Eksposisi Surat Yakobus
oleh: Pdt. Budi Asali MDiv.
YAKOBUS
1:22-27
I)
Mendengar Firman.
1) Yang
dimaksud dengan mendengar, adalah mendengar Firman.
Orang
kristen harus membedakan antara khotbah dan Firman, karena pada jaman sekarang
ada banyak sekali khotbah yang hanya dipenuhi dengan lelucon, kesaksian, cerita
dsb, dan sama sekali tidak menjelaskan Firman! Juga banyak khotbah yang sama
sekali tidak didasarkan atas Firman, tetapi hanya didasarkan atas illustrasi,
pengalaman dsb. Khotbah yang semacam itu tentu bukan Firman Tuhan!
2) Pada
waktu mendengar Firman, kita harus mau mendengar teguran.
Memang Firman bisa menghibur kita pada
waktu mengalami kesukaran / penderitaan, tetapi Firman juga berfungsi untuk
menyatakan kesalahan / menegur (bdk. 2Tim 3:16). Ini penting untuk orang
kafir maupun untuk orang kristen. Untuk orang kafir, supaya setelah ia sadar
dosa, ia mau datang kepada Kristus; untuk orang kristen, supaya setelah sadar
dosa ia bisa mengaku dosa dan menguduskan diri.
Dari ay 23-24 bisa kita dapatkan
bahwa Firman digambarkan sebagai cermin. Sebagaimana cermin bisa menunjukkan
kejelekan wajah kita supaya bisa kita perbaiki, demikian juga Firman bisa
menunjukkan dosa / kesalahan kita supaya bisa kita perbaiki. Dan kalau kita mau
membiarkan diri kita ditegur olah Firman maka Firman itu bukan hanya akan
menegur, tetapi juga membebaskan kita dari dosa. Karena itulah maka ay 25
menyebut Firman sebagai ‘hukum yang memerdekakan’.
Cermin ada yang tidak terlalu rata, sehingga
menunjukkan kesalahan yang seharusnya tidak ada dalam diri kita. Tetapi Firman
disebut sebagai ‘hukum yang sempurna’ (ay 25), karena tidak ada
salahnya! Karena itu, kalau hidup kita tidak sesuai dengan Firman, maka yang
salah pasti adalah hidup kita!
3) Kita
harus mau mendengar Firman yang rumit / sukar.
Firman itu amat dalam, dan sukar. Kalau
kita hanya mau belajar yang mudah, dan kita tidak mau mempelajari secara
teliti dan mendalam, maka kita hanya akan mendapat kulitnya saja!
Karena itu kita harus mau belajar
secara mendalam. Ini ditunjukkan oleh kata ‘meneliti’ dalam ay 25.
Illustrasi:
Kalau kita hanya mau mendapatkan batu
yang tidak terlalu berharga, kerikil dsb, maka kita tidak perlu bersusah
payah. Tetapi kalau kita mau mendapatkan batu yang berharga, seperti intan dsb,
maka kita harus menggali! Demikian juga kalau saudara tidak mau bersusah payah
dalam belajar Firman, maka yang saudara dapatkan hanyalah ‘kerikil’, tetapi
kalau saudara mau bersusah payah dalam menggali Firman, saudara akan
mendapatkan ‘intan’!
4) Kita
harus mendengar Firman dengan tekun (ay 25).
Orang yang betul-betul percaya kepada
Kristus, pasti tekun dalam mendengar / belajar Firman Tuhan (Yoh 8:31 2Yoh 9).
2Pet 2:21 mengatakan bahwa lebih
baik tidak pernah tahu kebenaran, dari pada setelah tahu lalu berbalik dari
kebenaran itu.
Amsal 19:27 (NIV) - “Stop listening to instruction, my son, and you will
stray from the words of knowledge” (= Berhentilah mendengar instruksi,
anakku, dan engkau akan menyimpang / tersesat dari kata-kata pengetahuan). Bdk. Amsal 21:16.
Karena
itu jangan pernah berpikir bahwa setelah sekian lama belajar Firman, maka
saudara sudah mempunyai cukup pengertian, dan saudara lalu tidak merasa perlu
untuk belajar lebih banyak. Amsal 19:27 itu menjamin saudara akan tersesat
kalau saudara melakukan hal seperti itu!
