Bagaimana menaklukkan dan
membongkar fitnah/dusta/kepalsuan
Saksi-saksi palsu Yehuwa?
oleh : Pdt. Budi Asali M.Div.
j) Ibr 1:8
- “Tetapi tentang
Anak Ia berkata: ‘TakhtaMu, ya Allah, tetap untuk seterusnya dan
selamanya, dan tongkat kerajaanMu adalah tongkat kebenaran”.
TDB: “Namun sehubungan dengan sang Putra, ‘Allah adalah takhtamu,
kekal selama-lamanya, dan tongkat kerajaanmu adalah tongkat kelurusan hati”.
Ada beberapa hal yang akan saya bahas di sini:
1. Kata-kata
‘Ia
berkata’ (yang saya beri garis bawah tunggal)
tidak ada dalam TDB.
Sebetulnya memang kata-kata ‘Ia berkata’ itu tidak ada dalam Ibr 1:8, tetapi kata-kata itu
ada dalam Ibr 1:7, dan jelas bahwa secara implicit kata-kata itu
ada dalam Ibr 1:8.
Untuk jelasnya perhatikan
Ibr 1:7-8 - “(7) Dan tentang malaikat-malaikat Ia berkata: ‘Yang
membuat malaikat-malaikatNya menjadi badai dan pelayan-pelayanNya menjadi nyala
api.’ (8) Tetapi tentang Anak Ia berkata: ‘TakhtaMu, ya Allah, tetap
untuk seterusnya dan selamanya, dan tongkat kerajaanMu adalah tongkat
kebenaran”.
Kata-kata ‘Ia berkata’ yang pertama (dalam ay 7) memang ada, tetapi
kata-kata ‘Ia
berkata’ yang kedua (dalam ay 8)
seharusnya tidak ada. Tetapi jelas bahwa yang berbicara dalam ay 8 adalah
Pribadi yang sama dengan yang berbicara dalam ay 7. Karena itu, kalau
Kitab Suci Indonesia (dan juga Kitab-kitab Suci bahasa Inggris) menambahkan
kata-kata itu, itu hanya dimaksudkan untuk memperjelas arti.
2. Kata-kata
‘tentang
Anak’ (yang saya beri garis bawah dobel)
bisa diterjemahkan ‘kepada Anak’.
KJV: ‘But
unto the Son he saith’ (= Tetapi kepada Anak Ia berkata).
Calvin (hal 44) juga
menterjemahkan Ibr 1:8 seperti KJV dan demikian juga dengan John Owen (‘Hebrews:
The Epistle of Warning’, hal 10).
Yunani: proj de ton ui[on
PROS DE TON HUION
to but the Son
kepada tetapi sang Anak
Barclay M. Newman Jr., dalam
kamus kecil berjudul ‘Greek-English Dictionary of the New Testament’,
hal 152, mengatakan bahwa kata Yunani PROS adalah suatu kata depan, yang kalau
diikuti dengan suatu kata benda dengan kasus akusatif, artinya antara lain adalah
‘to’ / ‘toward’ (=
kepada). Dan
kata TON HUION (= sang Anak) memang merupakan bentuk akusatif.
Fritz Rieneker & Cleon
Rogers, dalam buku mereka yang berjudul ‘Linguistic Key to the Greek New
Testament’, hal 665, juga mengatakan hal yang sama. Hanya saja yang ia
komentari adalah Ibr 1:7. Tetapi Ibr 1:7 mempunyai bentuk yang sama
dengan Ibr 1:8, yaitu kata Yunani PROS yang diikuti oleh kata benda dalam
kasus akusatif.
Pulpit Commentary: “The preposition here
translated ‘unto’ is proj, as in ver. 7, there translated ‘of.’ As is evident from its
use in ver. 7, it does not imply of necessity that the persons spoken of are
addressed in the quotations, though it is so in this second case” [= Kata depan yang di sini
diterjemahkan ‘kepada’ adalah proj, seperti dalam ay 7, dimana di sana diterjemahkan
‘tentang’. Seperti nyata dari penggunaannya dalam ay 7, itu tidak
menunjukkan suatu keharusan bahwa kutipan-kutipan itu ditujukan kepada
pribadi-pribadi yang dibicarakan, sekalipun demikianlah halnya dalam kasus kedua
(ay 8)] - hal 14.
Jadi, Pulpit Commentary
mengatakan bahwa penterjemahan ‘kepada’ memang bukan merupakan suatu keharusan, karena dalam ay 7
ternyata kata itu diterjemahkan ‘tentang’. Tetapi ia berpendapat bahwa dalam ay 8, memang lebih tepat kalau
diterjemahkan ‘kepada’.
Saya berpendapat bahwa
terjemahan ‘kepada’ ini diharuskan oleh kontext
/ ayat itu sendiri, karena kata ‘TakhtaMu’ jelas ditujukan kepada Anak. Lebih-lebih kalau kita menganggap
bahwa kata ‘Allah’ sebagai bentuk sapaan, dan
menterjemahkannya ‘Ya Allah’.
Saksi-Saksi Yehuwa
kelihatannya juga beranggapan demikian, dan ini terlihat dari kata-kata mereka
sebagai berikut:
“ayat berikutnya (Ibr 1:9) menggunakan ungkapan
‘Allah, AllahMu,’ menunjukkan bahwa yang sedang diajak bicara bukanlah
Allah yang Mahatinggi melainkan seorang penyembah dari Allah itu” - ‘Bertukar Pikiran Mengenai Ayat-Ayat Alkitab’, hal 410.
Tetapi anehnya, dalam TDB
mereka menterjemahkan: “Namun sehubungan dengan sang Putra, ...”.
3. Kata-kata
yang saya lingkari diterjemahkan secara berbeda oleh NWT / TDB.
Kitab Suci Indonesia: ‘TakhtaMu, ya Allah’.
KJV/RSV/ASV/NASB:
‘Thy throne, O God’ (= TakhtaMu, Ya Allah).
NIV/NKJV: ‘Your throne, O God’
(= TakhtaMu, Ya Allah).
Karena kata-kata ini ditujukan kepada Anak / Yesus, maka
terjemahan-terjemahan ini menunjukkan bahwa Yesus adalah Allah.
Sekarang bandingkan dengan terjemahan dari Saksi-Saksi
Yehuwa.
NWT/TDB: “God is your throne” (= Allah adalah takhtamu).
Terjemahan ini tidak menyatakan / menunjukkan Yesus
sebagai Allah.
Bagaimana mereka bisa menterjemahkan seperti itu?
Sebetulnya mereka menterjemahkan seperti itu bukan tanpa alasan sama sekali.
Untuk melihat hal itu mari kita melihat Ibr 1:8 itu dalam bahasa Yunaninya.
Yunani: o[ qronoj sou o[ qeoj
HO THRONOS SOU HO THEOS
the throne of you /
your the God
k.s. takhta mu sang Allah
Catatan:
k.s. = kata sandang.
Yang menjadi problem dengan penterjemahan Ibr 1:8 ini
adalah bahwa dalam bahasa Yunani kata-kata HO THEOS bisa dianggap sebagai ‘nominative case’ (= kasus nominatif) atau ‘vocative case’ (= kasus vokatif).
Untuk mengingatkan kembali apa yang dimaksud dengan ‘case’
(= kasus) dalam bahasa Yunani, maka saya mengutip ulang kata-kata Gresham
Machen, yang telah saya kutip di depan. Hanya saja di sini saya ingin saudara
menyoroti secara khusus bagian yang saya garis bawahi, karena itu yang
berhubungan dengan apa yang sedang kita bahas di sini.
Gresham Machen: “There are five cases;
nominative, genitive, dative, accusative, and vocative. ... The subject of a
sentence is put in the nominative case. ... The object of a transitive verb
is placed in the accusative case. ... The genitive case expresses possession.
... The dative case is the case of the indirect object. ... The vocative
case is the case of direct address” [= Ada lima cases /
kasus; nominatif, genitif, datif, akusatif, dan vokatif. ... Subyek dari
suatu kalimat diletakkan dalam kasus nominatif. ... Obyek dari suatu kata
kerja transitif ditempatkan dalam kasus akusatif. ... Kasus genitif menyatakan
kepemilikan. ... Kasus datif adalah kasus dari obyek tidak langsung. ... Kasus
vokatif adalah kasus dari sapaan langsung] - ‘New Testament Greek For Beginners’, hal 24,25.
Kalau dianggap sebagai kasus vokatif, maka HO
THEOS dianggap sebagai bentuk sapaan, dan karena itu diterjemahkan ‘TakhtaMu, ya Allah’, seperti dalam terjemahan Kitab Suci Indonesia ataupun
KJV/RSV/ASV/NKJV/NIV/NASB.
Tetapi kalau dianggap sebagai kasus nominatif,
maka itu berarti bahwa HO THEOS adalah subyek. Karena itu diterjemahkan ‘Allah adalah takhtamu’ seperti dalam TDB. Tetapi karena kedua kata benda yang
digunakan di sini (THRONOS dan THEOS) sama-sama menggunakan definite article
/ kata sandang tertentu, maka terjemahannya bisa dibolak-balik (subyek dan
predikatnya bisa dibolak-balik). Jadi bisa diterjemahkan ‘Your throne is God’ (= Takhtamu adalah Allah) atau ‘God is your throne’ (= Allah adalah takhtamu).
Saksi-Saksi Yehuwa mengatakan: “Terjemahan mana yang selaras dengan ikatan kalimatnya?
