oleh: Pdt. Budi Asali MDiv.
I) Yesus di padang gurun:
b) Sekalipun Roh Kudus memimpin Yesus ke padang gurun untuk dicobai Iblis, tetapi Roh Kudus memenuhi Yesus untuk menjagaNya agar tidak jatuh dalam menghadapi pencobaan.
Calvin:
"Christ was separated from us, in this respect, by the perfection of his nature; though we must not imagine him to have existed in that intermediate condition, which belonged to Adam, to whom it was only granted, that it was possible for him not to sin. We know, that Christ was fortified by the Spirit with such power, that the darts of Satan could not pierce or wound him: that is, that it was impossible for sin to fall upon him" (= Kristus terpisah dari kita, dalam hal ini, oleh kesempurnaan hakekatNya; sekalipun kita tidak boleh membayangkan bahwa Ia ada dalam kondisi yang diberikan kepada Adam, yang hanya dianugerahi sedemikian rupa sehingga memungkinkan ia untuk tidak berbuat dosa. Kita tahu, bahwa Kristus dibentengi oleh Roh dengan kuasa sedemikian rupa, sehingga panah-panah Iblis tidak bisa menusuk atau melukaiNya: artinya, adalah tidak mungkin bahwa Ia berbuat dosa).
c) Apa tujuan Roh Kudus untuk sengaja membawa Yesus ke dalam pencobaan? Tujuan Roh Kudus adalah:
Calvin:
"But if Christ was tempted as the public representative of all believers, let us learn, that the temptations which befall us are not accidental, or regulated by the will of Satan, without God’s permission; but that the Spirit of God presides over our contests as an exercise of our faith" (= Tetapi jika Kristus dicobai sebagai wakil dari semua orang percaya, hendaklah kita belajar, bahwa pencobaan-pencobaan yang menimpa kita tidaklah kebetulan, atau diatur oleh kehendak Iblis, tanpa ijin Allah; tetapi bahwa Roh Allah mengatur / mengontrol pertandingan kita sebagai latihan bagi iman kita).
NICNT mengutip Wescott yang mengomentari Ibr 2:18 sbb:
"Sympathy with the sinner in his trial does not depend on the experience of sin, but on the experience of the strength of the temptation to sin, which only the sinless can know in its full intensity. He who falls yields before the last strain" (= Simpati dengan orang berdosa dalam pencobaanya tidak tergantung pada pengalaman tentang dosa, tetapi pada pengalaman tentang kekuatan pencobaan kepada dosa, yang hanya orang yang tidak berdosa bisa mengetahuinya dalam intensitasnya sepenuhnya. Ia yang jatuh, menyerah sebelum tekanan terakhir).
NICNT juga kutip Plummer yang berkata:
"... a rigtheous man, whose will never falters for a moment, may feel the attractiveness of the advantage more keenly than the weak man who succumbs; for the latter probably gave way before he recognised the whole of the atractiveness" (= ... orang yang benar, yang tidak pernah goyah sesaatpun, bisa merasakan daya tarik dari keuntungan dengan lebih hebat / keras dari pada orang lemah yang menyerah / mengalah; karena yang terakhir ini mungkin menyerah sebelum ia mengenal seluruh daya tarik itu).
"If we bear these considerations in mind we shall realise that the Saviour experienced the violence of the attacks of temptation as no other human being ever did, because all others are sinful and therefore not able to remain standing until the temptations have exhausted all their terrible violence in assailing them" (= Jika kita mengingat pertimbangan-pertimbangan ini, kita akan menyadari bahwa sang Juruselamat mengalami hebatnya serangan pencobaan yang tidak pernah dialami oleh orang lain, karena semua yang lain adalah orang berdosa dan karena itu tidak bisa tetap berdiri sampai pencobaan-pencobaan itu menghabiskan seluruh kekuatannya dalam menyerang mereka).
c) Bahwa Yesus berpuasa 40 hari 40 malam, tidak berarti bahwa kita juga harus berpuasa seperti itu! Ini bagian yang bersifat descriptive (bersifat menggambarkan), bukan didactic (bersifat mengajar). Contoh lain adalah ay 1 dimana Yesus yang penuh Roh Kudus dibawa ke padang gurun. Ini juga descriptive sehingga tidak bisa diartikan bahwa orang yang dipenuhi Roh Kudus pasti akan dipimpin ke padang gurun.
d) Yesus hanya puasa terhadap makanan, bukan terhadap minuman. Ini bisa dilihat dari:
e) Yesus baru merasa lapar setelah berpuasa 40 hari?
Luk 4:2 berbunyi: "Di situ Ia tinggal 40 hari lamanya dan tidak makan apa-apa dan sesudah waktu itu Ia lapar". Bdk. Mat 4:2 yang berbunyi: "Dan setelah berpuasa 40 hari dan 40 malam, akhirnya laparlah Yesus".