Penerapan:
·
apakah
saudara tekun dalam belajar Firman Tuhan dalam kebaktian / Pemahaman Alkitab?
·
apakah
saudara tekun dalam bersaat teduh / membaca Firman Tuhan setiap hari?
Kalau kita sudah melakukan 4 hal
tersebut di atas, maka ada 2 hal lagi yang harus kita lakukan:
a) Kita harus mengingat Firman Tuhan
(ay 25 - ‘tidak melupakannya’).
Penerapan:
·
apakah
saudara berusaha menghafalkan ayat-ayat Kitab Suci yang penting?
·
apakah
saudara mempelajari makalah-makalah yang diberikan dalam Kebaktian / Pemahaman
Alkitab untuk lebih bisa mengingat Firman Tuhan?
b) Kita harus mentaati Firman Tuhan.
II)
Mentaati Firman.
Pada waktu Yesus memberikan khotbah di
bukit (Mat 5-7), maka setelah mengajarkan banyak hal mulai Mat 5:3
sampai Mat 7:23, Yesus menutup khotbah di bukit itu dengan suatu
perumpamaan yang menekankan pentingnya ketaatan (Mat 7:24-27). Ini menunjukkan
bahwa setiap Firman harus ditanggapi dengan ketaatan.
Mengapa kita harus taat?
1) Orang
yang tidak taat adalah orang yang menipu dirinya sendiri (ay 22).
Kata ‘menipu’ dalam ay 22 ini
sebetulnya berarti ‘menipu dengan argumentasi’.
a) Orang yang tidak taat sering
mempunyai argumentasi untuk membenarkan diri.
Ada seorang yang mengatakan bahwa kalau
seseorang berbuat dosa, seringkali dalam diri / pikiran orang itu lalu ada
suatu ‘persidangan’. Dalam sidang itu ada terdakwa (yaitu orang itu sendiri),
dan juga ada jaksa / penuntut (yang tentu saja adalah diri orang itu sendiri),
yang menunjukkan kesalahan orang itu. Lalu ada pembela (yang tentu saja juga
adalah orang itu sendiri) yang lalu mengajukan pembelaan / alasan mengapa
orang itu melakukan hal tersebut. Setelah perdebatan beberapa waktu, maka
akhirnya hakim memutuskan perkara itu. Tetapi karena hakim itu juga adalah
orang itu sendiri, maka biasanya diputuskan bahwa terdakwa ‘tidak bersalah’.
Ini merupakan tindakan menipu diri
sendiri!
b) Menipu diri sendiri juga bisa
terjadi dengan berkata: yang penting saya mau dengar / belajar Firman Tuhan.
Tetapi perlu saudara ingat bahwa Tuhan ingin saudara belajar / mendengar Firman
supaya saudara mentaati Firman itu!
2) Mendengar
tanpa taat tidak ada gunanya (ay 23-24).
Ay 23-24 ini menggambarkan orang
yang mendengar tanpa taat sebagai orang yang setelah melihat dirinya dalam
cermin, tidak melakukan apa-apa untuk membetulkan apa yang salah di wajahnya.
Lalu apa gunanya ia melihat pada cermin?
Kata ‘seorang’ dalam ay 23
sebetulnya adalah ‘a man’ (= seorang
laki-laki). Mungkin sekali sengaja diambil orang laki-laki dan bukannya orang
perempuan, karena orang perempuan pasti tidak akan bercermin dengan cara
seperti itu.
Illustrasi:
Pada waktu saya sekolah Theologia, saya
mempunyai seorang teman dari Taiwan yang selalu pergi kemana-mana dengan rambut
yang awut-awutan / tanpa disisir. Kalau dinasehati supaya lebih merapikan
rambutnya, ia berkata: ‘Yang menderita kan orang yang melihat saya. Saya
sendiri tidak menderita dengan rambut seperti ini!’. Saudara mungkin menganggap
dia sebagai orang gila, tetapi Kitab Suci di sini mengatakan bahwa kalau
saudara hanya mendengar tetapi tidak melakukan Firman Tuhan, saudara sama
dengan teman saya itu!
3) Karena mendengar tanpa taat bukan
hanya tidak berguna, tetapi bahkan merugikan, karena akan mengakibatkan hukuman
yang lebih hebat (Luk 12:47-48).