Ayat-ayat sebelumnya mengatakan bahwa Allah yang sedang berbicara, dan bukan
yang diajak bicara; ayat berikutnya menggunakan ungkapan ‘Allah,
AllahMu,’ menunjukkan bahwa yang sedang diajak bicara bukanlah Allah yang
Mahatinggi melainkan seorang penyembah dari Allah itu” - ‘Bertukar Pikiran Mengenai Ayat-Ayat Alkitab’, hal
409-410.
Yang mereka maksudkan dengan ‘ayat berikutnya’ adalah Ibr 1:9 - “Engkau mencintai keadilan dan membenci
kefasikan; sebab itu Allah, AllahMu telah mengurapi Engkau dengan minyak
sebagai tanda kesukaan, melebihi teman-teman sekutuMu.’”.
Tanggapan saya:
Dalam Ibr 1:8 ini yang berbicara memang adalah
Allah, tetapi Ia berbicara kepada Yesus, yang juga adalah Allah.
Saksi-Saksi Yehuwa beranggapan bahwa karena yang
berbicara adalah Allah, maka yang diajak bicara pasti bukan Allah. Juga karena
dalam Ibr 1:9 Allah berbicara kepada Yesus dan menyebut diriNya sendiri
dengan sebutan ‘Allahmu’, maka jelas bahwa Yesus bukan Allah. Ada 2 hal yang bisa
diberikan sebagai tanggapan:
a. Kata-kata
mereka ini hanya benar jika Allah itu tunggal mutlak.
Kalau Allah itu tunggal mutlak, maka memang tidak mungkin
Allah berbicara kepada Allah. Tetapi kalau kita mempercayai doktrin Allah
Tritunggal, maka adalah sesuatu yang memungkinkan bagi Allah untuk berbicara
kepada Allah, karena dalam doktrin Allah Tritunggal, ketiga pribadi itu
berbeda (distinct), sehingga bisa saling mengasihi
(Mat 3:17), berbicara (Kej 1:26-27), mengutus (Gal 4:4 Yoh 14:26), dsb.
Bdk. Maz 110:1 (NASB): “The
LORD says to my Lord: ‘Sit at My right hand, Until I
make Thine enemies a footstool for Thy feet.’” (= TUHAN berkata kepada Tuhanku:
‘Duduklah di sebelah kananKu, sampai Aku membuat musuh-musuhMu suatu tumpuan
untuk kakiMu’).
Di
sini TUHAN bicara kepada Tuhan! Dan dalam Mat 22:44 Yesus mengutip
kata-kata ini untuk membuktikan keilahianNya! Jadi,
apa anehnya Allah bicara kepada Allah?
b. Bukan merupakan
sesuatu yang aneh bahwa sekalipun Yesus adalah Allah, tetapi Bapa menyebut
diriNya sendiri sebagai ‘AllahMu’ pada waktu Ia
berbicara kepada Yesus (bdk. Yoh 20:17). Mengapa? Karena Yesus adalah
sungguh-sungguh Allah dan sungguh-sungguh manusia. Dalam hal ini Yesus disoroti
sebagai manusia.
4. Ibr 1:8-9
merupakan kutipan dari Maz 45:7-8, yang berbunyi sebagai berikut: “(7) Takhtamu kepunyaan
Allah, tetap untuk seterusnya dan selamanya, dan tongkat kerajaanmu adalah tongkat
kebenaran. (8) Engkau mencintai keadilan dan membenci kefasikan; sebab itu
Allah, Allahmu, telah mengurapi engkau dengan minyak sebagai tanda kesukaan,
melebihi teman-teman sekutumu”.
Catatan: kata
‘kepunyaan’ dalam Maz 45:7 itu salah terjemahan; seharusnya kata itu tidak ada.
Seharusnya bunyinya adalah: ‘TakhtaMu, ya Allah’, seperti dalam terjemahan KJV/NIV/NASB. Tetapi, sama seperti dalam kasus Ibr 1:8, dalam
Maz 45:7 ini juga ada perbedaan terjemahan dengan NWT / TDB.
NWT / TDB: “God is your throne” (= Allah adalah takhtamu).
Saksi-Saksi Yehuwa mengatakan: “Ibrani 1:8 mengutip dari Mazmur 45:7, yang pada mulanya
ditujukan kepada seorang raja manusia dari bangsa Israel. Jelaslah bahwa
penulis Alkitab dari mazmur ini tidak berpikir bahwa raja manusia ini adalah
Allah yang Mahatinggi. Sebaliknya, Mazmur 45:7 mengatakan ‘Takhtamu
kepunyaan Allah.’ (NE mengatakan: ‘Takhtamu seperti takhta Allah.’) JP
(ayat 7): ‘Takhtamu yang diberikan oleh Allah.’) Salomo, yang mungkin adalah
raja yang mula-mula dimaksudkan dalam Mazmur 45 dikatakan duduk ‘di atas
takhta Yehuwa.’ (1Taw. 29:23, NW) Selaras dengan kenyataan bahwa Allah ialah
‘takhta,’ atau Sumber dan Pendukung dari pemerintahan Kristus, Daniel 7:13,14
dan Lukas 1:32 menunjukkan bahwa Allah menganugerahkan kuasa seperti itu
kepadanya” - ‘Bertukar Pikiran Mengenai
Ayat-Ayat Alkitab’, hal 410.
Catatan:
menurut saya beberapa dari terjemahan-terjemahan yang diberikan dalam kutipan
di atas oleh Saksi-Saksi Yehuwa, sama sekali tidak memungkinkan.
Terjemahan-terjemahan itu adalah:
·
NE: ‘Takhtamu seperti
takhta Allah’.
·
JP: ‘Takhtamu yang diberikan
oleh Allah’.
·
TB1-LAI: ‘Takhtamu kepunyaan
Allah’.
Matthew Poole (tentang Ibr 1:8): “some heretics, to elude this proof of Christ’s Deity, would make
‘God’ the genitive case in the proposition, as, Thy throne of God, expressly
contrary to the grammar, both in Hebrew and Greek” (= Beberapa orang sesat /
bidat, untuk menghindarkan bukti KeAllahan Kristus ini, membuat kata ‘Allah’
menjadi kasus genitif dalam hal ini, sehingga menjadi ‘Takhtamu dari / milik
Allah’, secara jelas bertentangan dengan tata bahasa, baik dalam bahasa Ibrani
maupun Yunani) - hal 811.
Juga ada terjemahan lain yang ngawur seperti RSV: ‘Your divine throne’ (=
Takhta ilahimu). John
Owen mengutip kata-kata Turner, yang juga menentang terjemahan ini [John Owen, ‘Hebrews’,
vol 3, hal 179 (footnote)].
Alexander MacLaren mengatakan (hal 70) bahwa ada juga
orang yang menterjemahkan: ‘Thy throne is the throne of God’ (= Takhtamu adalah takhta
Allah). Ini jelas juga merupakan
terjemahan yang pasti salah, karena terjemahan ini menggunakan kata ‘takhta’ 2 x padahal sebetulnya hanya ada satu kata ‘takhta’.
Dalam bahasa Ibraninya digunakan hanya 2 kata. Kata
pertama adalah KISAKA, yang berarti ‘your throne’ (= takhtamu), dan kata
kedua adalah ELOHIM, yang berarti ‘God’ (= Allah). Karena itu,
hanya ada 2 kemungkinan untuk menterjemahkan:
¨
Kata
‘Allah’ dianggap sebagai bentuk
sapaan, sehingga terjemahannya menjadi ‘Takhtamu, ya Allah’
(KJV/ASV/NKJV/NIV/NASB).
¨
Ditambahkan
kata ‘is’ (= adalah) di tengah-tengah kedua kata
itu, sehingga menjadi ‘Your throne is God’ (= ‘Takhtamu adalah Allah’) atau ‘God is your throne’ (= Allah adalah takhtamu) seperti dalam NWT / TDB.
Dalam bahasa Ibrani penambahan
seperti ini memang biasa terjadi, dan ini bisa terlihat dari kata-kata di bawah
ini.
Menahem Mansoor: “Hebrew has no special
words for the English verbs am, are, or is. They were understood from the
context. Thus, the present tense of to be is not expressed in Hebrew. When you
translate into English, you must add the appropriate English verb” (= Bahasa Ibrani tidak mempunyai kata-kata khusus untuk
kata-kata kerja bahasa Inggris ‘am’, ‘are’, atau ‘is’.
Kata-kata itu dimengerti dari kontextnya. Maka / karena itu, bentuk present
dari ‘to be’ tidak dinyatakan dalam bahasa Ibrani. Pada waktu engkau
menterjemahkannya ke dalam bahasa Inggris, engkau harus menambahkan kata kerja
bahasa Inggris yang sesuai) - ‘Biblical
Hebrew Step By Step’, vol I, hal 61.
Sebagai contoh kalau dalam bahasa Ibrani seseorang mau
mengatakan ‘I am the mother’ (= aku adalah sang ibu), maka ia hanya
mengatakan:
MxehA ynix (dibaca dari kanan ke kiri)
HA-EM ANI
the mother I
sang ibu aku
Tetapi dalam menterjemahkan kita tidak bisa
menterjemahkan: ‘I the mother’ (= Aku sang ibu). Kita
harus menambahkan kata ‘am’ (= adalah) sehingga
menjadi ‘I
am the mother’ (= Aku adalah sang ibu).
