Bagaimana menaklukkan
dan membongkar fitnah/dusta/kepalsuan
Saksi-saksi palsu Yehuwa?
oleh : Pdt. Budi Asali M.Div.
Luk 18:18-19 - “(18) Ada seorang pemimpin bertanya kepada Yesus,
katanya: ‘Guru yang baik, apa yang harus aku perbuat untuk memperoleh hidup
yang kekal?’ (19) Jawab Yesus: ‘Mengapa kaukatakan Aku baik? Tak seorangpun
yang baik selain dari pada Allah saja”.
Ayat ini sering dipakai sebagai dasar
oleh Saksi-Saksi Yehuwa untuk mengatakan bahwa Yesus sendiri mengatakan bahwa
Dia bukan Allah.
Saksi-Saksi Yehuwa mengatakan: “Yesus selanjutnya menunjukkan bahwa ia adalah pribadi
yang terpisah dari Allah dengan mengatakan: ‘Mengapa kaukatakan Aku baik? Tak
seorangpun yang baik selain dari pada Allah saja.’ (Markus 10:18) Jadi Yesus
mengatakan bahwa tidak ada pribadi lain manapun yang sebaik Allah, bahkan Yesus
sendiri tidak. Allah adalah baik dengan cara yang membuat Ia terpisah dari
Yesus” - ‘Haruskah
Anda Percaya Kepada Tritunggal?’, hal 17.
a) Kata-kata Saksi-Saksi Yehuwa selalu
bertentangan sendiri satu dengan yang lainnya. Di sini mereka mengatakan bahwa
Yesus tidak sebaik BapaNya. Sekarang bandingkan dengan kutipan-kutipan di bawah
ini.
Saksi-Saksi Yehuwa mengatakan:
·
“Tidak
heran Kolose 1:15 menyebut Yesus ‘gambar dari Allah yang tidak kelihatan’!
Dengan bergaul erat selama bertahun-tahun yang tidak diketahui lamanya, Putra
yang taat ini menjadi persis seperti Bapaknya, Yehuwa. Ini merupakan alasan
lain mengapa Yesus adalah kunci untuk mendapatkan pengetahuan tentang Allah
yang memberi kehidupan. Segala sesuatu yang dilakukan Yesus ketika berada di
bumi adalah tepat seperti apa yang akan dilakukan Yehuwa. Karena itu, mengenal
Yesus juga berarti meningkatkan pengetahuan kita akan Yehuwa. (Yohanes
8:28; 14:8-10)” -
‘Pengetahuan Yang Membimbing Kepada Kehidupan Abadi’, hal 39.
·
“Karena
Yesus dengan cermat meniru Bapak surgawinya, ia menjadi tokoh terbesar
sepanjang masa. Sebagai Putra yang setia, Yesus meniru Bapaknya dengan
begitu saksama sehingga ia dapat berkata kepada para pengikutnya: ‘Barangsiapa
telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa.’ (Yohanes 14:9,10) Dalam
setiap situasi di bumi, ia bertindak tepat seperti cara Bapaknya, Allah
Yang Mahakuasa. ... Jadi bila kita mempelajari kehidupan Kristus Yesus, kita sebenarnya
sedang memperoleh gambaran yang jelas mengenai pribadi Allah” - ‘Tokoh Terbesar Sepanjang Masa’
(sebelum pelajaran 1, sebut saja ‘pendahuluan’).
Jadi, mana yang benar? Yesus tidak
sebaik BapaNya, atau Yesus persis seperti BapaNya? Kalau Yesus memang tidak
sebaik BapaNya, bagaimana mungkin Yesus berkata:
¨ “Sekiranya kamu mengenal Aku, pasti kamu juga mengenal
BapaKu. Sekarang ini kamu mengenal Dia dan kamu telah melihat Dia.’” (Yoh 14:7 bdk. Yoh 8:19b).
¨ “Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa” (Yoh 14:9b).
b) Saksi-Saksi Yehuwa berusaha membengkokkan
kata-kata Yesus ini, seolah-olah Yesus berkata: ‘Tidak ada pribadi yang sebaik Allah, bahkan Aku juga
tidak’.
Tetapi Yesus tidak berkata demikian.
Yesus berkata: ‘Mengapa
kaukatakan Aku baik? Tak seorangpun yang baik selain dari pada Allah saja’.
Kalau dari ayat ini ditafsirkan bahwa
Yesus bukan Allah, maka ayat ini juga harus berarti bahwa Yesus itu
tidak baik! Dan dengan demikian ini akan bertentangan dengan:
·
banyak
ayat-ayat Kitab Suci yang lain, yang jelas mengatakan bahwa Yesus adalah Allah
dan Yesus adalah baik dan suci.
·
ajaran
Saksi Yehuwa sendiri, yang jelas menganggap bahwa Yesus itu suci.
Untuk
mengatasi hal ini Saksi-Saksi Yehuwa berkata:
“Menarik
sekali, Yesus mencela seorang pria yang menyapanya dengan gelar ‘Guru yang
baik,’ karena Yesus mengakui bahwa bukan dia, melainkan Bapanya, yang menjadi
patokan dari kebaikan (Mrk. 10:17,18). Tetapi, agar memenuhi apa yang pada
umumnya dimaksudkan orang-orang bila mereka mengatakan bahwa seseorang itu
baik, Yesus pasti seorang yang jujur. Sebenarnya, bahkan musuh-musuhnya
mengakui hal itu (Mrk. 12:14)” - ‘Bertukar Pikiran Mengenai
Ayat-Ayat Alkitab’, hal 428.
Tanggapan
saya:
*
Ini merupakan penafsiran yang seenaknya sendiri dan
tidak konsekwen. Kalau memang mau menafsirkan kata-kata Yesus itu apa adanya,
maka harus diartikan sebagai ‘Aku bukan Allah, dan Aku tidak baik’. Tetapi
Saksi-Saksi Yehuwa hanya mau mengambil yang pertama (‘Aku bukan Allah’), tetapi
tidak mau mengambil yang kedua (‘Aku tidak baik’), dan dengan kata-kata yang saya
garis-bawahi tersebut berusaha memaksakan hal itu! Hanya orang yang bodoh yang
tidak bisa melihat ketidak-konsistenan dan pemutar-balikan penafsiran di tempat
ini!
*
Kalau yang menjadi patokan kebaikan itu adalah
Allah, bukan Yesus, lalu untuk apa / mengapa kita harus meneladani Yesus?
c) Ada 2 penafsiran tentang arti sebenarnya dari
text ini:
1. Dalam Mark 10:18 / Luk 18:19 itu Yesus
ingin membetulkan konsep yang salah dari pemuda kaya itu. Ia menyebut Yesus
sebagai ‘guru’. Jelas bahwa ia menganggap Yesus hanya
sebagai manusia biasa. Tetapi ia menyebut Yesus ‘baik’. Sebutan ini tidak cocok untuk manusia biasa.
Kata-kata / jawaban Yesus bukannya
bertujuan supaya orang muda itu menganggap bahwa ‘Yesus bukan Allah dan Yesus tidak baik’, tetapi sebaliknya supaya pemuda kaya
itu tahu bahwa ‘Yesus bukan hanya baik,
tetapi juga adalah Allah sendiri’.
2. Warfield menganggap bahwa kata-kata Yesus ini
bukan bertujuan untuk mengkontraskan diriNya dengan Allah, tetapi
mengkontraskan Allah dengan semua yang lain. Tujuan Yesus dengan kata-kata ini
adalah untuk mengarahkan pemuda kaya itu kepada Allah. Jadi, di sini tidak ada
penegasan atau penyangkalan tentang keilahian Yesus.
B. B. Warfield: “Jesus is therefore not contrasting Himself here with God.
... the contrast involved in the words ‘No one is good except one, God’ is not
between God and Jesus, but between God and all others. There can be imported
into the passage, in any case, no denial on Jesus’ part, either that He is good
or that He is God. ... there is equally no denial that He is God, and no
affirmation that He is God” (= Karena itu di sini Yesus tidak mengkontraskan diriNya
sendiri dengan Allah. ... kontras yang tercakup dalam kata-kata ‘Tidak
seorangpun yang baik kecuali satu, Allah’ bukanlah kontras antara Yesus dengan
Allah, tetapi antara Allah dengan semua yang lain. Bagaimanapun juga, tidak
bisa dimasukkan ke dalam text itu penyangkalan dari pihak Yesus, baik bahwa Ia
adalah baik atau bahwa Ia adalah Allah. ... di sana sama-sama tidak ada
penyangkalan bahwa Ia adalah Allah, ataupun penegasan bahwa Ia adalah Allah) - ‘The Person and Work of Christ’,
hal 156,158.
Saya sendiri lebih condong pada
penafsiran yang pertama.
Mat 20:23 - “Yesus berkata kepada mereka: ‘CawanKu memang akan kamu
minum, tetapi hal duduk di sebelah kananKu atau di sebelah kiriKu, Aku tidak
berhak memberikannya. Itu akan diberikan kepada orang-orang bagi siapa
BapaKu telah menyediakannya.’”.
Ayat ini menunjukkan bahwa Yesus tidak
berhak memberikan tempat di sebelah kanan dan kiriNya nanti. Itu akan diberikan
kepada orang-orang bagi siapa Bapa telah menyediakannya.
Saksi-Saksi Yehuwa mengatakan: “Jika Yesus adalah Allah yang Mahakuasa, ia
berhak memberikan kedudukan tersebut. Namun Yesus tidak dapat melakukan itu, karena ini adalah hak
Allah, dan Yesus bukan Allah” - ‘Haruskah Anda Percaya Kepada Tritunggal?’, hal 18.
Saksi-Saksi Yehuwa mengatakan: “Betapa
aneh, jika, seperti anggapan orang, Yesus adalah Allah! Apakah di sini Yesus
hanya menjawab sesuai dengan sifat manusiawinya? Andai kata, seperti dikatakan
penganut-penganut Tritunggal, Yesus benar-benar ‘Manusia-Allah’ - Allah dan
juga manusia, bukan salah satu - apakah akan benar-benar konsisten untuk
memberikan penjelasan sedemikian? Bukankah Matius 20:23 menunjukkan bahwa Anak
tidak setara dengan Bapa, bahwa Bapa mengkhususkan beberapa hak istimewa hanya
untuk diriNya?” -
‘Bertukar Pikiran Mengenai Ayat-Ayat Alkitab’, hal 397.
Ada 2 kemungkinan menafsirkan ayat ini:
a) Ayat ini memang menyatakan bahwa hanya Bapa
yang berhak menentukan tempat di surga, sedangkan Yesus tidak mempunyai hak
tersebut.
Kalau kita memilih pandangan ini, maka
tentu saja itu berarti bahwa Yesus berbicara tentang diriNya sebagai
manusia, bukan sebagai Allah!
b) Ayat ini menunjukkan bahwa Bapa telah
menentukan tempat / kedudukan di surga. Selanjutnya ayat ini berkata bahwa
Yesus tidak berhak mengubah ketentuan Bapa itu. Ini tidak menunjukkan bahwa
Yesus lebih rendah dari Bapa, karena perlu saudara ketahui bahwa Allah Bapa
sendiripun tidak mungkin mengubah ketentuan / rencana yang sudah Ia buat sejak
kekekalan itu. Bisakah saudara membayangkan Allah yang maha tahu, maha
bijaksana, dan maha kuasa itu mengubah-ubah rencanaNya seakan-akan Ia adalah
manusia yang terbatas? Bandingkan dengan text-text di bawah ini:
Maz 33:10-11 - “TUHAN menggagalkan rencana bangsa-bangsa; Ia meniadakan
rancangan suku-suku bangsa; tetapi rencana TUHAN tetap selama-lamanya,
rancangan hatiNya turun-temurun”.
Yes 25:1 - “Ya TUHAN, Engkaulah Allahku; aku mau meninggikan Engkau,
mau menyanyikan syukur bagi namaMu; sebab dengan kesetiaan yang teguh Engkau
telah melaksanakan rancanganMu yang ajaib yang telah ada sejak dahulu”.
Yer 4:28 - “Karena hal ini bumi akan berkabung, dan langit di atas akan
menjadi gelap, sebab Aku telah mengatakannya, Aku telah merancangnya, Aku
tidak akan menyesalinya dan tidak akan mundur dari pada itu”.
Kedua ayat ini, dan beberapa ayat lain,
dipakai oleh Saksi-Saksi Yehuwa untuk mengajarkan bahwa Yesus adalah malaikat
Mikhael. Saksi-Saksi Yehuwa berkata:
“Mikhael berarti ‘Siapa Seperti Allah?’ Nama itu jelas
menyatakan Mikhael sebagai pribadi yang mengambil pimpinan dalam menjunjung
tinggi kedaulatan Yehuwa dan membinasakan musuh-musuh Allah.
