Eksposisi Surat Yakobus
oleh: Pdt. Budi Asali MDiv.
YAKOBUS 1:1-2
I)
Diri Yakobus.
1) Siapakah
Yakobus ini?
a) Ia bukanlah Yakobus saudara Yohanes
(anak Zebedeus), karena Yakobus yang ini mati dibunuh oleh Herodes dalam
Kis 12:2.
b) Ia adalah saudara tiri (setengah
saudara) Tuhan Yesus (Mat 13:55), anak Yusuf dan Maria.
Catatan:
·
Untuk
menjaga / melindungi doktrin mereka tentang keperawanan yang abadi dari Maria,
maka Gereja Roma Katolik menafsirkan Mat 13:55 ini dengan mengatakan bahwa
Yakobus ini bukanlah saudara Yesus, tetapi saudara sepupu Yesus.
Tetapi perlu diketahui bahwa bahasa
Yunani mempunyai istilah lain untuk ‘saudara sepupu’ [seperti yang digunakan
dalam Kol 4:10. Terjemahan ‘kemenakan’ dalam Kol 4:10 versi Kitab Suci
Indonesia ini salah, karena seharusnya adalah ‘saudara sepupu’ (NIV: cousin)]. Sedangkan dalam Mat 13:55
ini tidak digunakan istilah ‘saudara sepupu’, tetapi ‘saudara’.
·
Kemungkinan
yang lain yang sering diajukan, ialah bahwa Yakobus adalah anak Yusuf dari
istri pertamanya (sebelum menikah dengan Maria). Tetapi ini juga adalah sesuatu
yang tidak berdasar, karena Kitab Suci tidak pernah mengatakan bahwa sebelum
menikah dengan Maria, Yusuf sudah pernah menikah.
Saya
sendiri beranggapan bahwa kita tidak perlu mempertahankan keperawanan dari
Maria, setelah ia melahirkan Yesus. Memang keperawanan ini dibutuhkan sampai ia
melahirkan Yesus, karena kalau tidak, maka Yesus bukan hanya manusia biasa,
tetapi Ia juga adalah manusia berdosa, sehingga Ia tidak bisa menjadi
Juruselamat / Penebus dosa kita. Tetapi setelah Yesus lahir, sedikitpun tidak
ada perlunya / gunanya kita mempertahankan keperawanan dari Maria. Kitab Suci memang
mengajarkan kelahiran Kristus dari seorang perawan, tetapi Kitab Suci tidak
pernah mengajarkan keperawanan abadi dari Maria! Jadi, saya berpendapat
bahwa yang dimaksud dengan ‘saudara-saudara Yesus’ dalam Mat 13:55 adalah
anak-anak Yusuf dan Maria.
2) Yakobus ini baru bertobat setelah
Yesus bangkit dari antara orang mati (bdk. Yoh 7:5 1Kor 15:7).
Hubungan darah dengan Yesus, dan juga
pengenalannya secara jasmani terhadap Yesus, justru menjadi penghalang
baginya untuk percaya kepada Yesus. Sukar baginya untuk menerima bahwa kakak
tirinya yang dari kecil bersama-sama dengan dia, ternyata adalah Juruselamat /
Mesias / Anak Allah sendiri. Tetapi setelah Yesus bangkit dari antara orang
mati, akhirnya ia percaya kepada Yesus.
3) Ia adalah Yakobus yang sama dengan
Yakobus yang ada dalam Gal 2:9 dan Kis 15:13.
Dari kedua bagian Kitab Suci ini
terlihat dengan jelas bahwa akhirnya Yakobus menjadi pimpinan dalam gereja abad
pertama (di Yerusalem).
4) Tradisi (cerita turun temurun
secara lisan) mengatakan bahwa Yakobus ini adalah orang yang jujur, saleh,
tidak minum anggur, dan tidak makan daging.
Lututnya menjadi tebal karena banyaknya
ia berlutut dalam doa (bandingkan dengan lutut yang mulus dari kebanyakan orang
kristen karena tidak pernah berdoa!).
Dan ia akhirnya dibunuh (mati syahid)
dengan dilempar dari atap Bait Suci, lalu kepalanya dipukul dengan pentungan,
karena ia tidak mau membujuk orang-orang Kristen untuk meninggalkan doktrin
tentang Kristus.
II)
Sebutan Yakobus bagi dirinya sendiri.
1) Ia tidak menyebut dirinya ‘saudara
/ adik Tuhan Yesus’, tetapi ‘hamba Tuhan Yesus’ (ay 1).
a) Ini menunjukkan kerendahan hati
Yakobus! Bayangkan kalau saudara adalah adik Tuhan Yesus, apakah saudara tidak
memamerkan hal itu kepada seadanya orang?
