Eksposisi Kitab Nehemia
oleh: Pdt. Budi Asali MDiv.
NEHEMIA 3:1-32
Situasi yang jelek sering
berfungsi sebagai cambuk yang memaksa kita untuk tidak hidup santai.
Orang-orang Yahudi pada jaman Nehemia ini, mengalami situasi yang jelek
(Neh 1:3), dan disamping itu mereka punya musuh-musuh (Neh 2:10,19).
Semua ini betul-betul menjadi cambuk bagi mereka dalam pelayanan.
I) Pelayanan
mereka:
A) Semua golongan orang ikut melayani.
Tidak
ada golongan yang terlalu tinggi sehingga tidak perlu melayani, dan tidak ada
golongan yang terlalu rendah sehingga tidak layak untuk bekerja (kecuali
golongan kafir dalam Neh 2:20b).
Golongan
apa saja yang ikut bekerja / melayani?
1) Golongan
hamba-hamba Tuhan, yaitu imam, imam besar dan orang Lewi (ay 1,17,22).
Hamba
Tuhan memang punya tugas untuk mengajar supaya jemaat bisa melayani
(Ef 4:12), tetapi itu tidak berarti bahwa hamba Tuhan itu sendiri tidak
perlu bekerja / melayani!
Sekarang
mari kita perhatikan, pekerjaan yang mereka lakukan:
a) Pekerjaan jasmani.
Dalam
ay 1,17,22 mereka memasang pintu dan melakukan perbaikan-perbaikan. Ini
jelas adalah pekerjaan jasmani!
Seorang
hamba Tuhan memang seharusnya berkonsentrasi dalam pekerjaan-pekerjaan rohani,
terutama dalam doa dan pemberitaan Firman Tuhan (bdk. Kis 6:1-6). Karena
itu, kalau keadaan tidak mendesak, maka gereja / Majelis tidak boleh membebani
hamba Tuhan dengan pekerjaan jasmani yang bisa ditangani oleh orang lain.
Tetapi dalam keadaan darurat seperti pada jaman Nehemia ini, hamba
Tuhanpun harus melakukan pekerjaan-pekerjaan jasmani!
b) Pekerjaan rohani.
Dalam
ay 1 dikatakan bahwa mereka mentahbiskan tembok / pintu gerbang. Hal ini
mereka lakukan dengan doa dan pemberian persembahan korban bakaran kepada
Tuhan, dengan mana mereka menyerahkan tembok / pintu itu kepada Tuhan.
Rupa-rupanya setiap ada suatu bagian selesai dibangun / diperbaiki, lalu bagian
itu mereka tahbiskan. Setelah seluruh tembok selesai, maka dalam Neh 12:27
dst, kita melihat bahwa mereka mentahbiskan lagi tembok itu secara keseluruhan.
Hal
yang menarik di sini adalah: sekalipun mereka cuma membangun tembok / pintu
yang jelas merupakan sesuatu yang bersifat jasmani, tetapi mereka
memperlakukannya secara rohani dengan mentahbiskan.
Penerapan:
Kalau
saudara melakukan pelayanan yang bersifat rohani, seperti memberitakan Firman
Tuhan, menjadi chairman / pemimpin
liturgi dsb, mungkin saudara memperlakukannya secara rohani dengan berdoa lebih
dulu dsb. Tetapi bagaimana kalau saudara melakukan suatu pelayanan yang bersifat
jasmani, seperti disuruh membeli barang, disuruh memfotocopy dsb? Apakah
saudara juga memperlakukannya secara rohani dengan berdoa lebih dulu, meminta
pimpinan Tuhan, dsb?
2) Golongan
orang berpangkat / penguasa (ay 9,12,14-19).
Mereka
ini pasti adalah orang-orang sibuk, tetapi mereka toh mau bekerja! Mereka
adalah orang-orang yang biasanya dihormati, tetapi mereka tidak mempertahankan
gengsi mereka. Mereka mau merendahkan diri dan ikut bekerja bersama-sama dengan
orang-orang lain!
Penerapan:
Maukah
saudara memberikan waktu untuk pelayanan, sekalipun saudara adalah orang
sibuk? Maukah saudara melayani bersama-sama dengan orang-orang yang lebih
rendah (pendidikannya, status sosial / ekonominya) dari saudara?
3) Golongan
perempuan (ay 12).
Salum
bin Halohesy adalah seorang penguasa! Tetapi:
·
ia sendiri melayani
·
ia berhasil mendidik anak-anak perempuannya
menjadi orang-orang yang rohani, sehingga merekapun ikut melayani!
