Eksposisi Injil Lukas
oleh: Pdt. Budi
Asali MDiv.
1) Tempat
terjadinya kasus ini.
Ay 26: “Lalu mendaratlah Yesus dan murid-muridNya di tanah orang
Gerasa yang terletak di seberang Galilea”.
Mat 8:28 - ‘Gadara’.
Mark 5:1 - ‘Gerasa’.
Ada 2 cara pengharmonisan:
a) Ada yang mengatakan bahwa Gerasa
terletak 12 mil sebelah tenggara Gadara dan mungkin peristiwa itu terjadi di
antara dua tempat itu sehingga Matius menyebut Gadara dan Markus menyebut
Gerasa.
A. T. Robertson: “Dr. Thomson discovered by the lake
the ruins of Khersa (Gerasa). This village is in the district of the city of
Gadara some miles southeastward so that it can be called after Gerasa or
Gadara” [= Dr. Thomson menemukan dekat
danau reruntuhan dari Khersa (Gerasa). Desa ini ada di daerah kota Gadara
beberapa mil di sebelah tenggaranya sehingga tempat itu bisa disebut Gerasa
atau Gadara] - ‘Word Pictures in the New
Testament’, vol I, hal
69.
b) Pulpit Commentary mengatakan (Luke,
hal 206) bahwa ada yang mengatakan ‘Gergesa’, dan ini berbeda dengan Gadara maupun
Gerasa. Gadara dan Gerasa adalah kota yang lebih besar / penting, sedangkan
Gergesa adalah tempat / kota yang sama sekali tidak penting. Pulpit Commentary
lalu berkata bahwa mungkin di kota kecil itulah terjadi peristiwa ini, dan
karena itu Markus dan Lukas tidak mau menggunakan nama kota kecil yang tidak
dikenal itu, tetapi menggunakan kota yang lebih besar di dekatnya, yang lebih
dikenal.
Tetapi:
·
Leon
Morris (Tyndale) mengatakan bahwa nama ‘Gergesa’ itu
‘diciptakan’ oleh Origen.
·
A. T.
Robertson mengatakan bahwa Matius menggunakan ‘Gadara’;
sedangkan Markus dan Lukas menggunakan ‘Gerasa’. Jadi, tidak ada ‘Gergesa’.
2) Jumlah
orang yang kerasukan setan.
Ay 27: “Setelah Yesus naik ke darat, datanglah seorang
laki-laki dari kota itu menemui Dia; orang itu dirasuki oleh setan-setan dan
sudah lama ia tidak berpakaian dan tidak tinggal dalam rumah, tetapi dalam
pekuburan”.
Mark 5:2 juga mengatakan ‘seorang’.
Bdk. Mat 8:28 - “Setibanya di seberang, yaitu di daerah orang Gadara,
datanglah dari pekuburan dua orang yang kerasukan setan menemui Yesus.
Mereka sangat berbahaya, sehingga tidak seorangpun yang berani melalui jalan
itu”.
Jadi, Matius mengatakan ‘dua orang’, tetapi Markus dan Lukas mengatakan ‘seorang’.
Pengharmonisan: Perhatikan bahwa Markus
dan Lukas tidak berkata ‘hanya
seorang’. Mereka hanya
menceritakan salah satu saja, mungkin karena orang itu lebih dikenal, dan /
atau karena orang itu lebih parah keadaannya.
Pulpit Commentary memberikan kemungkinan lain, yaitu
karena hanya satu yang berdialog dengan Yesus, maka yang satu itulah yang
diceritakan oleh Markus dan Lukas (hal 206).
3) Apa
yang dilakukan Setan terhadap orang yang ia rasuk.
a) Memberinya kekuatan yang luar
biasa.
Ay 29b: “Karena sering roh itu menyeret-nyeret dia, maka untuk
menjaganya, ia dirantai dan dibelenggu, tetapi ia memutuskan segala pengikat
itu ...”.
Mark 5:3-4 - “(3) Orang itu diam di sana dan tidak ada seorangpun lagi
yang sanggup mengikatnya, sekalipun dengan rantai, (4) karena sudah sering ia
dibelenggu dan dirantai, tetapi rantainya diputuskannya dan belenggunya
dimusnahkannya, sehingga tidak ada seorangpun yang cukup kuat untuk
menjinakkannya”.
Tentu tidak selalu terjadi seperti ini,
tetapi bisa terjadi seperti ini. Setan memang bisa memberi kekuatan luar biasa
/ supranatural / gaib seperti ‘tenaga dalam’, ilmu kebal dan sebagainya.
Calvin: “Naturally,
he was not able to break the chains; and hence we infer that Satan is sometimes
permitted to make extraordinary movements, the effect of which goes beyond our
comprehension and beyond ordinary means” (= Secara wajar ia tidak bisa memutuskan rantai; dan
karena itu kami menyimpulkan bahwa Setan kadang-kadang diijinkan untuk membuat
gerakan-gerakan yang luar biasa, yang akibatnya melampaui pengertian kita dan
melampaui cara-cara biasa)
- hal 429-430.
b) Menyiksanya secara fisik.
Mark 5:5 - “Siang malam ia berkeliaran di pekuburan dan di
bukit-bukit sambil berteriak-teriak dan memukuli dirinya dengan batu”.
c) Menyiksanya secara batin.
Ini dilakukan oleh setan, antara lain
dengan membawanya ke tempat sunyi / kuburan / bukit-bukit.
