (= rumah Allah), tetapi anehnya ia melanjutkan dengan kata-kata ‘dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu’. Kalau memang tubuh kita adalah bait / rumah Allah, maka itu seha-rusnya berarti bahwa Allahlah yang tinggal di dalam tubuh kita. Tetapi Paulus mengatakan Roh Allah (= Roh Kudus) yang tinggal di dalam kita.
Dan kalau kita melihat dalam 1Kor 6:19 maka di sana Paulus berkata bahwa tubuh kita adalah ‘bait Roh Kudus’.
Semua ini menunjukkan bahwa Roh Kudus itu adalah Allah!
6. Dengan cara yang sama, kalau kita membandingkan Yes 40:13 dengan Yes 40:14 maka bisa kita simpulkan bahwa ‘Roh TU-HAN’ dalam Yes 40:13 itu adalah ‘TUHAN’ dalam Yes 40:14.
b) Kitab Suci juga menunjukkan bahwa Roh Kudus mempunyai sifat-sifat Allah seperti:
1. Kekal (Ibr 9:14).
2. Mahaada (Maz 139:7-10).
3. Mahatahu (1Kor 2:10-11 Yes 40:13).
1Kor 2:10-11 yang menunjukkan bahwa Roh Kudus itu tahu apa yang ada dalam diri Allah, jelas menunjukkan bahwa Roh Kudus itu mahatahu!
4. Mahakuasa (Mat 12:28).
5. Suci.
Ini terlihat dari sebutan ‘kudus’, dan juga terlihat dari Ef 4:30 yang menunjukkan bahwa dosa kita mendukakan Roh Kudus.
c) Kitab Suci juga menunjukkan bahwa Roh Kudus melakukan pekerjaan-pekerjaan ilahi seperti:
1. Penciptaan (Kej 1:2 Ayub 33:4).
2. Melahirbarukan (Yoh 3:5-6 Tit 3:5).
3. Membangkitkan Yesus (Ro 8:11).
d) Nama Roh Kudus ditempatkan dalam posisi yang sejajar dengan nama Bapa dan Anak, seperti dalam Mat 28:19 dan 2Kor 13:13.
Perlu saudara ingat bahwa dalam Mat 28:19 nama Bapa, Anak dan Roh Kudus disejajarkan bukan dalam sembarang peristiwa, tetapi dalam formula baptisan. Adalah aneh, bahkan tidak masuk akal, kalau Yesus memerintahkan supaya seseorang dibaptis dalam nama Bapa (yang adalah Allah), Anak (yang juga adalah Allah), dan Roh Kudus (yang bukan Allah, bahkan bukan pribadi).
Demikian juga dalam 2Kor 13:13 Paulus menyejajarkan Yesus, Allah (Bapa) dan Roh Kudus, bukan dalam peristiwa sembarangan, tetapi pada saat ia memberi berkat kepada gereja Korintus.
Karena itu bisa disimpulkan bahwa dalam 2 ayat tersebut, penyejajaran Bapa, Anak dan Roh Kudus menunjukkan bahwa 3 pribadi itu setingkat! Dan ini membuktikan bahwa Roh Kudus adalah Allah sendiri!
Bahwa Yesus dan Roh Kudus juga adalah Allah, sebagaimana Bapa adalah Allah, jelas menunjukkan adanya kejamakan dalam diri Allah.
Kesimpulan:
Dalam Kitab Suci ada ayat-ayat yang menunjukkan ketunggalan Allah dan juga ada ayat-ayat yang menunjukkan ‘kejamakan Allah’. Inilah yang menye-babkan munculnya doktrin Allah Tritunggal, yang merupakan satu-satunya jalan untuk mengharmoniskan kedua grup ayat tersebut.
Sekarang, bagi kita hanya ada 2 pilihan:
a) Menerima doktrin Allah Tritunggal yang mengharmoniskan kedua golongan ayat tersebut.
b) Menolak doktrin Allah Tritunggal, dan ini berarti kita harus menghadapi kontradiksi yang tidak mungkin bisa diharmoniskan dalam Kitab Suci!
Yang mana yang menjadi pilihan saudara?
IV) Ajaran-ajaran sesat tentang Allah Tritunggal.
1) Monarchianism.
a) Dynamic Monarchianism.
Mengajarkan bahwa Kristus hanyalah manusia biasa yang diberi kuasa illahi dan diangkat ke posisi illahi. Jadi, Ia mengalami kemajuan dari manusia biasa menjadi ‘semacam Allah’. Pandangan ini juga disebut Adoptionism. Tentang Roh Kudus mereka berpendapat bahwa Ia hanyalah suatu pengaruh illahi.
b) Modalistic monarchianism (Sabellianism).
Mengajarkan bahwa di dalam diri Allah tidak ada perbedaan-perbedaan. Allah bukannya mempunyai 3 pribadi yang berbeda, tetapi 3 perwujudan.
Dalam penciptaan Allah menyatakan diri sebagai Bapa, dalam penebusan sebagai Anak, dan dalam pengudusan sebagai Roh Kudus.
Mereka membuang kemanusiaan Tuhan Yesus dengan berkata bahwa di dalam Kristus, Allah Bapa sendiri telah berinkarnasi sebagai Anak dan menderita. Karena itu pandangan ini juga disebut Patripassianism.
2) Arianism.
Ajaran ini menyangkal keillahian Anak dan Roh Kudus. Anak adalah ciptaan yang pertama dari Bapa, jadi Anak mempunyai awal, berbeda hakekat dengan Bapa dan lebih rendah tingkatnya daripada Bapa (dalam hal hakekatnya!).
Roh Kudus adalah ciptaan yang pertama dari Anak dan lebih rendah tingkatnya daripada Anak.
Ini ajaran yang sekarang menjadi Saksi Yehovah!
3) Tritheism.
Ajaran ini menekankan kejamakan / ketigaan Allah dengan mengorban-kan kesatuanNya, sehingga menimbulkan adanya 3 Allah.
email us at :
gkri_exodus@mailcity.com