Eksposisi Surat Yakobus
oleh: Pdt. Budi Asali MDiv.
YAKOBUS
4:13-17
Banyak orang berpendapat bahwa self-confidence (= keyakinan / kepercayaan kepada diri sendiri)
adalah sesuatu yang sangat penting untuk bisa sukses, baik dalam hal bekerja,
maupun study, olah raga, mencari pacar, melayani Tuhan dsb.
I)
Sikap Kitab Suci terhadap self-confidence.
Ay 13 menunjukkan orang yang
mempunyai self-confidence. Adanya self-confidence itu menyebabkan orang
itu bisa memastikan akan:
ˇ
saat
keberangkatannya (‘hari ini atau besok’).
ˇ
tujuannya
(‘kota anu’).
ˇ
lamanya
ia tinggal di sana (‘1 tahun’).
ˇ
apa yang
akan dikerjakan di sana (‘berdagang’).
ˇ
kesuksesannya
(‘akan mendapat untung’).
Apakah Yakobus / Kitab Suci memuji
orang itu karena self-confidence
yang dimilikinya? Lihat ay 16! Kata ‘salah’ (ay 16) diterjemahkan evil (= jahat) oleh KJV/RSV/NIV/NASB.
Jadi jelas bahwa Yakobus bukannya memuji tetapi sebaliknya bahkan mengecam
orang itu.
Dan yang dikecam Yakobus bukanlah:
¨
pekerjaan
orang itu / berdagang / keinginan untuk mendapat untung. Ini tidak salah!
¨
perencanaan
untuk masa depan.
Banyak orang mengajar berdasarkan
Mat 6:25-34 bahwa kita tidak boleh merencanakan untuk masa depan.
Perencanaan dianggap sebagai bukti bahwa kita kurang beriman dan itu adalah
dosa. Tetapi ajaran semacam ini adalah salah! Bacalah Kej 41:34-36 dan
Amsal 6:6-8. Jelas bahwa perencanaan untuk masa depan itu tidak
bertentangan dengan iman, tidak salah, dan bahkan harus dilakukan.
Yang dikecam Yakobus adalah self-confidence orang itu.
II)
Kesalahan dari self-confidence.
1) Self-confidence
menyebabkan kita berusaha tanpa bimbingan ataupun pertolongan Tuhan.
Lihat ay 13 lagi. Orang itu
sedikitpun tidak berdoa untuk meminta pimpinan Tuhan ataupun untuk meminta
penyertaan, pertolongan dan berkat Tuhan. Ia yakin dirinya sendiri bisa
melakukannya dengan sukses tanpa Tuhan.
Mungkin sekali saudara tetap berdoa
untuk meminta pimpinan dan pertolongan Tuhan sekalipun saudara adalah orang
yang mempunyai self-confidence.
Tetapi kalau demikian halnya, saya percaya bahwa doa saudara itu adalah doa
yang tidak sungguh-sungguh dijiwai! Saudara mungkin berdoa hanya sebagai
rutinitas, kebiasaan, kewajiban dsb. Dengan demikian pada hakekatnya saudara
tidak berbeda dengan orang yang diceritakan oleh Yakobus ini.
2) Kita
tidak tahu apa yang terjadi besok (ay 14a bdk. Amsal 27:1).
Ay 13 kontras dengan ay 14!
Ay 13 menunjukkan bahwa orang itu merasa pasti akan segala sesuatu. Tetapi
ay 14 berkata ‘kamu tidak tahu’. Ay 13 mengatakan ‘satu tahun’,
tetapi ay 14 mengatakan ‘besok’.
Kalau saudara begitu buta tentang apa
yang akan terjadi besok, bagaimana saudara bisa mempunyai self-confidence? Bagaimana kalau besok saudara sakit, tertimpa
kecelakaan / musibah, kerampokan, atau bahkan mati? Apakah itu tidak menggagalkan
rencana saudara?
3) Kita
adalah manusia yang lemah (ay 14b).
Ay 14b itu menunjukkan bahwa diri
kita bersifat fana / sementara dan itu menunjukkan bahwa kita itu lemah. Jadi
bagaimana kita bisa mempercayai diri sendiri? Kalau kita memang lemah, lalu
bagaimana kita bisa menaruh keyakinan / kepercayaan kepada sesuatu / seseorang
yang lemah?
Dalam Mark 14:29,31 terlihat bahwa
Petrus mempunyai self-confidence yang
besar sekali. Tetapi hal itu justru membuat ia jatuh sangat dalam dengan
menyangkal Yesus sebanyak 3 x sambil bersumpah dan mengutuk!
Kalau saudara terus hidup dalam self-confidence, maka ada saatnya Tuhan
akan menghajar saudara dengan kejatuhan / kegagalan / penderitaan supaya
saudara sadar akan kelemahan saudara!
4) Self-confidence adalah suatu kesombongan
(ay 16).
Kata ‘congkak’ dalam ay 16, dalam
bahasa Yunaninya adalah ALAZONEIA.