Saksi-Saksi Yehuwa menambahkan lagi: “Ibrani 1:8,9 mengutip dari Mazmur 45:7,8, dan mengenai ayat ini
sarjana Alkitab B. F. Westcott menyatakan: ‘LXX mengakui adanya dua terjemahan:
(HO THEOS) dapat dianggap sebagai vokatif (bentuk sapaan) dalam kedua hal itu (TakhtaMu,
ya Allah, ... sebab itu, ya Allah, AllahMu ...) atau dapat dianggap sebagai
subyek (atau predikat) dalam kasus pertama (Allah adalah takhtaMu, atau takhtaMu
adalah Allah ...), dan sebagai tambahan kepada (HO THEOS SOU = AllahMu) dalam kasus kedua (Sebab
itu Allah, Allahmu ...) ... Hampir tidak mungkin bahwa (ELOHIM) dalam
bahasa aslinya dapat ditujukan kepada sang raja. Maka anggapan itu bertentangan
dengan kepercayaan bahwa (HO THEOS) adalah suatu vokatif dalam LXX. Maka secara
keseluruhan, seolah-olah yang paling baik adalah untuk menerima, di tempat
pertama, terjemahan: Allah adalah takhtaMu (atau, takhtaMu adalah
Allah), artinya ‘kerajaanMu didirikan di atas Allah, Batu Karang yang
teguh.’” - ‘Bertukar Pikiran Mengenai
Ayat-Ayat Alkitab’, hal 410.
Jadi intinya adalah: Saksi-Saksi Yehuwa berpendapat bahwa
Maz 45 itu pada mulanya ditujukan kepada seorang raja manusia (Salomo),
dan kata ELOHIM dalam Maz 45:7-8 itu tidak mungkin ditujukan kepada raja
Salomo. Untuk menghindarkan penyebutan ELOHIM terhadap Salomo itu, maka
seharusnya bagian itu bukan diterjemahkan ‘Takhtamu, ya Allah’ tetapi ‘Takhtamu adalah Allah’
atau ‘Allah
adalah takhtamu’. Konsekwensinya adalah:
·
pada waktu Maz 45 itu
diterapkan kepada Kristus, maka itu tidak menyatakan keilahian Kristus.
·
demikian juga Ibr 1:8-9,
yang mengutip dari Maz 45:7-8, juga harus diterjemahkan demikian, dan
dengan demikian, maka Ibr 1:8 itu juga tidak menunjukkan Yesus sebagai
Allah.
Tanggapan saya:
a. Maz
45 ini hanya menunjuk kepada Kristus saja.
Memang apakah Maz 45 ini pada mulanya (secara
orisinil) memang ditujukan kepada seorang raja manusia / Salomo atau tidak,
menimbulkan perdebatan yang cukup hebat.
Ada yang mengatakan bahwa Maz 45 itu memang menunjuk
kepada seorang raja manusia, dan raja manusia itu adalah:
·
Daud.
·
Salomo, yang menikah dengan
putri Firaun!
·
Ahab. Mengapa bisa muncul
dugaan bahwa raja ini adalah Ahab? Karena:
*
Ahab mempunyai istana
gading - 1Raja 22:39 bdk. Maz 45:9b.
*
adanya istilah ‘Puteri Tirus’ dalam Maz 45:13.
Tetapi Izebel adalah putri raja Sidon, bukan Tirus. Dan
kelihatannya Maz 45:13 tidak menunjukkan bahwa putri Tirus itu adalah istri
raja itu, tetapi hanya orang yang datang membawa pemberian-pemberian.
Pulpit Commentary (hal 352) menganggap ‘Puteri Tirus’ ini sebagai gambaran dari orang-orang kafir / non Yahudi
secara umum.
·
Yoram, anak Yosafat, yang
menikah dengan Atalya, anak Ahab dan Izebel (bdk. 2Raja 8:18,26).
·
seorang raja Persia.
Alasannya adalah bahwa istilah yang diterjemahkan ‘permaisuri’ dalam Maz 45:10 digunakan untuk ratu Persia dalam
Neh 2:6. Tetapi merupakan sesuatu yang sangat tidak masuk akal bahwa raja
di sini menunjuk kepada seorang raja Persia, karena bagaimana mungkin muncul
kata-kata ‘Allah,
Allahmu’ (Maz 45:8) untuk
seorang raja kafir?
Alexander MacLaren menganggap (hal 66,74,78) bahwa
Maz 45 ini memang menunjuk kepada seorang raja, tetapi ia tidak bisa
mengatakan siapa raja ini. Ini adalah seorang raja ideal, yang merupakan type
dari Kristus.
Calvin [juga Derek Kidner (Tyndale)] beranggapan bahwa
Maz 45 ditujukan kepada Salomo. Tetapi Calvin menambahkan bahwa ada
hal-hal dalam Maz 45 ini yang tidak bisa diterapkan sepenuhnya kepada
Salomo, yaitu kata-kata ‘untuk seterusnya dan selamanya’ dalam Maz 45:7, dan kata ‘ELOHIM’ (= Allah) dalam Maz 45:7. Calvin menganggap bahwa
kata-kata ini menunjuk kepada Kristus, dan menunjukkan keilahian Kristus.
Calvin: “Although he is called
‘God’, because God has imprinted some mark of his glory in the person of kings,
yet this title cannot well be applied to a mortal man; for we nowhere read in
Scripture that man or angel has been distinguished by this title without
some qualification. It is true, indeed, that angels as well as judges are
called collectively Myhlx, ELOHIM, gods; but not individually, and no one man is
called by this name without some word added by way of restriction, as
when Moses was appointed to be a god to Pharaoh, (Exod. 7:1.) From this we may
naturally infer, that this psalm relates, as we shall soon see, to a higher
than any earthly kingdom” [= Sekalipun ia disebut ‘Allah’, karena Allah telah menanamkan
tanda kemuliaanNya dalam diri dari raja-raja, tetapi gelar ini tidak bisa
dengan benar diterapkan kepada seorang manusia biasa; karena kita tidak pernah
membaca dalam Kitab Suci bahwa manusia atau malaikat telah diistimewakan /
ditonjolkan dengan gelar ini tanpa pembatasan. Memang benar bahwa
malaikat-malaikat maupun hakim-hakim disebut secara kolektif dengan
sebutan Myhlx, ELOHIM, allah-allah;
tetapi tidak secara individuil, dan tidak ada satu orangpun yang
dipanggil dengan nama ini tanpa tambahan kata-kata sebagai pembatasan,
seperti pada waktu Musa diangkat menjadi allah bagi Firaun, (Kel 7:1). Dari
sini kita secara wajar menyimpulkan, bahwa mazmur ini berkenaan, seperti yang
akan kita lihat, dengan suatu kerajaan yang lebih tinggi dari kerajaan duniawi
manapun] - hal 178.
Calvin: “the posterity of David
typically represented Christ to the ancient people of God” (= keturunan Daud mewakili
Kristus sebagai suatu TYPE kepada / bagi umat Allah jaman dulu) - hal 180.
Calvin: “in the kingdom of Solomon
God had exhibited a type or figure of that everlasting kingdom which was still
to be looked for and expected” (= dalam kerajaan Salomo Allah telah menunjukkan suatu TYPE /
bayangan atau gambaran dari kerajaan kekal itu, yang masih harus dicari dan
diharapkan) - hal 180.
Calvin: “there is the name Myhlx , ELOHIM, which it is
proper to notice. It is no doubt also applied to angels and men, but it cannot
be applied to a mere man without qualification. And, therefore, the
divine majesty of Christ, beyond all question, is expressly denoted here” (= di sana ada nama Myhlx, ELOHIM, yang perlu
diperhatikan. Tidak diragukan bahwa nama ini juga diterapkan kepada
malaikat-malaikat dan orang-orang, tetapi nama itu tidak bisa diterapkan kepada
seorang manusia biasa tanpa pembatasan. Dan karena itu, tanpa keraguan,
keagungan ilahi dari Kristus ditunjukkan secara jelas di sini) - hal 181.
Calvin: “Though
it is said in Ps. 45, ‘O God, thy throne is everlasting and forever and ever’
... , the Jews turned their backs and made the name Elohim fit also the angels
and the highest powers. Yet nowhere in Scripture do we find a like passage,
which raises up an eternal throne for a creature; nor, indeed, is he called
simply ‘God,’ but also the eternal ruler. Furthermore, this title is bestowed
on no one without an addition, as when Moses is said to become ‘as God
to Pharaoh’ (Ex. 7:1)” [= Sekalipun dikatakan dalam Maz 45, ‘Ya
Allah, takhtamu adalah kekal dan selama-lamanya’ ..., orang-orang Yahudi
memalingkan wajah mereka dan membuat nama Elohim cocok juga untuk
malaikat-malaikat dan kuasa-kuasa tertinggi. Tetapi dalam Kitab Suci kita tidak
menemukan suatu text yang serupa, yang membangkitkan suatu takhta yang kekal
untuk seorang makhluk ciptaan; dan juga Ia bukan hanya disebut ‘Allah’ tetapi
juga ‘pemerintah / penguasa yang kekal’. Selanjutnya, gelar ini (gelar
‘Allah’) tidak diberikan kepada siapapun tanpa suatu tambahan,
seperti pada waktu Musa dikatakan menjadi seperti Allah bagi Firaun (Kel 7:1)] - ‘Institutes of the Christian
Religion’, Book I, Chapter XIII, no 9.
Dalam tafsirannya tentang Ibr 1:8, Calvin mengatakan
hal yang serupa.