Di 1Tesalonika 4:16, perintah Yesus Kristus berkenaan mulainya
kebangkitan digambarkan sebagai ‘seruan penghulu malaikat,’ dan Yudas 9
mengatakan bahwa penghulu malaikat ialah Mikhael. Apakah patut untuk
menyamakan perintah Yesus dengan seruan seorang pribadi yang lebih rendah
kekuasaannya? Jadi, masuk akal bahwa penghulu malaikat Mikhael ialah
Yesus Kristus. (Menarik sekali, ungkapan ‘penghulu malaikat’ tidak pernah
dalam bentuk jamak dalam Alkitab, sehingga menunjukkan bahwa hanya ada satu.)
Wahyu 12:7-12 mengatakan bahwa Mikhael dan
malaikat-malaikatnya akan berperang melawan Setan dan mencampakkan dia beserta
malaikat-malaikatnya yang jahat dari surga sehubungan dengan pemindahan
kekuasaan sebagai raja kepada Kristus. Yesus belakangan digambarkan memimpin
bala tentara surgawi dalam peperangan melawan bangsa-bangsa di dunia. (Why.
19:11-16) Tidakkah masuk akal bahwa Yesus juga pribadi yang akan mengambil
tindakan melawan oknum yang ia gambarkan sebagai ‘penguasa dunia ini,’ Setan si
Iblis? (Yoh. 12:31)
Daniel 12:1 menghubungkan ‘munculnya Mikhael’ yang akan bertindak
dengan penuh kuasa, dengan ‘suatu waktu kesesakan yang besar, seperti yang
belum pernah terjadi sejak ada bangsa-bangsa sampai pada waktu itu.’ Hal itu
tentu cocok dengan pengalaman bangsa-bangsa ketika Kristus sebagai pelaksana
surgawi mengambil tindakan terhadap mereka. Jadi bukti menunjukkan bahwa
Putra Allah dikenal sebagai Mikhael sebelum datang ke bumi dan juga dikenal
dengan nama itu sejak ia kembali ke surga tempat ia tinggal sebagai Putra
rohani Allah yang dimuliakan” - ‘Bertukar Pikiran Mengenai Ayat-Ayat Alkitab’, hal 436-437.
a) Ajaran ini berasal dari ajaran-ajaran sesat
pada abad-abad awal, seperti:
1. Sekte bernama Elkasaites (abad ke 2 M.), yang
ajarannya tentang Kristus digambarkan oleh Louis Berkhof sebagai berikut:
“they also spoke of Him as a higher
spirit or angel. ... and also called Him the highest archangel” (= mereka juga berbicara tentang Dia sebagai suatu roh yang lebih tinggi
atau malaikat. ... dan juga menyebutNya penghulu malaikat yang tertinggi) - ‘The History of Christian Doctrines’,
hal 44.
2. Arianisme (abad ke 4 M.).
Encyclopedia Britannica 2000 tentang
‘Christianity: Attempts to define the Trinity’: “Here Arius joined an older tradition of Christology,
which had already played a role in Rome in the early 2nd century - namely, the
so-called angel-Christology. The descent of the Son to Earth was understood as
the descent to Earth of the highest prince of the angels, who became man in
Jesus Christ; he is to some extent identified with the angel prince Michael. In
the old angel-Christology the concern is already expressed to preserve the
oneness of God, the inviolable distinguishing mark of the Jewish and Christian
faiths over against all paganism. The Son is not himself God, but as the
highest of the created spiritual beings he is moved as close as possible to
God. Arius joined this tradition with the same aim - i.e., defending the idea
of the oneness of the Christian concept of God against all reproaches that
Christianity introduces a new, more sublime form of polytheism” (= Di sini Arius bergabung
dengan tradisi Kristologi yang lebih kuno, yang telah memainkan peranan di Roma
pada awal abad kedua - yaitu, apa yang disebut Kristologi-malaikat. Turunnya
Anak ke Bumi dimengerti sebagai turun ke Buminya pangeran tertinggi dari para
malaikat, yang menjadi manusia dalam Yesus Kristus; Ia sampai pada tingkat
tertentu diperkenalkan sebagai pangeran malaikat Mikhael. Dalam
Kristologi-malaikat kuno perhatiannya sudah dinyatakan untuk memelihara /
melindungi keesaan dari Allah, tanda khusus yang tidak bisa diganggu gugat dari
iman Yahudi dan Kristen terhadap semua kekafiran. Anak sendiri bukanlah Allah,
tetapi sebagai makhluk rohani ciptaan yang tertinggi, Ia bergerak sedekat
mungkin menuju Allah. Arius bergabung dengan tradisi ini dengan tujuan yang
sama - yaitu mempertahankan gagasan dari keesaan dari konsep Kristen tentang
Allah terhadap semua celaan bahwa kekristenan memperkenalkan suatu bentuk
polytheisme baru yang lebih agung).
Tetapi ‘sampah’ Arianisme yang sudah dikecam / dikutuk sebagai ajaran sesat
pada abad ke 4 itu, ternyata diambil oleh Saksi-Saksi Yehuwa!
b) Mereka mengambil kesimpulan seenaknya sendiri
dari nama ‘Mikhael’.
Dari nama ‘Mikhael’, yang artinya ‘Siapa
seperti Allah?’,
mereka meloncat pada kesimpulan (entah dari mana) bahwa Mikhael adalah pribadi
yang mengambil pimpinan dalam menjunjung tinggi kedaulatan Yehuwa dan
membinasakan musuh-musuh Allah.
Untuk jelasnya saya kutip ulang bagian
itu. Mereka berkata: “Mikhael berarti
‘Siapa Seperti Allah?’ Nama itu jelas menyatakan Mikhael sebagai pribadi yang
mengambil pimpinan dalam menjunjung tinggi kedaulatan Yehuwa dan membinasakan
musuh-musuh Allah”.
Coba perhatikan, apakah kesimpulan itu masuk
akal? Saya sendiri sama sekali tidak bisa melihat bagaimana dari nama ‘Mikhael’ bisa disimpulkan seperti itu. Dan kalau cara menyimpulkannya
seperti itu, hal yang sama bisa didapatkan dari nama malaikat yang lain yaitu ‘Gabriel’, yang artinya ‘God is
powerful’ (= Allah itu kuat) atau ‘man / hero of God’ (= manusia / pahlawan dari Allah).
c) 1Tes 4:16 - “Sebab pada waktu tanda diberi(1),
yaitu pada waktu penghulu malaikat berseru(2) dan sangkakala
Allah berbunyi(3), maka Tuhan sendiri akan turun dari sorga(4)
dan mereka yang mati dalam Kristus akan lebih dahulu bangkit(5)”.
Sekarang nilailah sendiri apakah
kata-kata Saksi-Saksi Yehuwa di atas benar atau tidak. Untuk mudahnya kata-kata
itu saya kutip lagi. Mereka berkata: “Di 1Tesalonika 4:16,
perintah Yesus Kristus berkenaan mulainya kebangkitan digambarkan sebagai
‘seruan penghulu malaikat,’ ... Apakah patut untuk menyamakan perintah
Yesus dengan seruan seorang pribadi yang lebih rendah kekuasaannya? Jadi, masuk
akal bahwa penghulu malaikat Mikhael ialah Yesus Kristus”.
Dari mana mereka bisa mengatakan bahwa
dalam 1Tes 4:16 itu, ‘perintah Yesus
Kristus berkenaan dengan mulainya kebangkitan’ digambarkan sebagai ‘seruan penghulu malaikat’? Dari mana mereka bisa mengatakan
bahwa ‘perintah Yesus’ itu disamakan dengan ‘seruan penghulu malaikat’ itu?
Dalam 1Tes 4:16 itu, Paulus hanya
mengatakan bahwa pada saat itu terjadi 5 hal, yaitu:
1. Pemberian
tanda.
2. Penghulu
malaikat berseru.
3. Sangkakala
Allah berbunyi.
4. Tuhan
sendiri akan turun dari sorga.
5. Mereka
yang mati dalam Kristus akan lebih dahulu bangkit.
Tetapi dalam 1Tes 4:16 itu, Paulus
tidak menyamakan / mengidentikkan yang manapun dari ke 5 hal tersebut, dan juga
tidak menggambarkan hal yang satu dengan hal yang lainnya dari kelima hal
tersebut.
Sebaliknya, 1Tes 4:16 itu justru
membedakan antara ‘seruan penghulu
malaikat (Mikhael)’ (no 2) dengan ‘turunnya Tuhan (Yesus)
dari surga’ (no 4), dan dengan demikian secara
implicit juga membedakan penghulu malaikat Mikhael dengan Yesus. Perbedaan ini
terlihat dengan lebih jelas dalam terjemahan NIV yang saya berikan di bawah
ini.
NIV: ‘For the Lord himself will come down from heaven,
with a loud command, with the voice of the archangel and with the trumpet call
of God, and the dead in Christ will rise first’ (= Karena Tuhan
sendiri akan turun dari surga, dengan perintah yang keras, dengan suara
dari penghulu malaikat dan dengan panggilan sangkakala dari Allah, dan
orang-orang mati dalam Kristus akan bangkit lebih dulu).
Jadi, hal terutama yang dibicarakan
oleh ayat ini adalah turunnya Tuhan Yesus dari surga, dan hal ini disertai
dengan beberapa hal lain, yaitu:
·
perintah
yang keras.
·
suara
dari penghulu malaikat.
·
panggilan
sangkakala dari Allah.
·
kebangkitan
orang-orang yang mati dalam Kristus.
Betul-betul lucu kalau dari satu ayat
yang menunjukkan adanya 2 hal yang terjadi pada satu saat, mereka lalu
mengidentikkan kedua hal tersebut, tetapi dari banyak sekali ayat-ayat yang
menunjukkan secara explicit bahwa Yesus adalah Allah dan Tuhan, mereka tetap
berkelit dengan segala macam cara, dan tidak mau mengakui Yesus sebagai Tuhan /
Allah.
Juga, kalau dari 1Tes 4:16 itu
Saksi-Saksi Yehuwa mengatakan bahwa Yesus identik dengan malaikat Mikhael, mengapa
mereka tidak dengan cara yang sama mengidentikkan malaikat Mikhael dengan
Allah? Karena bukankah dalam ayat itu juga disebutkan adanya ‘sangkakala Allah’ / ‘panggilan
sangkakala dari Allah’
(NIV), yang juga terjadi pada saat yang sama? Mengapa mereka tidak berkata: “Di 1Tes 4:16, panggilan sangkakala Allah digambarkan
sebagai ‘seruan penghulu malaikat,’ ... Apakah patut untuk menyamakan panggilan
sangkakala Allah dengan seruan seorang pribadi yang lebih rendah kekuasaannya?
Jadi, masuk akal bahwa penghulu malaikat Mikhael ialah Allah / Yehuwa”.
d) Saksi-Saksi Yehuwa mengidentikkan 2 pemimpin
dari 2 peperangan yang berbeda.
Perhatikan kata-kata mereka sebagai
berikut:
“Wahyu 12:7-12 mengatakan bahwa Mikhael dan
malaikat-malaikatnya akan berperang melawan Setan dan mencampakkan dia beserta
malaikat-malaikatnya yang jahat dari surga sehubungan dengan pemindahan
kekuasaan sebagai raja kepada Kristus. Yesus belakangan digambarkan memimpin
bala tentara surgawi dalam peperangan melawan bangsa-bangsa di dunia.
(Why. 19:11-16) Tidakkah masuk akal bahwa Yesus juga pribadi yang akan
mengambil tindakan melawan oknum yang ia gambarkan sebagai ‘penguasa dunia
ini,’ Setan si Iblis? (Yoh. 12:31)” - ‘Bertukar Pikiran Mengenai Ayat-Ayat Alkitab’, hal 437.
Bukankah ini merupakan suatu kelucuan?
Hanya karena ada 2 peperangan / pertempuran, dimana yang satu dipimpin Mikhael
dan yang satunya dipimpin oleh Yesus, mereka lalu mengidentikkan Yesus dengan
Mikhael. Padahal kalau kita melihat kedua peperangan ini, jelas ini adalah dua
peperangan yang berbeda. Mikhael memimpin dalam berperang melawan setan
(Wah 12:7-12), sedangkan Yesus memimpin dalam perang melawan manusia /
bangsa-bangsa di dunia (Wah 19:11-16). Perhatikan bagian-bagian yang
saya saya garis bawahi dari kutipan di atas maupun dari kedua text di bawah
ini.
Wah 12:7-12 - “(7) Maka timbullah peperangan di sorga. Mikhael dan
malaikat-malaikatnya berperang melawan naga itu, dan naga itu dibantu oleh
malaikat-malaikatnya, (8) tetapi mereka tidak dapat bertahan; mereka tidak
mendapat tempat lagi di sorga. (9) Dan naga besar itu, si ular tua, yang
disebut Iblis atau Satan, yang menyesatkan seluruh dunia, dilemparkan ke
bawah; ia dilemparkan ke bumi, bersama-sama dengan malaikat-malaikatnya. (10)
Dan aku mendengar suara yang nyaring di sorga berkata: ‘Sekarang telah tiba
keselamatan dan kuasa dan pemerintahan Allah kita, dan kekuasaan Dia yang
diurapiNya, karena telah dilemparkan ke bawah pendakwa saudara-saudara kita,
yang mendakwa mereka siang dan malam di hadapan Allah kita. (11) Dan mereka
mengalahkan dia oleh darah Anak Domba, dan oleh perkataan kesaksian mereka.
