Eksposisi Surat Yakobus
oleh: Pdt. Budi Asali MDiv.
YAKOBUS
2:1-13
I)
Memandang muka.
Memandang muka bisa dilakukan
berdasarkan bermacam-macam hal.
Contoh:
ˇ
Ada orang
yang hanya ramah kepada lawan jenisnya yang cantik / ngganteng.
ˇ
Ada orang
yang hanya ramah kepada orang yang mempunyai kedudukan / jabatan tinggi,
seperti bossnya sendiri, pejabat pemerintah dsb.
ˇ
Ada orang
yang hanya ramah kepada orang yang kaya.
Bacaan hari ini mempersoalkan memandang
muka berdasarkan uang / kekayaan.
Dalam dunia (diluar gereja), memandang
muka berdasarkan uang / kekayaan adalah sesuatu yang umum. Misalnya:
¨
Dalam
mencari jodoh / menantu.
Banyak orang yang hanya mau mendapatkan
jodoh / menantu yang kaya.
¨
Penerimaan
murid dalam sekolah.
Anak yang pandai tetapi miskin bisa
tidak diterima, tetapi anak bodoh yang kaya bisa diterima!
¨
Dalam
pengadilan.
Orang yang kaya, yang mau menyogok
banyak bisa saja dibenarkan sekalipun sebetulnya salah.
¨
Dalam
hubungan pribadi (bdk. Amsal 19:4,6,7).
Tetapi betul-betul sesuatu yang patut
disesalkan kalau ‘memandang muka berdasarkan uang / kekayaan’ ini juga terjadi
di dalam gereja!
Bahwa Yakobus menuliskan ay 1-4
menunjukkan bahwa hal ini memang terjadi dalam gereja saat itu. Di sini Yakobus
menggambarkan 2 orang yang datang ke gereja. Kata ‘kumpulanmu’ (ay 2)
sebetulnya adalah ‘synagogue’, dan di sini artinya jelas adalah gereja.
2 orang itu betul-betul sangat kontras:
a) Yang seorang datang dengan memakai
pakaian yang indah, dan cincin emas.
Dikatakan oleh beberapa penafsir bahwa
pada jaman itu orang kaya memakai cincin di semua jari tangannya kecuali jari
tengahnya, dan kadang-kadang memakai lebih dari satu cincin pada satu jari.
Jadi orang ini jelas adalah orang kaya.
b) Orang
yang kedua adalah orang miskin dengan pakaian buruk.
Kata ‘miskin’ di sini dalam bahasa
Yunaninya adalah PTOCHOS, yang menunjukkan miskin dalam arti sama sekali tidak punya
uang (bdk. Lazarus dalam Luk 16:20).
Penyambutan jemaat terhadap 2 orang ini
juga sangat kontras, karena orang kaya itu disambut dengan baik dan diberi
tempat yang baik / terhormat, sedangkan orang miskin itu disuruh berdiri /
duduk di lantai (ay 3).
Perlu diingat bahwa pada abad pertama
hampir semua orang kristen adalah miskin (bandingkan dengan ajaran Theologia
Kemakmuran!), sehingga kalau ada orang kaya menjadi orang kristen / bertobat,
maka jemaat menjadi senang, sehingga memperlakukannya dengan istimewa. Tetapi
bagaimanapun, memandang muka seperti ini adalah sesuatu yang salah!
Penerapan:
ˇ
Mungkin
saudara tidak membedakan dengan cara yang begitu kontras seperti orang-orang
dalam ay 3 itu, tetapi apakah saudara mempunyai sikap yang sama ramahnya
terhadap orang kaya dan orang miskin yang datang ke gereja? Atau saudara tetap
mempunyai sikap yang berbeda?
ˇ
Mungkin
dari sikap / kata-kata saudara, tidak terlihat kalau saudara memandang muka /
membedakan orang kaya dari orang miskin. Tetapi bagaimana dengan hati saudara?
Ingat bahwa Allah melihat hati saudara! Jadi, cobalah periksa hati saudara,
apakah saudara lebih senang kalau ada orang kaya datang dari pada kalau ada
orang miskin datang ke gereja saudara? Kalau ya, itu berarti saudara sudah
memandang muka!