Calvin: “Nor is there any reason to
object, that the word ELOHIM is sometimes given to angels and judges; for it is
never found to be given simply to one person, except to God alone” (= Tidak ada alasan untuk
keberatan, bahwa kata ELOHIM kadang-kadang diberikan kepada malaikat-malaikat
dan hakim-hakim; karena tidak pernah ditemukan bahwa kata itu diberikan begitu
saja / secara mutlak kepada seseorang, kecuali kepada Allah saja) - hal 45.
Calvin: “Nor is there any reason to
object, that the word ELOHIM is sometimes given to angels and judges; for it is
never found to be given simply to one person, except to God alone” (= Tidak ada alasan untuk
keberatan, bahwa kata ELOHIM kadang-kadang diberikan kepada malaikat-malaikat
dan hakim-hakim; karena tidak pernah ditemukan bahwa kata itu diberikan kepada
satu pribadi, kecuali kepada Allah saja)
- hal 45.
Calvin: “Whosoever will read the
verse, who is of a sound mind and free from the spirit of contention,
cannot doubt but that the Messiah is called God” (= Siapapun yang membaca ayat
itu, yang mempunyai pikiran yang sehat dan bebas dari roh perdebatan /
perbantahan, tidak bisa meragukan bahwa Mesias disebut Allah) - hal 45.
Catatan:
yang disebut ‘the verse’ (= ayat itu), adalah
Maz 45:7.
Berbeda dengan Calvin, maka John Owen, Pulpit Commentary,
dan Albert Barnes menganggap bahwa Maz 45 ini hanya menunjuk kepada
Yesus saja.
Barnes’ Notes: “The remaining opinion,
therefore, is that the psalm had original and exclusive reference to the
Messiah. ... the psalm had original and sole reference to the Messiah” (= Karena itu, pandangan
yang tersisa adalah bahwa mazmur itu mempunyai hubungan orisinil dan eksklusif
dengan sang Mesias. ... Mazmur itu mempunyai hubungan orisinil dan satu-satunya
dengan sang Mesias) - hal 27,28.
Catatan: kata ‘exclusive’ /
eksklusif artinya adalah: sendirian, tanpa disertai yang lain, terpisah dari
yang lain.
Pulpit Commentary:
“To no
one, indeed, but Jesus, can we apply the epithets which are herein used” [= Tidak kepada
seorangpun, kecuali Yesus, kita bisa menerapkan julukan-julukan /
ungkapan-ungkapan / penggambaran-penggambaran yang digunakan di dalam (Mazmur) ini] - hal 354.
Charles Haddon Spurgeon: “Some
here see Solomon and Pharaoh’s daughter only - they are short-sighted; others
see both Solomon and Christ - they are cross-eyed; well-focused spiritual eyes
see here Jesus only” (= Sebagian orang melihat di sini hanya
Salomo dan puteri Firaun - mereka mempunyai pandangan cupet / rabun dekat;
orang-orang lain melihat baik Salomo maupun Kristus - mereka juling; mata
rohani yang terfokus dengan baik, melihat di sini Yesus saja) - ‘The Treasury of David’,
vol I, hal 315.
Argumentasi-argumentasi yang diberikan oleh orang-orang
yang mempercayai bahwa Maz 45 ini hanya menunjuk kepada Yesus saja, adalah
sebagai berikut:
¨
Maz 45 ini
membicarakan seorang raja, dan Yesus memang adalah Raja, sekalipun secara
rohani (Bdk. Yoh 18:36-37).
¨
Maz 45:3 - “Engkau yang terelok di antara anak-anak
manusia, kemurahan tercurah pada bibirmu, sebab itu Allah telah
memberkati engkau untuk selama-lamanya”.
Catatan:
ada yang menterjemahkan kata-kata ‘sebab itu’ sebagai ‘sebab’.
*
Raja itu disebut terelok dari antara anak-anak manusia. Ini tidak boleh
diartikan secara fisik, karena akan bertentangan dengan Yes 53:2
yang mengatakan ‘ia tidak tampan’.
Pulpit Commentary:
“This
kind of beauty - the soul speaking through the countenance - is what we cannot
suppose absent in our Lord Jesus” (= Jenis keelokkan / keindahan ini - jiwa
yang berbicara melalui wajah - adalah apa yang tidak bisa kita anggap tidak ada
dalam Tuhan kita Yesus) - hal 353.
Point ini jelas tidak cocok untuk Ahab ataupun Yoram,
yang adalah raja-raja yang brengsek.
*
Kata ‘kemurahan’ diterjemahkan ‘grace’ (= kasih karunia) oleh KJV/RSV/NIV/NASB. Bdk. Luk 4:22 (‘indah’ seharusnya ‘gracious’ / ‘bersifat kasih karunia’) yang menunjukkan bahwa ini digenapi dalam diri Kristus.
¨
Maz 45:5 - “Dalam semarakmu itu
majulah demi kebenaran, perikemanusiaan dan keadilan! Biarlah tangan
kananmu mengajarkan engkau perbuatan-perbuatan yang dahsyat!”.
Kata ‘perikemanusiaan’ oleh
NIV diterjemahkan ‘humility’ (= kerendahan-hati);
oleh KJV/NASB diterjemahkan ‘meekness’ (= kelemah-lembutan).
Pulpit Commentary:
“‘Meekness’
is about the very last thought associated with earthly kings (but see Matt.
11:29)”
[= ‘Kelemah-lembutan’ adalah pemikiran yang terakhir berhubungan dengan
raja-raja duniawi (tetapi lihat Mat 11:29)]
- hal 355.
Mat 11:29 - “Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah padaKu, karena Aku
lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan”.
Jadi, bagian ini boleh dikatakan tidak cocok dengan raja
manusia manapun, dan hanya cocok untuk Yesus.
¨
Maz 45:5-6 - “(5) Dalam semarakmu itu
majulah demi kebenaran, perikemanusiaan dan keadilan! Biarlah tangan kananmu
mengajarkan engkau perbuatan-perbuatan yang dahsyat! (6) Anak-anak panahmu
tajam, menembus jantung musuh raja; bangsa-bangsa jatuh di bawah kakimu”.
Salomo tidak pernah dikenal sebagai raja yang suka
berperang (bdk. 1Taw 22:9), tetapi Maz 45:5-6 menggambarkannya demikian.
Sebaliknya, Mesias memang dianggap sebagai ‘pahlawan perang’ (tentu saja dalam
arti rohani), yang akan membebaskan Israel / Yehuda (Yer 23:6).
Barnes’ Notes: “It is to be remembered
that the expectation of a Messiah was the peculiar hope of the Jewish people.
He is really the ‘hero’ of the Old Testament” (= Harus diingat bahwa
pengharapan tentang seorang Mesias adalah pengharapan yang khas dari bangsa
Yahudi. Ia betul-betul adalah ‘pahlawan’ dari Perjanjian Lama) - hal 28.
Pulpit Commentary:
“All the
enemies of Messiah shall one day be chastised, and fall before him” (= Semua musuh-musuh dari
Mesias akan dihukum pada satu hari, dan jatuh di hadapanNya) - hal 351.
Ada suatu perubahan yang menyolok tentang penggambaran
raja ini dalam Maz 45:5-6, dan Alexander
MacLaren mengomentari dengan kata-kata sebagai berikut:
“The
scene changes with startling suddenness to the fury of battle. ... Very
striking is this combination of gentleness and warrior strength ... which is
fulfilled in the Lamb of God, who is the Lion of the tribe of Judah” (=
Suasana berubah dengan mendadak menuju kedahsyatan pertempuran. ... Kombinasi
dari kelembutan dan kekuatan pahlawan ini sangat menyolok ... yang digenapi
dalam Anak Domba Allah, yang adalah Singa dari suku Yehuda) - hal 68.
W. S. Plumer mengutip kata-kata Morison sebagai berikut:
“By the two methods of
judgment and mercy the Messiah deals with the children of men: his arrows
either pierce the heart and humble it to receive his great salvation, or they
smite the guilty opposer in the dust, and leave him the instructive monument of
divine wrath” [= Dengan dua metode dari penghakiman dan belas kasihan sang
Mesias menangani anak-anak manusia: anak-anak panahnya menikam jantung / hati
dan merendahkannya untuk menerima keselamatannya yang besar, atau mereka
memukul penentang yang bersalah dalam debu, dan meninggalkannya (sebagai?) monumen pengajaran dari
murka ilahi] - hal 520.
¨
Maz 45:6,18 - “(6) Anak-anak panahmu
tajam, menembus jantung musuh raja; bangsa-bangsa jatuh di bawah kakimu.
... (18) Aku mau memasyhurkan
namamu turun-temurun; sebab itu bangsa-bangsa akan bersyukur kepadamu
untuk seterusnya dan selamanya”.
Bandingkan juga dengan istilah ‘puteri Tirus’ dalam ay 13.
Pulpit Commentary:
“He
should have universal sway, and not over Israel only” (= Ia harus mempunyai
kekuasaan universal, dan bukan hanya atas Israel saja) - hal 355.
Ini lagi-lagi tidak cocok dengan raja-raja Israel /
Yehuda, atau raja manapun, dan hanya cocok untuk Yesus.
¨
Maz 45:7 - “Takhtamu kepunyaan (Ya) Allah, tetap untuk
seterusnya dan selamanya, dan tongkat kerajaanmu adalah tongkat kebenaran”.
Kata-kata ‘Ya Allah’ tidak cocok
baik untuk Salomo maupun untuk Daud atau raja manusia manapun.
