Bagaimana menaklukkan dan
membongkar fitnah/dusta/kepalsuan
Saksi-saksi palsu Yehuwa?
oleh : Pdt. Budi Asali M.Div.
4) Ayat-ayat dimana Yesus menyebut diriNya ‘I am’ / ‘Aku adalah’.
a) Ada
2 kelompok ayat dalam Injil Yohanes dimana Yesus menyebut diriNya dengan
sebutan ‘I am’ (= Aku adalah), yaitu:
Kelompok pertama:
Seri 7 ‘I am’ (= Aku adalah) yang diucapkan oleh Yesus dalam Injil Yohanes. Dalam
seri 7 ‘I am’ ini kata-kata ‘I am’ diikuti dengan
suatu penggambaran tentang Yesus, misalnya sebagai ‘roti hidup’, ‘terang dunia’, dsb. Seri 7 ‘I am’ itu adalah:
1. Yoh 6:35a -
“Kata Yesus kepada mereka: ‘Akulah roti hidup”.
Dalam terjemahan bahasa Inggris pernyataan Yesus ini berbunyi:
‘I am the bread of life’ (= Aku adalah roti hidup).
2. Yoh
8:12 - ‘I am the light of the world’ (= Aku adalah terang dunia).
3. Yoh
10:7,9 - ‘I am the door’ (= Aku adalah pintu).
4. Yoh 10:11,14
- ‘I am the good shepherd’ (= Aku adalah gembala yang baik).
5. Yoh 11:25
- ‘I am the resurrection and the
life’ (= Aku adalah
kebangkitan dan hidup).
6. Yoh 14:6
- ‘I am the way, the truth and the
life’ (= Aku adalah
jalan, kebenaran dan hidup).
7. Yoh 15:1,5
- ‘I am the true vine’ (= Aku adalah pokok anggur yang benar).
Kelompok kedua:
Dalam kelompok kedua ini Yesus menggunakan kata-kata ‘I am’ (= Aku adalah), tanpa
diikuti oleh penggambaran apapun untuk diriNya sendiri. Ayat-ayatnya adalah
sebagai berikut:
1. Yoh 8:24,28
- “(24) Karena itu tadi Aku berkata kepadamu, bahwa kamu akan mati
dalam dosamu; sebab jikalau kamu tidak percaya, bahwa Akulah Dia, kamu
akan mati dalam dosamu.’ ... (28) Maka kata Yesus: ‘Apabila kamu telah
meninggikan Anak Manusia, barulah kamu tahu, bahwa Akulah Dia, dan bahwa
Aku tidak berbuat apa-apa dari diriKu sendiri, tetapi Aku berbicara tentang
hal-hal, sebagaimana diajarkan Bapa kepadaKu”.
2. Yoh 8:58
- “Kata Yesus kepada mereka: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya
sebelum Abraham jadi, Aku telah ada.’”.
3. Yoh 13:19
- “Aku mengatakannya kepadamu sekarang juga sebelum hal itu
terjadi, supaya jika hal itu terjadi, kamu percaya, bahwa Akulah Dia”.
4. Yoh 18:5-6,8
- “(5) Jawab mereka: ‘Yesus dari Nazaret.’ KataNya kepada mereka:
‘Akulah Dia.’ Yudas yang mengkhianati Dia berdiri juga di situ
bersama-sama mereka. (6) Ketika Ia berkata kepada mereka: ‘Akulah Dia,’
mundurlah mereka dan jatuh ke tanah. ... (8) Jawab Yesus: ‘Telah Kukatakan
kepadamu, Akulah Dia. Jika Aku yang kamu cari, biarkanlah mereka ini pergi.’”.
Catatan:
ˇ
Terjemahan hurufiah dari
semua bagian yang saya garis-bawahi itu adalah ‘I am’ (= Aku adalah), dan kata-kata ‘I am’ (= Aku adalah) dalam kedua kelompok ayat di atas ini, diterjemahkan
dari kata-kata bahasa Yunani EGO EIMI (= I am / Aku adalah).
ˇ
Sebetulnya ada satu text
lagi yaitu Yoh 4:25-26 - “(25) Jawab perempuan itu
kepadaNya: ‘Aku tahu, bahwa Mesias akan datang, yang disebut juga Kristus;
apabila Ia datang, Ia akan memberitakan segala sesuatu kepada kami.’ (26) Kata
Yesus kepadanya: ‘Akulah Dia, yang sedang berkata-kata dengan engkau.’”.
Tetapi dilihat dari kontextnya, kata-kata ‘I am’ (= Aku adalah) di sini
hanya merupakan pengakuan bahwa Yesus adalah Mesias.
b) Hubungan
ayat-ayat yang menggunakan EGO EIMI ini dengan Kel 3:14-15.
Apa hubungannya kata-kata yang menggunakan ‘I am’ (= Aku adalah) dalam
Injil Yohanes ini dengan keilahian Kristus? Kata-kata ‘I am’ ini
oleh banyak penafsir dihubungkan dengan kata-kata Allah / YAHWEH kepada Musa
dalam Kel 3:14-15 - “(14) Firman Allah kepada
Musa: ‘AKU ADALAH AKU.’ Lagi firmanNya: ‘Beginilah kaukatakan kepada
orang Israel itu: AKULAH AKU telah mengutus aku kepadamu.’ (15)
Selanjutnya berfirmanlah Allah kepada Musa: ‘Beginilah kaukatakan kepada orang
Israel: TUHAN, Allah nenek moyangmu, Allah Abraham, Allah Ishak dan
Allah Yakub, telah mengutus aku kepadamu: itulah namaKu untuk selama-lamanya
dan itulah sebutanKu turun-temurun”.