Ay 27b: “orang
itu dirasuki oleh setan-setan dan sudah lama ia tidak berpakaian dan tidak
tinggal dalam rumah, tetapi dalam pekuburan”.
Ay 29c: “ia dihalau oleh setan itu ke tempat-tempat yang sunyi”.
Mark 5:5 - “Siang malam ia berkeliaran di pekuburan dan di
bukit-bukit sambil berteriak-teriak dan memukuli dirinya dengan batu”.
Calvin: “As
to the opinion that the man dwelt among the graves, either because devils are
delighted with the stench of dead bodies, or gratified by the smell of
oblations, or because they watch over souls which are desirous to approach
their bodies; it is an idle, and, indeed, a foolish conjecture. On the
contrary, this wretched man was kept among the graves by an unclean spirit,
that he might have an opportunity of terrifying him continually with the
mournful spectacle of death, as if he were cut off from the society of men, and
already dwelt among the dead. We learn from this also, that the devil does not
only torment men in the present life, but pursues them even to death, and that
in death his dominion over them is chiefly exercised” (= Berkenaan dengan pandangan bahwa orang itu tinggal di
pekuburan, karena setan senang dengan bau busuk dari mayat, atau dipuaskan oleh
bau persembahan / korban, atau karena mereka menjaga jiwa-jiwa yang ingin untuk
mendekati tubuh-tubuh mereka; itu merupakan omong kosong, dan bahkan merupakan
suatu dugaan yang bodoh. Sebaliknya, orang yang malang ini dijaga untuk tetap
berada di pekuburan oleh roh jahat, supaya ia mempunyai kesempatan untuk
menakut-nakutinya terus-menerus dengan pandangan kematian yang menyedihkan,
seakan-akan ia dipotong dari masyarakat dan sudah tinggal bersama dengan orang
mati. Dari hal ini kita juga belajar bahwa setan tidak hanya menyiksa manusia
dalam hidup ini, tetapi mengejar mereka bahkan sampai pada kematian, dan bahwa
dalam kematian penguasaannya atas mereka secara terutama dijalankan) - hal 429.
Catatan: kata-kata terakhir dari kutipan ini
tidak berarti bahwa Calvin mempercayai bahwa setan bisa menyiksa manusia
setelah kematian, tetapi hanya bahwa begitu mati, setan mendapatkan kemenangan
mutlak atas orang itu.
Calvin: “It
was indeed a sad and shocking exhibition, but may serve to remind us how
wretched and alarming it is to be placed under the tyranny of Satan, and also
that bodily agony, however violent or cruel, is not more to be dreaded than distress
of mind” (= Itu memang merupakan
pertunjukan yang menyedihkan dan mengejutkan, tetapi bisa berfungsi untuk
mengingatkan kita betapa menyedihkan / buruk dan menakutkan untuk ditempatkan
di bawah kekejaman Setan, dan juga bahwa penderitaan jasmani, bagaimanapun
berat atau kejamnya, tidak boleh lebih ditakuti dari pada penderitaan pikiran) - hal 430.
4) Dari semua detail-detail dalam
cerita ini terlihat dengan jelas bahwa ini memang merupakan kasus kerasukan
setan.
Tetapi bandingkan dengan komentar William
Barclay tentang cerita ini.
Barclay: “This
man was a case of violent insanity. ... When Jesus asked the man his name, he
answered, ‘Legion.’ ... Doubtless this man had seen a Roman legion on the
march, and his poor, afflicted mind felt that there was not one demon but a
whole regiment inside him. It may well be that the word haunted him because he
had seen atrocities carried out by a Roman legion when he was a child. It was
possible that it was the sight of such atrocities which left a scar upon his
mind and ultimately sent him mad. ... He would never have believed that he was
cured unless he had visible demonstration. Nothing less than the visible
departure of the demons would have convinced him. Surely what happened was
this. The herd of swine was feeding there on the mountain side. Jesus was
exerting his power to cure what was a very stubborn case. Suddenly the man’s
wild shouts and screams disturbed the swine and they went dashing down the
steep place into the sea in blind terror. ‘Look!’ said Jesus, ‘Look! Your
demons are gone!’ Jesus had to find a way to get into the mind of this poor
man; and in that way he found it”
(= Orang ini merupakan suatu kasus kegilaan yang hebat. ... Pada waktu Yesus
menanyakan orang ini namanya, ia menjawab: ‘Legion’. ... Tidak diragukan bahwa
orang ini pernah melihat suatu Legion Romawi sedang berbaris / bergerak, dan
pikirannya yang malang dan tersiksa / menderita itu merasa bahwa di dalam
dirinya bukan ada satu setan tetapi seluruh resimen. Mungkin juga bahwa kata itu
menghantui dia karena ia pernah melihat kekejaman yang dilakukan oleh legion
Romawi pada waktu ia adalah seorang anak kecil. Adalah mungkin bahwa
pemandangan terhadap kekejaman seperti itu meninggalkan bekas luka pada
pikirannya dan akhirnya membuat ia menjadi gila. ... Ia tidak pernah akan
mempercayai bahwa ia telah disembuhkan kecuali ia mendapatkan pertunjukkan yang
bisa dilihat. Tidak kurang dari tindakan meninggalkan yang bisa dilihat dari
setan-setan itu bisa meyakinkan dia. Pasti yang terjadi adalah ini. Kumpulan
babi itu sedang makan pada lereng gunung. Yesus sedang mengerahkan kekuatanNya
untuk menyembuhkan apa yang merupakan kasus yang sangat sukar untuk
disembuhkan. Tiba-tiba teriakan dan jeritan yang liar dari orang itu mengganggu
/ mengejutkan babi-babi itu dan mereka lari menuruni tempat yang curam itu ke
dalam laut / danau dalam ketakutan yang buta. ‘Lihat!’, kata Yesus, ‘Lihat!