W. S. Plumer: “It cannot without violence
be applied to Solomon” [= Ini tidak dapat diterapkan kepada Salomo tanpa melakukan
kekerasan (terhadap
ayat ini)] - hal 516.
Kalaupun kata-kata ‘Ya Allah’
itu mau diterjemahkan seperti NWT / TDB atau seperti terjemahan-terjemahan yang
lain, tetap saja ada kata-kata ‘Takhtamu ... tetap untuk seterusnya dan selama-lamanya’ dalam Maz 45:7 ini, yang tidak cocok baik untuk
Salomo maupun untuk Daud atau raja manusia manapun, dan hanya cocok untuk Yesus
saja.
Pulpit Commentary:
“A
dominion to which there will never be any end. This is never said, and could not be truly said, of any earthly
kingdom. When perpetuity is promised to the throne of David (2Sam
7:13-16; Ps. 89:4,36,37), it is to that throne as continued in the reign of
David’s Son, Messiah” [= Suatu kekuasaan yang tidak pernah ada akhirnya. Ini tidak pernah dikatakan, dan tidak bisa
secara benar dikatakan, tentang kerajaan duniawi manapun. Pada waktu kekekalan
dijanjikan pada takhta dari Daud (2Sam 7:13-16; Maz 89:5,37,38), itu adalah
bagi takhta itu, yang berlanjut dalam pemerintahan dari Anak Daud, Mesias] - hal 351.
Charles Haddon Spurgeon: “To
whom can this be spoken but our Lord? ... His enlightened eye sees in the royal
Husband of the church, God, God to be adored, God reigning, God reigning
everlastingly. ... Blind are the eyes that cannot see God in Christ Jesus” [=
Kepada siapa kata-kata ini bisa diucapkan kecuali kepada Tuhan kita? ... Matanya
(mata si pemazmur) yang
diterangi melihat dalam Suami rajani dari Gereja, Allah, Allah yang bertakhta,
Allah yang bertakhta selama-lamanya. ... Butalah mata yang tidak bisa melihat
Allah dalam Kristus Yesus] - ‘The Treasury of David’, vol I, hal 318.
¨
Maz 45:8 - “Engkau mencintai
keadilan dan membenci kefasikan; sebab itu Allah, Allahmu, telah
mengurapi engkau dengan minyak sebagai tanda kesukaan, melebihi
teman-teman sekutumu”.
*
Ayat
ini menunjukkan bahwa raja itu saleh / suci,
karena dikatakan bahwa ia mencintai keadilan dan membenci kefasikan.
*
Dan kalau tadi raja itu
disebut sebagai ‘Allah’, maka sekarang
dikatakan bahwa ia diurapi oleh Allahnya.
Calvin mengatakan bahwa dalam Maz 45 ini, Kristus
bukan hanya digambarkan sebagai Allah saja, tetapi juga sebagai Allah yang
menjadi manusia (Pengantara), dan karena itu Maz 45:8 (kata-kata ‘Allah, Allahmu telah
mengurapi engkau’) kelihatannya
menunjukkan bahwa Ia lebih rendah dari Allah. Tentu saja kita harus menafsirkan
Ibr 1:9, yang mengutip Maz 45:8 ini, dengan cara yang sama.
Pulpit Commentary:
“He
should be God, and yet be anointed by God. (Vers. 6,7.) How enigmatical before
fulfilment! How fully realized in our Immanuel, in him who is at once God and
man, David’s Son, yet David’s Lord!” [= Ia harus adalah Allah, tetapi diurapi oleh
Allah (ayat 7,8). Alangkah membingungkannya hal itu sebelum hal itu digenapi!
Betapa penuhnya hal itu terwujud dalam Imanuel kita, dalam Dia yang pada saat
yang sama Allah dan manusia, Anak Daud, tetapi juga Tuhan Daud!] - hal 355.
Charles Haddon Spurgeon: “Observe
the indisputable testimony to Messiah’s Deity in verse six, and to his manhood
in the present verse. Of whom could this be written but of Jesus of Nazareth?
Our Christ is our Elohim. Jesus is God with us” [=
Perhatikan kesaksian yang tidak dapat dibantah tentang KeAllahan Mesias dalam
ayat 7, dan tentang kemanusiaannya dalam ayat ini (ay 8). Tentang siapa hal ini bisa ditulis
kecuali tentang Yesus dari Nazaret? Kristus kita adalah Elohim kita. Yesus
adalah Allah dengan / bersama kita] - ‘The Treasury of David’, vol I, hal 318.
*
Juga kata-kata ‘mengurapi engkau dengan
minyak ... melebihi teman-teman sekutumu’ pada ay 8b menunjukkan bahwa raja ini menerima
pengurapan yang lebih tinggi dari teman-teman sekutunya. Hal ini juga
cocok dengan penggenapannya dalam diri Kristus.
Bahwa Kristus memang diurapi terlihat dari nama ‘Mesias’ / ‘Kristus’, yang artinya ‘yang diurapi’, dan juga ayat-ayat di bawah ini:
Þ
Kis 4:27 - “Sebab sesungguhnya telah
berkumpul di dalam kota ini Herodes dan Pontius Pilatus beserta bangsa-bangsa
dan suku-suku bangsa Israel melawan Yesus, HambaMu yang kudus, yang Engkau
urapi”.
Þ
Kis 10:38 - “yaitu tentang Yesus dari
Nazaret: bagaimana Allah mengurapi Dia dengan Roh Kudus dan kuat kuasa,
Dia, yang berjalan berkeliling sambil berbuat baik dan menyembuhkan semua orang
yang dikuasai Iblis, sebab Allah menyertai Dia”.
Þ
Luk 4:18 - “‘Roh Tuhan ada padaKu,
oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada
orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku”.
Dan bahwa Yesus diurapi lebih dari orang-orang
lain / teman-teman sekutuNya, terlihat dari Yoh 3:34 - “Sebab siapa yang diutus
Allah, Dialah yang menyampaikan firman Allah, karena Allah mengaruniakan RohNya
dengan tidak terbatas”.
Ayat ini menunjukkan bahwa tidak ada orang lain yang
mendapat pengurapan Roh Kudus sebanyak yang Yesus terima. Dalam arti yang
sesungguhnya, Yesus adalah satu-satunya orang yang secara mutlak betul-betul
dipenuhi dengan Roh Kudus.
¨
Maz 45:9 - “Segala pakaianmu berbau
mur, gaharu dan cendana; dari istana gading permainan kecapi menyukakan engkau”.
Ini merupakan penggambaran lebih lanjut tentang kata ‘kesukaan’ dalam ay 8nya.
Pulpit Commentary:
“Associated
with his coming would be fragrance, music, and joy (ver. 8, Revised Version).
Surely the gladness and song that gather round this King surpass all other
gladness and all other songs that earth has ever known. No widow’s wail, no
orphan’s sigh, attend on the conquests of this King. He conquers but to save” [= Dihubungkan dengan
kedatangannya adalah bau wangi, musik, dan sukacita (ay 7, Revised Version).
Pasti kegembiraan dan nyanyian yang berkumpul di sekeliling Raja ini melampaui
semua kegembiraan yang lain dan semua nyanyian yang lain yang pernah dikenal
oleh bumi. Tidak ada tangisan janda, tidak ada keluhan / helaan nafas anak
yatim, menyertai penaklukan oleh Raja ini. Ia menaklukkan, tetapi untuk
menyelamatkan] - hal 355.
Pulpit Commentary:
“the
picture is relieved from all terrors and gloom. The King here conquers because
he is also Prophet, and because his cause is the cause of right and truth. His
sword is ‘the Word of God.’ His arrows are the arrows of righteousness. His
victory is the victory of love” (= gambarannya bebas dari semua ketakutan dan kemurungan. Sang
Raja di sini menaklukkan karena ia juga adalah Nabi, dan karena perkaranya
adalah perkara tentang keadilan dan kebenaran. Pedangnya adalah ‘Firman Allah’.
Anak-anak panahnya adalah anak-anak panah kebenaran. Kemenangannya adalah
kemenangan dari kasih) - hal 356.
Lagi-lagi, tak ada raja lain selain Kristus, yang bisa
menaklukkan dan sekaligus memberikan kesukaan!
¨
Maz 45:10 - “di antara mereka yang disayangi
terdapat puteri-puteri raja, di sebelah kananmu berdiri permaisuri
berpakaian emas dari Ofir”.
Tetapi bagaimana dengan Maz 45:10 yang berbicara
tentang ‘permaisuri’ dari raja itu? Bukankah ini lebih cocok menunjuk kepada
seorang raja manusia / Salomo? John Owen mengatakan bahwa tidak mungkin Roh
Kudus merayakan pernikahan Salomo dengan seorang perempuan kafir, mengingat itu
merupakan sesuatu yang dilarang oleh Tuhan [‘Hebrews’, vol 3, hal 179
(footnote)].
Tetapi kalau diterapkan kepada Kristus, bukankah lebih
tidak cocok mengingat Kristus tidak pernah menikah? Jawabnya: secara jasmani,
Kristus memang tidak menikah, tetapi secara rohani ‘gereja’ disebut sebagai ‘mempelai dari Anak Domba’
(bdk. Ef 5:23-32 2Kor 11:2 Wah 21:2,9 Wah 22:17).
Barnes’ Notes: “That queen is the ‘bride
of the Lamb’ - the church” (= Permaisuri / ratu itu adalah ‘mempelai / pengantin dari Anak
Domba’ - Gereja) - hal 28.
