oleh: Pdt. Budi Asali MDiv.
I) Pengkritik dan kritikannya:
b)
Orang-orang Farisi menghasut murid-murid Yohanes untuk melancarkan kritik
kepada Yesus tentang murid-muridNya. Matius hanya menyoroti grup orang
yang betul-betul datang kepada Yesus yaitu murid-murid Yohanes. Lukas menyoroti
grup yang menjadi sumber terjadinya persoalan itu, yaitu orang-orang Farisi
dan ahli-ahli Taurat. Sedangkan Markus menyoroti keduanya.
Yohanes Pembaptis adalah orang yang diutus Allah untuk mempersiapkan jalan bagi Yesus (Luk 1:16-17,76). Jadi sebetulnya pada waktu Yesus mulai pelayanan, maka murid-murid Yohanes ini seharusnya lalu mengikuti Yesus, dan beberapa dari mereka memang melakukan hal ini atas pengarahan Yohanes (Yoh 1:35-37). Tetapi sebagian lain dari murid-murid Yohanes ini menganggap Yesus justru sebagai saingan (Yoh 3:26). Mereka ini tidak mengikut Yesus dan terus membentuk kelompok sendiri.
Penerapan:
Kesalahan seperti ini perlu diwaspadai. Jangan sampai saudara hanya mengikut pendeta atau gereja atau aliran tertentu. Saudara harus mengikut Yesus! Dan perlu diperhatikan bahwa kesalahan seperti ini bisa terjadi pada murid dari Yohanes Pembaptis, yang adalah seorang hamba Tuhan / nabi yang betul-betul ingin membawa murid-muridnya kepada Tuhan. Ini tentu akan lebih mudah lagi terjadi pada murid-murid dari ‘hamba Tuhan’ yang memang ingin mengarahkan orang kepada dirinya sendiri dan bukan kepada Tuhan.
3)
Kritikan mereka (ay 33).
c) Ini kritikan yang mempersoalkan perbedaan yang remeh / tidak penting.
Yohanes Pembaptis adalah orang yang mempersiapkan jalan bagi Yesus. Jadi, ajarannya pasti sejalan dan banyak persamaannya dengan ajaran Yesus. Tetapi ada beda antara Yohanes Pembaptis dan Yesus, yaitu yang bisa saudara lihat dalam Mat 11:18-19.
Dalam hal yang penting / essential (yaitu dalam hal ajaran), Yohanes Pembaptis sama dengan Yesus. Mereka berbeda dalam hal-hal yang remeh. Tetapi orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat / murid-murid Yohanes justru menyoroti perbedaannya dan melupakan persamaannya.
Penerapan:
Dalam
hidup orang kristen / gereja ada:
Sebagai contoh, kalau kita sebagai orang Reformed bertemu dengan orang Arminian dan lalu berdebat tentang predestinasi dan melupakan bahwa kita dan mereka sama-sama percaya kepada Yesus sebagai satu-satunya Juruselamat, maka kita tidak bisa bersatu / saling mengasihi dengan mereka. Kita lupa bahwa dia adalah saudara seiman kita dan kita akan menganggapnya sebagai musuh kita! Boleh saja kita membicarakan / memperdebatkan tentang predestinasi dengan mereka, tetapi kalau tidak mendapat titik temu, maka ingatlah persamaan yang mendasar yang ada antara kita dengan mereka.
d) Tentang puasa, dalam Kitab Suci / Perjanjian Lama sebetulnya keharusan puasa bagi seluruh bangsa Israel hanyalah 1 tahun 1 x, yaitu pada hari raya Pendamaian (Im 16:29-34 Im 23:26-32 Bil 29:7-11). Tetapi orang-orang Farisi berpuasa 2 x seminggu (Luk 18:12), yaitu pada hari Senin dan Jum’at (menurut tradisi ini adalah hari dimana Musa naik ke Gunung Sinai). Sedang murid-murid Yohanes berpuasa, mungkin karena:
Penerapan:
Dalam gereja ada:
Jawaban Yesus ini terdiri dari 3 bagian:
Tradisi inilah yang menjadi latar belakang jawaban Yesus. Saat dimana Yesus (mempelai pria) bersama-sama dengan murid-muridNya (sahabat-sahabat mempelai pria) adalah saat bersukacita, bukan saat susah, sehingga tidak cocok untuk berpuasa.