Ada beberapa hal yang perlu disoroti dari text ini:
1. Kel 3:14-15 menjelaskan tentang
nama Allah.
Kata-kata Allah dalam
Kel 3:14-15 diucapkan sebagai jawaban terhadap pertanyaan Musa tentang
nama Allah dalam Kel 3:13 - “Lalu Musa berkata kepada Allah: ‘Tetapi apabila aku mendapatkan orang
Israel dan berkata kepada mereka: Allah nenek moyangmu telah mengutus aku kepadamu,
dan mereka bertanya kepadaku: bagaimana tentang namaNya? - apakah yang
harus kujawab kepada mereka?’”.
2. ‘I
am’
atau ‘I will be’?
Terjemahan
dari Kitab Suci Indonesia - ‘Aku adalah Aku’ - sebetulnya tidak tepat.
Dalam bahasa Ibrani
kata-kata yang digunakan adalah: EHYEH ASYER EHYEH.
ˇ
Kata EHYEH merupakan suatu kata
kerja dalam bentuk yang akan datang (future tense), dan sebetulnya
berarti ‘I will be’ (= Aku akan jadi / menjadi).
ˇ
Kata ASYER berarti ‘who’ / ‘whom’ / ‘which’ / ‘that’ (= yang).
ˇ
Jadi EHYEH
ASYER EHYEH berarti ‘I will be that I will be’ (= Aku akan jadi yang Aku akan jadi).
ˇ
Tetapi kebanyakan Kitab Suci bahasa Inggris menterjemahkan bukan dengan
menggunakan bentuk yang akan datang tetapi menggunakan bentuk present:
KJV/ASV/RSV/NIV/NASB: ‘I am who / that I am’
(= Aku adalah yang Aku adalah).
Footnote RSV/NIV: ‘I will be what I will be’ (= Aku akan jadi yang Aku akan jadi).
Calvin: “The verb in the Hebrew is in the future tense, ‘I will be what I will
be;’ but it is of the same force as the present, except that it designates the
perpetual duration of time” (= Kata kerjanya dalam bahasa Ibrani ada dalam bentuk yang akan datang,
‘Aku akan jadi yang Aku akan jadi’; tetapi itu mempunyai kekuatan yang sama
seperti bentuk presentnya, kecuali bahwa itu menunjukkan
jangka waktu yang terus menerus / kekal) - hal 73.
Pulpit Commentary menganggap (hal 57) bahwa ‘I
am who I am’ adalah terjemahan yang terbaik.
Robert M. Bowman Jr. (‘Jehovah’s Witnesses, Jesus Christ, and the Gospel of John’, hal 122), mengatakan bahwa Saksi-Saksi Yehuwa menggunakan
terjemahan hurufiah ‘I will be’ (= Aku akan jadi) itu, untuk menentang adanya hubungan antara Yoh 8:58 dengan
Kel 3:14. Mereka mengatakan bahwa dalam Kel 3:14 kata-kata yang digunakan
adalah ‘I will be’,
bukan ‘I am’.
Sedangkan dalam Yoh 8:58 kata-kata yang digunakan adalah ‘I am’.
Saksi-Saksi Yehuwa mengatakan: “Kebanyakan penerjemah modern mengikuti Rashi (komentator
Alkitab dan Talmud berkebangsaan Perancis) dalam menerjemahkan (Keluaran 3:14) ‘Aku
akan menjadi apa yang Aku akan menjadi.’ Pernyataan dalam Yohanes 8:58 jauh berbeda dari yang digunakan
dalam Keluaran 3:14.” - ‘Haruskah Anda Percaya Kepada Tritunggal?’, hal 27.
NWT: ‘I shall prove to be what
I shall prove to be’ (= Aku akan buktikan
menjadi apa yang Aku akan buktikan menjadi).
Catatan: entah dari mana
gerangan munculnya kata ‘prove’ itu.
TDB: ‘Aku akan
menjadi apapun yang aku inginkan’.
Entah dari mana TDB bisa mendapatkan terjemahan seperti ini,
yang jelas tidak sama dengan NWT.
Tanggapan saya:
a. Lagi-lagi
Saksi-Saksi (Palsu) Yehuwa ini berdusta dengan mengatakan ‘kebanyakan penerjemah modern’! KJV/ASV/RSV/NIV/NASB/NKJV/NRSV:
‘I am who / that I am’ (= Aku adalah
yang Aku adalah). Demikian juga dengan Good News Bible. Sedangkan
Living Bible,
untuk Kel 3:14a menterjemahkan ‘The Sovereign
God’ (= Allah yang berdaulat), tetapi
untuk Kel 3:14b menterjemahkan ‘I am’ (= Aku adalah).
Jadi terlihat bahwa kebanyakan penterjemah justru menterjemahkan ke dalam present tense
dan bukannya ke dalam future
tense. Disamping itu, berapapun banyaknya penterjemah Alkitab
yang menterjemahkan seperti mereka, tidak menjamin bahwa itu adalah terjemahan
yang benar.
b. Allah
itu ada di atas waktu (Maz 90:4
2Pet 3:8), dan karena itu bagi Dia ‘I
am’ dan ‘I
will be’ adalah sama.
ˇ
Maz 90:4 - “Sebab di mataMu seribu tahun sama
seperti hari kemarin, apabila berlalu, atau seperti suatu giliran jaga di waktu
malam”.