¨
Maz 45:11 - “Dengarlah, hai puteri,
lihatlah, dan sendengkanlah telingamu, lupakanlah bangsamu dan seisi
rumah ayahmu!”.
Permaisuri / puteri itu disuruh mendengarkan sang raja,
dan melupakan bangsa dan seisi rumah ayahnya. Ini mungkin sekali bisa
dianalogikan dengan kata-kata Yesus dalam Luk 14:26 - “‘Jikalau seorang datang
kepadaKu dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya,
saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak
dapat menjadi muridKu”.
W. S. Plumer: “It is easy to love the best
earthly and temporal things excessively; but it is impossible to love Christ
too much” (= Adalah mudah untuk mencintai hal-hal duniawi dan sementara
yang terbaik secara berlebihan; tetapi merupakan sesuatu yang mustahil untuk
terlalu mengasihi Kristus) - hal 521.
¨
Maz 45:12 - “Biarlah raja menjadi
gairah karena keelokanmu, sebab dialah tuanmu! Sujudlah kepadanya!”.
KJV: ‘for he is thy Lord; and worship thou
him’ (= karena ia adalah Tuhanmu; dan sembahlah dia).
Dalam ayat ini raja itu disebut sebagai ‘Tuhan’ dari sang Permaisuri, dan Permaisuri itu disuruh sujud
kepada raja itu.
W. S. Plumer: “If Christ is the Husband,
he is also the Lord of his church” (= Jika Kristus adalah Suami, Ia juga adalah
Tuhan dari gereja) - hal 521.
Penyebutan ‘Tuhan’, dan khususnya,
perintah untuk sujud kepada raja dalam Maz 45:12 ini merupakan suatu
argumentasi yang sangat kuat untuk mengatakan bahwa Maz 45 ini berbicara
tentang Kristus, dan bahkan hanya berbicara tentang Kristus. Mengapa?
Karena dalam seluruh Kitab Suci tidak pernah ada perintah untuk menyembah
kepada yang bukan Allah. Kalau yang dibicarakan adalah Salomo / raja
manusia biasa, maka perintah untuk sujud ini merupakan perintah untuk menyembah
Salomo / manusia, dan ini bertentangan dengan seluruh Kitab Suci.
W. S. Plumer: “Christ is to be obeyed and
worshipped. ... Others have had dominion over us; but to Christ only may we
yield implicit and supreme obedience. ... Even in his humiliation Jesus Christ
never refused humble and adoring worship. He receives the worship of angels and
saints in glory, Rev. 5:9-14” (= Kristus harus ditaati dan disembah. ... Orang-orang lain
mempunyai kekuasaan atas kita; tetapi hanya kepada Kristus saja kita boleh
memberikan ketaatan yang penuh dan yang tertinggi. ... Bahkan dalam
perendahanNya, Yesus Kristus tidak pernah menolak penyembahan yang bersifat
rendah hati dan memuja. Ia menerima penyembahan dari malaikat-malaikat dan
orang-orang kudus dalam kemuliaan, Wah 5:9-14) - hal 518.
¨
Maz 45:17 - “Para bapa leluhurmu
hendaknya diganti oleh anak-anakmu nanti; engkau akan mengangkat mereka menjadi
pembesar di seluruh bumi”.
*
Dalam ayat ini dikatakan
bahwa para bapa leluhur (bentuk jamak) dari sang raja akan digantikan
oleh anak-anak dari raja itu.
Keil & Delitzsch:
“Solomon,
however, had a royal father, but not royal fathers” [= Tetapi Salomo mempunyai
seorang bapa yang adalah raja (Daud), tetapi tidak mempunyai bapa-bapa leluhur (jamak) yang adalah raja-raja] - hal 75.
Tetapi Kristus, sebagai manusia, memang mempunyai banyak
nenek moyang yang adalah raja-raja.
*
Dalam ayat ini juga
dikatakan bahwa anak-anak dari raja itu akan menjadi ‘pembesar di seluruh
bumi’. Ini juga tidak cocok bagi
Salomo atau raja duniawi manapun, dan hanya cocok untuk Kristus (bdk.
Ibr 2:10 Wah 5:10).
*
Jangan terlalu merasa aneh
bahwa gereja / orang-orang percaya kadang-kadang disebut sebagai permaisuri /
istri / mempelai dari Kristus, tetapi kadang-kadang disebut sebagai ‘anak’ seperti dalam Maz 45:17 ini, dan juga disebut sebagai ‘teman sekutu’ seperti dalam Maz 45:8b. Memang Kitab Suci memberikan
bermacam-macam gambaran tentang orang percaya dalam hubungannya dengan Kristus.
Sebagai ‘saudara’ (Ro 8:29), sebagai ‘anak’
(Mark 2:5
Mark 10:24
Yoh 13:33), sebagai ‘hamba’ (Yoh 15:20),
sebagai ‘sahabat’ (Yoh 15:14), sebagai ‘mempelai’ (Wah 21:9), dsb.
Jadi, terlihat dengan jelas bahwa banyak dari detail-detail
dari Maz 45 ini yang tidak bisa diterapkan pada seorang manusia biasa. Dan
karena itu saya menyimpulkan bahwa Maz 45 ini hanya menunjuk kepada Kristus
saja, tidak kepada Salomo atau raja duniawi manapun. Sebetulnya dari hal ini
saja, seluruh argumentasi dari Saksi Yehuwa sudah runtuh, karena mereka
mendasarkan argumentasi mereka pada anggapan bahwa Maz 45 ini pada mulanya /
secara orisinil berbicara tentang seorang raja manusia, yaitu Salomo.
b. Peninjauan
dari sudut bahasa versus peninjauan dari sudut artinya.
Ditinjau dari sudut bahasa, terjemahan yang dipilih oleh Saksi-Saksi Yehuwa, yaitu ‘Allah adalah takhtaMu’ atau ‘takhtaMu adalah Allah’,
merupakan sesuatu yang memungkinkan. Tetapi ditinjau dari sudut artinya,
terjemahan itu sangat tidak masuk akal. Mengapa? Karena ‘takhta’ adalah tempat duduk dari seorang raja. Jadi terjemahan
NWT / TDB itu seharusnya mereka artikan bahwa ‘Salomo / Kristus duduk di atas Allah’, yang jelas merupakan sesuatu yang tidak masuk akal.
Karena itu Alexander MacLaren mengatakan bahwa terjemahan
ini: “may
fairly be pronounced impossible” (= bisa dengan adil / wajar dinyatakan
sebagai mustahil) - hal 70.
Barnes’ Notes: “Unitarians proposed to
translate this, ‘God is thy throne;’ but how can God be a throne of a creature?
What is the meaning of such an expression? Where is there one parallel” (= Para Unitarian /
orang-orang yang mempercayai bahwa Allah itu tunggal mutlak mengusulkan untuk
menterjemahkan ini: ‘Allah adalah takhtamu’; tetapi bagaimana Allah bisa
menjadi suatu takhta dari suatu makhluk ciptaan? Apa arti dari ungkapan seperti
itu? Dimana ada satu ungkapan lain yang paralel dengannya?) - hal 1229.
Keil & Delitzsch:
“God is
neither the substance of the throne, nor can the throne itself be regarded as a
representation or figure of God” (= Allah bukan zat dari takhta, juga takhta
itu sendiri tidak bisa dianggap sebagai wakil atau gambar dari Allah) - hal 82.
John Owen mengutip kata-kata Stuart sebagai berikut:
“Where is God ever said to
be the throne of his creature? and what could be the sense of such an
expression?” (= Dimana pernah dikatakan bahwa Allah adalah takhta dari
makhluk ciptaanNya? dan apa yang bisa menjadi arti dari ungkapan seperti itu?) - ‘Hebrews’, vol 3, hal 179 (footnote).
John Owen menambahkan dengan berkata bahwa penterjemahan ‘Your Throne is God’ (= Takhtamu adalah Allah) itu:
“Is contrary to the
universally constant use of the expression in Scripture; for wherever there is
mention of the throne of Christ, somewhat else, and not God, is intended
thereby” (= Bertentangan dengan penggunaan tetap secara universal / tanpa
kecuali dari ungkapan itu dalam Kitab Suci; karena dimanapun disebutkan tentang
takhta Kristus, sesuatu yang lain, dan bukannya Allah, yang dimaksudkan
dengannya) - ‘Hebrews’, vol 3,
hal 182.
Saksi-Saksi Yehuwa berusaha untuk menafsirkan kata-kata itu
sebagai ‘kerajaanMu
didirikan di atas Allah’. Tetapi
kata-kata ‘Allah
adalah takhtamu’ / ‘takhtamu adalah Allah’ itu tidak bisa diartikan demikian, karena kalaupun kata ‘takhta’ diartikan sebagai simbol dari ‘kerajaan’, yang memang memungkinkan, artinya tetap tidak akan menjadi seperti yang mereka
inginkan, tetapi akan menjadi ‘Allah adalah kerajaanmu’ / ‘kerajaanmu adalah Allah’,
dan ini tetap tidak memberikan arti yang masuk akal.
Juga dalam kata-kata mereka sebelumnya, Saksi-Saksi
Yehuwa mengatakan:
“Selaras dengan kenyataan
bahwa Allah ialah ‘takhta,’ atau Sumber dan Pendukung dari
pemerintahan Kristus, Daniel 7:13,14 dan Lukas 1:32 menunjukkan
bahwa Allah menganugerahkan kuasa seperti itu kepadanya” - ‘Bertukar Pikiran Mengenai Ayat-Ayat Alkitab’, hal 410.
