oleh: Pdt. Budi Asali MDiv.
I) Sensus (ay 1-2):
"Tetapi engkau, hai Betlehem Efrata, hai yang terkecil di antara kaum-kaum Yehuda, dari padamu akan bangkit bagiKu seorang yang akan memerintah Israel, yang permulaannya sudah sejak purbakala, sejak dahulu kala".
Tanpa ia sadari, kaisar kafir ini melakukan sesuatu yang menyebabkan tergenapinya nubuat Firman Tuhan. Ini bukan sekedar merupakan suatu kebetulan, tetapi Tuhan menguasai dan mengarahkan kaisar kafir tersebut untuk melaksanakan RencanaNya! Bandingkan dengan Amsal 21:1 yang berbunyi: "Hati raja seperti batang air dalam tangan TUHAN, dialirkannya ke mana Ia ingini"
Sensus yang paling awal yang ada dokumennya, dilakukan pada tahun 20 Masehi. Tetapi ini tidak mungkin menunjuk pada sensus dalam Luk 2:1-2 ini. Karena sensus itu diadakan setiap 14 tahun, maka sensus sebelumnya seharusnya terjadi pada tahun 6 Masehi. Tetapi sensus yang inipun masih kurang pagi untuk bisa dihubungkan dengan sensus dalam Luk 2:1-2 ini. Para penafsir menganggap bahwa sensus pada tahun 6 Masehi inilah yang dimaksud dengan sensus dalam Kis 5:37.
Kalau tahun 6 Masehi ini dikurangi lagi dengan 14 tahun, maka bisa didapatkan tahun 8 Sebelum Masehi sebagai tahun pelaksanaan sensus dalam Luk 2:1-2 ini.
Ini menimbulkan problem karena tahun 8 SM tidak cocok dengan saat kelahiran Kristus.
Kalau Yesus lahir pada tahun 8 SM, maka itu berarti Ia memulai pelayananNya pada tahun 22 Masehi, dan penyucian Bait Allah dalam Yoh 2 terjadi pada tahun 23 Masehi. Dalam Yoh 2:20 dikatakan bahwa Bait Allah itu dibangun selama 46 tahun (dan saat itu belum selesai pembangunannya), dan ini menunjukkan bahwa Bait Allah itu mulai dibangun pada 23 SM.
Ini tidak cocok, karena dari sejarah diketahui bahwa pembangunan Bait Allah itu dimulai pada tahun 19 SM (dan baru selesai secara total pada tahun 64 Masehi).
Pemecahan problem ini:
Yusuf adalah keturunan Daud (1:27 2:4), dan demikian juga dengan Maria (1:32,69). Yesus memang harus muncul / lahir dari keturunan Daud (bdk. Yes 11:1 Yer 23:5-6 Mat 1:1,6 Luk 3:31 Ro 1:1-3 2Tim 2:8).
Dalam 1Sam 20:6 dikatakan bahwa Betlehem adalah kota Daud.
Karena itu Yusuf dan Maria pergi ke Betlehem (ay 4-5).
Ada beberapa hal yang bisa
dipelajari tentang bagian ini:
b) Mereka taat kepada pemerintah.
Penerapan: apakah saudara
mau tunduk pada peraturan peme-rintah yang menyukarkan hidup saudara tetapi
tidak bertentangan dengan Firman Tuhan?
b) Maria sebetulnya tidak harus ikut, tetapi saat itu ada banyak gosip yang beredar tentang Maria yang terlalu cepat mengandung. Karena itu Yusuf tidak tega membiarkan Maria di Nazaret, dan membawanya pergi ke Betlehem.
c) Yusuf ingin ada bersama dengan Maria pada saat Yesus lahir. Ingat bahwa Yusuf juga adalah orang Yahudi yang pasti menanti-nantikan kedatangan Mesias.
d) Mereka tahu tentang nubuat dalam Mikha 5:1 yang mengatakan bahwa Mesias harus lahir di Betlehem, dan karena itu mereka sengaja pergi ke Betlehem supaya nubuat itu tergenapi.
Calvin menolak kemungkinan ini dengan alasan: kepergian mereka ke Betlehem disebutkan alasannya secara explicit dalam ay 5: ‘supaya didaftarkan bersama-sama dengan Maria’.
Karena itu Calvin berpendapat bahwa mereka pergi ke Betlehem bukan dengan tujuan supaya Kristus lahir di sana, tetapi karena tangan / pengaturan Allah (Providence of God) membimbing mereka seperti orang buta ke tempat dimana Kristus harus dilahirkan.