ˇ
2Pet 3:8 - “Akan tetapi, saudara-saudaraku yang
kekasih, yang satu ini tidak boleh kamu lupakan, yaitu, bahwa di hadapan Tuhan
satu hari sama seperti seribu tahun dan seribu tahun sama seperti satu hari”.
Matthew Poole: “all times are alike to God, and all are present to
him; and therefore what is here, ‘I shall be,’ is rendered, ‘I am,’ by Christ,
John 8:58. See Psal. 90:4; 2Pet 3:8” (= semua waktu adalah sama bagi
Allah, dan semua adalah masa sekarang bagi Dia; dan karena itu apa yang di sini
‘Aku akan jadi’, diterjemahkan ‘Aku ada / adalah’ oleh Kristus, Yoh 8:58. Lihat
Maz 90:4; 2Pet 3:8) - hal 122.
c. Bandingkan dengan
Wah 1:4.
Dalam Wah 1:4, Allah digambarkan dengan kata-kata bentuk lampau,
sekarang / present, maupun akan datang.
Wah 1:4 - “Dari Yohanes kepada ketujuh jemaat yang di Asia Kecil: Kasih karunia
dan damai sejahtera menyertai kamu, dari Dia, yang ada dan yang sudah ada
dan yang akan datang, dan dari ketujuh roh yang ada di hadapan takhtaNya”. Bdk. Wah 1:8 4:8.
KJV: ‘which is, and which was, and which is to come’ (= yang ada, dan yang sudah ada, dan yang akan
datang).
Kata-kata ‘yang ada’ bahasa Yunaninya adalah HO ON.
Kata-kata ‘yang sudah ada’ bahasa Yunaninya adalah HO EN.
Kata-kata ‘yang akan datang’ bahasa Yunaninya adalah HO ERKHOMENOS.
Ada beberapa hal yang perlu diketahui tentang
bagian ini:
ˇ
Bagian ini
sebetulnya sangat sukar untuk diterjemahkan.
Homer Hailey: “Pieters translates it,
‘The Being, the Was, the Coming’ (ibid.), while Lenski would have it ‘The Being
One and the Was One and the Coming One.’ The definite article (HO) precedes
each of the nouns, ‘the was, the is, the is to come.’” [= Pieters menterjemahkannya, ‘The Being, the Was, the Coming’ (ibid.), sementara Lenski menghendakinya ‘The Being One and the Was One
and the Coming One’. Kata sandang tertentu
(HO) mendahului setiap kata benda, ‘the was, the is, the is to come’] - ‘Revelation’, hal 98.
George Eldon Ladd:
“a phrase
impossible to translate into idiomatic, equivalent English” (= suatu ungkapan yang tidak mungkin diterjemahkan ke dalam
ungkapan Inggris yang sama artinya) - ‘Revelation’, hal 24.
ˇ
dalam bagian ini rasul
Yohanes secara sengaja melanggar peraturan / hukum bahasa Yunani.
William Barclay: “But to get the full
meaning of this we must look at it in the Greek, for John bursts the bonds of
grammar to show his reverence for God. We translate the first phrase ‘from him
who is’; but that is not what the Greek says. A Greek noun is in the nominative
case when it is the subject of a sentence, but, when it is governed by a
preposition it changes its case and its form. It is so in English. ‘He’ is the
subject of a sentence; ‘him’ is the object. When John says that the blessing
comes ‘from him who is’ he should have put ‘him who is’ in the genitive case after
the preposition; but quite ungrammatically he leaves it in the nominative. It
is as if we said in English ‘from he who is’, refusing to change ‘he’ into
‘him’. John has such an immense reverence for God that he refuses to alter the
form of his name even when the rules of grammar demand it” [= Tetapi untuk
mendapatkan arti yang sepenuhnya dari hal ini kita harus melihatnya dalam
bahasa Yunani, karena Yohanes meledakkan ikatan tata bahasa untuk menunjukkan
hormatnya kepada Allah. Kita menterjemahkan ungkapan pertama ‘from him who
is’ / ‘dari Dia yang adalah’; tetapi itu bukanlah apa
yang dikatakan dalam bahasa Yunaninya. Suatu kata benda dalam bahasa Yunani ada
dalam kasus nominatif bila kata itu merupakan subyek dari kalimat, tetapi bila
kata itu didahului oleh suatu kata depan / kata perangkai maka kata itu berubah
dalam kasus maupun bentuknya. Begitu juga dalam bahasa Inggris. ‘He’
adalah subyek dari suatu kalimat; ‘him’ adalah obyek. Pada waktu Yohanes
berkata bahwa berkat datang ‘from him who is’ ia seharusnya meletakkan ‘him
who is’ dalam kasus genitif setelah kata depan / kata perangkai; tetapi
bertentangan dengan hukum tata bahasa ia membiarkannya dalam kasus nominatif.
Itu seperti kalau dalam bahasa Inggris kita berkata ‘from he who is’,
menolak mengubah ‘he’ menjadi ‘him’. Yohanes mempunyai hormat
yang begitu besar untuk Allah, sehingga ia menolak untuk mengubah bentuk dari
namaNya bahkan pada waktu hukum tata bahasa menuntut hal itu] - hal 30.
A. T. Robertson mengatakan bahwa Yohanes melakukan hal
ini secara sengaja untuk:
“call
attention to the eternity and unchangeableness of God. Used of God in Ex. 3:14” (=
meminta perhatian pada kekekalan dan ketidak-bisa-berubahan dari Allah.