Dengan kata-kata ini mereka mau menafsirkan bahwa ‘Allah adalah takhtamu’ artinya adalah ‘Allah adalah sumber dan pendukung dari pemerintahanmu’. Ini lagi-lagi merupakan arti yang dipaksakan, yang sepanjang
dari apa yang saya ketahui, tidak pernah ada dalam Kitab Suci.
Sekarang perhatikan kedua text yang mereka berikan:
·
Dan 7:13-14 - “(13) Aku terus melihat
dalam penglihatan malam itu, tampak datang dengan awan-awan dari langit seorang
seperti anak manusia; datanglah ia kepada Yang Lanjut Usianya itu, dan ia
dibawa ke hadapanNya. (14) Lalu diberikan kepadanya kekuasaan dan kemuliaan dan
kekuasaan sebagai raja, maka orang-orang dari segala bangsa, suku bangsa dan
bahasa mengabdi kepadanya. Kekuasaannya ialah kekuasaan yang kekal, yang tidak
akan lenyap, dan kerajaannya ialah kerajaan yang tidak akan musnah”.
·
Luk 1:32 - “Ia akan menjadi besar dan
akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan
kepadaNya takhta Daud, bapa leluhurNya”.
Kedua text ini hanya menunjukkan bahwa Allah
mengaruniakan kekuasaan kepada Yesus, tetapi sama sekali tidak mendukung
penafsiran mereka bahwa ‘takhta itu adalah Allah’
atau bahwa ‘Allah
adalah takhta’.
c. Dalam
kutipan di atas Saksi-Saksi Yehuwa juga berkata:
“Salomo, yang mungkin
adalah raja yang mula-mula dimaksudkan dalam Mazmur 45 dikatakan duduk ‘di atas
takhta Yehuwa.’ (1Taw. 29:23, NW)” -
‘Bertukar Pikiran Mengenai Ayat-Ayat Alkitab’, hal 410.
Ada 2 hal yang bisa diberikan sebagai jawaban:
·
1Taw 29:23 - “Kemudian duduklah
Salomo sebagai raja menggantikan Daud, ayahnya, di atas takhta yang
ditetapkan TUHAN; ia mendapat kemujuran, sehingga setiap orang Israel
mendengarkan perkataannya”.
1Taw 29:23 ini secara hurufiah terjemahannya adalah:
‘Salomo
duduk pada takhta YAHWEH’. Ini
tentu berbeda dengan kalau dikatakan bahwa ‘Salomo duduk di atas / pada YAHWEH’!
·
Kalau raja dalam
Maz 45 itu hanya menunjuk kepada Kristus, dan tidak menunjuk kepada Salomo,
maka tentu saja penggunaan 1Taw 29:23 ini menjadi tidak relevan.
d. Mengingat
pada apa yang sudah kita pelajari di atas (khususnya point b.), maka saya berpendapat bahwa baik dalam Ibr 1:8 maupun
Maz 45:7, kata ‘Allah’ harus diartikan
sebagai kasus vokatif / bentuk sapaan.
Secara hurufiah, baik
kata ‘ya’ dalam versi Indonesia, maupun kata ‘O’ dalam versi bahasa Inggrisnya, sebetulnya tidak ada.
Tetapi karena kata ‘Allah’ dalam kedua ayat itu
merupakan kasus vokatif / bentuk sapaan, maka ditambahkan kata ‘O’ / ‘Ya’ tersebut. Penambahan
kata itu tidak mengubah arti kalimat, dan tanpa kata itu kalimatnya terasa kaku.
KJV (Psalm 45:6): ‘Thy throne, O
God, is for ever and ever: the sceptre of thy kingdom is a right sceptre’
(= TakhtaMu, ya Allah, untuk selama-lamanya: tongkat kerajaanMu adalah
tongkat yang benar).
Alexander MacLaren: “the
only natural rendering of the received text is that of the Versions, ‘Thy
throne, O God’” (= satu-satunya terjemahan yang wajar
dari text yang diterima adalah terjemahan dari versi-versi: ‘Takhtamu, Ya
Allah’) - hal 69.
Penterjemah / Editor dari Calvin’s Commentary tentang
surat Ibrani (John Owen) mengatakan:
“The Hebrew will admit of no
other construction than that given in our version and by Calvin” (= Bahasa Ibraninya tidak
menerima konstruksi / susunan lain dari pada yang diberikan dalam versi kita
dan oleh Calvin) - hal 45 (footnote).
Beberapa contoh lain dimana kata ‘TUHAN’ atau ‘Allah’ juga digunakan
sebagai sapaan, yaitu:
·
Maz 7:2a,4a - “(2) Ya TUHAN,
Allahku, padaMu aku berlindung; ... (4) Ya TUHAN, Allahku, jika aku
berbuat ini: ...”.
·
Maz 10:12a - “Bangkitlah, TUHAN! Ya
Allah, ulurkanlah tanganMu, ...”.
·
Maz 41:11a - “Tetapi Engkau, ya TUHAN,
kasihanilah aku ...”.
·
Maz 42:2b - “... demikianlah jiwaku
merindukan Engkau, ya Allah”.
Dengan penterjemahan sebagai bentuk sapaan / kasus
vokatif ini, maka jelas bahwa baik Maz 45:7 maupun Ibr 1:8 menunjukkan bahwa
Yesus adalah Allah!
W. S. Plumer: “The true and proper
divinity of Christ is plainly and beyond all question here asserted” (= Keilahian yang benar
dan tepat dari Kristus dinyatakan / ditegaskan dengan jelas dan tanpa keraguan) - hal 516.
e. Sesuaikah
penterjemahan / penafsiran di atas dengan kontext dari Ibr 1:8?
Penterjemahan seperti ini, yang menunjukkan bahwa Yesus
adalah Allah, juga sesuai dengan kontext dari Ibr 1:8 itu, karena dalam
Ibr 1:5-14, penulis surat Ibrani itu berusaha untuk membuktikan / menunjukkan
bahwa Yesus lebih tinggi dari pada malaikat-malaikat, dan dalam pandangan Kitab
Suci / Kristen, yang lebih tinggi dari malaikat-malaikat hanyalah Allah sendiri.
Dari kontext itu, ada ayat-ayat yang harus diperhatikan
secara khusus, yaitu:
·
dalam ay 6 para malaikat
diperintahkan untuk menyembah Yesus.
·
dalam ay 10-12, Yesus:
*
disebut ‘Tuhan’.
*
digambarkan sebagai
pencipta langit dan bumi.
*
dikatakan sebagai kekal dan
tidak berubah.
*
digambarkan sebagai orang
yang akan menghancurkan segala sesuatu.
Semua ini jelas sesuai dengan penyebutan Yesus sebagai
Allah dalam Ibr 1:8 itu.
k) 1Yoh 5:20
- “Akan
tetapi kita tahu, bahwa Anak Allah telah datang dan telah mengaruniakan
pengertian kepada kita, supaya kita mengenal Yang Benar; dan kita ada di
dalam Yang Benar, di dalam AnakNya Yesus Kristus. Dia adalah
Allah yang benar dan hidup yang kekal”.
1. Calvin
mengatakan bahwa para pengikut Arianisme berusaha untuk menerapkan kalimat
terakhir itu kepada Bapa. Tetapi ada 3 alasan yang tidak memungkinkan hal itu:
a. Calvin
dan A. H. Strong mengatakan bahwa sebutan ‘Allah yang benar’, dalam kalimat yang terakhir itu, tidak mungkin menunjuk
kepada Bapa, karena sebelumnya Bapa sudah 2 x disebut dengan istilah ‘Yang benar’. Masakan sekarang disebut lagi dengan istilah ‘Allah yang benar’?
b. Kalimat
terakhir itu diawali dengan kata-kata ‘Dia adalah’. Terjemahan
ini agak kurang tepat, karena kata-kata Yunani yang digunakan adalah HOUTOS
ESTIN, yang artinya adalah ‘This is’ (= Ini adalah).
Kata-kata ini jelas menunjuk kepada ‘orang terakhir’ dari kalimat sebelumnya,
yaitu ‘Yesus
Kristus’.
c. Adanya
sebutan ‘hidup
yang kekal’ pada akhir dari kalimat
terakhir itu. Dalam tulisan-tulisannya,Yohanes memang sangat sering
menghubungkan hidup yang kekal dengan Yesus (bdk. Yoh 3:15,16,36 4:14 6:27,40,47,54,68
10:28 1Yoh 5:11-13).
Jadi, ayat ini secara jelas menunjukkan
bahwa Yesus adalah Allah.
2. Sekarang
mari kita bandingkan dengan terjemahan dari NWT / TDB.
NWT: “his Son Jesus Christ. This is the true God and life
everlasting” (= AnakNya Yesus Kristus. Ini adalah Allah yang benar
dan hidup yang kekal).
TDB: “Tetapi kita tahu bahwa Putra Allah telah datang, dan ia telah
memberi kita kemampuan intelektual agar kita mendapat pengetahuan tentang
pribadi yang benar itu. Dan kita berada dalam persatuan dengan pribadi yang
benar itu, melalui Yesus Kristus, Putranya. Inilah Allah
yang benar dan kehidupan abadi”.
TDB membalik kata-kata ‘Yesus Kristus’ dengan ‘Putranya’, padahal NWT tidak demikian.
Memang TDB diterjemahkan dari NWT, tetapi kadang-kadang terjemahannya berbeda.
Jadi dalam hal ini, saudara bisa menggunakan NWT untuk menghantam diri mereka
sendiri.