Apakah ini aneh / salah, bahwa Ia baru lapar setelah berpuasa 40 hari? Sebetulnya tidak aneh ataupun salah! Seorang yang bernama Arthur Wallis, dalam bukunya yang berjudul ‘God’s Chosen Fast’ (= puasa pilihan Allah), hal 77-78 menjelaskan akan adanya 3 tahap yang akan dialami seseorang kalau melakukan puasa jangka panjang:
Lamanya tahap III ini tentu saja sangat berbeda untuk setiap orang, dan sangat tergantung pada gemuk / kurusnya orang yang berpuasa. Orang gemuk, karena cadangan lemak yang banyak, bisa bertahan lebih dari 40 hari, sedangkan orang kurus mungkin hanya bertahan 20 hari.
Dari sini bisa kita simpulkan,
bahwa Yesus sudah sampai pada akhir dari tahap III, dan karena itu tidak
aneh / tidak salah kalau dikatakan bahwa ‘setelah berpuasa 40 hari
dan 40 malam, akhirnya laparlah Yesus’.
2) Kitab Suci tidak menjelaskan bagaimana caranya setan memberikan pencobaan ini kepada Yesus. Mat 4:3 memang berkata: "Lalu datanglah si pencoba itu dan berkata kepadaNya". Tetapi apakah ia menampakkan diri? Atau hanya memperdengarkan suara? Kalau ia menampakkan diri, apakah ia muncul berbentuk ular, atau manusia, atau malaikat? Ini tidak dijelaskan. Tetapi yang jelas adalah: pencobaan ini bukannya muncul dalam pikiran / hati Yesus, karena kalau itu terjadi, maka Ia sudah berdosa!
Ini disebabkan karena kata
Yunani yang diterjemahkan ‘jika’ adalah EI, yang bisa diterjemahkan sebagai:
Kalau dipilih arti ini, maka pencobaan ini diberikan Iblis untuk meragukan keilahian Yesus. Yesus baru saja dibaptis dimana ia mendapat pernyataan ilahi dari BapaNya bahwa Ia adalah Anak Allah (Luk 3:21-22), dan sekarang Iblis berusaha membuat Yesus untuk meragukan hal itu!
Penerapan:
b) ‘Since / karena’.
Kalau dipilih arti ini maka jelas bahwa pencobaan I ini tidak dilakukan untuk meragukan keilahian Yesus, tetapi mungkin sekedar mbombongi Yesus.
"That they were temptations implies that Jesus knew He had unusual powers. ‘It is no temptation to us to turn stones into bread or leap from a Temple pinnacle’ (Barclay)" [= Bahwa hal-hal itu adalah pencobaan, secara tidak langsung menunjukkan bahwa Yesus tahu bahwa Ia mempunyai kuasa yang luar biasa. ‘Bukanlah pencobaan bagi kita untuk mengubah batu menjadi roti atau untuk meloncat dari bubungan Bait Suci’ (Barclay)].
Dari sini bisa juga ditarik kesimpulan bahwa makin besar kuasa / kekuatan yang ada pada kita, makin banyak pencobaan yang bisa disodorkan oleh setan kepada kita! Misalnya: orang miskin tidak akan merasakan piknik ke Tretes pada hari Minggu sebagai suatu pencobaan, karena itu sama sekali di luar kemampuannya, tetapi bagi orang kaya hal itu merupakan godaan. Karena itu, makin saudara kaya / berkuasa, makin saudara harus mendekatkan diri kepada Tuhan dan belajar Firman Tuhan, supaya saudara kuat menghadapi pencobaan yang semakin banyak itu.
"It was some wilderness, where nature affords no food or sustenance to man. What a contrast to the happy garden where the first Adam was tempted! Messiah meets the tempter in the most trying circumstances, and (in) the tempter’s defeat there is promise of his defeat everywhere" (= Itu adalah padang gurun dimana alam tidak menghasilkan makanan bagi manusia. Alangkah kontrasnya dengan taman yang indah dimana Adam yang pertama dicobai. Mesias menjumpai si pencoba dalam situasi yang paling berat, dan dalam kekalahan si pencoba itu ada janji kekalahannya dimanapun).
Setan tahu titik lemah kita dan setan selalu berusaha menyerang titik lemah kita. Karena itu kita harus tahu titik lemah kita, dan selalu waspada dalam hal itu dan setiap hari membentenginya dengan doa! Bahkan kalau perlu kita harus belajar bagian Firman Tuhan yang khusus berhubungan dengan kelemahan kita itu. Misalnya saudara mempunyai kelemahan dalam menguasai kemarahan saudara, maka carilah dan bacalah buku-buku rohani yang membahas tentang kemarahan / penguasaan diri.
d) Pencobaan untuk membuat batu menjadi roti ini sangat logis, karena saat itu Yesus membutuhkan roti, tetapi tidak ada roti, dan tidak bisa membeli roti ataupun membuat roti dengan cara biasa.
Hati-hati dengan godaan yang logis! Misalnya: istrimu sudah jelek dan tidak memuaskan kamu, dan kamu sebagai orang laki-laki mempunyai nafsu sex yang harus disalurkan. Kalau ditahan terus nanti bisa stress / gila! Jadi, carilah wanita lain / pelacur yang bisa memuaskan kamu.