Digunakan tentang Allah dalam Kel 3:14) - ‘Word Pictures in the New Testament’, vol 6, hal 285.
William Barclay: “John is not finished with
his amazing use of language. The second phrase is ‘from him who was’.
Literally, John says ‘from the he was’. The point is that ‘who was’ would be in
Greek a participle. The odd thing is that the verb EIMI (to be) has no past
participle. Instead there is used the participle GENOMENOS from the verb
GIGNOMAI, which means not only ‘to be’ but also ‘to become’. ‘Becoming’ implies
change and John utterly refuses to apply any word to God that will imply any
change; and so he uses a Greek phrase that is grammatically impossible and that
no one ever used before” [= Yohanes belum selesai dengan penggunaaan bahasanya yang
mengherankan. Ungkapan kedua adalah ‘from him who was’. Secara hurufiah
Yohanes berkata ‘from the he was’. Persoalannya adalah bahwa dalam
bahasa Yunani ‘who was’ adalah suatu participle. Hal yang aneh
adalah bahwa kata kerja EIMI (to be / adalah) tidak mempunyai participle
dalam bentuk lampau. Sebagai gantinya digunakan participle GENOMENOS (yang
berasal)
dari kata kerja GIGNOMAI, yang bukan hanya berarti ‘to be’ / ‘adalah’
tetapi juga ‘to become’ / ‘menjadi’. ‘Becoming’ / ‘menjadi’
menunjukkan suatu perubahan dan Yohanes menolak sama sekali untuk menggunakan
suatu kata bagi Allah yang menunjukkan suatu perubahan; dan ia lalu menggunakan
suatu ungkapan bahasa Yunani yang secara tata bahasa adalah tidak mungkin dan
yang tidak pernah digunakan oleh siapapun sebelumnya] - hal 30.
ˇ
Istilah dalam Wah 1:4
ini juga dianggap berasal dari Kel 3:14-15 dan menunjukkan
ketidak-berubahan Allah, kekekalan Allah, dan keberadaan Allah yang melampaui
waktu.
Beasley-Murray (hal 54) mengatakan bahwa Kel 3:14 - ‘I am who I am’ (= Aku
adalah yang Aku adalah), dalam
Septuaginta diterjemahkan ‘I am he who is’ (= Aku adalah Dia yang ada sekarang), dan dalam Jerusalem Targum diperpanjang menjadi ‘I am he who is and who will be’ (= Aku adalah Dia yang ada sekarang dan yang akan ada), dan bahkan dalam salah satu komentarnya diperpanjang
lagi menjadi ‘I am he who is, and who
was, and I am who will be’ (= Aku adalah Dia yang ada
sekarang, dan yang ada dulu, dan Aku adalah yang akan ada).
George Eldon Ladd:
“it is an
allusion to the Greek form of Exod. 3:14. The full phrase denotes the eternity
of the God who also acts on the scene of human history” (= ini merupakan suatu hubungan tidak langsung dengan bentuk
Yunani dari Kel 3:14. Ungkapan yang penuh menunjukkan kekekalan Allah yang juga
bertindak dalam kancah sejarah manusia)
- ‘Revelation’, hal 24.
Robert H. Mounce (NICNT): “This paraphrase of the divine name stems from Exodus 3:14-15
and calls attention to the fact that all time is embraced within God’s eternal
presence” (= Pernyataan dengan kata-kata lain tentang nama ilahi ini
berasal dari Kel 3:14-15 dan meminta perhatian pada fakta bahwa seluruh waktu
dicakup dalam kehadiran kekal dari Allah)
- hal 68.
William Hendriksen:
“It very
beautifully indicates the unchangeable God of the covenant (cf. Ex. 3:14 ff.)” [= Ini secara indah menunjukkan Allah perjanjian yang tidak
bisa berubah (bdk. Kel 3:14-dst)] - ‘More Than
Conquerors’, hal 53.
Adam Clarke: “This phraseology is purely
Jewish, and probably taken from the Tetragrammaton, hvhy YEHOVAH; which is supposed
to include in itself all time, past, present, and future. But they often use
the phrase of which the o[
wn, kai o[ hn, kai o[ erxomenoj, of the apostle, is a literal translation” [= Pengungkapan ini murni bersifat Yahudi, dan mungkin diambil
dari Tetragrammaton, hvhy YEHOVAH; yang
dianggap mencakup dalam dirinya sendiri semua waktu, lampau, sekarang, dan yang
akan datang. Tetapi mereka (orang-orang Yahudi) sering menggunakan
ungkapan dari mana kata-kata o[ wn, kai o[ hn, kai o[ erxomenoj (HO
ON, KAI HO EN, KAI HO ERKHOMENOS = yang ada, dan yang sudah ada, dan
yang akan datang), dari sang rasul, merupakan terjemahan hurufiah) - hal 970.
Clarke lalu memberikan banyak contoh yang menunjukkan
bahwa orang-orang Yahudi / rabi-rabi Yahudi menggunakan ungkapan dari rasul
Yohanes dalam Wah 1:4 ini.