Setan-setanmu telah pergi / hilang!’. Yesus harus menemukan suatu cara untuk
masuk ke dalam pikiran dari orang yang malang ini; dan dengan cara itu Ia
menemukannya) - hal
107,108.
Kalau kata-kata Barclay benar, maka
Yesusnya berdusta, karena sebetulnya tidak ada setan, tetapi Ia mengatakan ‘Setan-setanmu telah pergi / hilang’. Dan entah bagaimana Barclay
menjelaskan pembicaraan antara Yesus dengan setan-setan itu.
A. T. Robertson: “Some hold that it is merely the
ancient way of describing disease. But that does not explain the situation
here. Jesus is represented as treating the demons as real existences separate
from the human personality” (= Sebagian orang percaya bahwa
ini sekedar merupakan cara kuno untuk menggambarkan penyakit. Tetapi itu tidak
menjelaskan situasi di sini. Yesus digambarkan sebagai memperlakukan
setan-setan sebagai keberadaan-keberadaan nyata yang terpisah dari kepribadian
manusia) - ‘Word Pictures in the New
Testament’, vol I, hal
69.
1) Orang
yang kerasukan itu mendatangi Yesus.
Ay 27a: “Setelah
Yesus naik ke darat, datanglah seorang laki-laki dari kota itu menemui Dia;
orang itu dirasuki oleh setan-setan ...”.
Mengapa setan-setan itu membawa orang itu untuk mendatangi Yesus?
Calvin: “They
did not come of their own accord into the presence of Christ, but were drawn by
a secret exercise of his authority. ... a superior power compels them to appear
reluctantly at the tribunal of their judge. Hence we infer, that the whole of
Satan’s kingdom is subject to the authority” (= Mereka tidak datang ke hadapan Kristus dari
persetujuan mereka sendiri, tetapi ditarik oleh penggunaan otoritasNya yang
bersifat rahasia. ... suatu kuasa yang lebih besar memaksa mereka untuk
menghadap dengan segan pada pengadilan dari hakim mereka. Karena itu kami
menyimpulkan bahwa seluruh kerajaan Setan tunduk kepada otoritasNya) -
hal 430.
Norval Geldenhuis mengatakan bahwa
mungkin orang itu ingin menyerang Yesus dan murid-muridNya, tetapi begitu
bertemu dengan Yesus, Yesus mengusir setan-setan itu, dan karena itu orang itu
lalu tersungkur / menyembah Yesus. Saya lebih condong kepada penafsiran Geldenhuis
dari pada penafsiran Calvin.
2) Orang yang kerasukan
setan itu menyembah Yesus.
Ay 28a: “Ketika ia melihat Yesus, ia berteriak lalu tersungkur di
hadapanNya”.
Mark 5:6 - “Ketika ia melihat Yesus dari jauh, berlarilah ia mendapatkanNya
lalu menyembahNya”.
Mengapa orang itu menyembah Yesus?
William Hendriksen: “This
‘homage,’ however, is an act of fear rather than humble reverence” (= Tetapi, ‘penghormatan / penyembahan’ ini merupakan
tindakan dari ketakutan dari pada rasa hormat yang rendah hati) - hal 446.
3) Yesus
menyuruh setan-setan itu keluar dari orang itu.
Ay 28-29a: “(28) Ketika ia melihat Yesus, ia berteriak lalu
tersungkur di hadapanNya dan berkata dengan suara keras: ‘Apa urusanMu dengan
aku, hai Yesus Anak Allah Yang Mahatinggi? Aku memohon kepadaMu, supaya Engkau
jangan menyiksa aku.’ (29) Ia berkata demikian sebab Yesus memerintahkan roh
jahat itu keluar dari orang itu”.
4) Jawaban
/ tanggapan setan.
Ay 28: “Ketika ia melihat Yesus, ia berteriak lalu tersungkur di
hadapanNya dan berkata dengan suara keras: ‘Apa urusanMu dengan aku, hai Yesus
Anak Allah Yang Mahatinggi? Aku memohon kepadaMu, supaya Engkau jangan menyiksa
aku.’.
Bdk. Mat 8:29 - “Dan mereka itupun berteriak, katanya: ‘Apa urusanMu
dengan kami, hai Anak Allah? Adakah Engkau ke mari untuk menyiksa kami sebelum
waktunya?’”.
Mark 5:7 - “dan dengan keras ia berteriak: ‘Apa urusanMu dengan aku,
hai Yesus, Anak Allah Yang Mahatinggi? Demi Allah, jangan siksa aku!’”.
a) ‘Apa urusanMu dengan aku, hai Yesus Anak
Allah Yang Mahatinggi?’.
A. T. Robertson: “They know that there is nothing in
common between them and the Son of God” (= Mereka tahu bahwa
tidak ada persamaan antara mereka dengan Anak Allah) - ‘Word Pictures in the New Testament’,
vol I, hal 70.