William Barclay mengatakan bahwa kata
ini biasanya ditujukan kepada penjual obat. Jadi orang yang mempunyai self-confidence disamakan seperti
penjual obat yang selalu menyombongkan / membual tentang obatnya (bdk.
Yoh 15:5).
III)
Apa yang harus kita lakukan?
1) Berhenti,
untuk bisa berpikir / merenung.
Kata-kata ‘jadi sekarang’ (NIV: ‘Now listen’; NASB: ‘Come now’) pada awal ay 13, dalam bahasa Yunaninya adalah AGE
NUN.
Thomas Manton mengatakan bahwa ini
adalah suatu ungkapan yang menyuruh berhenti untuk berpikir dan merenung. Tanpa
itu kita akan terus hidup dalam dosa self-confidence
itu tanpa kita sadari.
Biasanya tiap orang (bahkan yang rendah
diri sekalipun) mempunyai segi-segi kehidupan tertentu dimana ia merasa yakin
akan dirinya sendiri.
Dalam ay 13 Yakobus menggunakan
contoh tentang orang yang mau berdagang karena orang-orang Yahudi banyak yang
berdagang. Itu memang keahlian mereka dan karena itu dalam hal itu mereka
punya self-confidence. Karena itu
hati-hatilah dengan ‘kekuatan’ saudara! Itu adalah tempat dimana saudara mudah
jatuh ke dalam dosa self-confidence
(bdk. Simson dalam Hak 15:16-19 dan Hak 16:20).
Karena itu, berhentilah dari kegiatan-kegiatan
saudara, renungkan tempat-tempat dimana saudara mempunyai self-confidence. Lalu akuilah hal itu sebagai dosa, mintalah ampun
kepada Tuhan dan mintalah supaya Ia mengubah saudara!
2) Ingat dan sadarilah bahwa segala
sesuatu hanya bisa terjadi kalau Allah menghendakinya (ay 15).
Calvin mengatakan bahwa ‘kehendak Allah’
di sini menunjuk pada rencana / ketentuan Allah yang kekal (God’s eternal decree).
Dan ay 15 itu mengatakan bahwa
baik hidup kita maupun tindakan / perbuatan kita tergantung sepenuhnya pada
kehendak Allah itu. Hanya kalau Allah menghendaki barulah kita bisa hidup dan
berbuat ini dan itu (bdk. Kis 17:28
1Kor 8:6
Maz 31:16
Maz 127:1
Ams 16:1,9).
Kalau kita selalu menyadari hal itu
maka kita tidak akan punya self-confidence.
Pertanyaan: Haruskah kita betul-betul
mengucapkan kata-kata ‘Jika Tuhan menghendakinya’ seperti dalam ay 15?
Paulus sering mengucapkan kata-kata seperti itu (Kis 18:21 Ro 1:10 1Kor 4:19
1Kor 16:7), tetapi di tempat lain Paulus mengucapkannya secara implicit (Ro 15:24). Yohanes juga
mengucapkannya secara implicit
(3Yoh 10).
Jadi boleh saja kita mengucapkan
kata-kata seperti itu asal tidak sekedar menjadi kebiasaan. Tetapi yang penting
bukanlah mengucapkan kata-kata itu, tetapi kesadaran dalam hati dan pikiran
kita bahwa segala sesuatu hanya bisa terjadi kalau itu adalah kehendak Tuhan.
3) Ubahlah
self-confidence itu menjadi God-confidence.
Kalau Kitab Suci melarang kita
mempunyai self-confidence, itu tidak
berarti bahwa semua orang kristen harus menjadi orang yang rendah diri, pesimis
dan selalu ragu-ragu / kuatir. Ini tidak beriman! Kita harus melakukan segala
sesuatu dengan yakin, tetapi keyakinan itu tidak boleh kita letakkan pada diri
kita sendiri, tetapi kepada Tuhan. Ini terlihat dari ay 15 yang berbunyi
‘jika Tuhan menghendakinya....’ (bdk. Fil 4:13).
Tetapi kita tidak akan bisa mempunyai
keyakinan seperti ini kecuali kalau kita yakin bahwa apa yang kita lakukan itu
sesuai dengan kehendak Tuhan.
Contoh: Daud dalam 1Sam 17:31-47.
Ia yakin bahwa Tuhan menghendakinya untuk berkelahi melawan Goliat dan pada
waktu ia maju untuk berkelahi, ia yakin ia akan menang. Tetapi ia meletakkan
keyakinananya kepada Tuhan, bukan pada dirinya sendiri.
Contoh lain: Yonatan dalam
1Sam 14:6-15.
Ketiga hal tersebut di atas harus
saudara lakukan. Kalau saudara tidak mau lakukan, apa yang terjadi? Bacalah
ay 17 - itu adalah dosa, karena tidak melakukan apa yang baik adalah dosa!
Buanglah self-confidence atau saudara hidup dalam dosa!
-AMIN-
email us at : gkri_exodus@lycos.com