Karena mereka tidak mengasihi nyawa mereka sampai ke dalam maut. (12) Karena
itu bersukacitalah, hai sorga dan hai kamu sekalian yang diam di dalamnya, celakalah
kamu, hai bumi dan laut! karena Iblis telah turun kepadamu, dalam geramnya yang
dahsyat, karena ia tahu, bahwa waktunya sudah singkat.’”.
Wah 19:11-16 - “(11) Lalu aku melihat sorga terbuka: sesungguhnya, ada
seekor kuda putih; dan Ia yang menungganginya bernama: ‘Yang Setia dan Yang
Benar’, Ia menghakimi dan berperang dengan adil. (12) Dan mataNya bagaikan
nyala api dan di atas kepalaNya terdapat banyak mahkota dan padaNya ada
tertulis suatu nama yang tidak diketahui seorangpun, kecuali Ia sendiri. (13)
Dan Ia memakai jubah yang telah dicelup dalam darah dan namaNya ialah:
‘Firman Allah.’ (14) Dan semua pasukan yang di sorga mengikuti Dia; mereka
menunggang kuda putih dan memakai lenan halus yang putih bersih. (15) Dan dari
mulutNya keluarlah sebilah pedang tajam yang akan memukul segala bangsa.
Dan Ia akan menggembalakan mereka dengan gada besi dan Ia akan memeras anggur
dalam kilangan anggur, yaitu kegeraman murka Allah, Yang Mahakuasa. (16) Dan
pada jubahNya dan pahaNya tertulis suatu nama, yaitu: ‘Raja segala raja dan
Tuan di atas segala tuan.’”.
Mikhael memang mungkin adalah pemimpin
para malaikat dan pertempuran melawan setan dan anak buahnya, tetapi Mikhael
tetap adalah bawahan dari Yesus. Kalau mau dianalogikan dengan suatu negara, maka
ia adalah panglima tentara, sedangkan Yesus adalah presidennya / rajanya!
Juga, kalau mau mengidentikkan dengan
serampangan seperti itu, mengapa Saksi-Saksi Yehuwa tidak membandingkan kedua
text di atas dengan Zakh 14:3-5 di bawah ini, dan lalu mengatakan bahwa
malaikat Mikhael adalah Yehuwa, atau bahwa Yesus adalah Yehuwa?
Zakh 14:3-5 - “(3) Kemudian TUHAN (YAHWEH) akan
maju berperang melawan bangsa-bangsa itu seperti Ia berperang pada hari
pertempuran. (4) Pada waktu itu kakiNya akan berjejak di bukit Zaitun yang
terletak di depan Yerusalem di sebelah timur. Bukit Zaitun itu akan terbelah
dua dari timur ke barat, sehingga terjadi suatu lembah yang sangat besar;
setengah dari bukit itu akan bergeser ke utara dan setengah lagi ke selatan.
(5) Maka tertutuplah lembah gunung-gunungKu, sebab lembah gunung itu akan
menyentuh sisinya; dan kamu akan melarikan diri seperti kamu pernah melarikan
diri oleh karena gempa bumi pada zaman Uzia, raja Yehuda. Lalu TUHAN, Allahku,
akan datang, dan semua orang kudus bersama-sama Dia”.
e) Sekarang tentang kata-kata mereka sebagai
berikut:
“Daniel 12:1 menghubungkan ‘munculnya Mikhael’ yang akan
bertindak dengan penuh kuasa, dengan ‘suatu waktu kesesakan yang besar, seperti
yang belum pernah terjadi sejak ada bangsa-bangsa sampai pada waktu itu.’ Hal
itu tentu cocok dengan pengalaman bangsa-bangsa ketika Kristus sebagai
pelaksana surgawi mengambil tindakan terhadap mereka. Jadi bukti menunjukkan
bahwa Putra Allah dikenal sebagai Mikhael sebelum datang ke bumi dan juga dikenal
dengan nama itu sejak ia kembali ke surga tempat ia tinggal sebagai Putra
rohani Allah yang dimuliakan” - ‘Bertukar Pikiran Mengenai Ayat-Ayat Alkitab’, hal 437.
Dan 12:1 - “‘Pada waktu itu juga akan muncul Mikhael, pemimpin besar
itu, yang akan mendampingi anak-anak bangsamu; dan akan ada suatu waktu
kesesakan yang besar, seperti yang belum pernah terjadi sejak ada bangsa-bangsa
sampai pada waktu itu. Tetapi pada waktu itu bangsamu akan terluput, yakni
barangsiapa yang didapati namanya tertulis dalam Kitab itu”.
Ini juga sangat menggelikan. Kalau
munculnya Mikhael terjadi pada saat yang sama dengan tindakan Yesus Kristus
terhadap bangsa-bangsa, itu tidak berarti bahwa Mikhael adalah Yesus.
Dari pembahasan dalam point b, c, dan
d, ini terlihat bahwa hanya karena dua peristiwa terjadi bersamaan, yang satu
dilakukan oleh Yesus dan yang lain oleh Mikhael, maka Saksi-Saksi Yehuwa
mengatakan bahwa Yesus adalah malaikat Mikhael. Ini jelas merupakan suatu
kesimpulan yang tidak berdasar.
Dengan cara yang sama saya bisa
mengatakan bahwa Allah adalah setan, karena setan menyerang / mencobai Ayub,
dan Allah menguji Ayub, pada saat yang sama!
Dari sini terlihat bahwa kalau
Saksi-Saksi Yehuwa memang mau mempercayai suatu ajaran, maka dengan mudahnya
mereka menyimpulkan ayat-ayat sehingga mendukung ajaran mereka. Sebaliknya
kalau mereka memang tidak mau mempercayai suatu ajaran, misalnya tentang
keilahian Yesus, maka tidak peduli betapapun banyaknya ayat-ayat yang mendukung
hal itu, mereka tetap menolaknya / berkelit dengan segala macam cara. Memang,
seperti dikatakan seseorang: ‘Tidak ada yang lebih buta dari orang yang
tidak mau melihat’!
f) Malaikat
Mikhael bukan ‘Allah’ ataupun ‘suatu allah’!
Ini merupakan ajaran yang kacau balau
dari Saksi Yehuwa. Mereka percaya bahwa Yesus adalah ‘suatu allah’, tetapi juga bahwa Yesus adalah malaikat Mikhael. Bagaimana
mungkin mereka menyamakan malaikat dengan ‘suatu
allah’?
g) Kitab Suci tidak pernah mengatakan bahwa
malaikat bisa mencipta, baik Mikhael ataupun malaikat yang lain. Tetapi Yesus
digambarkan sebagai Pencipta segala sesuatu (Yoh 1:3,10 Kol 1:15-17
Ibr 1:10).
h) Malaikat Mikhael itu harus mempunyai sifat
maha ada untuk bisa menggenapi janji-janji Yesus di bawah ini:
·
Mat 18:20
- “Sebab di mana dua atau tiga orang
berkumpul dalam NamaKu, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka.’”.
·
Mat 28:20
- “dan ajarlah mereka melakukan segala
sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu
senantiasa sampai kepada akhir zaman.’”.
·
Yoh 14:23
- “Jawab Yesus: ‘Jika seorang mengasihi
Aku, ia akan menuruti firmanKu dan BapaKu akan mengasihi dia dan Kami akan
datang kepadanya dan diam bersama-sama dengan dia”.
i) Kalau Yesus adalah malaikat Mikhael, maka itu
berarti nanti pada akhir jaman, yang akan menjadi Hakim adalah seorang
malaikat! Ini sangat tidak alkitabiah dan tidak masuk akal, karena:
·
untuk
bisa menjadi Hakim pada akhir jaman, maka orang itu harus maha tahu, maha adil,
dan sebagainya, dan karena itu Hakim itu harus adalah Allah.
·
Kitab
Suci berbicara tentang takhta pengadilan Allah dan takhta pengadilan Kristus
(Ro 14:10 2Kor 5:10). Mengapa
Kitab Suci tidak pernah berbicara tentang takhta pengadilan malaikat / Mikhael?
·
dengan
demikian, nanti kita akan dihakimi oleh seorang malaikat, padahal dalam
1Kor 6:3 dikatakan bahwa kita (orang-orang percaya) yang akan menghakimi
malaikat-malaikat, dan bukan malaikat yang akan menghakimi kita.
1Kor 6:3 - “Tidak tahukah kamu, bahwa kita akan menghakimi malaikat-malaikat?”.
j) Ada banyak ayat-ayat Kitab Suci yang
membedakan, dan bahkan mengkontraskan, Yesus dengan para malaikat.
1. Mat 24:36 - “Tetapi tentang hari dan saat itu tidak seorangpun
yang tahu, malaikat-malaikat di sorga tidak, dan Anakpun tidak, hanya
Bapa sendiri.’”.
Ada 2 hal yang perlu diperhatikan
tentang ayat ini:
Kalau ‘Anak’
/ ‘Yesus’ adalah malaikat, maka setelah Yesus
mengatakan kata-kata ‘malaikat-malaikat
di sorga tidak’, Ia
tidak perlu menambahkan kata-kata ‘dan
Anakpun tidak’. Bahwa
Ia menambahkan kata-kata itu, membuktikan bahwa Ia bukan malaikat!
2. Ibr 1:3b-14 jelas mengkontraskan Yesus
dengan malaikat-malaikat. Mari kita perhatikan ayat-ayatnya satu per satu.
a. Ibr 1:3b-4 - “(3b) Dan setelah Ia selesai mengadakan penyucian dosa,
Ia duduk di sebelah kanan Yang Mahabesar, di tempat yang tinggi, (4) jauh
lebih tinggi dari pada malaikat-malaikat, sama seperti nama yang
dikaruniakan kepadaNya jauh lebih indah dari pada nama mereka”.
Text ini secara jelas mengkontraskan
Yesus dengan para malaikat, dan meninggikan Yesus jauh di atas para malaikat.
b. Ibr 1:5 - “Karena kepada siapakah di antara malaikat-malaikat itu
pernah Ia katakan: ‘AnakKu Engkau! Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini?’
dan ‘Aku akan menjadi BapaNya, dan Ia akan menjadi AnakKu?’”.
Ayat ini menyatakan secara jelas bahwa
dari antara para malaikat, tidak ada yang pernah disebut sebagai ‘AnakKu’ oleh Allah. Padahal sebutan itu digunakan oleh Bapa terhadap
Yesus. Jadi jelas bahwa Yesus bukan malaikat!
Memang dalam Ayub 1:6 dan
Ayub 2:1 malaikat-malaikat disebut ‘anak-anak
Allah’, tetapi
berdasarkan Ibr 1:5 ini, kita harus menafsirkan bahwa kata ‘anak’ digunakan dalam arti yang berbeda, pada waktu diterapkan kepada
Yesus dan pada waktu diterapkan kepada malaikat-malaikat (demikian juga kalau
kata itu diterapkan kepada kita). Karena itu untuk Yesus sering ditambahkan
kata ‘Tunggal’ (Anak Allah yang Tunggal).
c. Ibr 1:6 - “Dan ketika Ia membawa pula AnakNya yang sulung ke dunia,
Ia berkata: ‘Semua malaikat Allah harus menyembah Dia.’”.
Ayat ini memerintahkan semua malaikat
untuk menyembah Yesus. Kalau Yesus sendiri adalah malaikat, bahkan kalau Ia
adalah penghulu malaikat, bagaimana mungkin Allah menyuruh malaikat-malaikat
yang lain menyembah Dia? Apakah para malaikat harus menyembah penghulu
malaikat? Disamping itu, kata ‘semua’ menunjukkan bahwa malaikat Mikhael
juga ikut diperintahkan untuk menyembah. Kalau Yesus adalah malaikat Mikhael,
itu berarti Ia harus menyembah diriNya sendiri.
d. Ibr 1:7-12 - “(7) Dan tentang malaikat-malaikat Ia berkata: ‘Yang
membuat malaikat-malaikatNya menjadi badai dan pelayan-pelayanNya menjadi nyala
api.’ (8) Tetapi tentang Anak Ia berkata: ‘TakhtaMu, ya Allah, tetap untuk
seterusnya dan selamanya, dan tongkat kerajaanMu adalah tongkat kebenaran. (9)
Engkau mencintai keadilan dan membenci kefasikan; sebab itu Allah, AllahMu
telah mengurapi Engkau dengan minyak sebagai tanda kesukaan, melebihi
teman-teman sekutuMu.’ (10) Dan: ‘Pada mulanya, ya Tuhan, Engkau telah
meletakkan dasar bumi, dan langit adalah buatan tanganMu. (11) Semuanya itu
akan binasa, tetapi Engkau tetap ada, dan semuanya itu akan menjadi usang
seperti pakaian; (12) seperti jubah akan Engkau gulungkan mereka, dan seperti
persalinan mereka akan diubah, tetapi Engkau tetap sama, dan tahun-tahunMu
tidak berkesudahan.’”.