Barnes’ Notes: “From him who is
everlasting - embracing all duration, past, present, and to come. No expression
could more strikingly denote eternity than this. He now exists; he has existed
in the past; he will exist in the future. There is an evident allusion here to
the name Jehovah, the name by
which the true God is appropriately designated in the Scriptures. That name -
YEHOVAH from HAYAH ‘to be’, ‘to exist’ - seems to have been adopted because it
denotes ‘existence’, or ‘being’, and as denoting simply one who ‘exists’; and
has reference merely to the fact of existence. The word has no variation of
form, and has no reference to time, and would embrace all time: that is, it is
as true at one time as another that he exists. Such a word would not be
inappropriately paraphrased by the phrase ‘who is, and who was, and who is to
come,’ or who is to be; and there can be no doubt that John referred to him
here as being himself the eternal and uncreated existence, and as the great and
original fountain of all being” [= Dari Dia
yang adalah kekal - mencakup semua waktu, lampau, sekarang, dan akan datang.
Tidak ada ungkapan bisa dengan lebih menyolok menunjukkan kekekalan dari pada
ini. Ia sekarang ada; Ia telah ada pada masa lampau; Ia akan ada pada masa yang
akan datang. Ada hubungan tidak langsung di sini dengan nama JEHOVAH, nama
dengan mana Allah yang benar secara tepat ditunjukkan / dinamakan dalam Kitab
Suci. Nama itu - hvAhoy. (YEHOVAH) dari hyAhA (HAYAH) (yang
berarti) ‘ada’, ‘berada’ - kelihatannya telah diadopsi
karena itu menunjukkan ‘keberadaan’ (‘existence’ atau ‘being’), dan sebagai menunjukkan
secara sederhana seseorang yang ‘ada’; dan mempunyai hubungan hanya dengan
fakta dari keberadaan. Kata itu tidak mempunyai variasi bentuk, dan tidak
mempunyai hubungan dengan waktu, dan mencakup seluruh waktu: yaitu, adalah sama
benarnya pada satu saat seperti pada saat lain bahwa Ia ada. Kata seperti itu
secara tepat dikatakan dengan kata-kata lain oleh ungkapan ‘yang ada, yang
sudah ada, dan yang akan datang’, atau yang akan ada; dan tidak ada keraguan
bahwa Yohanes di sini menunjuk kepada Dia sebagai kekal dan keberadaanNya tidak
diciptakan, dan sebagai sumber yang besar dan orisinil dari semua makhluk] - hal 1543.
ˇ
Tetapi bukankah Allah dianggap
sebagai ‘The eternal I am’ (= ‘Aku adalah’ yang kekal)?
Bukankah bagi Dia selalu berlaku ‘I am’, dan tidak
pernah ‘I was’ ataupun ‘I will be’? Bdk. Yoh
8:58 Kol 1:17.
Jadi, bukankah pada masa lampau maupun masa yang akan
datang, untuk Allah / Yesus seharusnya tetap digunakan ‘I am’? Tetapi
mengapa dalam Wah 1:4 ini tidak demikian?
Herman Hoeksema menjawab dengan kata-kata sebagai
berikut:
“But this eternal God,
Whose Being cannot be measured or limited by time, revealed Himself in time. To
this revelation of Himself in time refer the other two expressions, ‘who was’
and ‘who is to come’” (= Tetapi Allah yang kekal ini, yang diri / keberadaanNya tidak
bisa diukur dengan waktu, menyatakan diriNya sendiri dalam waktu. Kedua
ungkapan yang lain, ‘who was’ dan ‘who is to come’ menunjuk pada
wahyu tentang diriNya sendiri dalam waktu ini) - hal 18.
Dengan kata lain, Allah melakukan ini untuk menyesuaikan
dengan kapasitas otak kita. Bandingkan ini dengan bahasa Anthropomorphisme
dalam Alkitab, yang menggambarkan Allah seakan-akan Ia berbentuk manusia.
Misalnya Amsal 15:3 berbicara tentang ‘mata Allah’ dan Yes 59:1 berbicara tentang ‘tangan Allah’, padahal
Allah adalah Roh (Yoh 4:24) sehingga tentunya tidak mempunyai mata ataupun
tangan. Ini juga dilakukan untuk menyesuaikan dengan kapasitas otak kita.
Kesimpulan: bagi Allah, yang kekal, tak berubah, dan
berada di atas waktu / tak terbatas oleh waktu, ‘I will be’ dan ‘I am’ adalah sama.
d. LXX / Septuaginta menterjemahkan
kata EHYEH yang pertama dalam Kel 3:14 sebagai EGO EIMI (= ‘I am’).
Walter Martin: “The Septuagint translation
of Exodus 3:14 from the Hebrew EHYEH utilizes EGO EIMI as the equivalent of ‘I
am,’” [= Terjemahan Septuaginta
dari Keluaran 3:14 dari kata Ibrani EHYEH menggunakan EGO EIMI sebagai kata
yang sama artinya dari ‘Aku adalah’] - ‘The Kingdom of
the Cults’, hal 89.
Kel 3:14 - EHYEH ASYER EHYEH
I am who I
am
Aku
adalah yang Aku
adalah
↓
LXX: EGO
EIMI (= I am / Aku adalah).
Tetapi Robert Bowman berkata bahwa Saksi-Saksi Yehuwa justru
memberi argumentasi bahwa terjemahan LXX terhadap kata EHYEH dalam
Kel 3:14 ini bukan EGO EIMI (= ‘I am’) tetapi HO ON
(= ‘the Being’ atau ‘the One who is’).
Tetapi kata-kata Saksi-Saksi Yehuwa ini lagi-lagi hanyalah ˝ kebenaran, karena
sebetulnya LXX menterjemahkan EHYEH yang kedua dengan HO ON, tetapi EHYEH yang
pertama dengan EGO EIMI.
