Eksposisi Injil
Lukas
oleh: Pdt. Budi Asali MDiv.
LUKAS
6:1-11
I) Memetik / makan gandum pada
hari Sabat (ay 1-5).
1)
Pada waktu Yesus dan murid-muridNya sedang berjalan melewati suatu ladang
gandum, murid-murid yang sedang lapar memetik bulir gandum dan memakannya
(ay 1).
Apa yang
mereka lakukan itu bukanlah pencurian, karena memang diijinkan oleh Hukum
Taurat (Ul 23:25). Tetapi tentu saja ijin ini tidak berlaku untuk kita
di Indonesia pada jaman ini.
2) Mereka
‘diserang’ karena mereka melakukan hal itu pada hari Sabat.
Pada
hari Sabat memang orang dilarang bekerja.
-
Kel 20:8-11
- dilarang melakukan pekerjaan pada hari Sabat, dan dilarang mempekerjakan
orang pada hari Sabat.
-
Kel 34:21
- pada musim membajak dan menuai tetap harus memelihara hari Sabat.
-
Kel 31:14-15
- yang melakukan pekerjaan pada hari Sabat harus dihukum mati.
-
Kel 35:1-3
- yang melakukan pekerjaan pada hari Sabat harus dihukum mati; juga dilarang
memasang api (NIV: light a fire / menyalakan api) pada hari Sabat.
Perlu diingat bahwa menyalakan api pada saat itu melibatkan pekerjaan berat,
seperti membelah kayu / mengumpulkan kayu, dsb. Ini tentu saja tidak sama
dengan menyalakan kompor LPG pada jaman sekarang.
-
Bil 15:32-36
- orang yang mengumpulkan kayu untuk membuat api, dijatuhi hukuman mati
oleh Tuhan, dengan jalan dirajam.
-
Kel 16:4-5,21-29
- pada waktu Israel ada di padang pasir, mereka tidak diberi manna pada
setiap hari Sabat, dan pada hari ke 6 mereka harus memungut manna 2 x lipat
dari biasanya, sebagai makanan mereka pada hari Sabat.
-
Yer 17:21-22
- dilarang membawa barang pada hari Sabat. Ini maksudnya membawa barang-barang
dalam hubungannya dengan pekerjaan (Neh 13:15).
Tujuan
peraturan Sabat ini adalah:
-
supaya
bisa beristirahat (bdk. Kel 20:11 - ‘rested’ / beristirahat).
-
supaya
bebas dari hal-hal duniawi sehingga bisa berkonsentrasi pada Tuhan dalam
berbakti.
Tetapi
orang-orang Farisi menambahi peraturan Sabat ini dengan 39 larangan (hal-hal
yang tidak boleh dilakukan pada hari Sabat) antara lain:
-
larangan
menggunakan sepatu yang berpaku karena dianggap membawa beban.
-
larangan
menggunakan topi yang besar karena dianggap membawa beban.
-
larangan
menulis lebih dari 1 huruf.
-
larangan
berjalan kaki lebih dari 1 mil.
-
larangan
membawa barang apapun yang beratnya melebihi berat dari 2 buah ara kering.
-
Mereka
juga beranggapan bahwa:
-
menggisar
gandum di tangan = mengirik.
-
memisahkan
gandum dari kulit = menampi.
-
seluruh
proses itu = menyiapkan makanan.
Dan
karena itu mereka menganggap bahwa murid-murid Yesus berdosa melanggar
peraturan hari Sabat.
3)
Jawaban Yesus:
a)
Ay 3-4 (bdk. 1Sam 21:3-6):
-
William
Barclay menyoroti kata-kata ‘Tidakkah kamu baca ...?’, dan lalu memberi
komentar sebagai berikut:
"This passage contains a
great general truth. Jesus said to the Pharisees, ‘Have you not read what
David did?’ The answer of course was, ‘Yes’ - but they had never seen what
it meant. It is possible to read scripture meticulously, to know the Bible
inside out from cover to cover, to be able to quote it verbatim and to
pass any examination on it - and yet completely miss its real meaning"
(= Bagian ini mengandung kebenaran umum yang besar. Yesus berkata kepada
orang-orang Farisi: ‘Tidakkah kamu baca apa yang dilakukan oleh Daud?’
