Eksposisi Surat Yakobus
oleh: Pdt. Budi Asali MDiv.
YAKOBUS
1:19-21
I)
Pentingnya Firman Tuhan (ay 21).
Ay 21b mengatakan bahwa Firman
Tuhan itu ‘berkuasa menyelamatkan jiwa’.
Yang dimaksud dengan ‘jiwa’ di sini,
tentu bukan hanya jiwa / rohnya saja, tetapi seluruh manusia (tubuh + jiwa /
roh).
Kalau kita mau berbicara dengan cara
yang strict (= ketat), maka jelas
bahwa bukan Firman Tuhan yang menyelamatkan jiwa, tetapi Allahlah yang
menyelamatkan jiwa. Tetapi ay 21 ini mengatakan bahwa Firman Tuhan
menyelamatkan jiwa, karena Allah selalu menggunakan FirmanNya untuk
menyelamatkan manusia.
Sejak kejatuhan Adam ke dalam dosa,
maka manusia ada dalam keadaan Total
Depravity (= bejat / rusak secara total), karena seluruh diri manusia
dipengaruhi secara negatif oleh dosa. Pikiran manusia juga menjadi berdosa dan
gelap, dan ini terlihat dari:
·
manusia
sering tidak bisa membedakan dosa dan suci, benar dan salah.
·
manusia
sering bahkan tidak tahu akan adanya hukuman terhadap dosa.
·
manusia tidak
tahu jalan keselamatan.
Pada waktu Allah mau menyelamatkan
manusia yang ada dalam keadaan seperti ini, maka Allah harus memberikan wahyu
khusus, yaitu Firman Tuhan, yang bisa menyadarkan manusia akan dosanya,
menyadarkan manusia akan adanya hukuman dosa, dan menunjukkan kepada manusia
jalan keselamatan di dalam Yesus Kristus.
Semua ini menunjukkan bahwa Firman
Tuhan itu sangat penting! Karena itu saudara harus memberikan Firman Tuhan
tempat terutama dalam hidup saudara!
II)
Sikap yang benar terhadap Firman Tuhan.
1) Cepat
mendengar (ay 19).
a) ‘Cepat mendengar’ di sini harus
diartikan sesuai dengan kontexnya, yaitu cepat mendengar Firman Tuhan, bukan
cepat mendengar gossip, omongan cabul, fitnah, rahasia orang, dsb.
Renungkan: Dalam hal apa telinga
saudara ‘cepat mendengar’? Dalam mendengar Firman Tuhan, apakah saudara
termasuk orang yang cepat mendengar, atau sebaliknya termasuk orang yang lamban
mendengar seperti dalam Ibr 5:11-14?
b) Sekalipun kita harus cepat
mendengar Firman, itu tidak berarti bahwa kita harus menerima seadanya yang
dikatakan pengkhotbah, karena ada banyak pengkhotbah tidak memberitakan Firman
Tuhan! Kita tetap harus selektif, bukan berdasarkan pengkhotbahnya, tetapi
berdasarkan beritanya. Ahli Taurat / orang Farisipun harus didengarkan kalau
beritanya benar (Mat 23:1-3), dan sebaliknya, rasul / malaikatpun tidak
perlu dipedulikan kalau beritanya salah (bdk. Kis 17:11 Gal 1:6-9).
c) Dalam mendengar Firman, kita harus
mendengar bukan hanya dengan telinga dan otak, tetapi juga dengan hati!
Ada banyak orang yang berkata bahwa
mereka bisa tetap mendengar Firman Tuhan di gereja sekalipun mereka mendengar
sambil berbicara atau bahkan bergurau dengan orang yang ada di sebelahnya. Mungkin
ini benar, tetapi kalau saudara adalah orang yang seperti itu coba renungkan:
apakah pada saat itu saudara bisa mendengar dengan hati saudara, atau hanya
sekedar dengan telinga dan pikiran saudara?
2) Lambat
berkata-kata (ay 19).
a) Sama seperti dalam persoalan ‘cepat
mendengar’, maka ‘lambat berkata-kata’ ini juga harus diterapkan pada saat
seseorang menerima Firman Tuhan. Jadi jangan diartikan bahwa kita harus lambat
dalam memberitakan Firman Tuhan, lambat untuk sharing dsb. Tetapi harus diartikan: pada waktu mendengar Firman,
kita tidak boleh berbicara.
Penerapan:
Apakah saudara sering berbicara,
bergurau dsb, pada waktu mendengarkan Firman Tuhan? Perlu saudara ingat bahwa
Allah memberi saudara 1 mulut / lidah, tetapi 2 buah telinga. Mungkin ini bisa
dijadikan pedoman untuk mengingat bahwa Allah menghendaki saudara cepat
mendengar tetapi lambat berkata-kata.
b) Perlu juga diingat bahwa bisa saja
pada waktu saudara mendengar Firman, mulut saudara tidak mengatakan apa-apa,
tetapi pikiran / hati saudara terus berbicara untuk membenarkan diri, mendebat
pengkhotbah (Catatan: saudara hanya boleh mendebat pengkhotbah kalau ia
memberitakan sesuatu yang tidak sesuai dengan Firman Tuhan), dsb. Ini tetap
berarti bahwa saudara ‘cepat berbicara’!
3) Lambat
untuk marah (ay 19).
a) Sama seperti pada 2 hal di atas,
bagian inipun harus diterapkan dalam kontex mendengar / menerima Firman Tuhan.