Dalam text ini lagi-lagi Yesus
dikontraskan dengan para malaikat. Para malaikat disebut sebagai ‘pelayan-pelayan’ dalam ay 7, tetapi Yesus disebut ‘Anak’, ‘Allah’, dan dikatakan mempunyai ‘takhta’, dan mempunyai ‘tongkat
kerajaan’ (ay 8),
dan juga disebut sebagai ‘Tuhan’ (ay 10), yang menciptakan segala
sesuatu (ay 10), yang bersifat kekal (ay 11,12), dan yang akan
menghancurkan segala sesuatu (ay 12). Dengan adanya pengontrasan yang
begitu menyolok antara Yesus dan para malaikat, hanya orang yang memang mau
membutakan dirinya sendiri yang bisa mengatakan bahwa Yesus adalah malaikat
Mikhael.
e. Ibr 1:13 - “Dan kepada siapakah di antara malaikat itu pernah Ia
berkata: ‘Duduklah di sebelah kananKu, sampai Kubuat musuh-musuhMu menjadi
tumpuan kakiMu?’”.
Bandingkan Ibr 1:13 itu dengan
Maz 110:1, Mat 22:41-46, dan Ibr 10:13 yang menunjukkan bahwa
kata-kata yang tidak pernah diucapkan kepada malaikat-malaikat itu, ternyata
diucapkan kepada Yesus.
·
Maz 110:1
- “Demikianlah firman TUHAN kepada tuanku:
‘Duduklah di sebelah kananKu, sampai Kubuat musuh-musuhmu menjadi tumpuan
kakimu.’”.
Bahwa yang disebut ‘tuanku’ dalam Maz 110:1 ini adalah Yesus terlihat dari Mat
22:41-46 di bawah ini.
·
Mat 22:41-46
- “(41) Ketika orang-orang Farisi sedang
berkumpul, Yesus bertanya kepada mereka, kataNya: (42) ‘Apakah pendapatmu
tentang Mesias? Anak siapakah Dia?’ Kata mereka kepadaNya: ‘Anak Daud.’ (43)
KataNya kepada mereka: ‘Jika demikian, bagaimanakah Daud oleh pimpinan Roh
dapat menyebut Dia Tuannya, ketika ia berkata: (44) Tuhan telah berfirman
kepada Tuanku: duduklah di sebelah kananKu, sampai musuh-musuhMu Kutaruh di
bawah kakiMu. (45) Jadi jika Daud menyebut Dia Tuannya, bagaimana mungkin Ia
anaknya pula?’ (46) Tidak ada seorangpun yang dapat menjawabNya, dan sejak hari
itu tidak ada seorangpun juga yang berani menanyakan sesuatu kepadaNya”.
·
Ibr 10:12-13
- “(12) Tetapi Ia, setelah
mempersembahkan hanya satu korban saja karena dosa, Ia duduk untuk
selama-lamanya di sebelah kanan Allah, (13) dan sekarang Ia hanya menantikan
saatnya, di mana musuh-musuhNya akan dijadikan tumpuan kakiNya”.
Semua ini jelas menunjukkan bahwa Yesus
bukanlah malaikat.
f. Ibr 1:14 - “Bukankah mereka semua adalah roh-roh yang
melayani, yang diutus untuk melayani mereka yang harus memperoleh keselamatan?”.
Dalam Ibr 1:14 lagi-lagi ada kata ‘semua’. Jadi, kata-kata ini pasti juga berlaku untuk malaikat Mikhael.
Dan mirip dengan dalam Ibr 1:7, di sini malaikat-malaikat lagi-lagi disebut
sebagai pelayan. Tetapi kalau dalam Ibr 1:7 itu malaikat-malaikat disebut
sebagai pelayan-pelayanNya (Tuhan), maka di sini malaikat-malaikat
disebut sebagai pelayan-pelayan dari orang-orang yang harus memperoleh
keselamatan.
Ayat ini lagi menunjukkan bahwa
malaikat Mikhael tidak sama dengan Yesus.
3. Ibr 2:5,8-9 - “(5) Sebab bukan kepada malaikat-malaikat telah Ia
taklukkan dunia yang akan datang, yang kita bicarakan ini. ... (8) segala
sesuatu telah Engkau taklukkan di bawah kakiNya.’ Sebab dalam
menaklukkan segala sesuatu kepadaNya, tidak ada suatupun yang Ia kecualikan,
yang tidak takluk kepadaNya. Tetapi sekarang ini belum kita lihat, bahwa segala
sesuatu telah ditaklukkan kepadaNya. (9) Tetapi Dia, yang untuk waktu yang
singkat dibuat sedikit lebih rendah dari pada malaikat-malaikat, yaitu Yesus,
kita lihat, yang oleh karena penderitaan maut, dimahkotai dengan kemuliaan dan
hormat, supaya oleh kasih karunia Allah Ia mengalami maut bagi semua manusia”.
Kontext (ay 8b-9) jelas menunjukkan
bahwa kata ‘Nya’ yang saya garis bawahi itu menunjuk
kepada Yesus. Jadi, kalau dalam ay 5nya dikatakan bahwa Allah tidak
menaklukkan dunia yang akan datang kepada malaikat-malaikat, maka dalam
ay 8a-nya dikatakan bahwa segala sesuatu ditaklukkan di bawah kaki Yesus.
Ini jelas menunjukkan Yesus bukanlah malaikat, tetapi lebih tinggi dari
malaikat-malaikat.
4. 1Pet 3:21b-22 - “(21b) ... Yesus
Kristus, (22) yang duduk di sebelah kanan Allah, setelah Ia naik ke sorga
sesudah segala malaikat, kuasa dan kekuatan ditaklukkan kepadaNya”.
Kalau Yesus adalah malaikat, bagaimana
ayat ini bisa mengatakan bahwa malaikat-malaikat ditaklukkan kepada Yesus?
Semua ayat-ayat di atas ini menunjukkan
secara jelas bahwa Yesus bukan malaikat, dan bahwa Yesus lebih tinggi dari
malaikat, bahkan jauh lebih tinggi dari malaikat / penghulu malaikat.
k) 1Pet 1:12b - “... yang oleh Roh Kudus, yang diutus dari sorga,
menyampaikan berita Injil kepada kamu, yaitu hal-hal yang ingin
diketahui oleh malaikat-malaikat”.
Perhatikan bahwa ayat ini mengatakan
bahwa malaikat-malaikat ingin mengetahui berita Injil! Kita semua tahu bahwa
inti dari Injil adalah Yesus Kristus! Kalau Yesus adalah malaikat Mikhael, itu
berarti Ia sendiri tidak tahu, dan ingin tahu, apa berita Injil itu! Itu
berarti bahwa Yesus tidak tahu tentang diriNya sendiri!
l) Dalam Ibr 2:14-17 dikatakan: “(14) Karena anak-anak itu adalah anak-anak dari darah
dan daging, maka Ia juga menjadi sama dengan mereka dan mendapat bagian dalam
keadaan mereka, supaya oleh kematianNya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang
berkuasa atas maut; (15) dan supaya dengan jalan demikian Ia membebaskan mereka
yang seumur hidupnya berada dalam perhambaan oleh karena takutnya kepada maut.
(16) Sebab sesungguhnya, bukan malaikat-malaikat yang Ia kasihani, tetapi
keturunan Abraham yang Ia kasihani. (17) Itulah sebabnya, maka dalam segala
hal Ia harus disamakan dengan saudara-saudaraNya, supaya Ia menjadi Imam Besar
yang menaruh belas kasihan dan yang setia kepada Allah untuk mendamaikan dosa
seluruh bangsa”.
Kata-kata yang saya garis bawahi itu
tidak memungkinkan bahwa Yesus adalah malaikat. Karena apa? Karena arti dari
text ini adalah sebagai berikut: seandainya Yesus mau menebus dosa
malaikat-malaikat, maka Ia harus menjadi malaikat. Tetapi karena Yesus mau
menebus dosa manusia, maka Ia harus menjadi manusia, yang sama seperti kita
(kecuali dalam hal dosa).
m) Dalam Dan 10:13b dikatakan bahwa ‘Mikhael, salah seorang dari pemimpin-pemimpin terkemuka,
...’.
Mikhael cuma dikatakan sebagai ‘salah seorang dari pemimpin-pemimpin terkemuka’, dan karena itu, kalau ia adalah
Yesus, itu berarti bahwa ada banyak pemimpin-pemimpin malaikat yang lain, yang
sederajat dengan Yesus! Ini bertentangan dengan ajaran Saksi Yehuwa sendiri
yang mengatakan bahwa Yesus adalah:
·
“nomor dua dalam hal waktu, kuasa, dan pengetahuan”
- ‘Haruskah anda
percaya kepada Tritunggal?’, hal 14.
·
“pribadi terbesar kedua di alam semesta ini, di samping
Allah sendiri” - ‘Bertukar Pikiran Mengenai Ayat-Ayat Alkitab’,
hal 124.
n) Kalau Yesus adalah malaikat Mikhael, maka Ia
mempunyai kekuatan yang setara, atau setidaknya tidak berbeda jauh dengan
setan, karena setan juga ex malaikat!
Bahwa malaikat-malaikat memang
mempunyai kekuatan yang seimbang dengan setan, terlihat dari:
·
Dan 10:12-14
- “(12) Lalu katanya kepadaku: ‘Janganlah
takut, Daniel, sebab telah didengarkan perkataanmu sejak hari pertama engkau
berniat untuk mendapat pengertian dan untuk merendahkan dirimu di hadapan
Allahmu, dan aku datang oleh karena perkataanmu itu. (13) Pemimpin kerajaan
orang Persia berdiri dua puluh satu hari lamanya menentang aku; tetapi kemudian
Mikhael, salah seorang dari pemimpin-pemimpin terkemuka, datang menolong aku,
dan aku meninggalkan dia di sana berhadapan dengan raja-raja orang Persia. (14)
Lalu aku datang untuk membuat engkau mengerti apa yang akan terjadi pada
bangsamu pada hari-hari yang terakhir; sebab penglihatan ini juga mengenai
hari-hari itu.’”.
Beberapa penafsir menganggap bahwa yang
disebut sebagai ‘pemimpin kerajaan orang
Persia’ atau ‘raja-raja orang Persia’ adalah setan, dan saya setuju dengan
penafsiran ini. Ini menunjukkan bahwa setan mempunyai kekuatan yang seimbang
dengan malaikat, karena pada saat malaikat yang akan menjawab doa Daniel itu
dihadang oleh setan, ia tidak bisa melaksanakan tugasnya. Baru setelah Mikhael
datang, Mikhael menghadapi ‘pemimpin
kerajaan orang Persia’
itu, dan barulah malaikat tadi bisa melanjutkan misinya untuk menjawab doa
Daniel. Bahkan Mikhael juga tak terlihat jauh lebih kuat dari pada setan
tersebut, karena kalau memang demikian, pasti setan itu kabur secepatnya.
·
Yudas 9
- “Tetapi penghulu malaikat, Mikhael,
ketika dalam suatu perselisihan bertengkar dengan Iblis mengenai mayat Musa,
tidak berani menghakimi Iblis itu dengan kata-kata hujatan, tetapi berkata:
‘Kiranya Tuhan menghardik engkau!’”.
NIV/NASB: ‘The
Lord rebuke you’ (= Tuhan memarahi / menegur engkau).
Ayat ini juga tidak menunjukkan bahwa
malaikat Mikhael jauh lebih hebat / kuat dari pada setan, karena setan berani
bertengkar dengannya. Dan Mikhael hanya berani berkata (bukan mengusir /
menengking): ‘Tuhan menegur engkau!’. Mengapa bukan ia sendiri yang
menghardik? Mengapa ia menggunakan nama Tuhan? Yesus tidak pernah melakukan ‘hal selemah ini’!
·
Wah 12:7-9
- “(7) Maka timbullah peperangan di
sorga. Mikhael dan malaikat-malaikatnya berperang melawan naga itu, dan
naga itu dibantu oleh malaikat-malaikatnya, (8) tetapi mereka tidak dapat
bertahan; mereka tidak mendapat tempat lagi di sorga. (9) Dan naga besar itu, si
ular tua, yang disebut Iblis atau Satan, yang menyesatkan seluruh dunia,
dilemparkan ke bawah; ia dilemparkan ke bumi, bersama-sama dengan
malaikat-malaikatnya”.
Memang di sini dikatakan bahwa Mikhael
dan malaikat-malaikatnya mengalahkan setan-setan, tetapi perhatikan kata ‘berperang’ yang saya garis bawahi itu. Seandainya kekuatan kedua pihak
memang berbeda jauh, maka tidak akan ada peperangan! Kalau Mike Tyson
bertanding dengan seorang anak berusia 3 tahun, maka yang ada bukanlah suatu
pertandingan tinju / perkelahian. Yang ada adalah ‘no contest’ (= tidak
ada pertandingan)! Karena alasan yang sama saya tidak bisa percaya pada ajaran
yang berkata bahwa dalam Kej 1:1 Allah sebetulnya sudah mencipta semua
dengan baik, tetapi lalu antara Kej 1:1 dan Kej 1:2 terjadi
pemberontakan dari setan, yang akhirnya menghancurkan seluruh ciptaan Allah
tersebut, dan lalu dalam Kej 1:3-dst, Allah melakukan penciptaan ulang.