Bandingkan dengan kata-kata Saksi-Saksi
Yehuwa. Dalam majalah Menara Pengawal, tg 15 Agustus 2002, hal 11,
dikatakan: “Ketika Yesus merasa lelah dan
lapar, Setan berupaya menggodanya. Betapa berbedanya kedua putra Allah
ini!”. Jadi, mereka menyebut setan sebagai ‘putra Allah’. Waktu saya tanyakan mengapa setan
disebut ‘putra Allah’, mereka
menjawab: ‘Karena ia diciptakan sebagai
malaikat’. Kalau demikian, mengapa setan-setan ini tidak berkata: ‘Hai ko de!’?
b) ‘Aku memohon kepadaMu, supaya Engkau jangan
menyiksa aku.’.
Calvin: “As
criminals, when they come to the judgment-seat, expect their punishment, so
devils and all wicked men must tremble at the sight of God, as truly as if they
already experienced hell, the unquenchable fire, and the torments that await
them. Now, the devils knew that Christ was the Judge of the world; and
therefore we need not wonder that the sight of him impressed them with dread of
immediate torment” (= Seperti
kriminal-kriminal mengharapkan hukuman mereka pada waktu mereka datang pada
kursi penghakiman, demikianlah setan-setan dan semua orang jahat pasti gemetar
pada saat melihat Allah, sama benarnya seperti jika mereka sudah mengalami
neraka, api yang tak terpadamkan, dan siksaan-siksaan yang menanti mereka.
Setan tahu bahwa Kristus adalah Hakim dari dunia ini; dan karena itu kita tidak
perlu heran bahwa penglihatan tentang Dia memberikan kesan kepada mereka dengan
rasa takut terhadap siksaan langsung) - hal 431-432.
c) Kata-kata ‘sebelum waktunya’ dalam Mat 8:29 menunjukkan bahwa penyiksaan itu ada
dan waktunya sudah ditetapkan.
Bdk. Kis 17:31 - “Karena Ia telah menetapkan suatu hari, pada waktu
mana Ia dengan adil akan menghakimi dunia oleh seorang yang telah ditentukanNya,
sesudah Ia memberikan kepada semua orang suatu bukti tentang hal itu dengan
membangkitkan Dia dari antara orang mati.’”.
Memang Kis 17:31 membicarakan
penghakiman, tetapi pada penghakiman itu juga setan (dan semua orang berdosa
yang tidak percaya kepada Yesus) akan dihukum dan dibuang ke neraka.
Bandingkan dengan:
·
Wah 20:10
- “dan Iblis, yang menyesatkan
mereka, dilemparkan ke dalam lautan api dan belerang, yaitu tempat
binatang dan nabi palsu itu, dan mereka disiksa siang malam sampai
selama-lamanya”.
·
Mat 25:41
- “Dan Ia akan berkata juga kepada mereka
yang di sebelah kiriNya: Enyahlah dari hadapanKu, hai kamu orang-orang
terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan
malaikat-malaikatnya”.
Setan tahu akan hal ini, dan dari
kata-kata mereka jelas terlihat bahwa mereka sangat takut akan hal itu. Ini
jelas bertentangan dengan ajaran Saksi-Saksi Yehuwa, yang tidak mempercayai
adanya neraka. Kalau neraka memang tidak ada, apa yang menyebabkan setan-setan
itu begitu takut? Perhatikan juga bahwa baik ay 28, Mat 8:29, Mark 5:7
menggunakan kata ‘siksa’ / ‘menyiksa’, bukan ‘memusnahkan’.
d) Calvin mengatakan bahwa kata-kata
setan ini menunjukkan keinginan untuk menunda penghukuman tetapi ini tidak ada
gunanya.
Calvin: “the
reprobate never reckon that ‘the time’ for punishing them is fully come: for
they would willingly delay it from day to day. Any measure of delay, which the
Lord is pleased to allow them, is counted gain; and thus by subterfuges they
endeavour to avoid his sentence, though attempt is to no purpose” (= orang-orang yang ditentukan untuk binasa tidak pernah
menganggap bahwa ‘waktu’ untuk menghukum mereka sudah datang: karena mereka
ingin menundanya dari hari ke hari. Setiap penundaan, yang Tuhan berkenan untuk
ijinkan, dianggap sebagai suatu keuntungan; dan demikikanlah dengan dalih-dalih
/ alasan-alasan mereka berusaha untuk menghindari hukumanNya, sekalipun usaha
ini tidak ada gunanya)
- hal 432.
5) Pembicaraan
selanjutnya antara Yesus dan setan.
a) Ay
30: “Dan
Yesus bertanya kepadanya: ‘Siapakah namamu?’ Jawabnya: ‘Legion,’ karena ia
kerasukan banyak setan”.
Calvin: “Legion
denotes here not a definite number of men, but merely a great multitude. Hence
it is evident what a wretched creature man is, when he is deprived of the
divine protection. Every man is not only exposed to a single devil, but becomes
the retreat of vast numbers” (=
Di sini ‘Legion’ tidak menunjuk kepada suatu jumlah orang yang tertentu, tetapi
hanya suatu kumpulan yang banyak. Karena itu nyatalah betapa malangnya manusia
pada waktu ia tidak mendapatkan perlindungan ilahi. Setiap orang bukan hanya
terbuka terhadap satu setan, tetapi menjadi tempat persembunyian dari sejumlah
besar setan) - hal
432.
b) Ay 31:
“Lalu
setan-setan itu memohon kepada Yesus, supaya Ia jangan memerintahkan mereka masuk
ke dalam jurang maut”.