Robert Bowman, dalam bukunya ‘Jehovah’s Witnesses, Jesus Christ, and the
Gospel of John’, mengatakan:
ˇ
“This is not quite telling the whole truth, however. What the
text actually says in the LXX is as follows (translating literally): And God
said to Moses, ‘I am (EGO EIMI) the One who is (HO ON)’; and He said, ‘Thus you
shall say to the sons of Israel, ‘The One who is (HO ON) has sent me to you.’” [= Tetapi ini tidak menceritakan seluruh kebenaran. Apa yang
sebetulnya dikatakan oleh text itu dalam LXX adalah sebagai berikut
(diterjemahkan secara hurufiah): Dan Allah berkata kepada Musa: ‘Aku adalah
(EGO EIMI) seseOrang/Dia yang adalah (HO ON)’; dan Ia berkata: ‘Demikianlah
akan kaukatakan kepada anak-anak Israel: ‘SeseOrang/Dia yang adalah (HO ON)
telah mengutus aku kepadamu’.] - hal 124-125.
ˇ
“Thus, the LXX has rendered the word EHYEH in two different
ways, by both EGO EIMI and HO ON” (= Jadi, LXX
telah menterjemahkan kata EHYEH dengan dua cara yang berbeda, oleh EGO EIMI dan
HO ON) - hal 125.
ˇ
“The foregoing reasoning has assumed what the JWs here seem to
take for granted, that an allusion to Exodus 3:14 must be based on the
Hebrew text. Yet there is no reason to make such an assumption. John may
have chosen to use the LXX rendering of EHYEH in its first occurrence in
Exodus 3:14 as EGO EIMI to report Jesus’ words to the Jews in John 8:58” (= Argumentasi yang terlebih dulu menunjukkan anggapan
Saksi-Saksi Yehuwa, bahwa suatu penghubungan dengan Kel 3:14 harus
didasarkan pada text bahasa Ibrani. Tetapi tidak ada alasan untuk
membuat anggapan seperti itu. Yohanes bisa memilih untuk menggunakan terjemahan
LXX dari EHYEH dalam pemunculan pertamanya dalam Kel 3:14 sebagai EGO EIMI
untuk melaporkan kata-kata Yesus kepada orang-orang Yahudi dalam Yoh 8:58) - hal 128.
Perlu diketahui bahwa LXX / Septuaginta sudah digunakan
secara luas pada jaman Yesus, dan Yesus sendiri pasti menggunakannya, dan Ia
tidak pernah meralat bagian ini. Karena itu terjemahan EGO EIMI (= I am / Aku adalah) dalam Kel 3:14 itu bisa
dipertanggung-jawabkan.
3. Sekarang kita membandingkan dengan
terjemahan TDB dari Kel 3:14.
Kel 3:14 (TDB): “Maka Allah
berfirman kepada Musa, ‘Aku akan menjadi
apa pun yang aku inginkan.’ Dan ia menambahkan, ‘Inilah yang
harus kaukatakan kepada putra-putra Israel, ‘Aku
akan menjadi telah mengutus aku kepadamu.’”.
Bagian yang saya garis bawahi itu merupakan terjemahan
yang ngawur seenaknya sendiri. Itu bukan hanya merupakan terjemahan yang salah,
tetapi ditinjau secara teologispun itu juga sangat salah, karena terjemahan itu
sekan-akan menunjukkan bahwa Allah bisa berubah menjadi apapun (sesuatu yang
lain) yang Ia inginkan. Padahal secara teologis, Allah tidak bisa berubah.
Disamping itu,
terlihat bahwa di sini TDB berbeda dengan NWT yang menterjemahkan: ‘I shall prove to be what I shall prove to be’ (= Aku akan
buktikan menjadi apa yang Aku akan buktikan menjadi). Mungkin
penterjemah TDB bingung bagaimana menterjemahkan kata-kata NWT dalam bagian
ini, yang memang kacau balau.
4. Dalam Kel 3:14b Kitab Suci
Indonesia berbunyi: ‘Akulah Aku telah mengutus aku kepadamu’. Ini kurang tepat
terjemahannya.
NIV: ‘I am has sent me to you’ (= Aku adalah telah mengutus aku
kepadamu).
Kata ‘I AM’ di sini adalah kependekan dari ‘I am who I am’, dan dalam kalimat ini
kelihatannya digunakan sebagai nama Allah.
5. Lalu dalam Kel 3:15 dikatakan
bahwa nama Allah adalah ‘TUHAN’ / ‘LORD’ (= YAHWEH).
Kel 3:15 - “Selanjutnya berfirmanlah Allah kepada
Musa: ‘Beginilah kaukatakan kepada orang Israel: TUHAN (YAHWEH), Allah nenek moyangmu, Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub,
telah mengutus aku kepadamu: itulah namaKu untuk selama-lamanya dan
itulah sebutanKu turun-temurun”.
6. Jadi,
ada hubungan yang erat antara nama ‘I am’ / ‘I am who I am’ dengan nama ‘YAHWEH’.
Ada beberapa komentar tentang hubungan nama ‘YAHWEH’ dalam
Kel 3:15 ini dengan nama ‘I am’ / ‘I am who I am’ dalam Kel 3:14:
ˇ
Pulpit Commentary: “The name is given first explicatively, - ‘I am that I am’ (ver.
14), then as a denominative - ‘Jehovah’ (ver. 15)” [= Nama itu mula-mula diberikan secara menjelaskan, - ‘Aku
adalah yang Aku adalah’ (ay 14), kemudian sebagai suatu penamaan / nama -
‘Yehovah’ (ay 15)] - hal 70.