Jawabnya tentu saja adalah ‘Ya’ - tetapi mereka tidak pernah melihat apa
artinya bagian itu. Adalah mungkin membaca Kitab Suci dengan sangat teliti,
betul-betul mengenal Alkitab dari awal sampai akhir, bisa mengutip Alkitab
kata demi kata dan lulus dalam ujian tentang Alkitab - tetapi sama sekali
tidak mendapatkan arti sebenarnya).
Penerapan:
Jangan
belajar Kitab Suci sekedar sebagai suatu ilmu!
-
Yesus
menggunakan contoh kasus Daud ini karena ada persamaan antara keadaan Daud
dan pengikut-pengikutnya pada saat itu dan murid-murid Yesus, yaitu sama-sama
lapar.
-
Roti itu
hanya untuk imam (Kel 29:32-34 Im 24:5-9), tetapi Daud dan pengikut-pengikutnya
memakannya karena lapar dan hal ini tidak pernah dianggap sebagai suatu
dosa / kesalahan.
-
Dari jawaban
Yesus yang menggunakan peristiwa Daud ini bisa disimpulkan bahwa kebutuhan
manusia lebih penting dari peraturan-peraturan ibadah / ceremonial law,
sehingga ceremonial law (bukan moral law / hukum moral) boleh
dilanggar dalam keadaan seperti itu, sekalipun ceremonial law itu
diberikan oleh Tuhan sendiri.
Catatan:
perhatikan bahwa moral law / hukum moral tetap tidak boleh dilanggar
dalam keadaan seperti itu! Jadi Kitab Suci tidak memberi ijin kepada seseorang
untuk:
-
mencuri
/ merampok pada waktu ia lapar.
-
menjadi
seorang pelacur karena butuh uang.
-
tetap
bekerja pada hari Sabat karena ekonomi yang kurang.
karena
semua ini melanggar moral law.
-
Tujuan
Yesus menggunakan kasus Daud ini adalah memberikan suatu argumentasi sebagai
berikut:
-
Daud dan
pengikut-pengikutnya, pada waktu lapar, tidak disalahkan pada waktu melanggar
ceremonial law, padahal ceremonial law itu diberikan oleh
Allah sendiri.
-
Karena
itu murid-murid Yesus, pada waktu mereka lapar, juga tidak dapat disalahkan
pada waktu melanggar peraturan orang Farisi, yang tidak diberikan oleh
Allah.
b)
Dalam Mat 12:5-6 Yesus menambahkan: "Atau
tidakkah kamu baca dalam kitab Taurat, bahwa pada hari-hari Sabat, imam-imam
melanggar hukum Sabat di dalam Bait Allah, namun tidak bersalah?
Aku berkata kepadamu: Di sini ada yang melebihi Bait Allah".
-
‘melanggar’
(Mat 12:5). Yesus memakai kata ini karena Ia menyesuaikan diri dengan jalan
pemikiran orang-orang Farisi. Atau mungkin juga Ia menggunakan kata itu
untuk menyindir orang-orang Farisi. Tentu saja sebetulnya imam-imam itu
tidak bisa dikatakan melanggar hukum Sabat.
-
pekerjaan
imam-imam pada hari Sabat: menyalakan api untuk mezbah, menyembelih binatang,
mengangkat binatang ke mezbah, dsb. Semua ini merupakan pekerjaan yang
cukup berat. Tetapi sekalipun mereka melakukan pekerjaan yang cukup berat
ini pada hari Sabat, mereka tidak pernah disalahkan.
-
Dari sini
jelaslah bahwa pada hari Sabat kita boleh melakukan hal-hal yang berhubungan
dengan ibadah (seperti pelayanan, dsb). Ini bukan pelanggaran terhadap
hukum Sabat.