Mark 5:10 - “Ia memohon dengan sangat supaya Yesus jangan mengusir
roh-roh itu keluar dari daerah itu”.
Mungkin yang dimaksudkan ‘daerah itu’ adalah ‘bumi’, sehingga diusir dari daerah itu
berarti mereka dibuang ke dalam ‘jurang
maut’ (bdk. Wah 9:1,2,11), dan ini oleh banyak orang diartikan
sebagai neraka.
c) Ay
32: “Adalah
di sana sejumlah besar babi sedang mencari makan di lereng gunung, lalu
setan-setan itu meminta kepada Yesus, supaya Ia memperkenankan mereka memasuki
babi-babi itu. Yesus mengabulkan permintaan mereka”.
Markus mengatakan jumlah babi adalah
2000, dan kalau 1 ekor babi harganya Rp 1 juta, maka semuanya ini harganya Rp 2
Milyar.
Calvin yakin bahwa setan-setan itu
ingin melakukan ini supaya pemilik babi marah kepada Allah / Yesus karena
penyembuhan orang tersebut. Kristus mengijinkan, untuk menguji orang-orang di
sana / pemilik babi, atau untuk menghukum mereka karena dosa-dosa mereka. Ingat
bahwa babi adalah binatang haram berdasarkan hukum Musa. Kalau ini benar, ini
menunjukkan sikap Yesus terhadap orang yang mau / berani melanggar hukum Tuhan
demi uang.
Ada juga yang mengatakan bahwa Yesus
mengijinkan setan-setan itu masuk ke dalam babi-babi itu supaya orang yang
dirasuk setan itu bisa melihat bahwa setan-setan itu memang sudah keluar dari
dirinya. Ini mempunyai manfaat psikologis baginya.
Sekalipun kita tidak bisa memastikan
alasan Yesus untuk mengijinkan, tetapi kita tahu bahwa Ia pasti mempunyai
alasan untuk mengijinkan hal itu.
Akibat dari ijin yang diberikan itu,
terjadilah ay 33: “Lalu keluarlah setan-setan itu dari orang
itu dan memasuki babi-babi itu. Kawanan babi itu terjun dari tepi jurang ke
dalam danau lalu mati lemas”.
William Hendriksen: “without
this permission the demons would not have been able to carry out their plan.
... everything, even in the realm of demons, is completely under Christ’s
control” (= tanpa ijin ini
setan-setan tidak akan bisa melaksanakan rencana mereka. ... segala sesuatu,
bahkan dalam alam setan, sepenuhnya ada di bawah kontrol dari Kristus) - hal 447.
6) Orang
yang kerasukan itu sembuh.
Ay 35b: “.. orang yang telah ditinggalkan setan-setan itu duduk
di kaki Yesus; ia telah berpakaian dan sudah waras”.
Calvin: “Though
we are not tortured by the devil, yet he holds us as his slaves, till the Son
of God delivers us from his tyranny. Naked, torn, and disfigured, we wander
about, till he restores us to soundness of mind” (= Sekalipun kita tidak disiksa oleh setan, tetapi ia
memegang kita sebagai budaknya, sampai Anak Allah membebaskan kita dari
kekejamannya. Telanjang, compang-camping, dan jelek, kita mengembara, sampai Ia
memulihkan kita kepada pikiran yang sehat) - hal 436.
1) Reaksi
orang-orang Gadara / Gerasa.
Ay 34-37: “(34) Setelah penjaga-penjaga babi itu melihat apa yang
telah terjadi, mereka lari lalu menceritakan hal itu di kota dan di
kampung-kampung sekitarnya. (35) Dan keluarlah orang-orang untuk melihat apa
yang telah terjadi. Mereka datang kepada Yesus dan mereka menjumpai orang yang
telah ditinggalkan setan-setan itu duduk di kaki Yesus; ia telah berpakaian dan
sudah waras. Maka takutlah mereka. (36) Orang-orang yang telah melihat
sendiri hal itu memberitahukan kepada mereka, bagaimana orang yang dirasuk
setan itu telah diselamatkan. (37) Lalu seluruh penduduk daerah Gerasa meminta
kepada Yesus, supaya Ia meninggalkan mereka, sebab mereka sangat ketakutan.
Maka naiklah Ia ke dalam perahu, lalu berlayar kembali”.
a) Mereka sedikitpun tidak peduli
terhadap kesembuhan orang yang dirasuk setan itu.
William Hendriksen: “Note
that they show no interest whatever in the restoration of the demoniac” (= Perhatikan bahwa mereka tidak menunjukkan perhatian /
kepedulian apapun terhadap pemulihan dari orang yang kerasukan setan itu) - hal 449.
Penerapan:
Jaman sekarang juga ada banyak orang kristen
yang tidak peduli apakah seseorang bertobat atau tidak.
b) Mereka meminta Yesus meninggalkan
daerah mereka (ay 37).
1. Sebetulnya ada alasan-alasan yang
menyebabkan mereka tidak mengusir Yesus.
·
dari
kata-kata ‘maka takutlah mereka’ (ay 35b) dan kata ‘meminta’ (ay 37), dan ‘sangat ketakutan’ (ay 37) menunjukkan bahwa mereka yakin bahwa Yesus memang
adalah hamba Tuhan / nabi!