ˇ
Pulpit Commentary: “The name is clearly an equivalent of the ‘I AM’ in the
preceding verse” [= Nama itu (YAHWEH) jelas merupakan padankata dari ‘Aku adalah’ dalam ayat sebelumnya] - hal 57.
ˇ
Barnes’ Notes: “It corresponds exactly to the preceding verse, the words ‘I am’
and ‘Jehovah’ being equivalent” (= Itu
sesuai / dapat disamakan secara persis dengan ayat sebelumnya, kata-kata ‘Aku
adalah’ dan ‘Yehovah’ merupakan padankata)
- hal 13.
ˇ
Herman Hoeksema: “The name EHYEH ASYER EHYEH, or, briefly, EHYEH, which is an
explanation of the name Jehovah, by which God was already known to the
fathers, is here designated as the Name of God, the Name par excellence, in
which God’s nature is revealed in the highest sense of the word, and by which
He is distinguished forever even from the deities of the heathen” [= Nama EHYEH ASYER EHYEH, atau singkatnya EHYEH, yang merupakan
suatu penjelasan tentang nama Yehovah, dengan mana Allah sudah dikenal oleh
para leluhur, di sini ditunjukkan sebagai Nama Allah, Nama yang menonjol, dalam
mana sifat dasar Allah dinyatakan dalam arti tertinggi dari kata itu, dan
dengan mana Ia dibedakan selama-lamanya dari allah-allah orang kafir] - ‘Reformed Dogmatics’, hal 66.
ˇ
Keil & Delitzsch: “God therefore told his His name, or, to speak more correctly,
He explained the name hvhy, by which He had made Himself known to Abraham at the making of
the covenant (Gen. 15:7), in this way, EHYEH ASYER EHYEH, ‘I am that I am,’” [= Karena itu Allah memberitahu namaNya, atau, berbicara secara
lebih tepat, Ia menjelaskan nama YHWH, dengan mana Ia telah menyatakan diriNya
sendiri kepada Abraham pada pembuatan perjanjian (Kej 15:7), dengan cara ini,
EHYEH ASYER EHYEH, ‘Aku adalah yang Aku adalah’] - hal 442.
Dari komentar-komentar ini terlihat bahwa kata-kata ‘I am who I am’ bukan hanya berhubungan erat dengan nama YAHWEH, tetapi bahkan
merupakan penjelasan dari nama YAHWEH.
7. Apa arti dari nama ‘YAHWEH’ atau ‘I am who I am’ / ‘I will be that I will be’?
Herman Bavinck berkata bahwa
ungkapan ini menunjuk kepada:
“the
God who is unchangeable in his grace, the Ever-faithful covenant God” (= Allah yang tidak berubah dalam kasih
karuniaNya, Allah perjanjian yang selalu setia) - ‘The Doctrine of God’, hal 102.
Louis Berkhof tentang nama ‘Yahweh’: “The
meaning is explained in Ex. 3:14, which is rendered ‘I am that I am,’ or ‘I
shall be what I shall be.’ Thus interpreted, the name points to the
unchangeableness of God. Yet it is not so much the unchangeableness of
His essential Being that is in view, as the unchangeableness of His
relation to His people” (= Artinya dijelaskan dalam
Kel 3:14, yang diterjemahkan ‘Aku adalah Aku’, atau ‘Aku akan jadi apa
yang Aku akan jadi’. Ditafsirkan demikian, nama itu menunjuk pada
ketidak-berubahan dari Allah. Tetapi bukan ketidak-berubahan dari
hakekatNya yang disoroti, tetapi ketidak-berubahan dari hubunganNya
dengan umatNya)
- ‘Systematic Theology’, hal 49.
Herman Hoeksema: “As to the meaning of this
name, ... we regard it as being expressive, first of all, of God’s aseitas. ...
This aseitas Dei, also called His independentia, is that virtue of God
according to which He is of and in and through Himself, is not caused by or dependent
on any being outside of Himself, and is, therefore, the absolute, pure
Being, Who is also perfectly Self-sufficient, and has no need of any being
outside of Himself. In this virtue He is wholly different from the creature” (= Berkenaan dengan arti dari nama ini, ... kami menganggapnya
sebagai sesuatu yang pertama-tama menyatakan sifat aseitas dari Allah. ... Sifat
aseitas dari Allah, juga disebut ketidak-tergantunganNya, adalah sifat Allah
menurut mana Ia ada dari dan dalam dan melalui diriNya sendiri, dan tidak
disebabkan oleh atau tergantung pada makhluk apapun di luar diriNya sendiri,
dan karena itu Ia adalah Makhluk yang mutlak dan murni, yang juga mencukupi
diri sendiri secara sempurna, dan tidak membutuhkan makhluk apapun di luar
diriNya sendiri. Dalam sifat ini, Ia sepenuhnya berbeda dari makhluk ciptaan) - ‘Reformed Dogmatics’, hal 68,69.
Jadi nama YAHWEH / ‘I am who I am’ / ‘I will be that I will be’ ini:
ˇ
menunjukkan
ketidak-berubahan Allah dalam hubunganNya dengan umatNya.
ˇ
menunjukkan bahwa Allah ada
dari diriNya sendiri, dan Ia tidak tergantung kepada siapapun / apapun di luar
diriNya. Dengan demikian, ini juga menunjukkan kekekalan dari Allah.
c) Ayat-ayat
Perjanjian Lama lain yang dalam Septuaginta juga menggunakan EGO EIMI.