Penerapan:
Kalau dalam diri atau hidup saudara ada
sesuatu yang menyebabkan saudara dipuji atau dihormati orang (seperti gelar
yang tinggi, nilai yang bagus, sekolah yang top, kemampuan tertentu, kekayaan,
perhiasan, jabatan, anggota keluarga yang hebat dsb), apakah hal itu saudara
tonjolkan?
b) Ini menunjukkan bahwa hubungan
rohani dengan Yesus (‘hamba’) lebih penting dari pada hubungan darah / jasmani
dengan Tuhan Yesus (‘adik / saudara’).
Penerapan:
Apakah saudara sering mempunyai
keinginan untuk hidup di Palestina pada jamannya Tuhan Yesus agar saudara bisa
bertemu muka dengan Yesus secara jasmani? Ingatlah bahwa hal seperti itu
sebetulnya sama sekali tidak penting! Yang penting adalah: apakah saudara
pernah bertemu dengan Yesus secara rohani?
2) Ia tidak menyebut dirinya ‘rasul’,
padahal dari Gal 1:19 bisa disimpulkan bahwa ia adalah rasul.
Yakobus tidak perlu menyebut dirinya
sebagai rasul, karena otoritasnya sebagai rasul / sokoguru jemaat tidak
diragukan lagi. Paulus sering menyebut dirinya sebagai rasul (misalnya dalam
1Kor 1:1), karena kerasulannya sering diragukan.
Penerapan:
Apakah saudara sering membanggakan
jabatan saudara (baik jabatan gereja maupun jabatan sekuler) kepada
orang-orang di sekitar saudara?
3) Ia
menyebut dirinya sebagai ‘hamba Allah dan Tuhan Yesus Kristus’.
a) Kata ‘hamba’ lagi-lagi menunjukkan
kerendahan hati Yakobus. Ia adalah seorang rasul, sokoguru gereja, tetapi ia
menyebut dirinya ‘hamba’!
Penerapan:
Apakah saudara adalah seorang pengurus,
guru sekolah minggu, ketua komisi atau majelis atau bahkan pendeta dalam suatu
gereja / dosen sekolah theologia, janganlah sombong karena kedudukan itu.
Sadarilah bahwa di hadapan Tuhan, saudara tetap adalah hamba!
b) Sebetulnya, sekalipun sebutan
‘hamba’ itu merendahkan, tetapi dalam arti tertentu sebutan ini juga
meninggikan dan memberikan otoritas tertentu, karena Yakobus (dan juga kita)
bukan sekedar merupakan ‘hamba manusia’, tetapi ‘hamba Allah dan Tuhan Yesus
Kristus’!
c) Kata ‘hamba’ berbeda artinya dengan
‘pelayan’. Seorang ‘pelayan’ masih mempunyai hak atas kehidupan dan dirinya
sendiri dan ia boleh saja pindah kerja dan mencari majikan yang lain. Tetapi
seorang ‘hamba’ menunjukkan ketaatan, penyerahan dan kesetiaan total! Seorang
hamba tidak boleh hidup untuk dirinya sendiri, tetapi hanya untuk tuannya.
Penerapan:
Apakah saudara hidup sebagai seorang hamba
dalam hubungan saudara dengan Tuhan? Atau sebagai seorang pelayan yang
merasa punya hak-hak tertentu atas diri dan kehidupan saudara sendiri? Atau
bahkan sebagai seorang boss, yang selalu ingin memerintah / mendikte /
memaksa Tuhan untuk menuruti keinginan saudara?
d) Kata ‘hamba’ bisa mempunyai arti
negatif kalau obyeknya salah.
Misalnya: hamba uang, hamba manusia,
hamba dosa, hamba setan dsb. Tetapi Yakobus mempunyai obyek yang benar. Ia
adalah hamba Allah dan Tuhan Yesus Kristus!
Penerapan:
Janganlah memperhambakan diri pada
obyek yang salah, baik itu pekerjaan, uang, manusia, setan, dosa, hobby /
kesenangan tertentu, study dsb! Juga, janganlah menggabungkan obyek yang salah
dan yang benar, seperti yang dilakukan oleh para penganut Theologia Kemakmuran!
Saudara tidak bisa menggabungkan Tuhan dengan dunia (Yak 4:4), atau Tuhan
dengan uang (Mat 6:24).
e) Ia adalah ‘hamba Allah dan Tuhan Yesus
Kristus’.