Saya menolak teori ini, karena kalau Allah berperang melawan setan, yang ada
adalah ‘no contest’, sehingga tidak akan menghancurkan alam semesta!
Alangkah berbedanya sikap setan, pada
saat berhadapan dengan Yesus! Perhatikan ayat-ayat di bawah ini:
¨ Mark 5:6-13 - “(6) Ketika ia melihat Yesus dari jauh, berlarilah ia mendapatkanNya
lalu menyembahNya, (7) dan dengan keras ia berteriak: ‘Apa urusanMu dengan aku,
hai Yesus, Anak Allah Yang Mahatinggi? Demi Allah, jangan siksa aku!’ (8)
Karena sebelumnya Yesus mengatakan kepadanya: ‘Hai engkau roh jahat! Keluar
dari orang ini!’ (9) Kemudian Ia bertanya kepada orang itu: ‘Siapa namamu?’
Jawabnya: ‘Namaku Legion, karena kami banyak.’ (10) Ia memohon dengan
sangat supaya Yesus jangan mengusir roh-roh itu keluar dari daerah itu.
(11) Adalah di sana di lereng bukit sejumlah besar babi sedang mencari makan,
(12) lalu roh-roh itu meminta kepadaNya, katanya: ‘Suruhlah kami pindah ke
dalam babi-babi itu, biarkanlah kami memasukinya!’ (13) Yesus mengabulkan
permintaan mereka. Lalu keluarlah roh-roh jahat itu dan memasuki babi-babi itu.
Kawanan babi yang kira-kira dua ribu jumlahnya itu terjun dari tepi jurang ke
dalam danau dan mati lemas di dalamnya”.
Perhatikan bahwa sekalipun setan-setan
itu jumlahnya sangat banyak (1 Legion = 6.000 orang), tetapi mereka sangat
ketakutan pada saat berhadapan dengan Yesus! Mereka memohon dengan sangat, dan
mereka terpaksa menuruti kata-kata Yesus. Yesus tidak membutuhkan waktu lama
untuk menghadapi mereka!
¨ Mark 1:23-27 - “(23) Pada waktu itu di dalam rumah ibadat itu ada
seorang yang kerasukan roh jahat. Orang itu berteriak: (24) ‘Apa urusanMu
dengan kami, hai Yesus orang Nazaret? Engkau datang hendak membinasakan kami?
Aku tahu siapa Engkau: Yang Kudus dari Allah.’ (25) Tetapi Yesus menghardiknya,
kataNya: ‘Diam, keluarlah dari padanya!’ (26) Roh jahat itu menggoncang-goncang
orang itu, dan sambil menjerit dengan suara nyaring ia keluar dari padanya.
(27) Mereka semua takjub, sehingga mereka memperbincangkannya, katanya: ‘Apa
ini? Suatu ajaran baru. Ia berkata-kata dengan kuasa. Roh-roh jahatpun diperintahNya
dan mereka taat kepadaNya.’”.
Perhatikan pertanyaan dari setan-setan
itu. ‘Engkau datang hendak membinasakan
kami?’. Mereka tahu
mereka bukan tandingan Yesus.
¨ Mark 1:32-34 - “(32) Menjelang malam, sesudah matahari terbenam,
dibawalah kepada Yesus semua orang yang menderita sakit dan yang kerasukan
setan. (33) Maka berkerumunlah seluruh penduduk kota itu di depan pintu. (34)
Ia menyembuhkan banyak orang yang menderita bermacam-macam penyakit dan
mengusir banyak setan; Ia tidak memperbolehkan setan-setan itu berbicara,
sebab mereka mengenal Dia”.
Setan bukan hanya tidak bisa melawan,
bahkan berbicarapun ia tidak bisa, pada waktu Yesus melarangnya!
¨ Mat 8:16 - “Menjelang malam dibawalah kepada Yesus banyak orang yang
kerasukan setan dan dengan sepatah kata Yesus mengusir roh-roh itu dan
menyembuhkan orang-orang yang menderita sakit”.
Apakah Yesus bersusah payah dalam
mengusir setan? Tidak, Ia hanya menggunakan sepatah kata! Mikhael tidak akan
bisa melakukan hal itu!.
¨ Mark 3:11-12 - “(11) Bilamana roh-roh jahat melihat Dia, mereka jatuh
tersungkur di hadapanNya dan berteriak: ‘Engkaulah Anak Allah.’ (12) Tetapi
Ia dengan keras melarang mereka memberitahukan siapa Dia”.
Semua ketakutan dan ketundukan setan
terhadap Yesus ini sama dengan sikap mereka kepada Allah sebagaimana yang
digambarkan dalam Yak 2:19 - “Engkau
percaya, bahwa hanya ada satu Allah saja? Itu baik! Tetapi setan-setanpun
juga percaya akan hal itu dan mereka gemetar”.
Bukan merupakan sesuatu yang aneh kalau
setan mempunyai sikap yang sama terhadap Yesus dan terhadap Allah, karena Yesus
memang adalah Allah sendiri!
Memang ada ayat yang seolah-olah
menunjukkan bahwa Yesus mempunyai kekuatan yang tidak berbeda jauh dengan
setan, yaitu Kej 3:15 - “Aku akan
mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan
keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan
meremukkan tumitnya.’”.
Keturunan perempuan itu jelas adalah
Yesus. Jadi dalam pertempuran Yesus melawan setan, Yesus remuk tumitNya, tetapi
setan remuk kepalanya. Yesus memang menang, tetapi kekuatan mereka tidak
terlalu berbeda jauh, dan ini terbukti dari fakta bahwa Yesus harus remuk
tumitNya. Benarkah demikian? Sama sekali tidak! Remuknya tumit Yesus terjadi
pada saat Yesus menderita dan mati di kayu salib, sedangkan remuknya kepala
setan terjadi pada saat Yesus bangkit dari antara orang mati. Jadi Yesus remuk
tumitNya, bukan karena setan memang cukup kuat untuk melakukan hal itu. Tetapi
karena Yesus memang harus menderita dan mati untuk menebus dosa-dosa kita!
o) Penggunaan nama Yesus, bukan nama Mikhael.
1. Setan-setan bukan hanya takut kepada Yesus;
mereka bahkan juga takut dan terpaksa tunduk kepada murid-murid Yesus, yang
menggunakan NAMA Yesus!
Luk 10:17 - “Kemudian ketujuh puluh murid itu kembali dengan gembira
dan berkata: ‘Tuhan, juga setan-setan takluk kepada kami demi namaMu.’”.
Murid-murid itu bisa mengusir setan, hanya
dengan menggunakan nama Yesus! Aneh, mengapa tidak pernah ada nabi atau
rasul, atau orang kristen manapun yang mengusir setan dengan nama Mikhael?
Bukankah itu seharusnya ada, kalau Yesus memang adalah malaikat Mikhael?
Kalau saudara berdebat dengan
Saksi-Saksi Yehuwa, tanyakan pertanyaan ini: Apakah kamu pernah berdoa menengking
setan? Dengan menggunakan nama siapa kamu mengusir setan? Apakah menggunakan
nama Yesus atau Mikhael?
2. Juga dalam doa, mengapa Saksi-Saksi Yehuwa
menggunakan kata-kata ‘dalam nama Yesus’, dan bukannya ‘dalam nama Mikhael’?
p) Kalau Yesus adalah seorang malaikat, yang
lalu menjadi manusia, maka pada waktu Allah menimpakan hukuman umat manusia
kepadaNya, Allah bertindak tidak adil. Kita yang berdosa, Yesus yang dihukum.
Itu jelas tidak adil.
Berbeda dengan dalam kekristenan,
dimana Yesus adalah Allah sendiri yang lalu menjadi manusia (tetapi tetap tidak
kehilangan keilahianNya). Pada waktu hukuman kita dijatuhkan kepada Yesus,
Allah yang menjatuhkan hukuman itu, dan Allah sendiri yang menerima hukuman
itu, sehingga tidak ada yang bisa menuduh Dia sebagai tidak adil!
Catatan: saya menganggap bahwa ajaran
Saksi-Saksi Yehuwa yang menyamakan Yesus dengan malaikat Mikhael ini merupakan
salah satu titik lemah mereka. Karena itu kalau saudara berdiskusi / berdebat
dengan Saksi-Saksi Yehuwa tentang diri Yesus, maka sebaiknya saudara
mengarahkan pembicaraan ke bagian ini!
Mat 3:16-17 - “(16) Sesudah dibaptis, Yesus segera keluar dari air dan
pada waktu itu juga langit terbuka dan Ia melihat Roh Allah seperti burung merpati
turun ke atasNya, (17) lalu terdengarlah suara dari sorga yang mengatakan:
‘Inilah AnakKu yang Kukasihi, kepadaNyalah Aku berkenan.’”.
Text Kitab Suci ini dipakai oleh
Saksi-Saksi Yehuwa untuk mengajarkan bahwa Yesus baru menjadi Anak Allah dan Kristus
/ Mesias pada saat Ia dibaptis.
Saksi-Saksi Yehuwa mengatakan:
a) Tentang pandangan bahwa Yesus baru menjadi
Anak Allah pada saat Ia dibaptis.
1. Kalau Yesus baru menjadi Anak Allah (secara
rohani) pada saat Ia dibaptis, perlu kita pertanyakan: sebelum itu, Yesus itu
anak siapa? Anak setan?
2. Mat 3:17 - “lalu
terdengarlah suara dari sorga yang mengatakan: ‘Inilah AnakKu yang Kukasihi,
kepadaNyalah Aku berkenan.’”.
Kata-kata Allah dari surga pada saat
Yesus dibaptis ini sama sekali tidak memberi tahu bahwa pada saat itu Ia baru
melahirkan seorang Putra Rohani, tetapi hanya memberikan suatu pernyataan
bahwa Yesus adalah Anak Allah.
3. Beberapa ayat Kitab Suci jelas menunjukkan
bahwa sebutan ‘Anak Allah’ bagi Yesus sudah digunakan sebelum
baptisanNya.
·
Luk 1:35
- “Jawab malaikat itu kepadanya: ‘Roh
Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau;
sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah”.
·
Luk 2:49
- “JawabNya kepada mereka: ‘Mengapa kamu
mencari Aku? Tidakkah kamu tahu, bahwa Aku harus berada di dalam rumah
BapaKu?’”.
Bandingkan juga dengan:
¨ Ro 8:3 - “Sebab apa yang tidak mungkin dilakukan hukum Taurat
karena tak berdaya oleh daging, telah dilakukan oleh Allah. Dengan jalan mengutus
AnakNya sendiri dalam daging, yang serupa dengan daging yang dikuasai dosa
karena dosa, Ia telah menjatuhkan hukuman atas dosa di dalam daging”.
¨ Gal 4:4 - “Tetapi setelah genap waktunya, maka Allah mengutus
AnakNya, yang lahir dari seorang perempuan dan takluk kepada hukum Taurat”.
Kedua ayat ini jelas menunjukkan bahwa
pada saat Yesus diutus oleh Bapa (itu berarti sebelum inkarnasi) Ia sudah
adalah Anak.
Kekekalan dari ke-Anak-an Yesus ini
lebih-lebih terlihat dengan jelas dari doktrin ‘the Eternal Generation of the Son’, yang sudah dijelaskan di depan.
Karena Ia diperanakkan secara kekal oleh Bapa, maka jelaslah bahwa Ia adalah
Anak Allah dari selama-lamanya sampai selama-lamanya.
4. Dalam persoalan ini, ajaran Saksi Yehuwa
bertentangan sendiri satu dengan yang lainnya.
a. Yesus disebut Anak Allah pada waktu Ia
diciptakan pertama kali, atau pada waktu Ia dibaptis?
Dari kutipan kata-kata mereka di atas
kelihatannya Saksi-Saksi Yehuwa mengatakan bahwa Yesus baru menjadi Anak Allah
pada saat baptisan.
Tetapi, kalau kita mengatakan kepada
Saksi-Saksi Yehuwa bahwa Yesus tidak diciptakan, tetapi diperanakkan
(Yoh 3:16 Yoh 1:18), maka
mereka menjawab bahwa Yesus diperanakkan dengan jalan diciptakan.
Saksi-Saksi Yehuwa mengatakan: “Yesus disebut ‘Putra satu-satunya yang diperanakkan’ dari
Allah karena Yehuwa menciptakan dia secara langsung. Yohanes 3:16)” - ‘Pengetahuan Yang Membimbing Kepada
Kehidupan Abadi’, hal 39.
Penatua Saksi Yehuwa yang berdiskusi
dengan saya memberi contoh ayat dimana Adam dan malaikat-malaikat disebut
sebagai anak / anak-anak Allah (Luk 3:38
Ayub 1:6 Ayub 2:1).
Mengapa? Karena mereka diciptakan oleh Allah. Jadi Yesus disebut Anak Allah juga
dengan alasan yang sama.