-
"Aku berkata kepadamu: Di sini ada
yang melebihi Bait Allah" (Mat 12:6).
Bait Allah lebih besar dari Sabat (ini jelas karena Sabat diadakan demi
ibadah di Bait Allah), sedangkan Yesus lebih besar dari Bait Allah (ay
6). Jadi Yesus jauh lebih besar dari Sabat. Kalau Bait Allah saja menuntut
supaya peraturan Sabat dimodifikasi, apalagi Yesus.
c)
Dalam Mark 2:27 Yesus menambahkan: "Hari
Sabat diadakan untuk manusia, dan bukan manusia untuk hari Sabat".
Artinya:
Sabat diberikan untuk kebahagiaan manusia dan karena itu jangan menjadikan
manusia budak hari Sabat. Kata-kata ini cocok sekali untuk orang-orang
Farisi itu, yang dengan menciptakan peraturan-peraturan tambahan tentang
hari Sabat, menjadikan hari Sabat itu sebagai suatu beban yang luar biasa
hebatnya bagi orang Yahudi.
Catatan:
tetapi jangan mengextrimkan kata-kata ‘hari Sabat diadakan untuk manusia’
ini, misalnya dengan mengijinkan bekerja pada hari Sabat, atau dengan bersenang-senang
/ berfoya-foya pada hari Sabat.
d) Ay
5: ‘Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat’
(= Mark 2:28).
Ada yang
menafsirkan bahwa ‘anak manusia’ di sini bukanlah suatu gelar bagi Yesus,
tetapi hanya berarti ‘manusia’ (bdk. Maz 8:5 dan Yeh 2:1,6,8 dimana istilah
‘anak manusia’ diartikan ‘manusia’). Ingat bahwa dalam bahasa Yunaninya
baik kata ‘anak’ maupun kata ‘manusia’ tidak dimulai dengan huruf besar.
Penafsiran
ini kelihatannya cocok dengan Mark 2:27-28 karena:
-
Mark 2:27
menekankan bahwa Sabat itu untuk manusia.
-
Mark 2:28
mengatakan manusia bukan budak Sabat; tetapi Tuhan / tuan atas Sabat.
Tetapi
bagaimanapun ada keberatan-keberatan yang serius terhadap penafsiran ini:
-
Kata ‘anak
manusia’ itu memakai definite article / kata sandang di depannya
(‘The Son of Man’) sehingga tidak cocok kalau menunjuk pada
manusia secara umum.
-
Dalam
Perjanjian Lama memang istilah ‘anak manusia’ sering berarti ‘manusia’,
tetapi dalam Perjanjian Baru istilah itu selalu menunjuk kepada Yesus.
Perkecualiannya:
-
Mark 3:28.
Tetapi ini ada dalam bentuk plural / jamak.
-
Ef 3:5.
Ini juga ada dalam bentuk jamak.
-
Ibr 2:6.
Ini ada dalam bentuk tunggal, tetapi ini adalah kutipan dari Perjanjian
Lama.
-
Mark 2:28:
‘Anak Manusia adalah Tuhan juga atas hari Sabat’.
Kata
‘juga’ ini secara implicit menunjukkan bahwa Anak Manusia atas Tuhan
atas hal-hal lain, tetapi juga atas hari Sabat. Ini tidak memungkinkan
untuk mengartikan bahwa ‘anak manusia’ adalah ‘manusia’. Jelas bahwa ‘Anak
Manusia’ di sini menunjuk kepada Yesus!
Yesus
adalah Tuhan atas hari Sabat! Karena itu Dialah yang berhak menentukan
apa yang harus, boleh, dan tidak boleh dilakukan pada hari Sabat.
II) Penyembuhan pada hari Sabat
(ay 6-11).