·
Kesembuhan
orang yang dirasuk setan itu sebetulnya menguntungkan mereka karena mereka
bebas dari ketakutan yang selama ini ada pada mereka terhadap orang yang
kerasukan setan itu.
Leon Morris (Tyndale) mengutip
kata-kata Farrar: “the freeing of the neighbourhood from the peril and
terror of this wild maniac was a greater benefit to the whole city than the
loss of this herd” (= pembebasan
lingkungan itu dari bahaya dan rasa takut dari orang gila yang liar ini
merupakan keuntungan yang lebih besar bagi seluruh kota dari pada kehilangan /
kerugian babi-babi ini)
- hal 156.
Bdk. Mat 8:28 - “Setibanya di seberang, yaitu di daerah orang Gadara,
datanglah dari pekuburan dua orang yang kerasukan setan menemui Yesus. Mereka
sangat berbahaya, sehingga tidak seorangpun yang berani melalui jalan itu”.
2. Tetapi
toh seluruh penduduk meminta Yesus untuk pergi (ay 37a).
·
Ini jelas
disebabkan karena kerugian babi-babi yang mereka alami.
·
Mengapa
seluruh penduduk itu meminta Yesus meninggalkan mereka? Mungkin karena mereka
semua memelihara babi.
·
Ini jelas
menunjukkan bahwa mereka lebih mementingkan harta / babi mereka dari pada
kesembuhan / keselamatan orang yang dirasuk itu, maupun dari pada keselamatan
mereka sendiri.
Norval Geldenhuys (NICNT): “it
is clear that they attached far more value to their earthly possession than to
the salvation of the possessed man and their own salvation as well” (= adalah jelas bahwa mereka memberikan nilai yang jauh
lebih besar pada milik / harta duniawi mereka dari pada kepada keselamatan dari
orang-orang yang kerasukan itu dan juga pada keselamatan mereka sendiri) - hal 256.
Calvin: “Thus
at the present day, so long as men believe that the kingdom of God is opposed
to their interest, ... they are prepossessed by a depraved and carnal fear, and
have no relish for his grace” (=
Demikianlah pada masa ini, selama manusia percaya bahwa kerajaan Allah
bertentangan dengan kepentingan mereka, ... mereka sudah dikuasai oleh rasa
takut yang bejad dan bersifat daging, dan tidak mempunyai kesukaan untuk kasih
karuniaNya) - hal 435.
Calvin: “It
is a mark of shameful insensibility in those men, that the loss of their swine
gives them more alarm than the salvation of their soul would give them joy” (= Merupakan suatu tanda ketidak-berperasaan yang
memalukan dalam orang-orang ini, bahwa kehilangan babi-babi mereka memberikan
mereka rasa takut yang lebih besar dari pada keselamatan jiwa mereka memberikan
mereka sukacita) - hal
435.
Pulpit Commentary: “They
felt they could not keep both the Saviour and their swine, and of the two they
preferred their swine” (= Mereka
merasa bahwa mereka tidak bisa memegang sang Juruselamat dan babi mereka, dan
dari kedua hal itu mereka lebih memilih babi mereka) - hal 208.
Ini tidak berbeda dengan pemuda kaya
dalam Mat 19:21-22 - “(21) Kata
Yesus kepadanya: ‘Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala
milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh
harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku.’ (22) Ketika orang
muda itu mendengar perkataan itu, pergilah ia dengan sedih, sebab banyak
hartanya”.
J. Sidlow Baxter, dalam buku saat teduh
tahunannya yang berjudul Awake My Heart,
tgl 1 Maret, memberikan suatu cerita sebagai berikut:
“There was a young man in Lancashire who used to be
anxious about salvation as he heard the preachers in the local church. He had
determined, however, that when he grew up he would somehow become owner of a
cotton mill; and not even salvation must interfere with that. For years he
worked inordinately, until, in his forties, he owned a big mill and much money.
Then he became ill and lay dying. He died frantically muttering, ‘Over there
... Jesus ... saying something ... but ... I cannot hear for the noise of the
mill’” (= Ada seorang muda di Lancashire yang menguatirkan
keselamatannya pada saat ia mendengar pengkhotbah-pengkhotbah di gereja lokal.
Tetapi ia telah memutuskan bahwa kalau ia dewasa ia akan menjadi pemilik dari
pemintalan kapas; dan bahkan keselamatan tidak boleh mencampuri hal itu. Selama
bertahun-tahun ia bekerja bukan main banyaknya, sampai pada usia empatpuluhan
ia memiliki pemintalan kapas yang besar dan banyak uang. Lalu ia jatuh sakit
dan terbaring dalam keadaan sekarat. Ia mati dengan sangat ketakutan sambil
berkomat-kamit: ‘Di sana ... Yesus ... berkata sesuatu ... tetapi ... saya
tidak bisa mendengarnya karena suara bising pemintalan kapas’).
J. Sidlow Baxter, dalam buku saat teduh
tahunannya ‘Awake My Heart’, tgl 9
Maret memberikan puisi sebagai berikut:
“Rabbi, begone! Thy powers
Bring loss to us and ours.
Our ways are not as Thine.
Thou lovest men, we, swine.
Oh, get you hence, Omnipotence,
And take this fool of Thine!
His soul? What care we for his soul?
What good to us that Thou hast made him whole,
Since we have lost our swine?