Ingat
bahwa pada jaman itu orang perempuan tidak bisa disamakan seperti pada jaman
ini. Mereka tidak biasanya ikut aktif dalam pelayanan! Tetapi saat ini, mereka
ikut aktif dalam pelayanan!
4) Golongan-golongan
lain, seperti pedagang (ay 32), tukang emas (ay 8,31,32), juru campur
rempah-rempah (ay 8), dan orang-orang lain yang adalah jemaat / rakyat
biasa.
Dari
semua ini terlihan dengan jelas bahwa semua golongan ikut bekerja dan semua
pekerjaan mereka, bagaimanapun remehnya, dihargai oleh Tuhan! Ini terbukti
dengan dicatatnya mereka dan pekerjaan mereka dalam Kitab Suci!
Penerapan:
Kalau
Tuhan begitu menghargai pelayanan yang remeh (bdk. Mat 10:42), bagaimana
seharusnya sikap saudara terhadap pelayanan yang remeh (misalnya: ikut rapat,
tugas kolekte, menghitung jemaat dsb)? Apakah saudara sering mengabaikannya
atau melakukannya dengan cara yang tidak bertanggung jawab, seakan-akan Tuhan
sendiri juga tidak menghargai pelayanan remeh itu?
B) Orang-orang itu
bekerja keras (Neh 4:6) sehingga tembok itu selesai dalam 52 hari
(Neh 6:15).
Tetapi
di antara mereka ada orang yang menonjol dalam kerja kerasnya. Orang itu adalah
Barukh bin Zabai (ay 20).
Ay
20: ‘memperbaiki’.
RSV:
‘repaired’ (= memperbaiki).
Terjemahan
dari Kitab Suci Indonesia maupun RSV ini kurang lengkap! Bandingkan dengan
terjemahan-terjemahan di bawah ini.
KJV:
‘earnestly repaired’ (=
memperbaiki dengan sungguh-sungguh).
NIV/NASB:
‘zealously repaired’ (= memperbaiki dengan bersemangat).
Dari
sini terlihat dengan jelas bahwa Tuhan memperhatikan bagaimana
anak-anakNya melayani Dia. Ia tahu orang-orang yang bekerja dengan
sungguh-sungguh dan Ia pasti juga tahu orang-orang yang bekerja asal-asalan
saja!
Penerapan:
Bagaimana
cara saudara melayani Tuhan? Dengan asal-asalan, atau dengan sungguh-sungguh /
bersemangat? Ingat bahwa kita diselamatkan supaya kita bisa giat bekerja
bagi Tuhan (Tit 2:14
1Kor 15:58
Ro 12:11).
Tetapi
dalam giat bekerja bagi Tuhan, ingatlah:
·
jangan giat tanpa pengertian
(Ro 10:1-3 Fil 3:4-8
Amsal 19:2). Karena itu, orang yang giat bekerja bagi Tuhan, juga harus
giat di dalam belajar Firman Tuhan / ikut Pemahaman Alkitab di gereja dsb! Saat
ini ada banyak orang yang giat bekerja bagi Tuhan, tetapi tidak mau belajar
Firman Tuhan dengan serius. Akibatnya semangat mereka diarahkan pada hal yang
salah!
·
jangan begitu giat dalam pelayanan sampai
melupakan / mengabaikan
persekutuan dengan Tuhan (bdk. Luk 10:38-42). Ingat bahwa saudara
bukan hanya hamba, tetapi juga anak, dan Tuhan menginginkan persekutuan dengan
anak-anakNya!
II) Orang yang
tidak ikut bekerja:
Dalam
ay 5 dikatakan: ‘hanya pemuka-pemuka mereka tidak mau memberi bahunya
untuk pekerjaan tuan mereka’. Ada 2 hal yang perlu dibahas dalam ayat ini:
a) ‘pekerjaan tuan mereka’.
Kata
‘tuan’ dalam bahasa Ibraninya bisa diterjemahkan ‘Tuhan’ maupun sekedar ‘tuan /
atasan’.
KJV/RSV:
‘the work of their Lord’ (= pekerjaan
Tuhan mereka).
NASB:
‘the work of their masters’ (=
pekerjaan tuan-tuan mereka).
NIV:
‘under their supervisors’ (= dibawah
pengawas-pengawas mereka).
Yang
manapun terjemahan yang benar, tetap menunjukkan bahwa orang-orang ini tidak
mau bekerja.
b) ‘bahu’.