Contoh:
"Sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, karena yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal".
f) Pencobaan ini bertujuan supaya Yesus tidak mempercayakan diri kepada BapaNya, tetapi menangani persoalan lapar itu dengan cara yang tidak halal yaitu dengan menggunakan keilahianNya. Mengapa itu tidak halal? Karena pada waktu hidup di dunia sebagai manusia Yesus tidak pernah menggunakan keilahianNya untuk kepentinganNya sendiri. Kalau Ia selalu menggunakan keilahianNya untuk kepentinganNya sendiri, maka Ia tidak akan bisa menderita bagi kita.
"The fallacy which underlies this temptation
is one to which men are now most prone, viz. that ‘men must live’, and
then this false principle passes through degrees of comparison, and men
say to themselves they must, if possible, live well, and lastly, they must,
is possible, live very well. But is it necessary that any of us should
live? Who has given us this revelation? May not God’s revelation be that
the best thing we could do would be to die for truth and righteousness?"
(= Sekarang banyak orang paling condong pada pemikiran salah yang melandasi
pencobaan ini, yaitu bahwa ‘manusia harus hidup’, dan lalu prinsip salah
ini melalui tingkat-tingkat perbandingan, dan manusia berkata kepada diri
mereka sendiri bahwa jika mungkin mereka harus hidup baik / enak, dan terakhir,
jika mungkin mereka harus hidup sangat baik / enak. Tetapi haruskah kita
hidup? Siapa yang telah memberikan wahyu ini kepada kita? Tidak bisakah
bahwa Wahyu Allah adalah bahwa hal terbaik yang bisa kita lakukan adalah
mati untuk kebenaran?).
Disini kita lihat pentingnya pengertian terhadap Firman Tuhan. Firman Tuhan adalah senjata / pedang Roh (Ef 6:17) yang harus kita gunakan pada saat setan menyerang.
Calvin:
"Those who voluntarily throw away that armour, and do not laboriously exercise themselves in the school of God, deserve to be strangled, at every instant, by Satan, into whose hands they give themselves up unarmed" (= Mereka yang secara sukarela membuang senjata itu, dan tidak melatih diri mereka sendiri dengan susah payah dalam sekolah Allah, layak dijerat, pada setiap saat, oleh Iblis, kedalam tangan siapa mereka menyerahkan diri mereka sendiri tanpa senjata).
Rajinlah datang dalam Pemahaman Alkitab / belajar Firman Tuhan supaya bisa menggunakan Firman Tuhan untuk menangkis serangan setan.
Contoh menggunakan Firman Tuhan untuk menangkis serangan setan: saudara mengalami penderitaan, lalu ada pikiran bahwa Allah tidak mengasihi saudara (ini serangan setan). Maka saudara bisa menangkis / mendebat pikiran / serangan setan itu dengan menggunakan Yoh 3:16 Ro 5:8 1Yoh 4:8 dsb. Jadi ini seperti berdebat dengan diri sendiri.
b) ‘Manusia hidup bukan dari roti saja’ (ay 4).
Kata ‘saja’ dalam
jawaban Yesus itu perlu diperhatikan. Yesus tidak berkata: ‘Manusia hidup
bukan dari roti’. Tetapi Yesus berkata: ‘Manusia hidup tidak dari roti
saja’. Ini menunjukkan bahwa hal jasmani juga penting dan tidak
bisa diabaikan secara total, tetapi kita tidak boleh menekankan hal jasmani
saja (bdk. 1Tim 4:8).
Kalau diambil arti ini, maka seluruh jawaban Yesus itu maksudnya adalah: karena manusia terdiri dari tubuh dan jiwa / roh, maka manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi juga dari Firman Allah / pengajaran Kitab Suci.
Tetapi penafsiran ini rasanya tidak cocok dengan:
Kalau kata-kata ‘segala yang
diucapkan TUHAN’ itu diartikan pengajaran Kitab Suci, maka Ul 8:3 itu juga
menjadi kacau artinya.
Jadi maksud Yesus adalah: sekalipun tidak ada roti, kalau Allah menghendaki Ia hidup, Ia akan hidup.
Penafsiran ini lebih cocok dengan konteks Luk 4:3-4 maupun Ul 8:3!
"In like manner, the Apostle says, that
he ‘upholdeth all things by his powerful word’ (Heb i. 3); that is, the
whole world is preserved, and every part of it keeps its place, by the
will and decree of Him, whose power, above and below, is everywhere diffused"
[= Dengan cara yang sama, sang rasul berkata bahwa Ia ‘menopang segala
yang ada dengan firmanNya yang penuh kekuasaan’ (Ibr 1:3); artinya, seluruh
dunia / alam semesta dipelihara, dan setiap bagiannya dijaga pada tempatnya,
oleh kehendak dan ketetapanNya, yang kuasaNya, di atas dan di bawah, tersebar
dimana-mana].
b) Kepercayaan Yesus kepada
BapaNya. Ia tidak mau menggunakan keilahianNya / cara yang tidak halal,
dan Ia percaya BapaNya akan memeliharaNya.
Tirulah Yesus dalam hal ini; jangan mencari makan / uang dengan cara yang tidak halal, seperti: