Eksposisi Surat Yakobus
oleh: Pdt. Budi Asali MDiv.
YAKOBUS
5:19-20
I)
Menyimpang dari kebenaran.
Menyimpang dari kebenaran bisa terjadi
dalam 2 hal:
1) Sesat
dari kepercayaan / iman.
Dalam 2Tes 2:10, dikatakan bahwa
kebenaran harus diterima dan dikasihi. Ini menyangkut semua doktrin-doktrin
dalam kekristenan. Kalau seseorang menerima doktrin-doktrin itu, tetapi
kemudian ia membuangnya, maka ia disebut ‘menyimpang dari kebenaran’ (bdk.
2Tim 2:17-18).
2) Sesat
dalam kehidupan (berbuat dosa).
Dalam Gal 5:7 dikatakan bahwa
kebenaran harus ditaati. Ini menyangkut semua hukum-hukum Tuhan. Kalau
seseorang tidak mau mentaatinya, maka ia ‘menyimpang dari kebenaran’.
Dalam ay 20 ada kata-kata ‘orang
berdosa’ dan ‘banyak dosa’. Ini menunjukkan bahwa orang itu menyimpang dari
kebenaran dengan jalan berbuat dosa.
Jadi, bisa saja saudara tidak sesat
dalam kepercayaan, bahkan bisa saja saudara mempunyai kepercayaan yang sangat
baik dan pengertian yang benar tentang banyak doktrin-doktrin penting dalam
kekristenan, tetapi saudara tetap adalah orang yang menyimpang dari kebenaran,
karena saudara tidak hidup sesuai dengan Firman Tuhan! Bdk. Wah 2:2-6!
Disamping itu ‘menyimpang dari
kebenaran’ bisa dilakukan dengan:
a) Sengaja.
·
Ada
banyak orang yang sengaja ‘menyimpang dari kebenaran’ dalam hal kepercayaan /
pengajaran.
Misalnya: nabi-nabi palsu dari golongan
liberal yang tetap mengatakan ada (atau mungkin ada) jalan keselamatan di luar
Kristus, sekalipun mereka tahu ayat-ayat seperti Yoh 14:6 Kis 4:12 1Yoh 5:11-12.
·
Ada
banyak orang yang sengaja ‘menyimpang dari kebenaran’ dalam hal kehidupan.
Misalnya: orang yang sengaja membolos
kebaktian, atau menikah dengan orang yang tidak seiman sekalipun ia tahu bahwa
hal itu tidak sesuai dengan kehendak Tuhan.
b) Tidak
sengaja.
·
Ada orang
yang secara tak sengaja tersesat dalam hal kepercayaan. Mungkin karena sejak
semula sudah ada di lingkungan yang sesat, dan terbujuk oleh kelihaian setan dan
nabi-nabi palsunya dalam memberikan ajaran sesat.
·
Ada orang
yang secara tak sengaja tersesat dalam hal kehidupan. Mungkin karena kurang
pengertian Firman Tuhan, sehingga akhirnya melakukan dosa tertentu, atau
mungkin ia melakukan tindakan yang kurang bijaksana, yang akhirnya membawanya
ke dalam dosa.
Sekalipun Tuhan membedakan dosa sengaja
dan dosa tidak sengaja, dan sekalipun dosa yang tidak disengaja hukumannya
lebih ringan (bdk. Luk 12:47-48
Kel 21:12-14), tetapi orang yang tersesat dengan tidak sengaja ini
tetap bersalah dan akan dihukum!
II)
Orang yang menyimpang dari kebenaran.
1) Orang yang menyimpang dari
kebenaran ini tidak mesti sakit, menderita, dsb. Memang orang yang menyimpang
dari kebenaran bisa saja diberi penyakit / penderitaan sebagai hukuman /
hajaran Tuhan atas dosa-dosanya, tetapi hal ini tidak selalu terjadi! Bisa saja
seseorang menyimpang dari kebenaran dan ia tetap sehat, kaya, hidup enak dsb.
Karena itu, fakta bahwa hidup saudara enak belum / tidak membuktikan bahwa
saudara tidak menyimpang dari kebenaran. Mengapa hal ini perlu ditekankan?
Karena ada orang yang terang-terangan hidup dalam dosa (misalnya bercerai lalu
kawin lagi), tetapi menganggap hidupnya benar karena ‘semua baik-baik saja’.
2) Orang yang menyimpang dari
kebenaran ini bisa adalah orang kristen, dan bisa juga adalah orang kristen
KTP.
Adanya kata ‘maut’ dalam ay 20
tidak membuktikan bahwa orang yang menyimpang dari kebenaran itu adalah orang
kristen KTP. Yakobus melihat dari sudut pandang manusia, dan karena dari sudut
pandang manusia tidak diketahui apakah orang yang menyimpang itu kristen sejati
atau tidak, maka ia menggunakan istilah ‘maut’.
Memang orang kristen yang sejati tidak
mungkin sesat dalam hal kepercayaan yang bersifat dasari, misalnya bahwa Yesus
adalah Allah, Yesus adalah Juruselamat, dsb (dengan kata lain, kalau seseorang
sesat secara dasari, ia pasti adalah orang kristen KTP. Bdk.
1Yoh 2:18-19 2Yoh 9).
Tetapi orang kristen yang sejati bisa
sesat dalam kepercayaan-kepercayaan yang tidak terlalu dasari (bdk. Mat
24:24b). Misalnya, bisa saja ia tidak mempercayai bagian-bagian tertentu dari
Kitab Suci sebagai Firman Allah. Bandingkan dengan Martin Luther yang
menganggap surat Yakobus ini sebagai ‘surat jerami yang tidak mempunyai nilai
injili’.
Apalagi kalau kita berbicara tentang
kesesatan dalam tindakan. Ini pasti bisa terjadi pada setiap orang kristen yang
sejati.
III)
Sikap Allah terhadap orang yang sesat / menyimpang.
Allah mengasihi / mencari orang yang
sesat (Luk 15
Yak 5:19-20). Seringkali pada waktu seseorang sesat, khususnya pada
waktu melakukan dosa-dosa yang hebat, maka ia menganggap bahwa Allah tidak
memperdulikan dirinya lagi. Ini adalah dusta iblis kepada orang itu. Allah
tetap mengasihi / mencari orang yang sesat.
Dalam mencari orang yang sesat, Allah
biasanya menggunakan manusia. Perhatikan kata ‘seorang’ dalam ay 19. Memang
orang itu sendiri tentu tidak bisa mempertobatkan orang yang sesat itu. Ia
hanya bisa berhasil kalau Allah memakai dia sebagai alatNya (bdk.
1Kor 3:5-7).
IV)
Sikap kita pada waktu melihat orang sesat.
1) Kita harus menyadari bahwa mencari
orang yang sesat adalah tugas setiap orang kristen.
Ini bukan hanya tugas pendeta, majelis,
dsb. Dalam ay 19, Yakobus menggunakan kata ‘seorang’. Ia tidak menggunakan
istilah ‘penatua’ seperti dalam ay 14!
Jadi ini juga adalah tugas saudara
sekalipun saudara adalah seorang jemaat biasa.
2) Kita
harus menyadari kesatuan orang-orang percaya / Kristen.
Kata ‘saudara-saudaraku’ dalam
ay 19, menunjukkan kesatuan dan kasih di antara orang-orang Kristen.
Dalam Kel 23:4 dan Ul 22:4
dikatakan bahwa kita harus menolong binatang milik saudara kita yang tersesat
/ jatuh. Kalau binatangnya saja harus diperhatikan, apalagi orangnya!
3) Kita
harus lebih menekankan jiwa daripada tubuh.
Kata ‘jiwa’ dalam ay 20, memang
berarti seluruh orang yang sesat itu, tapi bagaimanapun jelas ada penekanan
pada jiwanya. Sesat memang adalah persoalan jiwa / roh. Kita mungkin selalu
memperhatikan orang yang menderita secara jasmani, seperti sakit, miskin, dsb.
Tetapi, bagaimana perhatian kita kepada orang yang menderita secara jiwa / roh?
4) Kita
harus menangani kesesatan sedini mungkin.
Kata-kata ‘banyak dosa’ dalam
ay 20 menunjukkan bahwa kesesatan akan makin lama makin hebat. Dosa yang
satu menarik orang yang sesat itu pada dosa yang lain, sehingga terjadi ‘banyak
dosa’. Karena itu kita tidak boleh menunggu! Tangani orang itu secepatnya.
5) Jangan
kecil hati kalau melihat orang yang sudah sangat bejat.
Kata-kata ‘banyak dosa’ dalam
ay 20 bisa menguatkan kita pada waktu kita menghadapi orang yang sudah
sangat bejat. Bukan hanya orang yang melakukan sedikit dosa, yang bisa kembali
kepada Tuhan dan mendapatkan pengampunan. Orang yang melakukan banyak dosa juga
bisa kembali kepada Tuhan dan mendapatkan pengampunan (bdk. Yes 1:18).