Penerapan:
Saat bersama / dekat dengan Yesus adalah saat sukacita. Apakah saudara bersukacita kalau saudara dekat dengan Yesus? Atau ada hal-hal lain yang membuat saudara lebih bersukacita, seperti dapat uang / gangthao, bersama teman-teman, piknik, dsb.
b)
Yesus berkata bahwa pada saat mempelai pria ‘diambil dari mereka’, maka
mereka akan berpuasa. Sukar untuk menafsirkan dengan pasti apa maksud ayat
ini.
Yesus
Yesus
Yesus
Yesus
Yesus
ada
tidak ada
ada
tidak ada
ada?
_______________________________________________________
M
B
N
P
Keterangan:
M = saat Yesus mati.
B = saat Yesus bangkit.
N = saat Yesus naik ke surga.
P =
hari Pentakosta / turunnya Roh Kudus.
Saat
dimana Yesus ‘diambil dari mereka / murid-muridNya’ bisa menunjuk kepada:
Ini adalah pandangan dari hampir semua penafsir. Ini berarti bahwa setelah kematian Yesus barulah murid-murid berpuasa.
Tetapi problem dengan pandangan ini adalah: Kitab Suci tidak pernah menceritakan bahwa murid-murid Yesus berpuasa antara kematian dan kebangkitan Yesus!
2. Saat Yesus naik ke surga.
Problem
dengan pandangan ini adalah: saat Yesus naik ke surga, bukan merupakan
saat dukacita bagi murid-murid Yesus. Padahal Mat 9:15 jelas menunjukkan
bahwa itu adalah saat dukacita.
c) Puasa dilakukan pada saat sedih (Bdk ay 34 dengan Mark 2:19 dan Mat 9:15).
Ay 34: ‘Dapatkah sahabat mempelai laki-laki disuruh berpuasa sedang mempelai itu bersama mereka?’.
Mark 2:19 - ‘Dapatkah sahabat-sahabat mempelai laki-laki berpuasa sedang mempelai itu bersama mereka?'.
Mat 9:15 - ‘Dapatkah sahabat-sahabat mempelai laki-laki berdukacita selama mempelai itu bersama mereka?’. Kata ‘berdukacita’ ini dalam bahasa Yunaninya adalah PENTHEIN, yang artinya ’to mourn’ (= berkabung).
Dari sini jelas bahwa Yesus mengatakan bahwa saat yang tepat untuk berpuasa adalah pada waktu kita sedih / berkabung. Jadi tidak sepatutnya kita berpuasa sekedar sebagai tradisi, tanpa tujuan / sebab apa-apa, atau sekedar melaksanakan kewajiban.
Banyak gereja / orang kristen berpuasa pada Jum’at Agung dan sekitarnya. Apa alasannya?
d) Satu hal perlu ditekankan adalah: ay 34-35 tidak berarti bahwa setelah kematian Kristus, gereja harus berpuasa terus menerus.
J. A. Alexander: "But this would be equivalent to saying that the Saviour’s exaltation would consign his people to perpetual sorrow. For he evidently speaks of grief and fasting as inseparable, and in Matthew’s narrative of his reply, the former term is substituted for the latter (Matt 9:15)" [= Tetapi ini sama dengan berkata bahwa pemuliaan Juruselamat itu akan menandai umatNya dengan kesedihan kekal / terus menerus. Karena Ia dengan jelas berbicara tentang kesedihan dan puasa sebagai 2 hal yang tak terpisahkan, dan dalam cerita Matius tentang jawabanNya, istilah yang pertama menggantikan istilah yang terakhir (Mat 9:15)].
Hendriksen
menambahkan bahwa ay 35 jelas tidak berarti bahwa setelah kematian Yesus
gereja harus berpuasa / bersedih terus menerus. Ini terlihat dari kata-kata
Yesus dalam Yoh 16:16-22 (bacalah bagian ini!).
Ini adalah 2 perumpamaan:
b) Anggur yang baru mengeluarkan gas. Kantong kulit yang baru masih mempunyai sifat lentur / elastis sehingga bisa menahan tekanan gas itu. Tetapi kantong kulit yang sudah tua, sudah kehilangan sifat lentur / elastisnya sehingga akan pecah bila diisi dengan anggur baru.