ˇ
Mungkin
saudara memandang muka, bukan demi diri saudara sendiri, tetapi demi gereja /
Tuhan. Saudara berpikir bahwa orang kaya itu akan memberi persembahan lebih
banyak sehingga akan menguntungkan gereja / Tuhan, dan karena itu saudara
bersikap lebih ramah kepada dia. Tetapi ini tetap salah! Ingat bahwa sekalipun
motivasi saudara itu benar, tetapi itu tidak bisa membenarkan tindakan saudara
yang salah!
ˇ
Kalau
saudara adalah seorang hamba Tuhan, apakah saudara lebih senang melayani gereja
/ orang yang kaya dari pada gereja / orang yang miskin? Kalau ya, saudara
sebetulnya bukanlah hamba Tuhan tetapi hamba uang! Bdk. Mat 6:24.
II)
Mengapa kita tidak boleh memandang muka?
1) Karena
kita adalah orang beriman (ay 1).
Kalau orang dunia mau memandang muka,
biarlah mereka memandang muka. Tetapi saudara sebagai orang kristen harus
menyadari bahwa saudara adalah ‘orang kudus’. Kata ‘kudus’ berarti ‘berbeda
dengan / terpisah dari’. Karena itu kalau saudara adalah orang kudus, maka
saudara harus hidup berbeda dengan orang dunia (bukan dalam segala hal, tetapi
hanya dalam hal-hal yang adalah dosa!). Bandingkan dengan Ro 12:2a yang
berbunyi: “Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini”.
Karena itu sekalipun semua orang dunia
memandang muka, saudara tidak boleh memandang muka!
2) Karena
Tuhan kita mulia (ay 1).
Kalau kita hanya memandang kepada
manusia, maka akan terlihat perbedaan antara manusia yang satu dengan manusia
yang lain (yang satu lebih kaya, lebih tinggi kedudukannya dsb). Tetapi kalau kita
memandang kepada manusia dan Tuhan sekaligus, maka kebesaran dan kemuliaan
Tuhan yang begitu hebat, menyebabkan segala perbedaan antara manusia yang satu
dengan manusia yang lain menjadi tidak terlihat.
Illustrasi:
Kalau saudara mempunyai 2 buah lilin,
satu besar dan satu kecil, yang menyala dalam kegelapan, maka saudara bisa
melihat perbedaan kedua lilin itu dan saudara lebih menyukai lilin yang besar.
Tetapi kalau saudara membawa kedua lilin itu keluar pada siang hari dimana
matahari bersinar dengan cerah, maka perbedaan kedua lilin itu menjadi hilang,
dan saudara tidak akan lebih menyukai lilin yang besar dibandingkan dengan yang
kecil.
Karena itu seseorang mengatakan bahwa
orang yang memandang muka adalah orang yang buta terhadap kebesaran dan kemuliaan
Tuhan!
Kalau saudara mau menjadi orang yang
tidak memandang muka, maka banyaklah mempelajari dan merenungkan kebesaran dan
kemuliaan Tuhan!
3) Karena
Allah sendiri tidak membeda-bedakan (ay 5-6a).
Dalam ay 5 dikatakan bahwa Allah
memilih orang miskin untuk dijadikan kaya dalam iman, dan dijadikan ahli waris
Kerajaan Surga (jadi kaya secara rohani, bukan secara jasmani seperti yang
diajarkan oleh Theologia Kemakmuran!). Memang ini tidak berarti Allah tidak mau
orang kaya! Ia memilih baik yang kaya maupun yang miskin (Abraham maupun
Lazarus!), karena memang dalam Dia memilih, Ia hanya memilih berdasarkan
kehendakNya sendiri.
Kalau Allah itu seperti itu, lalu
siapakah kita sehingga kita lalu membeda-bedakan berdasarkan uang / kekayaan?
Ini adalah sesuatu yang salah! Kita harus meniru Bapa kita, dan berhenti
memandang muka!
4) Karena orang kayalah yang menindas
orang kristen dan menyeretnya ke pengadilan (ay 6b).
Pada jaman itu orang kaya memang sering
menyeret orang miskin ke pengadilan / penjara karena orang miskin itu tidak
bisa membayar hutangnya. Orang kaya sering menangkap orang miskin pada kerah
baju / jubahnya dan lalu dengan setengah mencekik, betul-betul menyeret orang
miskin itu ke penjara / pengadilan (bdk. Mat 18:28,30).