NIV:
‘shoulders’ (= bahu).
NASB:
‘did not support the work of their
masters’ (= tidak menyokong pekerjaan tuan mereka).
KJV/RSV:
‘necks’ (= leher / tengkuk).
Jadi,
bagian ini menggambarkan para pekerja itu seperti sapi. Sapi yang mau
memberikan lehernya untuk dipasangi kuk, menggambarkan orang yang mau
merendahkan diri dan mau bekerja berat. Sapi yang tidak mau memberikan lehernya
untuk dipasangi kuk, menggambarkan orang yang tidak mau bekerja, karena
gengsi, malas dll.
Tidak
maunya mereka bekerja pada saat itu merupakan sesuatu yang sangat negatif,
karena:
1) Ada banyak
faktor yang seharusnya mendorong mereka untuk bekerja, seperti:
·
Saat itu adalah keadaan darurat, juga ada
musuh-musuh. Ini biasanya mendorong orang untuk mau bekerja!
·
Semua orang yang lain, dari macam-macam
golongan, ikut bekerja. Hamba Tuhan ikut bekerja; ini seharusnya menimbulkan
rasa sungkan dalam hati mereka yang akan mendorong mereka untuk bekerja.
Disamping itu, penguasa-penguasa yang lain, ikut bekerja (ay 9,12,14-19),
sehingga tidak ada alasan bagi pemuka-pemuka Tekoa itu untuk tidak bekerja.
Yang lebih hebat lagi adalah bahwa orang-orang perempuanpun ikut bekerja
(ay 12), dan demikian pula anak buah / rakyat dari pemuka-pemuka Tekoa ini
(ay 5,27). Hal ini seharusnya membuat mereka malu untuk menganggur / tidak
bekerja!
·
Semua orang bekerja dengan giat!
Tetapi
sekalipun faktor-faktor ini seharusnya mendorong mereka untuk ikut bekerja,
kenyataannya adalah: pemuka-pemuka Tekoa ini tidak mau bekerja!
2) Mereka
menjadi teladan yang jelek dan bisa menyebabkan orang lain menjadi malas /
patah semangat.
Karena
itulah maka dalam Kitab Suci ada banyak ayat yang menge-cam dengan keras
orang-orang yang menganggur! (Hakim-hakim 5:23 Amsal 18:9
Yer 48:10
Mat 25:24-30
Mat 12:30).
Seseorang
mengucapkan kalimat ini:
“If you are not a part of the solution, you have got to
be a part of the problem!” (= kalau kamu bukan sebagian dari pemecahan, kamu pasti
merupakan sebagian dari problem).
Apa
sebabnya mereka tidak mau ikut bekerja? Dari kata-kata 'tidak mau memberikan
bahu / leher' dalam ay 5, mungkin sekali mereka tidak mau bekerja karena
mereka adalah pemuka, dan mereka merasa bahwa dengan bekerja, mereka menjatuhkan gengsi mereka
sendiri
Seorang
lain berkata:
“The higher and richer classes have special gifts for the
service of the Lord; but also special temptations to neglect it, from their
position, education, habits of luxury and self-indulgence, sense of superiority
etc; and too often they succumb to such temptations” (= golongan
yang lebih tinggi dan lebih kaya mempunyai karunia-karunia /
pemberian-pemberian khusus untuk pelayanan bagi Tuhan; tetapi mereka juga
mempunyai pencobaan-pencobaan khusus untuk mengabaikan pelayanan. Pencobaan itu
datang dari kedudukan / posisi mereka, pendidikan mereka, kebiasaan hidup mewah
dan menuruti keinginan diri sendiri, perasaan lebih tinggi dsb; dan terlalu
sering mereka menyerah pada pencobaan seperti itu).
Penutup:
Semua orang kristen yang
sungguh-sungguh, dari golongan apapun, harus melayani Tuhan. Tetapi seringkali
ada orang-orang yang tidak mau ikut dalam pelayanan, karena kekayaan /
kedudukan mereka. Kalau saudara adalah orang yang seperti ini, maka ingatlah
bahwa Tuhan memberi kekayaan / kedudukan kepada saudara justru supaya saudara
bisa menggunakannya untuk kemuliaan Tuhan. Jadi janganlah menyalahgunakan
kedudukan / kekayaan itu dengan justru membuatnya menjadi alasan untuk tidak
melayani Tuhan!
-AMIN-
email us at : gkri_exodus@lycos.com