Baju / kantong tua mudah pecah / sobek. Ini menggambarkan kelemahan murid-murid Yesus. Kain yang belum susut / anggur baru menggambarkan disiplin yang terlalu keras. Jadi, artinya: belum waktunya menyuruh murid-murid yang lemah itu melakukan disiplin yang begitu keras seperti puasa.
2. William Barclay:
Arti ay 36: kadang-kadang ‘menambal’ adalah suatu ketololan. Kita harus memulai dengan sesuatu yang baru. Arti ay 37-38: pikiran kita harus lentur / elastis, dalam arti kita harus mau menerima ide-ide baru.
Keberatan saya: kelihatannya ay 36-38 merupakan 2 perumpamaan yang menunjuk pada satu arti yang sama. Yesus sering memberikan beberapa perumpamaan berturut-turut untuk menekankan suatu kebenaran tertentu. Contoh: Luk 15 memberikan 3 cerita berturut-turut yang mempunyai penekanan / arti / fokus yang sama.
3. William Hendriksen:
Kain yang belum susut / anggur baru menunjuk pada keselamatan / kekayaan rohani dalam Kristus. Baju baru / kantong baru menunjuk pada rasa syukur dan sukacita. Inilah sikap yang tepat untuk menerima berkat-berkat rohani di dalam Kristus.
4. Anggur baru / kain yang belum susut menunjuk pada keselamatan karena iman.
Baju / kantong tua menunjuk pada keselamatan karena perbuatan baik.
2 ajaran ini tidak cocok untuk digabungkan.
5. Kain yang belum susut / anggur baru menunjuk pada kekristenan.
Baju / kantong tua menunjuk pada Yudaisme / agama Yahudi.
Dua ajaran ini tidak bisa digabungkan. Yesus anti pada syncretisme (= penggabungan 2 agama atau lebih).
6. Kekristenan bukanlah Yudaisme yang ditambal-tambal. Harus buang sama sekali dan mulai dengan suatu yang baru.
Saya
paling condong pada arti ke 5.
Jadi, maksud Yesus dengan ay 39 ini ialah: murid-muridKu sudah mengecap ajaranKu yang lebih enak sehingga mereka pasti tidak akan mau kembali pada ajaran orang Farisi / Yudaisme (anggur baru).
Keberatan:
Keberatan terhadap penafsiran ini: mengapa anggur tua yang lebih enak ditujukan pada ajaran orang Farisi? Bukankah ajaran Yesus yang lebih enak?
Jawabnya: ini adalah suatu perumpamaan. Tujuannya hanya menyerang kekolotan orang Farisi tanpa mempersoalkan ajaran siapa yang lebih enak. Bandingkan dengan Luk 18:1-8 dimana Allah digambarkan sebagai hakim yang lalim.
Saya condong pada penafsiran ini.
Penerapan:
Jangan bersikap kolot. Jangan terus berpegang pada apa yang dari dulu sudah ada dalam otak saudara. Saudara harus mau:
NIV/KJV: ‘better’ (= lebih baik).
NASB: ‘good enough’ (= cukup baik).
RSV: ‘good’ (= baik).
KJV/NIV bisa menterjemahkan ‘better’ (= lebih baik) karena menterjemahkan dari manuscript lain yang menggunakan kata Yunani CHRESTOTEROS. Tetapi ini bukanlah manuscript yang dianggap terbaik. Manuscript yang terbaik menggunakan kata Yunani: CHRESTOS, yang berarti ‘good’ (= baik), dan sama sekali tidak menunjukkan suatu perbandingan (A.T. Robertson).
Ini menunjukkan bahwa orangnya sama sekali tidak membandingkan yang lama dan yang baru. Ia puas dengan yang lama dan menolak yang baru.
Tyndale: "He is not even comparing them. He is so content with the old that he does not consider the new for a moment" (= Ia bahkan tidak membandingkan mereka. Ia begitu puas dengan yang lama sehingga ia tidak mempertimbangkan yang baru sedikitpun).
Penerapan:
Karena itu buanglah sifat kolot semacam ini, dan maulah direformasi oleh ajaran yang Alkitabiah.