"Thus we see that the holy servants of God, even though they wander from their design, unconscious where they are going, still keep the right path, because God directs their steps" (= Demikianlah kita lihat bahwa pelayan-pelayan yang kudus dari Allah, sekalipun mereka menyimpang dari rencana mereka, tidak sadar kemana mereka pergi, tetap ada di jalan yang benar, karena Allah mengarahkan / memimpin langkah-langkah mereka).
Penjelasan: Yusuf dan Maria pasti sudah mempersiapkan dan merencanakan banyak hal tentang Yesus yang akan dilahirkan itu. Mungkin mempersiapkan uangnya, kamarnya, tempat tidurnya, dsb. Tetapi perintah untuk melakukan sensus itu kelihatannya membuyarkan segala persiapan dan rencana mereka. Tetapi toh semua ini ada dalam pimpinan Tuhan!
Penerapan: kalau everything goes wrong (= segala sesuatu berjalan salah) dengan rencana saudara (baik rencana jasmani maupun rohani), maka itu tetap pimpinan Tuhan!
Ini tentu tak berarti bahwa
kita boleh sembarangan dalam memilih jalan ataupun terlalu mudah ‘menyerah’
pada kehendak / Rencana Allah! Kita tetap punya tanggung jawab untuk memilih
jalan yang terbaik, dan berusaha secara maximal untuk mencapainya. Kalau
semua itu sudah kita lakukan dan ternyata semua hancur berantakan, barulah
kita harus berserah pada kehendak / Rencana Allah.
Istilah ‘anak sulung’, ditambah dengan banyak bagian Kitab Suci yang berbicara tentang adanya saudara-saudara Yesus (Mat 12:46,47 / Mark 3:31-32 / Luk 8:19-20 Mat 13:55-56 Yoh 2:12 Yoh 7:3,5,10 Kis 1:14), menunjukkan bahwa Yusuf dan Maria pasti mempunyai anak-anak lain setelah kelahiran Yesus.
Seorang penafsir (Pulpit Commentary) menganggap Yusuf dan Maria tidak mempunyai anak lain selain Yesus, dengan alasan: istilah ‘anak sulung’ bisa diartikan ‘anak tunggal’ seperti dalam Ibr 1:6.
Tanggapan saya:
Dalam arti yang sebenarnya, memang Yesus adalah Anak Tunggal dari Allah (Yoh 3:16). Tetapi dalam Ibr 1:6 Yesus disebut sebagai Anak Allah yang sulung, itu disebabkan karena kita yang percaya kepada Yesus juga adalah anak-anak Allah (Yoh 1:12), sekalipun kita adalah ‘anak-anak adopsi’. Bandingkan ini dengan Ro 8:29 yang berbunyi: ‘supaya Ia, AnakNya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara’.
Dengan demikian, istilah ‘anak sulung’ dalam Ibr 1:6 tidak bisa diartikan sebagai ‘anak tunggal’!
2) ‘dibaringkannya di dalam
palungan, karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan’ (ay
7b).
Katanya Maria akan melahirkan Anak Allah yang maha tinggi, lalu mengapa Anaknya lahir dalam palungan?
b) Anak Allah yang mahatinggi mau lahir dalam palungan.
Yesus mau direndahkan / menjadi miskin, supaya kita bisa ditinggikan / menjadi kaya (secara rohani!). Bdk. 2Kor 8:9. Istilah ‘miskin menjadi kaya’ jelas harus sdiartikan secara rohani. Hal ini terlihat jelas kalau saudara membaca seluruh kontex (2Kor 8:1-9).
Calvin:
"When he was thrown into a stable, and placed in a manger, and a lodging refused him among men, it was that heaven might be opened to us, not as a temporary lodging, but as our eternal country and inheritance, and that angels might receive us into their abode" (= Pada saat Ia dilemparkan ke dalam kandang, dan diletakkan dalam palungan, dan penginapan menolak menerimaNya di antara manusia, tujuannya adalah supaya surga terbuka bagi kita, bukan sebagai penginapan sementara, tetapi sebagai negeri dan warisan yang kekal, dan supaya malaikat-malaikat menerima kita dalam tempat tinggal mereka).
Karena itu, terimalah Ia sebagai Juruselamat dan Tuhan dalam hidup saudara!