Eksposisi Surat Yakobus
oleh: Pdt. Budi Asali MDiv.
YAKOBUS
1:12-18
Dalam bagian ini Yakobus membicarakan tentang 2 jenis pencobaan:
I)
Pencobaan I (ay 12).
Arti ‘pencobaan’ di sini: dari kata
‘bertahan’ dan ‘tahan uji’ dalam ay 12 itu maka harus disimpulkan bahwa
pencobaan di sini menunjuk pada kesukaran dan penderitaan.
Tuhan menghendaki kita ‘bertahan’. Kata
‘bertahan’ di sini dalam bahasa Yunaninya menggunakan kata yang berasal dari
kata dasar yang sama dengan kata ‘ketekunan’ dalam ay 3.
Tuhan menghendaki kita bertahan /
bertekun karena kalau kita sudah tahan uji, maka kita ‘akan menerima mahkota
kehidupan yang dijanjikan Allah kepada barangsiapa yang mengasihi
Dia’
(ay 12b).
Ay 12b ini bukan hanya menunjukkan
apa yang akan kita terima kalau kita bisa bertahan / bertekun dalam kesukaran /
penderitaan, tetapi dari kata-kata yang saya garisbawahi itu kita bisa
mempelajari hal-hal yang harus kita lakukan untuk bisa bertahan / bertekun:
1) Kita
harus melihat dan percaya kepada janji Tuhan.
Alkitab berisikan banyak janji Tuhan
yang berguna dalam menghadapi kesukaran / penderitaan, seperti Maz 23 1Kor 10:13 Ro 8:28 dsb.
Karena itu rajinlah dan tekunlah dalam
membaca Alkitab (bersaat teduh) dan belajar Alkitab (Pemahaman Alkitab), karena
tanpa itu saudara tidak akan bisa melihat dan percaya pada janji Tuhan di
tengah-tengah kesukaran dan penderitaan saudara.
2) Kita
harus memandang pada mahkota kehidupan yang dijanjikan Tuhan.
Dengan kata lain, kita harus
mengarahkan pandangan kita pada kekekalan / surga.
Orang yang mengalami problem /
penderitaan, sering punya kecondongan untuk mengarahkan pandangannya pada
kesukaran / penderitaannya, dan akibatnya ia menjadi sedih, kecewa, putus asa
dsb. Tetapi Firman Tuhan mengajar kita untuk memandang ke surga, karena ini
bisa menguatkan kita dalam menghadapi kesukaran / penderitaan.
Illustrasi:
Pada waktu Yakub harus bekerja 7 tahun
untuk mendapatkan Rahel, semua itu terasa hanya seperti beberapa hari saja karena
cintanya kepada Rahel (Kej 29:30). Mungkin sekali sambil bekerja ia terus
membayangkan saat-saat dimana Rahel akan menjadi miliknya, dan itu menyebabkan
ia kuat menghadapi semua derita dan persoalan!
Begitu juga kalau saudara mengalami
kesukaran dalam hidup ini sambil mengarahkan pandangan saudara ke depan (saat
dimana saudara ada di surga), maka semua akan terasa lebih ringan.
Bandingkan juga dengan
kata-kata Paulus di bawah ini:
·
Ro 8:18
- “Sebab
aku yakin bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan
kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita”.
·
2Kor 4:17
- “Sebab
penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal
yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar dari pada penderitaan kami”.
3) Kita
harus mengasihi Tuhan.
Yakobus tidak mengatakan ‘mentaati /
melayani Tuhan’ tetapi ‘mengasihi Tuhan’. Kita bisa mentaati / melayani Tuhan
tanpa mengasihi Dia, tetapi kita tidak bisa mengasihi Tuhan tanpa mentaati /
melayani Dia!
Kalau kita mengasihi Tuhan maka kita
akan kuat menghadapi apapun yang tidak enak, demi Tuhan yang kita kasihi itu!
Karena itu peliharalah
kasih saudara kepada Tuhan dengan cara:
·
menjaga
persekutuan dengan Dia (saat teduh).
·
tidak mencintai
uang / dunia, karena kalau kita mencintai uang / dunia, kita tidak akan
mencintai Tuhan (bdk. Mat 6:24
Yak 4:4 1Yoh 2:15).
·
merenungkan
cinta Tuhan yang Ia tunjukkan melalui kematian Yesus di kayu salib bagi
saudara!