V)
Akibat tindakan kita.
Kalau saudara mulai sekarang mau mencari
orang yang menyimpang dari kebenaran, maka perlu saudara sadari akan
kemungkinan-kemungkinan yang bisa terjadi:
1) Saudara
bisa ditolak.
Kalau ini terjadi, dan akhirnya orang
yang sesat itu terus menuju maut, maka itu bukan salah saudara, karena setidaknya
saudara sudah melakukan kewajiban saudara (bdk. Yeh 3:18-20).
2) Saudara
bisa dibenci.
Gal 4:16 -
“Apakah
dengan mengatakan kebenaran kepadamu aku telah menjadi musuhmu?”.
Ini perlu diperhatikan oleh orang yang
menegur orang yang tersesat, karena ini bisa menjadi pengalamannya pada waktu
ia menegur orang yang sesat. Tetapi ayat ini juga perlu diperhatikan oleh orang
yang ditegur dari kesesatannya, supaya jangan ia memberikan reaksi secara sama
dengan orang-orang itu!
3) Saudara
bisa diterima.
Orang yang sesat itu bertobat! Kalau ini
terjadi, lalu bagaimana? Perhatikan ay 20.
a) Orang itu selamat dari maut /
neraka.
b) Banyak dosa ditutupi.
Dosa siapa yang ditutupi itu?
·
Gereja
Roma Katolik, menganggap dosa itu sebagai dosa dari orang yang mempertobatkan.
·
William
Barclay juga berpendapat seperti itu. Ia menulis sebagai berikut:
“This man has not only saved his brother’s soul, he has covered
a multitude of his own sins. In other words, to save another soul is the surest
way to save one’s own” (= Orang ini tidak hanya menyelamatkan jiwa saudaranya,
ia telah menutupi banyak dosanya sendiri. Dengan kata lain, menyelamatkan jiwa
orang lain adalah jalan yang paling pasti untuk menyelamatkan jiwa sendiri).
Bagaimana Barclay bisa mengatakan bahwa
menyelamatkan jiwa orang lain adalah jalan yang paling pasti untuk
menyelamatkan jiwanya sendiri, padahal Tuhan Yesus maupun Kitab Suci jelas
menyatakan Tuhan Yesus sebagai satu-satunya jalan keselamatan
(Yoh 14:6 Kis 4:12 1Yoh 5:11-12), adalah sesuatu yang
tidak bisa dimengerti!
·
Origen
(185-254 M), mempunyai pandangan bahwa ada 6 cara yang bisa menyebabkan
dosa kita diampuni / ditutupi:
*
Baptisan.
*
Mati
syahid.
*
Memberi
sedekah.
*
Mengampuni
orang lain.
*
Mengasihi.
*
Mempertobatkan
orang yang sesat.
Ajaran ini betul-betul menjadikan
kristen sama seperti agama-agama lain yang menekankan keselamatan karena
perbuatan baik!
·
A.T.
Robertson mengatakan bahwa sekalipun ditinjau dari sudut bahasa Yunani, dosa
itu bisa ditujukan kepada orang yang mempertobatkan, tetapi ditinjau dari
ajaran seluruh Perjanjian Baru, kata-kata ‘banyak dosa’ harus ditujukan untuk
orang yang sesat. Jadi, pada waktu ia bertobat maka dosa-dosanya diampuni.
Pandangan A.T. Robertson inilah yang
harus diterima, sedangkan ke 3 pandangan di atas harus ditolak karena tidak
alkitabiah dan tidak injili. Kita mendapat pengampunan dosa hanya berdasarkan
iman kepada Yesus Kristus, bukan karena perbuatan kita. Kalau memang kita bisa
diampuni karena mempertobatkan orang yang sesat, maka bisa saja kita selamat /
masuk surga tanpa Kristus, dan ini jelas tidak sesuai dengan ajaran Kitab Suci
(bdk. Gal 2:16,21 Ef 2:8-9).
Penutup:
Maukah saudara mencari orang yang sesat! Maukah saudara, membiarkan
Allah memakai saudara untuk mencari orang yang sesat? Ingat bahwa dahulu saudarapun
adalah orang yang tersesat. Kalau sekarang saudara telah kembali dari
kesesatan saudara, maka saudara harus menggunakan hidup saudara untuk menolong
orang-orang yang masih tersesat.
-AMIN-
email us at : gkri_exodus@lycos.com