And Christ went sadly,
He had wrought for them a sign
Of love, and hope, and tenderness divine;
They wanted - swine!
Christ stands without our door and gently knocks;
But if our gold, or swine, the entrance blocks,
He forces no man’s hold - He will depart,
And leaves us to the meanness of our heart”
(= Rabi / Guru,
enyahlah! KuasaMu
Membawa
kerugian / kehilangan kepada kami dan milik kami
Jalan kami
tidaklah seperti jalanMu
Engkau
mengasihi manusia, kami mengasihi babi.
O, pergilah
dari sini, Yang mahakuasa.
Dan bawalah
orang tolol milikMu ini!
Jiwanya? Apa
peduli kami tentang jiwanya?
Apa untungnya
bagi kami bahwa Engkau telah membuatnya utuh,
Karena kami
telah kehilangan babi kami?
Dan Kristus
pergi dengan sedih,
Ia telah
membuat tanda untuk mereka
Tentang kasih,
dan pengharapan, dan kelembutan ilahi;
Mereka
menginginkan - babi!
Kristus berdiri
di luar pintu kita dan mengetuk dengan lembut;
Tetapi jika
emas kita, atau babi, menutup jalan masuk,
Ia tidak
memaksa penolakan manusia - Ia akan pergi,
Dan
meninggalkan kita pada kepicikan / kejahatan hati kita).
Pulpit Commentary: “Are
there not many whose secret heart protests, ‘Let us alone, Lord God! Let us
make money as best we can; eat, drink, and enjoy ourselves. Away with the
spiritual - with Church, with God! Give us our swine, and let heaven go!’” (= Bukankah banyak orang yang hatinya memprotes secara
diam-diam: ‘Biarkan kami sendiri, Tuhan Allah! Biarkan kami mencari uang sebaik
kami bisa; makan, minum, dan menikmati diri kami sendiri. Enyah dengan hal-hal
rohani - dengan Gereja, dengan Allah! Berikanlah kami babi kami, dan biarlah
surga enyah!’) - hal
215.
c) Yesus meninggalkan tempat itu (ay
37b).
Pulpit Commentary: “The
chance, as far as the Gadarene district was concerned, was gone for ever. Jesus
probably returned thither no more. Within forty years this district was the
scene of one of the terrible calamities of the great Roman war. The sack of
Gadara, and the desolation and ruin which was the hapless lot of this once
wealthy but evil-livingly district, is one of the many melancholy chapters of
the hopeless Jewish revolt ... A modern traveller, Dr. Thomson, remarks, singularly
enough, that the old district of Gadara at the present day is infested with
wild, fierce hogs: ‘Everywhere,’ he writes, ‘the land is ploughed up by wild
hogs in search of roots on which they live’” (= Kesempatan bagi daerah Gadara hilang selama-lamanya.
Mungkin Yesus tidak pernah kembali ke sana lagi. Dalam 40 tahun daerah ini
merupakan pemandangan dari salah satu bencana-bencana yang hebat dari perang
Romawi yang besar. Penjarahan Gadara, dan perusakan dan reruntuhan yang
merupakan nasib sial dari daerah yang dulunya kaya tetapi hidup secara berdosa
ini, merupakan satu dari banyak babak yang menyedihkan dari pemberontakan
Yahudi yang tidak ada harapan ... Seorang pelancong modern, Dr. Thomson,
mengatakan secara cukup luar biasa bahwa daerah kuno Gadara pada saat ini
ditempati dengan babi-babi yang liar dan garang: ‘Di mana-mana’ tulisnya,
‘tanah itu dibajak oleh babi-babi liar yang mencari akar-akar dengan mana
mereka hidup’) - hal
208.
2) Reaksi
orang yang telah disembuhkan itu.
a) Ia ingin menyertai Yesus.
Ay 38a:
“Dan
orang yang telah ditinggalkan setan-setan itu meminta supaya ia diperkenankan
menyertaiNya”.
b) Yesus melarangnya dan menyuruhnya
melakukan hal yang lain.
Ay 38b-39:
“(38b)
Tetapi Yesus menyuruh dia pergi, kataNya: (39) ‘Pulanglah ke rumahmu dan
ceriterakanlah segala sesuatu yang telah diperbuat Allah atasmu.’ Orang itupun
pergi mengelilingi seluruh kota dan memberitahukan segala apa yang telah
diperbuat Yesus atas dirinya”.
1. Setiap
orang mempunyai panggilan dari Tuhan yang berbeda.
Maria Magdalena juga dilepaskan dari
setan tetapi ia diijinkan mengikuti Yesus secara jasmani (Luk 8:1-2), tetapi
orang ini disuruh tinggal untuk memberitakan Injil!
Marta disalahkan karena melayani
sehingga tidak bersekutu dengan Dia (Luk 10:38-42), tetapi orang ini disuruh
melayani sehingga tidak bisa bersama Dia secara jasmani.
2. Bahwa ‘doa’ orang ini ditolak (ay
38), sedangkan ‘doa’ setan dikabulkan (ay 32b), dan demikian juga ‘doa’ dari
seluruh penduduk Gadara / Gerasa (ay 37b), bukanlah bukti bahwa Yesus lebih
mengasihi setan dan orang-orang yang mengusirNya itu.
3. Yesus menyuruh orang itu
memberitakan apa yang telah ia alami dan orang itu melakukannya.
a. Bagian ini menunjukkan keilahian
Yesus.