II)
Pencobaan II (ay 13-15).
1) Ay 14-15
berbicara tentang keinginan.
Keinginan tidak selalu merupakan dosa.
Kalau kita mempunyai keinginan untuk mentaati Tuhan, melayani Tuhan dsb, ini
tentu merupakan keinginan yang baik. Bahkan kalau kita mempunyai keinginan
untuk tidur, makan, dsb (selama dalam batas yang wajar), maka itu jelas bukan
dosa. Tetapi ada banyak keinginan yang bersifat dosa, seperti ingin barang
orang lain (iri hati), ingin berzinah, ingin membalas kejahatan dengan
kejahatan dsb.
Keinginan yang berdosa inilah yang
dimaksudkan dengan pencobaan dalam ay 13 ini! Keinginan itu sendiri,
sekalipun belum dituruti / dilaksanakan, sudah merupakan dosa!
Tetapi bagaimana dengan ay 15?
a) Ay 15a: ‘apabila keinginan itu
telah dibuahi, ia melahirkan dosa’.
Apakah ini bisa diartikan bahwa
keinginan yang belum dibuahi / dilakukan bukanlah dosa? Tidak! ‘Melahirkan
dosa’ artinya dosanya menjadi kelihatan. Tadi, sebelum keinginan itu dibuahi /
dilakukan, itu sudah merupakan dosa, tetapi dosa itu ‘masih dalam kandungan’,
artinya dosa itu belum kelihatan. Tetapi pada waktu keinginan itu dibuahi /
dilakukan, maka dosanya ‘lahir’ / menjadi kelihatan.
b) Ay 15b: ‘apabila dosa itu
sudah matang, ia melahirkan maut’.
Ayat ini dipakai oleh
gereja Roma Katolik untuk mengajarkan adanya:
·
dosa
besar (mortal sin), yang upahnya maut
(bahkan bisa menghancurkan keselamatan orang yang sudah selamat).
·
dosa
kecil (venial sin). Yang ini tidak
membawa maut, dan tidak diakuipun tidak apa-apa.
Ajaran ini tidak alkitabiah, karena sekalipun
tingkatan-tingkatan dosa itu memang ada, tetapi setiap dosa yang bagaimanapun
kecilnya, upahnya juga adalah maut (Ro 6:23).
Kalau demikian, lalu apa artinya
ay 15b itu? ‘Dosa itu sudah matang’ tidak menunjuk pada satu dosa saja,
tetapi menunjuk pada seluruh kehidupan orang yang berbuat dosa itu. Perlu kita
ketahui bahwa Allah punya batas untuk banyaknya dosa yang dilakukan seseorang.
Sebelum batas itu tercapai, maka Allah bersabar / menunda penghukuman. Tetapi
kalau batas itu sudah tercapai, maka Allah akan menghukum. Kej 15:16
berbicara tentang kedurjanaan orang Amori / Kanaan yang belum genap, dan ini
menyebabkan mereka belum dihukum / dimusnahkan. Tetapi setelah dosa mereka
genap (mencapai batas yang Tuhan tetapkan), maka mereka dihukum / dimusnahkan.
Kesimpulan:
Arti ay 15 ini adalah: keinginan
berdosa itu sudah merupakan dosa. Kalau keinginan itu dituruti, maka dosanya
menjadi kelihatan. Kalau hal itu terus dilakukan, dan batas dosa yang
ditentukan oleh Allah sudah tercapai, maka datanglah maut!
2) Sekarang perlu dipersoalkan: apakah
pencobaan seperti ini (keinginan yang berdosa) bisa datang dari Allah?
Jawabnya ada dalam
ay 13, yaitu ‘tidak’!
Mengapa hal seperti ini dipersoalkan
oleh Yakobus? Karena orang Yahudi mempunyai kepercayaan bahwa dalam diri
manusia ada 2 kecondongan: kecondongan untuk berbuat baik dan kecondongan
untuk berbuat jahat. Kecondongan untuk berbuat jahat itu datang dari setan.
Lalu, dari mana setan mendapat hal yang jahat itu? Tidak ada jawaban lain
selain: ‘dari Tuhan’. Jadi kesimpulan mereka adalah: Allah adalah sumber /
pencipta dosa!