Yakobus menggunakan hal ini sebagai
argumentasi untuk menentang sikap ramah hanya kepada orang kaya! Ini memang
tidak berarti bahwa Yakobus mengajar supaya mereka mendendam kepada orang kaya
atau membalas kejahatan dengan kejahatan. Tetapi Yakobus hanya ingin menunjukkan
betapa tidak masuk akalnya sikap ramah yang ditujukan hanya kepada orang kaya.
Orang kaya, yang menindas kamu, kamu hormati, tetapi orang miskin, yang tidak
pernah menindas kamu, kamu abaikan / hinakan. Itu betul-betul tak masuk akal!
5) Karena
orang kaya menghujat nama Tuhan (ay 7).
Ay 7 ini salah terjemahan.
NASB: ‘... blaspheme the fair name by which you have been called’ (=
... menghujat nama yang indah dengan mana kamu dipanggil).
Yang dimaksud dengan ‘nama yang mulia /
indah’ tentu adalah nama Yesus Kristus. Orang yang percaya kepada Yesus
Kristus, memang dipanggil menurut nama Kristus, sehingga mereka disebut kristen
(bdk. Kis 11:26).
Orang kaya sering menghujat nama
Kristus pada waktu hamba-hamba mereka yang adalah orang kristen mau mentaati
Kristus, misalnya dalam persoalan peraturan Sabat. Kalau hamba-hamba itu mau
beristirahat sebagai ketaatan terhadap peraturan Sabat, maka majikan mereka
yang kaya itu lalu memaki-maki mereka disertai hujatan kepada Kristus!
Ini dipakai oleh Yakobus sebagai
argumentasi untuk menentang sikap memandang muka. Jadi ia memaksudkan: orang
kaya itu menghujat nama Kristus, tetapi kamu menghormati mereka. Orang-orang
miskin itu tidak pernah menghujat nama Kristus, tetapi kamu mengabaikan / menghina
mereka!
6) Karena
memandang muka bukanlah tindakan kasih (ay 8-9).
Rupa-rupanya Yakobus sudah
memperhitungkan bahwa penerima suratnya ini akan mendebat dengan berkata:
Bukankah dengan kami menghormati / bersikap ramah terhadap orang kaya, kami
melakukan hukum kasih?
Karena itulah maka Yakobus menuliskan
ay 8-9 ini. Artinya adalah: kalau kamu betul-betul mengasihi orang kaya
itu, tentu itu adalah sesuatu yang baik. Itu sesuai dengan hukum yang terutama.
Tetapi pada waktu kamu memandang muka, yang menyebabkan kamu menghormati /
bersikap ramah kepada orang kaya itu bukanlah kasihmu kepada dia, tetapi kepada
uangnya. Ini jelas bukan ketaatan kepada hukum terutama / hukum kasih itu!
Lalu Yakobus menambahkan ay 10-11.
Ini tidak berarti bahwa semua dosa sama berat. Yakobus memaksudkan: hukum Tuhan
adalah satu kesatuan. Kalau mau taat, harus taat pada semua, tidak boleh
pilih-pilih. Demikian juga dengan hukum kasih. Kalau mau taat, harus mengasihi
semua, bukan yang kaya saja!
Penutup
(ay 12-13):
Yakobus berbicara tentang ‘hukum yang memerdekakan’
(ay 12). Ini untuk mengingatkan mereka bahwa mereka telah dimerdekakan
dari dosa karena kebaikan / belas kasihan Tuhan.
Karena itu mereka (juga kita!) harus hidup sebagai orang yang
telah menerima kebaikan / belas kasihan Tuhan, yaitu dengan juga bersikap baik
/ berbelas kasihan kepada orang miskin.
Kalau kita bersikap baik / berbelas kasihan kepada orang miskin,
maka kita akan mengalami penghakiman yang penuh dengan belas kasihan dari Allah
(ay 13b). Sebaliknya, kalau kita bersikap keras terhadap orang miskin,
kita juga akan mengalami penghakiman yang keras dari Allah (ay 13a).
Yang mana yang saudara kehendaki?
-AMIN-
email us at : gkri_exodus@lycos.com