1)
Ay 6-7:
a)
Di sini, dan juga dalam Mark 3:2, dikatakan bahwa mereka mengamat-amati
Yesus, tetapi dalam Mat 12:10 dikatakan bahwa mereka bahkan bertanya kepada
Yesus: ‘Bolehkah menyembuhkan orang pada hari Sabat?’. Mereka bertanya,
tetapi maksudnya / tujuannya adalah supaya bisa mempersalahkan Yesus. Apakah
saudara sering bertanya secara munafik begitu?
Catatan:
Orang-orang Farisi melarang menyembuhkan pada hari Sabat. Kalau orang itu
sakit berat dan mau mati, maka ia boleh ditolong, tetapi hanya sekedar
untuk mencegah kematiannya, bukan untuk menyembuhkannya.
William
Barclay berkata: orang Yahudi sering kalah perang gara-gara fanatisme mereka
pada hari Sabat (baca 1Makabe 2:31-38 - ini kitab Apocrypha).
b)
Jawaban Yesus terhadap pertanyaan itu (Mat 12:11-12).
-
binatang
ditolong pada hari Sabat.
-
manusia
lebih penting dari binatang.
Jadi,
jelas bahwa menolong / menyembuhkan manusia pada hari Sabat adalah sesuatu
yang boleh dilakukan.
2) Ay
8-10:
a)
Mark 3:5 menambahkan dengan menceritakan emosi Yesus pada saat itu yaitu
‘sedih’ dan ‘marah’. Kebenciannya terhadap dosa menyebabkan Ia marah, tetapi
kasihNya menyebabkan Ia sedih.
Penerapan:
Apakah
dua macam emosi ini juga ada pada diri saudara pada saat menghadapi orang
yang berbuat dosa? Pada waktu melihat orang berbuat dosa:
-
Ada orang
kristen yang hanya sedih, tetapi tidak marah.
-
Ada juga
yang hanya marah, tetapi tidak sedih.
-
Ada yang
bahkan senang. Misalnya pada waktu melihat orang yang tidak ia senang berbuat
dosa atau gereja yang tidak ia senangi berbuat sesuatu yang salah, ia justru
menjadi senang, karena mempunyai ‘bahan gossip’.
Ini
semua salah! Tirulah Yesus, yang menjadi sedih dan marah pada waktu melihat
orang berbuat dosa.
b) Ay
9: "Yesus berkata kepada mereka: ‘Aku bertanya kepada kamu: Manakah
yang diperbolehkan pada hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat, menyelamatkan
nyawa orang atau membinasakannya?’".
Ada
beberapa hal yang bisa dibahas dari bagian ini:
-
Penafsir
Tyndale mengomentari bagian ini dengan berkata:
"He does not envisage the
possibility of neutrality. ‘Jesus will recognize no alternative to the
doing good except of doing evil. The refusal to save life is tantamount
to the taking of it’ (Mason)" [= Yesus tidak mempertimbangkan kemungkinan
kenetralan. ‘Yesus tidak mengakui alternatif dari berbuat baik selain berbuat
jahat. Penolakan untuk menyelamatkan jiwa adalah sama dengan membunuh’
(Mason)].
Sekalipun
saya tidak yakin sepenuhnya akan penafsiran ini, tetapi saya percaya bahwa
kalau seseorang tidak berbuat baik, setidaknya ia meletakkan dirinya dalam
posisi yang memudahkan dirinya untuk jatuh ke dalam dosa. Ini sesuai dengan
Kej 4:7b - "Tetapi jika engkau tidak berbuat baik, dosa sudah
mengintip di depan pintu; ia sangat menggoda engkau ...".
-
Kata-kata
‘membinasakannya’ (Mark 3:4 - ‘membunuh orang’) / ‘berbuat jahat’ (ay 9)
‘membunuh orang / berbuat jahat’ (ay 9) mungkin dimaksudkan untuk menyindir
orang-orang Farisi, yang mempunyai maksud jahat terhadap Yesus dan ingin
membunuh Yesus (lihat ay 7,11 bdk. Mat 12:14).
-
Ini menunjukkan
bahwa kita tidak boleh menggunakan hari Sabat semata-mata untuk istirahat
/ relax. Kita harus menggunakannya untuk berbuat baik dan memuliakan Tuhan.