Dengan demikian, kalau dalam diri
mereka ada keinginan yang berdosa, maka mereka melemparkan tanggung jawab
kepada Tuhan dan menjadikan Tuhan sebagai kambing hitam!
Karena itulah maka di sini Yakobus
membela Allah, dan ia bahkan menegur mereka dalam ay 16-17.
Penerapan:
Kalau ada orang menyalahkan Allah,
apakah saudara berani membela Allah dan menegur orang itu?
Beberapa alasan yang diberikan Yakobus untuk
mendukung pandangannya bahwa Allah tidak memberikan pencobaan jenis ini:
a) Allah tidak dapat dicobai (ay 13).
Artinya: Allah itu suci / murni dan
tidak terpengaruh oleh kecondongan dosa. Karena itu maka tidak mungkin Allah
mencobai manusia dengan pencobaan jenis ini (memberi keinginan berdosa).
Catatan:
Ay 13 ini tidak bertentangan
dengan Mat 4:1-11 / Luk 4:1-13, yang menunjukkan bahwa Yesus dicobai
oleh setan. Mengapa? Karena arti kata ‘dicobai’ dalam ay 13 ini adalah
‘tidak terpengaruh oleh kecondongan dosa’, bukan ‘diserang oleh setan’ seperti
dalam Mat 4:1-11 / Luk 4:1-13!
b) Allah adalah sumber dan pencipta
kebaikan (ay 17a), dan karenanya Ia tidak mungkin memberikan keinginan
yang berdosa.
Bahwa Allah adalah sumber dan pencipta
kebaikan, ditunjukkan dengan Ia melakukan kelahiran baru (ay 18).
Kata ‘menjadikan’ dalam ay 18 itu
seharusnya adalah ‘melahirkan’.
NIV: ‘He chose to give us birth’ (= Ia memilih untuk melahirkan kita).
NASB: ‘He brought us forth’ (= Ia melahirkan kita).
c) Allah adalah Bapa segala terang (ay
17).
Yang dimaksud dengan ‘terang’ adalah
pengetahuan ilahi dan kesucian. Semua ini lagi-lagi menunjukkan bahwa Allah
tidak mungkin memberikan keinginan yang berdosa.
d) Allah tidak mungkin berubah (ay
17).
Karena itu Ia tidak mungkin sebentar
suci, sebentar berdosa, sebentar baik, sebentar jahat dsb. Lagi-lagi ini
menunjukkan bahwa Ia tidak mungkin memberikan keinginan yang berdosa.
3) Kalau
demikian, keinginan berdosa itu datang dari mana?
Jawabnya ada dalam ay 14: dari
diri kita sendiri!
Ini tidak berarti bahwa ada dosa-dosa
yang terjadi tanpa campur tangan setan! Luk 4:13 dan 1Pet 5:8
menunjukkan bahwa setan selalu mencari kesempatan untuk menjatuhkan kita
ke dalam dosa.
Di sini Yakobus tidak membahas tentang
peranan setan tersebut, karena ia menginginkan supaya kita tidak mencari
kambing hitam.
Pada jaman ini ada banyak gereja senang
mengkambing-hitamkan setan kalau mereka berbuat dosa. Caranya adalah dengan
mengatakan adanya roh zinah, roh kemarahan, roh iri hati dsb, dan menyalahkan
roh-roh itu kalau mereka berbuat zinah, marah, iri hati dsb.
Pengkambing-hitaman semacam ini adalah salah!
Perhatikan Kej 3, pada waktu Adam
dan Hawa jatuh ke dalam dosa. Mereka jatuh ke dalam dosa karena godaan setan,
tetapi Allah tetap menganggap Adam dan Hawa bersalah, dan menghukum mereka!
Karena itu, kalau saudara mempunyai
keinginan berdosa, saudaralah yang salah! Saudara yang harus minta ampun kepada
Tuhan. Saudara yang harus bertobat!
Penutup:
Kalau kita menghadapi pencobaan dalam bentuk kesukaran /
penderitaan, maka kita harus bertahan dan bertekun. Tetapi kalau kita
menghadapi pencobaan dalam bentuk keinginan yang berdosa, maka kita tidak boleh
mencari kambing hitam, tetapi sebaliknya kita harus mengakui dosa kita dan
bertobat! Maukah saudara melakukan hal ini?
-AMIN-
email us at : gkri_exodus@lycos.com