Ia adalah hamba Allah karena Allah yang
menciptakannya. Ia adalah hamba Tuhan Yesus Kristus, karena Yesus sudah menebus
/ membeli dia dengan darahNya.
Jadi
sebetulnya semua orang harus memperhambakan diri kepada Allah, karena Allah adalah
Pencipta diri mereka. Tetapi orang kristen harus memperhambakan diri kepada
Allah secara dobel, karena kita bukan hanya diciptakan oleh Allah tetapi juga
telah ditebus oleh Yesus dari dosa-dosa kita! Apakah saudara menyadari hal itu?
Dan apakah saudara betul-betul memperhambakan diri kepada Allah?
f) Kedua istilah ini (‘hamba
Allah’ dan ‘hamba Tuhan Yesus Kristus’) dijadikan satu karena memang tidak bisa
dipisahkan. Kitab Suci memang mengajar bahwa orang yang menjadi hamba Allah,
harus menjadi hamba Yesus dan demikian juga sebaliknya (bdk. Yoh 5:23 15:23).
Bandingkan dengan agama-agama lain yang
mengakui / menghormati / mempercayai Allah, tetapi tidak mengakui /
menghormati / mempercayai Yesus!
III)
Penerima surat Yakobus.
Surat ini ditujukan kepada ‘ke 12 suku
di perantauan’ (ay 1). Istilah ‘12 suku’ menunjuk kepada orang Yahudi,
sedangkan istilah ‘di perantauan’ menunjukkan bahwa mereka hidup di luar
Palestina. Ini cocok dengan panggilan Yakobus sebagai rasul untuk orang
bersunat / orang Yahudi (Gal 2:9). Dari semua ini bisa disimpulkan bahwa
Yakobus menujukan suratnya kepada orang-orang kristen Yahudi yang tersebar di
luar Israel / Palestina.
Mengapa 12 suku ini tersebar? Saya
berpendapat bahwa mereka tersebar sebagai hukuman / hajaran Tuhan atas dosa
mereka.
Bukti / dasar pandangan ini:
1) Tuhan memang sering mengusir /
menyebarkan orang-orang yang berdosa dari suatu tempat tertentu.
Contoh:
·
Allah
mengusir Adam dan Hawa keluar dari taman Eden karena dosa mereka (Kej 3:23-24).
·
Allah menyebarkan
orang-orang pada jaman menara Babel karena dosa mereka (Kej 11:1-9).
Catatan:
Awas! Ini tidak berarti bahwa setiap
orang yang diusir / tersebar dari suatu tempat, pasti mengalami hal itu karena
dosanya! Bandingkan dengan Mark 5:17 yang menunjukkan diusirnya Yesus, dan
juga dengan Yoh 9:34 yang menunjukkan diusirnya orang buta yang telah
disembuhkan oleh Yesus, padahal mereka ini tidak bersalah.
2) Tuhan berjanji kepada bangsa Israel
bahwa mereka akan diberkati di Israel kalau mereka taat (Ul 28:1-14),
tetapi Tuhan juga berkata (memberi ancaman) bahwa kalau mereka berdosa, mereka
akan dikutuk dan diserakkan ke antara segala bangsa dari ujung bumi ke ujung
bumi (Ul 28:15-66).
Bangsa Israel terus berdosa sehingga
Tuhan betul-betul menyerakkan mereka:
·
Tuhan
membuang Israel ke Asyur pada tahun 722 SM.
·
Tuhan
membuang Yehuda ke Babel pada tahun 587 SM.
Ini menunjukkan bahwa Tuhan bukanlah
orang yang suka main ‘gertak sambel’ belaka! Karena itu janganlah main-main
dengan ancaman-ancaman yang ada dalam Firman Tuhan!
3) Juga dalam Kis 8:1-dst, karena
orang-orang kristen Yahudi tidak mau menyebar untuk memberitakan Injil (ini
merupakan ketidaktaatan terha-dap perintah Tuhan Yesus dalam Kis 1:8),
maka Tuhan memberikan penganiayaan di Yerusalem, yang memaksa mereka untuk
menyebar dan memberitakan Injil.
Sekalipun orang-orang kristen Yahudi
ini tersebar sebagai hajaran Tuhan atas dosa mereka, dan sekalipun mereka
dibenci oleh orang Yahudi maupun oleh bangsa-bangsa lain yang tidak kristen,
tetapi Allah tetap memperhatikan dan mengasihi mereka. Ini Ia tunjukkan dengan
menggunakan Yakobus untuk menulis surat / Firman Tuhan kepada mereka.