Juga dalam traktat Saksi Yehuwa
berjudul ‘Yesus Kristus Siapakah Dia?’, dikatakan: “Yesus menunjukkan bahwa, sebelum menjadi manusia, ia
sudah ada sebagai satu-satunya Putra Allah yang diperanakkan. (Yohanes
1:14; 3:16; 8:58; 17:5; 1Yoh. 4:9)”.
Dalam buku mereka yang berjudul
‘Saudara Dapat Hidup Kekal Dalam Firdaus di Bumi’, hal 57, Saksi-Saksi Yehuwa
mengatakan: “Yehuwa
memindahkan kehidupan Putra rohani-Nya yang penuh kuasa dari surga ke rahim
Maria”. Kata-kata ini
kelihatannya menunjukkan bahwa sebelum Yesus dikandung oleh Maria, Ia sudah
adalah Putra rohani Allah. Padahal dalam kutipan di atas dikatakan bahwa Yesus
baru menjadi Putra Rohani Allah pada saat Ia dibaptis. Dengan demikian terlihat
adanya kontradiksi dalam ajaran Saksi Yehuwa tentang hal ini.
b. Yang mana yang adalah Anak Allah yang sulung,
Yesus atau setan?
Dalam majalah Menara Pengawal, tg 15
Agustus 2002, hal 11, dikatakan: “Ketika
Yesus merasa lelah dan lapar, Setan berupaya menggodanya. Betapa berbedanya kedua
putra Allah ini!”.
Jadi, mereka menyebut setan sebagai ‘putra Allah’. Waktu saya tanyakan mengapa setan disebut ‘putra Allah’, mereka menjawab: ‘Karena
ia diciptakan sebagai malaikat’. Jadi, pada saat penciptaan malaikat, setan sudah adalah ‘putra Allah’. Kalau Yesus baru menjadi putra Allah pada saat baptisan, itu
berarti setan adalah anak / putra Allah yang sulung, dan Yesus adalah adik
setan! Ini jelas bertentangan dengan banyak ayat Kitab Suci yang menyatakan
Yesus sebagai saudara sulung kita / Anak Allah yang sulung (Ro 8:29 Ibr 1:6).
Selain itu, saudara tidak usah terlalu
pusing kalau saudara adalah orang kafir, atau anak setan, karena itu
berarti bahwa saudara adalah cucu Allah! Dan karena itu saudara berhak
untuk berdoa: ‘Kakek / engkong / mbah
kami yang ada di surga ...’.
5. Dan seperti yang sudah dibahas di depan,
kalau ke-Anak-an Yesus itu tidak kekal, maka ke-Bapa-an Allah juga tidak kekal!
6. Kata-kata ‘dilahirkan
dari air dan roh’ itu
diambil dari Yoh 3:5, yang menunjuk pada kelahiran baru. Itu hanya
dibutuhkan oleh manusia yang berdosa, yang mati secara rohani, supaya mereka bisa
dihidupkan secara rohani, dan bisa percaya kepada Yesus. Jelas bahwa hal itu
sama sekali tidak dibutuhkan oleh Yesus, yang adalah manusia yang suci, dan
karena itu jelas bahwa Yesus tidak pernah mengalami kelahiran baru!
7. Kata-kata bagian akhir dari kutipan dari
Saksi-Saksi Yehuwa itu (yang saya garis bawahi) betul-betul gila! Kalau
Yesusnya sendiri hanya ‘mempunyai harapan
untuk masuk ke dalam Kerajaan surga’, apalagi kita?
b) Yesus baru menjadi Kristus / Mesias pada saat
Ia dibaptis.
Ini bertentangan dengan:
1. Luk 2:11 - “Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus,
Tuhan, di kota Daud”.
Jadi jelas bahwa pada saat kelahiranNya
Ia sudah disebut sebagai Kristus.
2. Luk 2:25-32 - “(25) Adalah di Yerusalem seorang bernama Simeon. Ia
seorang yang benar dan saleh yang menantikan penghiburan bagi Israel. Roh Kudus
ada di atasnya, (26) dan kepadanya telah dinyatakan oleh Roh Kudus, bahwa ia
tidak akan mati sebelum ia melihat Mesias, yaitu Dia yang diurapi Tuhan.
(27) Ia datang ke Bait Allah oleh Roh Kudus. Ketika Yesus, Anak itu, dibawa
masuk oleh orang tuaNya untuk melakukan kepadaNya apa yang ditentukan hukum
Taurat, (28) ia menyambut Anak itu dan menatangNya sambil memuji Allah,
katanya: (29) ‘Sekarang, Tuhan, biarkanlah hambaMu ini pergi dalam damai
sejahtera, sesuai dengan firmanMu, (30) sebab mataku telah melihat keselamatan
yang dari padaMu, (31) yang telah Engkau sediakan di hadapan segala bangsa,
(32) yaitu terang yang menjadi penyataan bagi bangsa-bangsa lain dan menjadi kemuliaan
bagi umatMu, Israel.’”.
Perhatikan bahwa dalam ay 26
dikatakan bahwa Roh Kudus menjanjikan kepada Simeon bahwa ia tidak akan mati
sebelum melihat Mesias / Kristus, dan dalam ay 29nya, setelah Simeon
melihat Yesus, ia berkata bahwa ia siap untuk pergi dengan damai, karena ia
sudah melihat keselamatan dari Tuhan. Ini pasti harus diidentikkan dengan
melihat Mesias / Kristus. Jadi jelas bahwa jauh sebelum dibaptis, Yesus sudah
adalah Mesias / Kristus.
Louis Berkhof: “Christ
was set up or appointed to His office from eternity, but historically His
anointing took place when He was conceived by the Holy Spirit, Luke 1:35, and
when he received the Holy Spirit, especially at the time of his baptism” (= Kristus ditegakkan / dilantik atau ditetapkan
pada jabatanNya dari kekekalan, tetapi secara sejarah pengurapanNya terjadi
pada saat Ia dikandung dari Roh Kudus, Lukas 1:35, dan pada waktu Ia menerima
Roh Kudus, khususnya pada saat baptisanNya) - ‘Systematic Theology’, hal 313.
Tetapi, kalau pengurapan terhadap Yesus
dengan Roh Kudus itu baru terjadi pada saat Ia dibaptis, bagaimana mungkin Ia
sudah disebut Mesias / Kristus, sebelum Ia dibaptis? Calvin menganggap bahwa
sebelum diurapi dengan Roh Kudus pada saat Ia dibaptis, Yesus sudah mempunyai
Roh Kudus / diurapi dengan Roh Kudus.
Calvin (tentang Mat 3:16): “why did the Spirit, who had formerly dwelt in Christ,
descend upon him at that time? ... the grace of the Spirit was bestowed on
Christ in a remarkable and extraordinary manner, (John 3:34,) yet he remained
at home as a private person, till he should be called to public life by the
Father. Now that the time is come, for preparing to discharge the office of
Redeemer, he is clothed with a new power of the Spirit, ...” [= mengapa Roh, yang
sebelumnya telah tinggal dalam Kristus, turun kepadaNya pada saat itu? ...
kasih karunia Roh telah diberikan kepada Kristus dengan cara yang hebat dan
luar biasa, (Yoh 3:34), tetapi Ia tetap tinggal di rumah sebagai seorang
pribadi, sampai Ia dipanggil kepada kehidupan umum / masyarakat oleh Bapa.
Sekarang pada saat waktunya tiba, untuk mempersiapkan untuk melaksanakan
jabatan Penebus, Ia dipakaiani dengan kuasa yang baru dari Roh] - hal 203-204.
Saya berpendapat bahwa ada 2 dasar
mengapa kita harus percaya bahwa Yesus sudah diurapi dengan Roh Kudus /
dipenuhi dengan Roh Kudus sebelum Ia dibaptis, yaitu:
a. Ayat-ayat dalam point no 1. dan 2. di atas
yang menunjukkan bahwa Ia sudah disebut sebagai Mesias / Kristus, jauh sebelum
Ia dibaptis.
b. Roh Kudus itu harus menjagaNya supaya Ia
tidak jatuh ke dalam dosa, sejak masa bayi, karena kalau Ia jatuh ke dalam
dosa, maka seluruh rencana penebusan dari Allah menjadi gagal.
c. Kesatuan dari Allah Tritunggal.
Tidak semua ayat-ayat yang saya bahas
di bawah ini digunakan oleh Saksi-Saksi Yehuwa. Beberapa di antaranya memang
mereka gunakan, sedangkan yang lain saya bahas karena memungkinkan untuk mereka
gunakan dalam menyerang keilahian Kristus.
Yoh 3:35 - “Bapa mengasihi Anak dan telah menyerahkan
segala sesuatu kepadaNya”.
Bdk. Mat 28:18 - “Yesus mendekati mereka dan berkata: ‘KepadaKu telah
diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi”.
Ayat-ayat ini sama sekali bukan
problem, karena Yesus jelas tidak disoroti sebagai Allah, tetapi sebagai
manusia, atau seperti yang dikatakan oleh Albert Barnes (hal 145), sebagai
Pengantara.
1. Yoh 4:34 - “Kata Yesus kepada mereka: ‘MakananKu ialah melakukan
kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaanNya”.
Sebagai manusia Yesus memang harus mentaati kehendak
Bapa, karena kalau tidak, Ia tidak bisa menjadi Juruselamat kita.
2. Yoh 5:19-20 - “(19) Maka Yesus menjawab mereka, kataNya: ‘Aku berkata
kepadamu, sesungguhnya Anak tidak
dapat mengerjakan sesuatu dari diriNya sendiri, jikalau tidak Ia melihat
Bapa mengerjakannya; sebab apa yang dikerjakan Bapa, itu juga yang dikerjakan
Anak. (20) Sebab Bapa mengasihi Anak dan Ia menunjukkan kepadaNya segala
sesuatu yang dikerjakanNya sendiri, bahkan Ia akan menunjukkan kepadaNya
pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar lagi dari pada pekerjaan-pekerjaan itu,
sehingga kamu menjadi heran”.
Bdk. Yoh 5:30 - “Aku tidak
dapat berbuat apa-apa dari diriKu sendiri; Aku menghakimi sesuai
dengan apa yang Aku dengar, dan penghakimanKu adil, sebab Aku tidak menuruti
kehendakKu sendiri, melainkan kehendak Dia yang mengutus Aku”.
Ayat ini dipakai oleh Arius / Arianisme
(yang akhirnya ber-reinkarnasi menjadi Saksi Yehuwa) untuk mengatakan bahwa
Yesus lebih rendah dari Bapa, karena Ia tidak bisa melakukan apapun dari
diriNya sendiri.
Tetapi sebetulnya ayat ini, khususnya
kata-kata ‘tidak dapat’, sama sekali tidak menunjukkan ketidakmampuan
Yesus! Ingat bahwa Yoh 5:19 ini terletak dalam kontext yang menekankan
keilahian Yesus, yaitu Yoh 5:17-18 yang berbunyi sebagai berikut: “(17) Tetapi Ia berkata kepada mereka: "BapaKu
bekerja sampai sekarang, maka Akupun bekerja juga.’ (18) Sebab itu orang-orang
Yahudi lebih berusaha lagi untuk membunuhNya, bukan saja karena Ia meniadakan
hari Sabat, tetapi juga karena Ia mengatakan bahwa Allah adalah BapaNya
sendiri dan dengan demikian menyamakan diriNya dengan Allah”.
Dalam kontex seperti itu, tidak mungkin
tahu-tahu Ia justru menunjukkan ketidak-mampuanNya, yang menunjukkan bahwa Ia
bukan Allah.
Kalau demikian, apa arti / maksud
kata-kata Yesus ini? Kata-kata Yesus ini bertujuan untuk menekankan kesatuan
yang tidak terpisahkan antara diriNya dengan Bapa, yang menyebabkan Ia tidak
bisa melakukan apapun terpisah dari Bapa. Dan jelas bahwa Bapapun tidak bisa
melakukan apapun terpisah dari Yesus! Jadi, Yesus dan Bapa tidak bisa bekerja
sendiri-sendiri. Sebaliknya, pekerjaan Yesus adalah pekerjaan Bapa, dan
pekerjaan Bapa adalah pekerjaan Yesus.
Dengan demikian, kata-kata Yesus ini
menjawab serangan orang-orang Yahudi bahwa Yesus melanggar Sabat dan menghujat
Allah (Yoh 5:18). Kalau Yesus bisa melanggar Sabat dan menghujat Allah,
maka itu berarti Ia bisa melakukan sesuatu terpisah dari Bapa. Tetapi Yesus
tidak bisa melakukan sesuatu terpisah dari Bapa, dan karena itu jelas bahwa Ia
tidak bisa melanggar Sabat maupun menghujat Allah.
Bandingkan dengan penafsiran dari
Saksi-Saksi Yehuwa tentang Yoh 5:18 dan Yoh 5:19 ini. Terbalik dengan
penafsiran di atas, mereka menjadikan Yoh 5:19nya sebagai patokan, bahwa
Yesus bukan Allah, dan dengan patokan itu mereka menafsirkan Yoh 5:18nya.