Jadi artinya: pada saat mendengar Firman, jangan marah!
b) Memang ada amarah yang benar /
tidak dosa.
Contoh: Maz 4:5 Mark 3:5 Yoh 2:13-17.
Tetapi amarah pada waktu mendengar
Firman, jelas adalah dosa. Karena itu dikatakan dalam ay 20 bahwa amarah
ini tidak mengerjakan kebenaran di hadapan Allah. Artinya: kemarahan ini tidak
akan menghasilkan hidup yang memperkenan Allah.
Contoh: kemarahan Kain
(Kej 4:5-dst), kemarahan Yunus (Yun 4:9).
c) Kemarahan seperti ini bisa terjadi:
·
sebelum
saudara mendengar Firman, dan saudara bawa terus sampai pada saat saudara
mendengar Firman.
Misalnya: kalau pada waktu mau berangkat,
saudara sudah bertengkar dengan suami / istri saudara, atau saudara jengkel
karena di jalanan saudara dipotong oleh becak / bemo dsb. Karena itu, datang di
gereja beberapa saat sebelum waktu kebaktian mulai adalah sesuatu yang penting,
supaya kemarahan seperti ini bisa diredakan dulu, dan kita bisa mengikuti
kebaktian dengan baik.
·
pada saat
/ setelah saudara mendengar Firman.
Mungkin karena pandangan saudara tidak
sesuai dengan pandangan pengkhotbah (Catatan: kalau memang pengkhotbah mengajar
ajaran sesat, maka tentu tidak salah kalau kita menjadi marah!), atau mungkin
karena pengkhotbah ‘menyerang’ kehidupan saudara yang berdosa.
Kalau saudara marah pada waktu
pengkhotbah memberikan teguran melalui Firman Tuhan, ingatlah bahwa saudara
sebetulnya bukan marah kepada pengkhotbahnya, tetapi kepada Tuhan sendiri!
Karena itu, bertobatlah dari kemarahan seperti ini!
4) Membuang
dosa (ay 21).
a) Kata-kata ini ditujukan kepada
‘saudara-saudara yang kekasih’ (ay 19), yang jelas menunjuk pada orang kristen.
Jadi jelaslah bahwa tidak akan ada orang kristen yang suci! Semua harus terus
berusaha untuk membuang dosa.
b) Ay 21 mengatakan ‘begitu
banyak’. Ini bisa diartikan ‘berlebih-lebihan’, tetapi bisa juga diartikan
‘sisa’ (seperti dalam Mat 14:20). Jadi, ‘kejahatan yang begitu banyak’
bisa diartikan ‘kejahatan yang tersisa’.
Ini
menunjukkan bahwa kejahatan orang kristen harus berkurang (sekalipun tidak
bisa sampai habis). Dengan kata lain, orang kristen sejati harus mengalami
pengudusan! Kalau dalam hidup saudara sama sekali tidak ada pengudusan, maka
saudara bukan orang kristen.
c) Dalam ay 21 ini Firman
digambarkan seperti tanaman, dan secara implicit
ini menunjukkan bahwa dosa / kejahatan kita menjadi seperti semak duri yang
harus dibuang. Kalau tidak, itu akan menghambat pertumbuhan, dan bahkan membunuh
tanaman Firman tersebut!
Penerapan:
Dosa apa yang ada dalam diri saudara
yang sengaja saudara pelihara? Maukah saudara bertobat dan membuangnya?
5) Menerima
Firman dengan lemah lembut (ay 21).
a) Dari ay 21 terlihat dengan
jelas bahwa ada hubungan yang erat antara ‘membuang dosa / kejahatan’ dan
‘menerima Firman’.
Kalau
saudara tidak mau membuang dosa, maka lambat atau cepat saudara akan berhenti menerima
Firman! Seseorang mengatakan: Firman Tuhan menjauhkan kita dari dosa, tetapi
sebaliknya dosa juga menjauhkan kita dari Firman Tuhan.
b) Kata ‘lemah lembut’ di sini dalam
bahasa Yunaninya adalah PRAUS.
Di sini sebetulnya lebih tepat
diterjemahkan ‘rendah hati’ seperti NIV / NASB.
Jadi, kita harus menerima Firman dengan
rendah hati.
Penerapan:
Apakah saudara sering datang ke gereja
hanya untuk ‘menilai’ pengkhotbahnya? Atau bahkan dengan sikap merasa lebih
pandai dari pengkhotbahnya? Kesombongan seperti ini harus dibuang!
Kalau ke 5 hal tersebut di atas ada
pada saudara, maka Firman itu akan tertanam dalam hati saudara (ay 21),
dan Firman itu akan menyelamatkan saudara!
Tetapi sebaliknya kalau ke 5 hal itu
tidak ada dalam diri saudara, maka Firman itu tidak akan tertanam, dan tidak
akan menyelamatkan saudara.
Lalu bagaimana? Apakah Firman itu
menjadi sia-sia? Tidak mungkin! Firman Tuhan tidak mungkin keluar dengan
sia-sia (Yes 55:11). Jadi, apa yang lalu terjadi? Firman itu akan menghakimi saudara
(bdk. Ro 2:12b
Yoh 12:47-48).
Yang mana yang saudara ingini: ‘Firman
menyelamatkan saudara’ atau ‘Firman menghakimi saudara’?
-AMIN-
email us at : gkri_exodus@lycos.com