·
Mark 5:19
- “Yesus tidak memperkenankannya, tetapi
Ia berkata kepada orang itu: ‘Pulanglah ke rumahmu, kepada orang-orang
sekampungmu, dan beritahukanlah kepada mereka segala sesuatu yang telah
diperbuat oleh Tuhan (TDB: ‘Yehuwa’) atasmu
dan bagaimana Ia telah mengasihani engkau!’”.
·
Luk 8:39
- “‘Pulanglah ke rumahmu dan
ceriterakanlah segala sesuatu yang telah diperbuat Allah atasmu.’”.
Apa yang Yesus perintahkan itu sesuai
dengan Maz 66:16 - “Marilah,
dengarlah, hai kamu sekalian yang takut akan Allah, aku hendak
menceritakan apa yang dilakukanNya terhadap diriku”.
Tetapi apa yang lalu terjadi?
¨
Mark 5:20
- “Orang itupun pergilah dan mulai
memberitakan di daerah Dekapolis segala apa yang telah diperbuat Yesus
atas dirinya dan mereka semua menjadi heran”.
¨
Luk 8:39b
- “Orang itupun pergi mengelilingi
seluruh kota dan memberitahukan segala apa yang telah diperbuat Yesus
atas dirinya”.
Jelas bahwa Yesus dianggap sebagai ‘Tuhan’ (TDB: ‘Yehuwa’) dan ‘Allah’.
Pulpit Commentary: “It
is noteworthy how the Master referred the great act of deliverance to God. But
to the restored, Jesus was at once his Deliverer and his God” (= Patut diperhatikan bagaimana sang Tuhan / Guru
mengarahkan tindakan pembebasan yang besar kepada Allah. Tetapi bagi orang yang
dipulihkan itu, Yesus adalah sekaligus Pembebasnya dan Allahnya) - hal 209.
Leon Morris (Tyndale): “Luke
will want us to catch the allusion that what Jesus had done God had done” (= Lukas menghendaki kita menangkap penunjukkan tidak
langsung bahwa apa yang Yesus lakukan, Allah telah lakukan) - hal 157.
b. Mengapa di sini orang itu boleh
memberitakan apa yang Yesus lakukan, sedangkan dalam banyak kasus lain tidak
boleh? Mungkin karena daerah ini adalah daerah non Yahudi, dan karena itu tidak
ada problem dengan pemberitaan itu. Tetapi di daerah orang-orang Yahudi, bisa
menjadi problem.
c. Orang itu memberitakan ‘Injil’!
Orang yang betul-betul merasakan berkat
dari Tuhan / kasih dari Tuhan, pasti akan memberitakan Injil!
Calvin: “in
magnifying his grace, we testify our gratitude” (= Dalam membesarkan kasih karuniaNya, kita menyaksikan
rasa terima kasih kita)
- hal 436.
C. H. Spurgeon: “If
you can tell such a story, do not keep it to yourself. If Jesus has done great
things for thee, be ever ready to speak of it, till all men shall know what
Christ can do. ... If you have been valiant against the truth, be valiant for
the truth. If you were not lukewarm when you served Satan, be not lukewarm now
that you have come to serve Christ” (= Jika engkau bisa menceritakan cerita
seperti itu, jangan menyimpannya bagi dirimu sendiri. Jika Yesus telah
melakukan hal-hal yang besar untukmu, siaplah selalu untuk membicarakannya,
sampai semua orang mengetahui apa yang Kristus bisa lakukan. ... Jika engkau
pernah berani menentang kebenaran, beranilah untuk kebenaran. Jika dulu engkau
tidak suam-suam kuku pada waktu engkau melayani Setan, janganlah sekarang
suam-suam kuku pada waktu engkau telah datang untuk melayani Kristus) - ‘Spurgeon’s
Expository Encyclopedia’, vol 3, hal 275-276.
Penerapan:
Saudara mungkin tidak pernah dilepaskan
dari kerasukan seperti dalam cerita ini, tetapi kalau saudara betul-betul sudah
diselamatkan, dan tahu bahwa tadinya saudara menuju ke neraka dan sekarang
menuju ke surga, maka seharusnya saudara juga merasakan betapa besar kasih
Tuhan kepada saudara, dan seharusnya saudara juga memberitakan kasih Tuhan!
Norval Geldenhuys (NICNT): “it is
heartening to be brought by this story to a fresh realisation that Christ Jesus
is the Conqueror of all evil spirits. ... where God still permits them to make
assaults upon the faithful, this is only to test and refine us, and He never
gives them free play. Ere long an end will be put for ever to their activities,
when He comes in power and glory to establish His everlasting and heavenly
kingdom upon the new earth” (=
merupakan sesuatu yang membesarkan hati untuk dibawa oleh cerita ini kepada
suatu kesadaran yang segar bahwa Kristus Yesus adalah sang Penakluk dari semua
roh-roh jahat. ... dimana Allah mengijinkan mereka untuk menyerang orang-orang
yang setia, ini hanya untuk menguji dan memurnikan kita, dan Ia tidak pernah
memberi mereka kebebasan. Tidak lama lagi aktivitas mereka akan diakhiri, pada
waktu Ia datang dalam kuasa dan kemuliaan untuk menegakkan kerajaanNya yang
kekal dan surgawi di atas bumi yang baru) - hal 257.
-AMIN-
email us at : gkri_exodus@lycos.com