Saksi-Saksi Yehuwa mengatakan: “Yohanes 5:18. Di sana dikatakan bahwa orang-orang Yahudi
(seperti dalam Yohanes 10:31-36) ingin membunuh Yesus karena ia ‘menyamakan
diriNya dengan Allah.’ Tetapi siapa yang mengatakan bahwa Yesus menyamakan
dirinya dengan Allah? Bukan Yesus. Ia membela diri menghadapi tuduhan-tuduhan
palsu ini langsung dalam ayat berikutnya (19): Maka Yesus menjawab mereka,
katanya: ... ‘Anak tidak dapat mengerjakan segala sesuatu dari diriNya sendiri
jikalau tidak Ia melihat Bapa mengerjakannya.’ Dengan ini Yesus menunjukkan
kepada orang-orang Yahudi bahwa ia tidak sama dengan Allah dan karena itu tidak
dapat bertindak atas prakarsanya sendiri. Dapatkah kita membayangkan seseorang
yang setara dengan Allah Yang Mahakuasa berkata bahwa ia ‘tidak dapat
mengerjakan sesuatu dari diriNya sendiri’? (Bandingkan Daniel 4:34,35.)
Menarik, bahwa ikatan kalimat dari Yohanes 5:18 maupun 10:30 menunjukkan bahwa
Yesus membela dirinya terhadap tuduhan-tuduhan palsu dari orang-orang Yahudi,
yang seperti para penganut Tritunggal, mengambil kesimpulan-kesimpulan yang
salah” - ‘Haruskah
Anda Percaya Kepada Tritunggal?’, hal 24-25.
Tanggapan saya:
a. Kalau Yoh 5:19 itu memang merupakan
bantahan terhadap tuduhan bahwa Ia menyamakan diri dengan Allah:
·
mengapa
dalam Yoh 10:33, pada waktu menghadapi tuduhan yang sama, Ia bukannya
membantah tetapi kelihatannya menyetujui tuduhan itu?
·
mengapa
pada waktu disembah dan disebut sebagai ‘Tuhan’ atau ‘Allah’ Ia
diam saja?
·
mengapa
banyak ayat-ayat Kitab Suci lain, yang bukan merupakan kata-kata Yesus, yang
menyatakan Yesus sebagai Allah?
b. Kalau dikatakan bahwa Yesus tidak bisa
melakukan apapun dari diriNya sendiri, atau bahwa Ia tidak melakukan
kehendakNya sendiri, mengapa ada sedikitnya ada 2 ayat yang secara explicit
mengatakan bahwa Yesus melakukan apa yang dikehendakiNya?
·
Mark 3:13
- “Kemudian naiklah Yesus ke atas bukit. Ia
memanggil orang-orang yang dikehendakiNya dan merekapun datang kepadaNya”.
·
Yoh 5:2 -
“Sebab sama seperti Bapa membangkitkan
orang-orang mati dan menghidupkannya, demikian juga Anak menghidupkan
barangsiapa yang dikehendakiNya”.
3. Yoh 6:38 - “Sebab Aku telah turun dari sorga bukan untuk
melakukan kehendakKu, tetapi untuk melakukan kehendak Dia yang telah
mengutus Aku”.
Yoh 6:38 ini tidak boleh diartikan
seakan-akan Yesus dan Bapa bisa berbeda kehendak, dan juga tidak boleh
diartikan seakan-akan Yesus sendiri tidak mempunyai kehendak sehingga hanya
menurut saja pada kehendak Bapa.
Ada 2 kemungkinan untuk menafsirkan
ayat ini:
a. Penekanan Yoh 6:38 ini adalah: kalau
orang-orang Yahudi itu menentang Yesus / tidak mau percaya kepada Yesus, itu
sama dengan menentang kehendak Bapa, karena Yesus datang untuk melakukan
kehendak Bapa yang mengutusNya.
b. Leon Morris (NICNT) menafsirkan sebagai
berikut:
“In this whole work of salvation Jesus is in the most
perfect harmony with the Father. He came down from heaven specifically to do
the will of the Father ... The perfect unity with the Father ensures that
Christ will accept all that the Father gives” (= Dalam seluruh pekerjaan keselamatan Yesus sepenuhnya
harmonis dengan Bapa. Ia turun dari surga secara khusus untuk melakukan
kehendak Bapa ... Kesatuan yang sempurna dengan Bapa memastikan bahwa Kristus
akan menerima / menyetujui semua yang diberikan oleh Bapa) - hal 368.
4. Yoh 7:28-29 - “(28) Waktu Yesus mengajar di Bait Allah, Ia berseru:
‘Memang Aku kamu kenal dan kamu tahu dari mana asalKu; namun Aku datang
bukan atas kehendakKu sendiri, tetapi Aku diutus oleh Dia yang benar yang tidak
kamu kenal. (29) Aku kenal Dia, sebab Aku datang dari Dia dan Dialah yang
mengutus Aku.’”.
Menurut Leon Morris, orang-orang Yahudi
itu menganggap bahwa Yesus datang tanpa ada yang mengutus, tetapi Ia datang karena
kehendakNya sendiri. Karena itulah maka Yesus mengatakan kata-kata ini. Ia
bukan datang karena kehendakNya sendiri, tetapi karena diutus oleh Bapa.
5. Yoh 8:42 - “Kata Yesus kepada mereka: ‘Jikalau Allah adalah Bapamu,
kamu akan mengasihi Aku, sebab Aku keluar dan datang dari Allah. Dan Aku
datang bukan atas kehendakKu sendiri, melainkan Dialah yang mengutus Aku”.
Tentang kata-kata ‘Aku keluar dan datang dari Allah’, Calvin berkata bahwa dalam bagian ini
Yesus tidak berbicara tentang hakekatNya, tetapi tentang jabatan / misi /
pelayananNya. Penafsiran ini sesuai dengan lanjutan kata-kata Yesus dalam Yoh
8:42c: ‘Dan Aku datang bukan atas
kehendakKu sendiri, melainkan Dialah yang mengutus Aku’.
6. Yoh 10:18 - “Tidak seorangpun mengambilnya dari padaKu, melainkan Aku
memberikannya menurut kehendakKu sendiri. Aku berkuasa memberikannya dan
berkuasa mengambilnya kembali. Inilah tugas yang Kuterima dari BapaKu.’”.
Memang Bapalah yang merencanakan
keselamatan kita, dan Yesus yang melaksanakannya.
7. Yoh 14:31 - “Tetapi supaya dunia tahu, bahwa Aku mengasihi Bapa dan
bahwa Aku melakukan segala sesuatu seperti yang diperintahkan Bapa kepadaKu,
bangunlah, marilah kita pergi dari sini.’”.
Dalam sepanjang hidupNya sebagai
manusia, Yesus memang mentaati kehendak / perintah Bapa. Tetapi di sini mungkin
yang ditekankan adalah ketaatan dalam persoalan mati pada kayu salib. Ini
menunjukkan kepada dunia bahwa Ia mengasihi Bapa.
8. Yoh 15:10 - “Jikalau kamu menuruti perintahKu, kamu akan tinggal di
dalam kasihKu, seperti Aku menuruti perintah BapaKu dan tinggal di dalam
kasihNya”.
Ayat ini juga meninjau Yesus sebagai
manusia.
Yoh 5:31-32,36-37 - “(31) Kalau Aku bersaksi tentang diriKu sendiri, maka
kesaksianKu itu tidak benar; (32) ada yang lain yang bersaksi tentang Aku dan
Aku tahu, bahwa kesaksian yang diberikanNya tentang Aku adalah benar. ...
(36) Tetapi Aku mempunyai suatu kesaksian yang lebih penting dari pada kesaksian
Yohanes, yaitu segala pekerjaan yang diserahkan Bapa kepadaKu, supaya Aku
melaksanakannya. Pekerjaan itu juga yang Kukerjakan sekarang, dan itulah
yang memberi kesaksian tentang Aku, bahwa Bapa yang mengutus Aku. (37) Bapa
yang mengutus Aku, Dialah yang bersaksi tentang Aku. Kamu tidak pernah
mendengar suaraNya, rupaNyapun tidak pernah kamu lihat”.
Kata-kata Yesus dalam ay 31 ini
tidak boleh diartikan secara hurufiah. Bdk. Yoh 8:14 - “Jawab Yesus kepada mereka, kataNya: ‘Biarpun Aku
bersaksi tentang diriKu sendiri, namun kesaksianKu itu benar, sebab Aku tahu,
dari mana Aku datang dan ke mana Aku pergi. Tetapi kamu tidak tahu, dari mana
Aku datang dan ke mana Aku pergi”.
Jadi, dalam ay 31 ini Kristus
berbicara secara umum: kalau seseorang bersaksi tentang dirinya
sendiri, maka hal itu tidak bisa diterima. Bdk. Ul 19:15 - “‘Satu orang saksi saja tidak dapat menggugat seseorang
mengenai perkara kesalahan apapun atau dosa apapun yang mungkin dilakukannya;
baru atas keterangan dua atau tiga orang saksi perkara itu tidak disangsikan”.
Ada juga yang mengartikan kata-kata ini
sebagai berikut: kalau Aku, dan hanya Aku sendiri (tanpa didukung oleh Bapa),
memberikan kesaksian tentang diriKu sendiri, maka kesaksianKu itu tidak benar.
Arti ini menekankan kesatuan antara Yesus dengan Bapa, sehingga dalam
memberikan kesaksianpun Mereka selalu bersama-sama, dan arti ini sesuai dengan
seluruh kontex, yang menekankan kesatuan Bapa dengan Anak / Yesus.
Supaya kesaksianNya tentang diriNya
sendiri bisa dipercaya, Yesus lalu mengatakan akan adanya ‘saksi yang lain’. Siapa yang Ia maksudkan dengan ‘saksi yang lain’ itu?
1. ‘Saksi
yang lain’ ini (ay 32)
tidak menunjuk kepada Yohanes Pembaptis.
Kalau kita membaca ay 32-35 maka ada
kemungkinan bahwa yang Yesus maksudkan dengan ‘saksi yang lain’
itu adalah Yohanes Pembaptis, karena ay 32-35 berbunyi sebagai berikut: “(32) ada yang lain yang bersaksi tentang Aku dan
Aku tahu, bahwa kesaksian yang diberikanNya tentang Aku adalah benar. (33) Kamu
telah mengirim utusan kepada Yohanes dan ia telah bersaksi tentang
kebenaran; (34) tetapi Aku tidak memerlukan kesaksian dari manusia,
namun Aku mengatakan hal ini, supaya kamu diselamatkan. (35) Ia adalah pelita
yang menyala dan yang bercahaya dan kamu hanya mau menikmati seketika saja
cahayanya itu”.
Tetapi jelas bahwa yang Ia maksudkan
dengan ‘saksi yang lain’ itu tidak mungkin adalah Yohanes
Pembaptis, karena:
·
Kata-kata
Yesus dalam ay 34a, yang berbunyi: ‘Aku
tidak memerlukan kesaksian dari manusia’, tidak memungkinkan bahwa Yohanes Pembaptislah yang Ia
maksudkan dengan ‘saksi yang lain’ itu.
·
Ay 32
(tentang ‘saksi yang lain’) ada dalam bentuk present tense, sedangkan
ay 33,35 (tentang Yohanes Pembaptis) ada dalam bentuk perfect tense dan past tense.
Untuk itu perhatikan terjemahan NIV di bawah ini:
*
Ay 32:
‘testifies’ ® present
tense.
*
Ay 33:
‘has testified’ ®
perfect tense.
*
Ay 35:
‘John was a lamp that burned
and gave light’ ® past tense.
Perbedaan tenses antara ay 32 (tentang ‘saksi yang lain’)
dan ay 33,35 (tentang Yohanes Pembaptis), tidak memungkinkan bahwa Yohanes
Pembaptis adalah ‘saksi yang lain’ itu.
·
Ay 31
menunjukkan Yesus sebagai saksi, dan ay 32 berbicara tentang ‘saksi yang lain’. Perlu saudara ketahui bahwa dalam bahasa
Yunani ada 2 kata yang berarti ‘yang
lain’ (= another), yaitu ALLOS dan HETEROS. Tetapi kedua
kata ini ada bedanya.
W. E. Vine dalam An Expository Dictionary of New Testament
Words mengatakan sebagai berikut:
“ALLOS ... denotes another of the same sort; HETEROS ...
denotes another of a different sort” (= ALLOS ... menunjuk pada ‘yang lain’
dari jenis yang sama; HETEROS ... menunjuk pada ‘yang lain’ dari jenis yang
berbeda).
Illustrasi: Saat ini saya mempunyai satu gelas Aqua.
Kalau saya menginginkan satu gelas Aqua ‘yang
lain’, yang persis
sama dengan yang ada pada saya ini, maka saya harus menggunakan ALLOS. Tetapi
kalau saya menghendaki minuman ‘yang
lain’ yang berbeda
jenis dengan Aqua, misalnya Coca Cola, maka saya harus menggunakan HETEROS,
bukan ALLOS.