Apa tujuannya TDB membalik seperti itu? Saya kira supaya
kata-kata ‘Inilah
Allah yang benar dan kehidupan abadi’
bisa dihubungkan dengan kata ‘nya’ (yang jelas menunjuk kepada Bapa), bukan dengan ‘Yesus Kristus’. Ini
lagi-lagi menunjukkan kekurang-ajaran TDB dalam melakukan penterjemahan.
Bahwa TDB memang membalik, akan saya buktikan dari bahasa
Yunaninya.
e]n tou ui[ou au]tou Ihsou Xristou. ou[toj e]stin o a]lhqinoj qeoj
EN TOU HUIO AUTOU IESOU KHRISTOU. HOUTOS ESTIN HO ALETHINOS THEOS
in the Son of him Jesus Christ. This is the true God
dlm sang Anak Nya Yesus Kristus. Ini adalah sang benar Allah
Terlihat dengan jelas bahwa kata ‘AnakNya’ seharusnya mendahului kata-kata ‘Yesus Kristus’.
Memang sebetulnya urut-urutan kata dalam bahasa Yunani
tidak selalu sama dengan dalam bahasa Inggris atau Bahasa Indonesia. Tetapi
dalam hal ini sama, dan ini akan saya tunjukkan di bawah ini.
a. Kalau
kata ‘Anak’ mendahului ‘Yesus Kristus’, maka
dalam bahasa Yunaninya juga demikian.
1Yoh
5:20 - tou ui[ou au]tou Ihsou Xristou
the Son of him Jesus Christ
sang Anak Nya Yesus Kristus
1Yoh 1:3b - “Dan persekutuan kami adalah persekutuan
dengan Bapa dan dengan AnakNya, Yesus Kristus”.
Yunani: tou ui[ou au]tou Ihsou xristou
The Son of him Jesus Christ
Sang Anak Nya Yesus Kristus
1Yoh 3:23 - “Dan inilah perintahNya itu: supaya kita percaya akan nama Yesus
Kristus, AnakNya, dan supaya kita saling mengasihi sesuai dengan perintah
yang diberikan Kristus kepada kita”. Ini
salah terjemahan.
KJV/RSV/NASB/NWT: ‘his Son Jesus
Christ’ (= AnakNya Yesus Kristus).
NIV: ‘his Son, Jesus Christ’
(= AnakNya, Yesus Kristus).
Yunani: tou ui[ou au]tou Ihsou xristou
The Son of him Jesus Christ
Sang Anak Nya Yesus Kristus
1Kor 1:9 - “Allah, yang memanggil kamu kepada persekutuan
dengan AnakNya Yesus Kristus, Tuhan kita, adalah setia”.
Yunani: tou ui[ou au]tou Ihsou xristou
The Son of him Jesus Christ
Sang Anak Nya Yesus Kristus
b. Kalau
‘Yesus
Kristus’ mendahului ‘Anak’, maka dalam bahasa Yunaninya juga demikian.
2Yoh 3 - “Kasih karunia, rahmat dan damai sejahtera dari Allah Bapa, dan
dari Yesus Kristus, Anak Bapa, akan menyertai kita dalam kebenaran dan
kasih”.
Yunani: Ihsou xristou tou ui[ou tou patroj
Jesus Christ the Son of the Father
Yesus Kristus sang Anak dari sang Bapa
Mark 1:1 - “Inilah permulaan Injil tentang Yesus Kristus, Anak Allah”.
Yunani: Ihsou Xristou ui[ou Qeou
Jesus Christ Son of God
Yesus Kristus Anak Allah
Catatan:
dalam banyak manuscripts, kata-kata ‘Anak Allah’ di sini
tidak ada.
l) Wah 1:8 -
“‘Aku
adalah Alfa dan Omega, firman Tuhan Allah, yang ada dan yang sudah ada
dan yang akan datang, Yang Mahakuasa.’”.
Saksi-Saksi Yehuwa mengatakan
bahwa yang dibicarakan dalam Wah 1:8 ini bukan Yesus tetapi Yehuwa
(‘Bertukar Pikiran Mengenai Ayat-Ayat Alkitab’, hal 400-401). Dan TDB
menterjemahkan kata-kata ‘Tuhan Allah’ dalam Wah 1:8 itu dengan istilah ‘Allah Yehuwa’.
TDB: “‘Aku adalah Alfa dan Omega,’ kata Allah Yehuwa, ‘Pribadi
yang sekarang ada dan yang dahulu ada dan yang akan datang, Yang Mahakuasa”.
Jawaban saya:
1. Dari
mana muncul kata ‘Yehuwa’ itu? Ini
terjemahan yang kurang ajar! Kata ‘Yehuwa’ itu tidak pernah ada dalam bahasa asli (Yunani) dari
Wah 1:8 itu, dan bahkan nama ‘Yehuwa’ / ‘YAHWEH’ tidak pernah muncul dalam seluruh bahasa asli / Yunani dari
Perjanjian Baru.
Walter Martin: “It can be shown from
literally thousands of copies of the Greek New Testament that not once does the
tetragrammaton appear, not even in Matthew, possibly written in Hebrew or
Aramaic originally, and therefore more prone than all the rest to have traces of
the divine name in it, yet it does not! Beyond this, the roll of papyrus (LXX)
which contains the latter part of Deuteronomy and the divine name only proves
that one copy did have the divine name (YHWH), whereas all other existing
copies use kyrios and theos, which the Witnesses claim are
‘substitutes.’ ... the Septuagint with minor exceptions always uses kyrios and theos in place of the tetragrammaton, and the New Testament
never uses it at all” [= Bisa ditunjukkan dari ribuan naskah dari Perjanjian Baru berbahasa
Yunani bahwa tidak sekalipun tetragrammaton (= 4 huruf / YHWH) muncul, bahkan
tidak dalam Matius, yang naskah aslinya mungkin ditulis dalam bahasa Ibrani
atau Aram, dan karena itu lebih condong daripada semua sisanya untuk mempunyai
jejak dari nama ilahi di dalamnya, tetapi ternyata tidak ada! Di luar ini,
gulungan papirus (LXX) yang mempunyai bagian terakhir dari kitab Ulangan dan
nama ilahi itu hanya membuktikan bahwa satu copy / naskah memang mempunyai nama
ilahi (YHWH), sedangkan semua naskah lain yang ada menggunakan KURIOS dan
THEOS, yang oleh Saksi-Saksi Yehuwa diclaim sebagai
‘pengganti-pengganti’. ... Septuaginta dengan perkecualian yang sangat sedikit
selalu menggunakan KURIOS dan THEOS di tempat dari tetragrammaton, dan
Perjanjian Baru tidak pernah menggunakannya sama sekali] - ‘The Kingdom of the Cults’, hal 74.
Catatan:
di sini saya hanya membahas sepintas lalu tentang nama YHWH; nanti di bagian
akhir dari seluruh seri-seri pelajaran Saksi Yehuwa ini, saya akan membahasnya
secara terperinci.
2. Siapa
yang berbicara dalam Wah 1:8?
Untuk bisa tahu dengan jelas siapa yang dibicarakan dalam
Wah 1:8 ini, mari kita membaca lagi bagian itu mulai dari ay 7nya.
Wah 1:7-8 - “(7) Lihatlah, Ia datang dengan
awan-awan dan setiap mata akan melihat Dia, juga mereka yang telah menikam Dia.
Dan semua bangsa di bumi akan meratapi Dia. Ya, amin. (8) ‘Aku adalah Alfa dan
Omega, firman Tuhan Allah, yang ada dan yang sudah ada dan yang akan
datang, Yang Mahakuasa.’”.
Wah 1:7nya jelas menunjuk kepada Yesus, dan ini
diakui oleh Saksi-Saksi Yehuwa (lihat buku ‘Bertukar Pikiran Mengenai Ayat-Ayat
Alkitab’, hal 184.
Juga kalau kita membaca kontext setelah Wah 1:8 itu,
yaitu Wah 1:9-dst, maka kita melihat bahwa di sana rasul Yohanes mendapat
penglihatan tentang Yesus.
Kalau yang dibicarakan dalam Wah 1:7nya adalah
Yesus, dan Wah 1:9-dst juga membicarakan tentang Yesus, maka yang
berbicara dalam Wah 1:8nya pasti juga Yesus.
William Hendriksen:
“That
this glorious title refers to Christ should not be open to doubt. Both the
immediately preceding and the immediately succeeding context have reference to
Christ (see verses 7,13)” [= Bahwa gelar yang mulia ini menunjuk kepada Kristus tidak
boleh terbuka terhadap keraguan. Baik kontext yang persis mendahuluinya maupun
kontext yang persis sesudahnya mempunyai hubungan dengan Kristus (lihat
ayat-ayat 7,13)] - ‘More Than
Conquerors’, hal 54.
3. Dalam
Wah 1:8 ini dikatakan bahwa yang berfirman adalah ‘Tuhan Allah’. Jadi jelaslah bahwa Yesus disebut dengan istilah ‘Tuhan Allah’. Dan kata ‘Allah’ dalam bahasa
Yunaninya adalah HO THEOS (= ‘the God’).
Kesimpulan dari 12 ayat yang secara explicit atau jelas
menyatakan Yesus sebagai Allah:
Dengan cara seperti ini, kalau ada orang yang mau
melakukannya, ia mungkin bahkan bisa menyangkal keilahian Bapa / YAHWEH.
email
us at : gkri_exodus@lycos.com