III)
Contoh ketaatan (ay 26-27).
Kalau dilihat sepintas maka
ay 26-27 ini kelihatannya tidak ada hubungannya dengan ay 22-25.
Tetapi sebetulnya ada hubungannya karena dalam ay 26-27 ini, Yakobus
memberikan contoh-contoh ketaatan:
1) Mengekang
lidah (ay 26).
a) Ini menunjukkan bahwa kita tak
boleh melakukan sesuatu yang negatif terhadap sesama kita.
b) Banyak dosa yang disebabkan oleh
penggunaan yang salah dari lidah, seperti: dusta, sumpah palsu / sembarangan,
kutuk, caci maki / omongan kotor / cabul, fitnah, gossip, menggunakan nama
Allah dengan sia-sia, menggerutu / ngomel, berbicara secara munafik / menjilat,
dsb.
c) Berdasarkan Mat 15:18 maka
jelaslah bahwa berdasarkan kata-katanya kita bisa mengetahui hatinya. Kalau
kata-katanya kotor / cabul, tidak mungkin hatinya baik!
d) Renungkan: bagaimana saudara
menggunakan lidah saudara?
2) Mengunjungi
yatim piatu dan janda-janda (ay 27).
a) Kalau tadi dalam ay 26
ditekankan bahwa kita tidak boleh melakukan sesuatu yang negatif terhadap
sesama kita, maka sekarang dalam ay 27 ditekankan bahwa kita harus melakukan
sesuatu yang positif terhadap sesama kita!
Tidak cukup kalau saudara hanya tidak
berbuat jahat kepada orang lain; saudara juga harus berbuat baik kepada orang
lain!
b) ‘Yatim piatu dan janda’ di sini
mewakili semua orang yang miskin / menderita dan yang membutuhkan pertolongan /
kasih / penghiburan kita. Gampang untuk menolong orang yang kaya, karena bisa
mendapatkan balasan, tetapi bagaimana dengan menolong orang miskin yang sama
sekali tidak bisa membalas kebaikan kita?
c) ‘Mengunjungi’ mencakup juga
menghibur, mendoakan, menolong semampu kita.
3) Menjaga
supaya diri sendiri tidak dicemarkan oleh dunia (ay 27b).
a) Ini menunjukkan bahwa dunia mudah
sekali mencemari kita, karena kalau tidak, untuk apa kita harus berhati-hati?
b) Ada orang yang menjaga dirinya
supaya tidak tercemar dengan cara mengucilkan diri / hanya mau bergaul dengan
orang kristen yang rohani. Ini adalah sesuatu yang salah! Tetapi memang bergaul
tanpa batas juga adalah sesuatu yang salah (bdk. 1Kor 15:33). Jadi harus
ada batasan-batasan tertentu, tetapi tidak boleh sama sekali tidak bergaul
dengan dunia (bdk. Mat 5:13,16
Mat 10:16 Yoh 17:15).
c) Kita harus relah berkorban dalam
melakukan penyucian diri itu.
Illustrasi:
Ada sejenis binatang yang berwarna
putih bersih, dan terkenal sangat membenci kekotoran. Kalau pemburu mau
menangkap binatang ini, yang mula-mula ia lakukan adalah mencari sarangnya lalu
mengotorinya. Setelah itu ia mencari binatang itu dengan menggunakan anjing.
Pada waktu binatang itu dikejar anjing, ia lari ke sarangnya. Tetapi waktu
menjumpai sarangnya kotor, ia tidak mau masuk. Ia lebih baik mati dicabik-cabik
oleh anjing dari pada membiarkan dirinya dikotori oleh kotoran yang ada di
sarangnya.
Sampai
dimana pengorbanan yang mau saudara lakukan untuk menjaga kebersihan / kesucian
hidup saudara? Relakah saudara mati demi menjaga kesucian hidup saudara?
Penutup
/ kesimpulan:
Kita harus mendengar Firman dan taat pada Firman Tuhan! Kalau
kita melakukan ini, maka kita akan berbahagia (ay 25), tetapi kalau tidak,
kita akan menanggung akibatnya (bdk. Amsal 13:13)!
Maukah saudara mendengar dan taat pada Firman Tuhan?
-AMIN-
email us at : gkri_exodus@lycos.com