NICNT:
"... nor should they merely devote it to rest. ... We may
not concentrate the day of rest in a merely passive manner, but must be
active in His service and thus through Him be of use to those who suffer
and need help, spiritually as well as physically" (= ... mereka tidak
boleh semata-mata menggunakannya untuk istirahat. ... Kita tidak boleh
berkonsentrasi pada hari istirahat dalam cara yang pasif semata-mata, tetapi
harus aktif dalam pelayananNya dan dengan demikian melalui Dia kita menjadi
berguna bagi mereka yang menderita dan membutuhkan pertolongan, secara
rohani maupun secara jasmani).
-
Reaksi
mereka terhadap kata-kata / pertanyaan Yesus ini adalah: mereka diam saja
(Mark 3:4). Ini adalah diamnya orang yang tegar tengkuk. Mereka tahu mereka
salah, tetapi mereka tidak mau mengakui kesalahan. Apakah saudara juga
sering berbuat seperti itu, khususnya dalam menghadapi teguran Firman Tuhan?
c)
Sekalipun diamat-amati (bahasa Jawa: ‘diinting-inting’), Yesus tetap
melakukan apa yang Ia anggap benar / baik dengan menyembuhkan orang yang
sakit itu pada saat itu juga (ay 10), dan bahkan menunjukkan penyembuhan
pada Sabat itu kepada mereka.
NICNT:
"In the sharpest contrast to the secretiveness of the spies,
Jesus acts perfectly openly so that all may know His attitude in the matter"
(= dalam kekontrasan yang paling tajam terhadap kerahasiaan dari mata-mata
itu, Yesus bertindak secara terbuka sehingga semua bisa mengetahui sikapNya
dalam persoalan itu).
Contoh
lain: Daniel diamat-amati, tetapi tetap berdoa 3 x sehari (Dan 6:1-12).
Penerapan:
-
jika saudara
‘diinting-inting’ karena memberitakan Injil, memberitakan Yesus
sebagai satu-satunya jalan keselamatan, bagaimana reaksi saudara? Terus
melakukan apa yang benar itu, atau ‘bersikap bijaksana dan tahu diri’?
-
Jika keluarga
saudara tidak senang kalau saudara pergi ke gereja, dan saudara ‘diinting-inting’,
beranikah saudara tetap pergi ke gereja?
3)
Ay 11.
Mereka
marah, keluar, berkomplot dengan orang-orang Herodian (ini adalah orang-orang
yang mendukung dinasti Herodes) untuk membunuh Yesus (Mat 12:14 Mark 3:6).
Ini
menunjukkan bahwa melakukan sesuatu yang benar (seperti yang Yesus lakukan),
apalagi menentang tradisi yang sudah ratusan tahun, besar resikonya. Maukah
/ beranikah saudara mengambil resiko itu, atau saudara lebih suka ‘hidup
aman’ dan membiarkan semua ketidakbenaran berjalan terus?
Penutup:
Pada
jaman itu, yang menjadi tradisi adalah larangan-larangan yang terlalu ketat
pada hari Sabat. Pada jaman ini terjadi sebaliknya. Tradisinya sekarang
adalah mengijinkan diri sendiri / orang lain untuk melakukan apa yang betul-betul
dilarang oleh Firman Tuhan pada hari Sabat, misalnya dengan:
-
bekerja,
atau belajar pada hari Sabat.
-
mempekerjakan
orang (pegawai, pembantu rumah tangga) pada hari Sabat.
-
tidak
ke gereja pada hari Minggu, demi pekerjaan, pelajaran sekolah, piknik,
orang kawin, dsb.
Kalau
Yesus pada saat itu berani menentang tradisi yang salah, maka jaman ini
kita juga harus menentang tradisi yang salah dan kembali pada peraturan
Kitab Suci yang benar tentang hari Sabat. Maukah saudara?
-AMIN-
email us at : gkri_exodus@mailcity.com