Dalam ay 32 ini kata yang
digunakan bukannya HETEROS tetapi ALLOS. Kalau ‘saksi yang lain’ ini diterapkan kepada Yohanes Pembaptis, maka kita harus
mengambil kesimpulan bahwa Yesus dan Yohanes Pembaptis mempunyai kwalitet yang
sama, dan ini jelas salah! Yohanes Pembaptis sendiri mengatakan bahwa ia tidak
layak melepaskan tali kasut dari Yesus. Juga Yohanes Pembaptis adalah manusia
berdosa, sedangkan Yesus bukan hanya manusia yang suci, tetapi juga adalah
Allah sendiri. Jadi baik ditinjau sebagai Allah atu manusia, Yesus tidak
sejenis / sekwalitet dengan Yohanes Pembaptis.
2. ‘Saksi
yang lain’ (ay 32)
menunjuk kepada Bapa (ay 37a - “Bapa
yang mengutus Aku, Dialah yang bersaksi tentang Aku”).
·
Jadi
sebetulnya ay 32 bersambung ke ay 37a, sedangkan ay 33-36
seakan-akan ada dalam tanda kurung.
·
Bahwa
Bapa memang adalah ‘saksi yang lain’ yang dimaksud oleh Yesus, didukung
secara sangat meyakinkan oleh Yoh 8:17-18 - “(17) Dan dalam kitab Tauratmu ada tertulis, bahwa kesaksian
dua orang adalah sah; (18) Akulah yang bersaksi tentang diriKu sendiri, dan
juga Bapa, yang mengutus Aku, bersaksi tentang Aku.’”.
·
Pembahasan
kata-kata ‘yang lain’.
Bahwa ay 31 menunjukkan Yesus
sebagai saksi, dan ay 32,37a menunjukkan Bapa sebagai ‘saksi yang lain’, dimana untuk kata-kata ‘yang lain’
digunakan kata bahasa Yunani ALLOS (lihat tentang ALLOS dan HETEROS yang baru
saya bahas di atas), menunjukkan bahwa Yesus mempunyai kwalitet / jenis yang
sama dengan Bapa, dan ini membuktikan bahwa Yesus adalah Allah!
·
Bapa
bersaksi tentang Yesus.
Ada 2 pandangan tentang kapan, dimana
dan melalui apa Bapa bersaksi tentang Yesus:
*
ada orang
yang berpendapat bahwa Bapa bersaksi tentang Yesus pada peristiwa baptisan
Yesus, dimana Bapa berseru dari surga: ‘Inilah
Anak yang Kukasihi, kepadaNyalah Aku berkenan’ (Mat 3:17).
*
Tetapi
saya berpendapat bahwa Bapa bersaksi tentang Yesus ini tidak menunjuk pada
peristiwa dalam Mat 3:17, tetapi pada Firman Tuhan dalam Perjanjian Lama.
Jadi, melalui FirmanNya dalam Perjanjian Lama, Bapa menjadi ‘Saksi yang lain’ tentang Kristus. Mengapa saya lebih memilih pandangan
ini? Karena ay 39-40 berbunyi sebagai berikut: “(39) Kamu menyelidiki Kitab-kitab Suci, sebab kamu
menyangka bahwa olehNya kamu mempunyai hidup yang kekal, tetapi walaupun
Kitab-kitab Suci itu memberi kesaksian tentang Aku, (40) namun kamu tidak mau
datang kepadaKu untuk memperoleh hidup itu”. Jadi, penafsiran kedua ini lebih sesuai dengan
kontextnya, yang berbicara tentang Kitab Suci.
Yoh 12:44 - “Tetapi Yesus berseru kataNya: ‘Barangsiapa percaya
kepadaKu, ia bukan percaya kepadaKu, tetapi kepada Dia, yang telah mengutus
Aku”.
Maksud Yesus adalah: Barangsiapa yang percaya
kepadaKu, bukan percaya kepadaKu saja, tetapi juga kepada Bapa yang
mengutus Aku. Bdk. Yoh 13:20b - “barangsiapa
menerima Aku, ia menerima Dia yang mengutus Aku.’”.
Leon Morris (NICNT): “The
closeness of the Father and the Son is brought out. The man who puts his trust
in Christ puts his trust not simply in the Man of Galilee but in God the
Father. The two are so close that to trust the One is to trust the other” (= Kedekatan dari Bapa dan Anak ditunjukkan. Orang yang
meletakkan kepercayaannya kepada Kristus, bukan hanya meletakkan kepercayaannya
kepada orang Galilea ini tetapi kepada Allah Bapa. Kedua pribadi ini begitu
dekat sehingga mempercayai Yang Satu berarti mempercayai Yang Lain) - hal 607.
Saksi-Saksi Yehuwa mengatakan: “Kasih Yesus akan kebenaran yang Ia ajarkan selalu nyata.
Sebenarnya, mudah saja baginya untuk mengembangkan gagasan-gagasannya sendiri.
Ia memiliki pengetahuan dan hikmat yang sangat luas. (Kolose 2:3) Meskipun demikian,
ia berulang kali mengingatkan para pendengarnya bahwa segala sesuatu yang ia
ajarkan bukan berasal dari dirinya melainkan dari Bapak surgawinya (Yohanes
7:16; 8:28; 12:49; 14:10) Kasihnya terhadap kebenaran ilahi sedemikian besar
sehingga tidak mungkin ia mengganti kebenaran itu dengan pemikirannya sendiri” - Majalah ‘Menara Pengawal’ 15 Agustus
2002, hal 11.
1. Yoh 7:16-17 - “(16) Jawab Yesus kepada mereka: ‘AjaranKu tidak
berasal dari diriKu sendiri, tetapi dari Dia yang telah mengutus Aku. (17) Barangsiapa
mau melakukan kehendakNya, ia akan tahu entah ajaranKu ini berasal dari
Allah, entah Aku berkata-kata dari diriKu sendiri”.
a. Dalam text ini Yesus berbicara seakan-akan Ia
terpisah dengan Allah / Bapa, karena Ia menyesuaikan pembicaraanNya dengan
orang banyak itu yang menganggapNya sebagai manusia biasa.
b. Jawaban Yesus dalam ay 16 ini
menunjukkan bahwa apa yang Ia ajarkan mempunyai sumber yang lebih tinggi dari
semua sekolah theologia Yahudi, yaitu Allah sendiri. Karena itu, menolak ajaran
Yesus ini sama dengan menolak Allah sendiri.
c. Yesus tahu bahwa mereka bertanya-tanya dalam
hati mereka: dari mana kami bisa tahu bahwa ajaranMu betul-betul dari Allah?
Karena itu Yesus menjawab dalam ay 17 dimana Ia berkata: kalau kamu mau
taat, kamu akan tahu apakah ajaranKu itu dari Aku sendiri atau dari Allah (bdk.
Yoh 8:31-32).
d. ‘berkata-kata dari diriKu sendiri’ (ay 17b).
Maksudnya:
Ia berbicara tanpa disuruh oleh Allah, sehingga berita yang Ia beritakan bukan
dari Allah tetapi dari diriNya sendiri.
2. Yoh 8:26,28 - “(26) Banyak yang harus Kukatakan dan Kuhakimi tentang
kamu; akan tetapi Dia, yang mengutus Aku, adalah benar, dan apa yang
Kudengar dari padaNya, itu yang Kukatakan kepada dunia.’ ... (28) Maka kata
Yesus: ‘Apabila kamu telah meninggikan Anak Manusia, barulah kamu tahu, bahwa
Akulah Dia, dan bahwa Aku tidak berbuat apa-apa dari diriKu sendiri, tetapi
Aku berbicara tentang hal-hal, sebagaimana diajarkan Bapa kepadaKu”.
Ini tidak menunjukkan bahwa Kristus tidak
bisa apa-apa selain menyampaikan ajaran dari Bapa. Ia berkata seperti ini,
lagi-lagi karena Ia menyesuaikan diri dengan pandangan mereka bahwa Ia adalah
manusia biasa. Atau, Ia memang menekankan diriNya sebagai manusia / utusan dari
Bapa.
3. Yoh 12:49 - “Sebab Aku berkata-kata bukan dari diriKu sendiri,
tetapi Bapa, yang mengutus Aku, Dialah yang memerintahkan Aku untuk mengatakan
apa yang harus Aku katakan dan Aku sampaikan”.
Kristus membedakan diri dengan Bapa
karena Ia menyoroti diriNya sebagai manusia. bdk. Yoh 7:16.
4. Yoh 14:10 - “Tidak percayakah engkau, bahwa Aku di dalam Bapa dan
Bapa di dalam Aku? Apa yang Aku katakan kepadamu, tidak Aku katakan dari
diriKu sendiri, tetapi Bapa, yang diam di dalam Aku, Dialah yang melakukan
pekerjaanNya”.
Calvin menganggap bahwa kata-kata yang
saya garis bawahi itu diucapkan oleh Yesus sebagai manusia.
William Hendriksen mengatakan (hal 271)
bahwa kapanpun Yesus berbicara, Bapa bekerja melalui kata-kataNya. Setiap
kata-kata Yesus merupakan pekerjaan Bapa. Tetapi ini tidak berarti bahwa Bapa
bertindak seperti seorang pembicara suara perut yang berbicara melalui
bonekanya. Sebaliknya, Anak mengucapkan pikiran Bapa, karena itu juga adalah
pemikiranNya. Jadi mungkin William Hendriksen menganggap bahwa kata-kata ‘tidak Aku katakan dari diriKu sendiri’, artinya adalah ‘tidak Aku katakan dari diriKu sendiri saja’.
5. Yoh 17:7-8 - “(7) Sekarang mereka tahu, bahwa semua yang Engkau
berikan kepadaKu itu berasal dari padaMu. (8) Sebab segala firman yang Engkau
sampaikan kepadaKu telah Kusampaikan kepada mereka dan mereka telah
menerimanya. Mereka tahu benar-benar, bahwa Aku datang dari padaMu, dan mereka
percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku”.
Ini tidak berarti bahwa Kristus sendiri
sebetulnya tidak tahu apa-apa, dan semua yang Ia tahu dan sampaikan Ia terima
dari Bapa. Calvin mengatakan bahwa Kristus mengatakan bahwa firman yang Ia
sampaikan itu Ia dapatkan dari Bapa, dengan 2 alasan:
a. Supaya orang tidak menganggap bahwa firman
itu berasal usul dari manusia atau dari dunia ini.
b. Karena di sini Ia berbicara sebagai seorang
Pengantara / pelayan Allah.
6. Wah 1:1 - “Wahyu
Yesus Kristus, yang dikaruniakan Allah kepadaNya”.
Saksi-Saksi Yehuwa mengatakan: “Jika
Yesus sendiri adalah bagian dari Keilahian, apakah ia perlu diberi Wahyu oleh
bagian lain dari Keilahian itu - Allah? Pasti ia sudah mengetahui semuanya,
karena Allah mengetahuinya, Namun Yesus tidak tahu, karena ia bukan Allah” - ‘Haruskah Anda Percaya Kepada
Tritunggal?’, hal 19.
Tanggapan saya:
Bagian ini menunjukkan bahwa Allah Bapa
memberi firman kepada Yesus, dan lalu Yesus memberikannya kepada manusia.
Yesus menerima wahyu dari Allah, karena
Ia ditinjau sebagai manusia, sekalipun pemberian wahyu ini terjadi setelah
pemuliaan Kristus. Pemuliaan terhadap manusia Yesus, tetap tidak menjadikan
manusia Yesus itu menjadi Allah!
Saksi-Saksi Yehuwa mengatakan: “Bukankah
yang mengutus lebih unggul dari yang diutus?” - ‘Haruskah Anda Percaya Kepada Tritunggal?’, hal 17.
Jawaban saya:
Dalam doktrin Allah Tritunggal ada apa
yang disebut ‘economic subordination’, atau mungkin bisa diterjemahkan ‘ketundukan demi keteraturan’. Ketundukan ini tidak menunjukkan
bahwa secara hakiki Yesus memang lebih rendah dari Bapa. Ketundukan ini
ada demi keteraturan dalam pekerjaan dari Allah Tritunggal di luar diriNya.
Ini bisa dianalogikan dengan suatu
keluarga. Di hadapan Allah, dan secara hakiki, sebetulnya ayah, ibu, dan
anak-anak, setara. Tetapi demi keteraturan dalam keluarga, maka Tuhan memberi
peraturan bahwa ayah adalah kepala keluarga, istri harus tunduk kepada suami,
dan anak-anak harus tunduk kepada orang tua.
Demikian juga dalam Allah Tritunggal.
Kalau ditinjau secara hakekat, maka Bapa, Anak dan Roh Kudus betul-betul
setara, karena hakekat Mereka hanya satu. Tetapi dalam beroperasi, khususnya
dalam melakukan penyelamatan manusia, ada ketundukan dari pribadi yang satu
kepada pribadi yang lain.
Catatan: Ini saya bahas secara singkat saja di
sini, karena hal ini lebih cocok untuk dibahas dalam bagian tentang Allah
Tritunggal. Jadi, dalam pembahasan tentang doktrin Allah Tritunggal nanti
persoalan ini akan saya bahas secara lebih mendetail.
Catatan: tentang larangan untuk menujukan penyembahan dan doa
kepada Yesus, akan saya bahas dalam jilid II (Bukti Keilahian Yesus).
email us at : gkri_exodus@lycos.com