Penerapan:
·
Apakah
saudara sering merasa bahwa Allah tidak memperhatikan / mengasihi saudara
karena saudara merasa bahwa saudara sudah berdosa kepada Tuhan? Itu salah!
Bagaimanapun berdosanya saudara, asal saudara adalah orang kristen yang
sungguh-sungguh, saudara pasti tetap diperhatikan / dikasihi oleh Allah. Ingat
bahwa Allah mengasihi saudara bukan karena adanya sesuatu yang baik dalam diri
saudara, tetapi karena Ia memang adalah kasih dan Ia memilih untuk mengasihi
saudara! (Awas! Jangan menganggap hal ini sebagai suatu ijin untuk terus
berbuat dosa!).
·
Apakah saudara
merasakan / menyadari bahwa kalau saudara masih bisa mendengar / belajar /
mendapatkan Firman Tuhan, itu adalah bukti kasih Tuhan kepada saudara? Karena
itu jangan menyia-nyiakan kesempatan untuk mendengar / belajar Firman Tuhan,
baik dalam Kebaktian maupun dalam Pemahaman Alkitab!
IV)
Sebutan bagi penerima surat.
1) Yakobus
menyebut mereka ‘saudara-saudaraku’ (ay 2).
Ini lagi-lagi menunjukkan kerendahan
hati Yakobus. Ia menganggap semua orang kristen itu sederajad dengan dirinya!
Kalau jabatan saudara dalam gereja menyebabkan saudara merasa diri saudara
lebih tinggi dari orang kristen yang lain, bertobatlah dan belajarlah dari
sikap Yakobus ini untuk menjadi rendah hati!
2) Pada waktu Yakobus menyebut mereka
dengan sebutan ‘saudara’, itu bukanlah sebutan kosong, tetapi ia betul-betul
mengasihi mereka sebagai saudara (Yak 1:16).
Penerapan:
Gampang bagi kita untuk sekedar
menyebut sesama orang kristen dengan sebutan ‘saudara’. Juga gampang bagi kita
untuk menyanyikan lagu ‘Dalam Yesus kita bersaudara’, bergandengan tangan
sambil menyanyi, dsb. Tetapi apakah saudara betul-betul mengasihi sesama
saudara seiman saudara? Atau apakah saudara sering mempunyai rasa iri hati,
tidak senang, sentimen terhadap saudara seiman, bersikap acuh tak acuh terhadap
saudara seiman, atau menyebarkan gossip / fitnah tentang saudara seiman?
Maukah saudara bertobat dari hal-hal
itu, dan mulai saat ini betul-betul mengasihi orang-orang kristen yang lain
sebagai saudara?
Illustrasi:
Ada 2 bersaudara yang sama-sama adalah
petani dan mempunyai sawah yang bersebelahan. Yang sulung sudah berkeluarga
sedang yang bungsu masih membujang. Suatu hari mereka berdua panen gandum, dan
hasil tahun itu betul-betul hebat.
Yang bungsu lalu berpikir: ‘Kakakku
sudah berkeluarga, dan karena itu pasti mempunyai lebih banyak kebutuhan dari
aku. Aku akan memberikan sekarung gandum kepadanya dengan diam-diam’. Karena
itu, malam itu dengan diam-diam ia mengambil sekarung gandum dari lumbungnya
dan membawanya ke lumbung kakaknya.
Tetapi diluar sepengetahuannya,
kakaknya juga berpikir: ‘Adikku sedang mencari pacar, dan pasti membutuhkan
banyak uang. Aku akan memberikan sekarung gandum kepadanya dengan diam-diam’.
Dan pada malam yang sama ia mengambil sekarung gandum dari lumbungnya dan
meletakkannya di lumbung adiknya.
Besoknya, mereka sama-sama merasa heran
karena gandum mereka tidak berkurang jumlahnya. Dan karenanya malam itu mereka
sama-sama melakukan lagi hal itu, dan besoknya mereka sama-sama keheranan lagi
karena jumlah karung gandum mereka ternyata tidak berkurang.
Malam itu, untuk ketigakalinya mereka
sama-sama melakukan hal yang sama, dan pada saat mereka sama-sama sedang
memikul karung gandum itu, bertemulah mereka. Maka berakhirlah misteri tentang
tidak berkurangnya karung gandum mereka, dan mereka lalu saling berangkulan
karena mereka sadar bahwa mereka saling mengasihi.
Maukah saudara mengasihi saudara seiman
saudara dengan cara seperti itu?
-AMIN-
email us at : gkri_exodus@lycos.com