1. Ul 32:39 -
“Lihatlah sekarang, bahwa Aku, Akulah Dia. Tidak ada
Allah kecuali Aku. Akulah yang mematikan dan yang menghidupkan, Aku telah
meremukkan, tetapi Akulah yang menyembuhkan, dan seorangpun tidak ada yang
dapat melepaskan dari tanganKu”.
Dalam bahasa Ibrani bagian yang saya garis bawahi itu
berbunyi ANI ANI HU (= I myself am He / Aku sendiri adalah Dia). Adanya 2 x kata ANI (=
aku) menunjukkan suatu penekanan, dan karena itu seharusnya diterjemahkan ‘Aku sendiri adalah Dia’.
Robert Bowman (lihat kutipan di bawah, setelah point 7.) mengatakan
bahwa dalam Septuaginta bagian ini diterjemahkan EGO EIMI [= ‘I am’ (= Aku adalah)]. Pulpit
Commentary juga mengatakan demikian.
Pulpit Commentary: “LXX, i]dete,
i]dete o[ti e]go ei]mi (cf. Isa. 41:4; 48:12; John 8:24; 18:5)” [= LXX, i]dete, i]dete o[ti e]go ei]mi / IDETE, IDETE HOTI EGO EIMI (bdk. Yes 41:4; 48:12; Yoh 8:24; 18:5)] - hal 503.
Catatan: IDETE artinya ‘lihatlah’.
NWT: ‘I, I am he’ (= Aku, Aku adalah Dia).
TDB: ‘aku - akulah
dia’.
2. Yes 41:4 - “Siapakah yang melakukan dan mengerjakan
semuanya itu? Dia yang dari dahulu memanggil bangkit keturunan-keturunan, Aku,
TUHAN, yang terdahulu, dan bagi mereka yang terkemudian Aku tetap Dia juga”.
Ibrani: ANI Yahweh [= I (am) YAHWEH / Aku (adalah) YAHWEH].
LXX / Septuaginta: EGO
EIMI (lihat kutipan dari Bowman di bawah).
NWT: ‘I, Jehovah’ (= Aku, Yehovah).
TDB: ‘Aku, Yehuwa’.
3. Yes 43:10 -
“‘Kamu inilah Saksi-SaksiKu,’ demikianlah firman TUHAN (YAHWEH), ‘dan hambaKu yang telah Kupilih, supaya kamu tahu dan percaya
kepadaKu dan mengerti, bahwa Aku tetap Dia. Sebelum Aku tidak ada
Allah dibentuk, dan sesudah Aku tidak akan ada lagi”. Kata ‘tetap’ yang saya coret itu sebetulnya tidak ada.
Ibrani: ANI HU [= I (am) He / Aku (adalah) Dia].
LXX / Septuaginta: EGO
EIMI (lihat kutipan dari Bowman di bawah; lihat
juga kata-kata A. T. Robertson dalam komentarnya tentang Yoh 8:24 di
bawah).
NWT: “I am the same One” (= Aku
adalah Orang Yang sama).
TDB: “aku adalah Pribadi yang sama”.
Entah dari mana mereka
menyulap sehingga muncul kata-kata ini.
4. Yes 45:18 - “Sebab beginilah firman TUHAN, yang
menciptakan langit, - Dialah Allah - yang membentuk bumi dan menjadikannya dan
yang menegakkannya, - dan Ia menciptakannya bukan supaya kosong, tetapi Ia
membentuknya untuk didiami -: ‘Akulah TUHAN dan tidak ada yang lain”.
Ibrani: ANI Yahweh [= I (am) YAHWEH / Aku (adalah) YAHWEH].
LXX / Septuaginta: EGO
EIMI (lihat kutipan dari Bowman di bawah).
NWT: ‘I am Jehovah’ (= Aku adalah Yehovah).
TDB: ‘Akulah Yehuwa’.
5. Yes
46:4 - “Sampai masa tuamu Aku tetap Dia
dan sampai masa putih rambutmu Aku menggendong kamu. Aku telah melakukannya dan
mau menanggung kamu terus; Aku mau memikul kamu dan menyelamatkan kamu”. Kata ‘tetap’ sebetulnya tidak ada.
Ibrani: ANI HU [= I (am) He / Aku (adalah) Dia].
LXX / Septuaginta: EGO
EIMI (lihat kutipan dari Bowman di bawah).
NWT: “I am the same One” (= Aku
adalah Orang Yang sama).
TDB: “aku tetap Pribadi yang sama”.
Saksi-Saksi Yehuwa melakukan sulapan yang sama seperti di
atas.
6. Yes 48:12
- “‘Dengarkanlah Aku, hai Yakub, dan engkau Israel yang Kupanggil!
Akulah yang tetap sama, Akulah yang terdahulu, Akulah juga yang
terkemudian!”.
Ini terjemahan yang ngawur, karena kata-kata ‘tetap’ maupun ‘sama’ sebetulnya tidak
pernah ada.
Ibrani: ANI HU [= I (am) He / Aku (adalah) Dia].
Dari kata-kata Pulpit Commentary pada point no 1. di atas
kelihatannya bagian ini oleh LXX / Septuaginta juga diterjemjahkan sebagai EGO
EIMI.
NWT: “I am the same One” (= Aku
adalah Orang Yang sama).
TDB: “Aku adalah Pribadi yang sama”.
Lagi-lagi sulapan yang sama mereka
gunakan.
7. Yes 52:6
- “Sebab itu umatKu akan mengenal namaKu dan pada waktu itu mereka
akan mengerti bahwa Akulah Dia yang berbicara, ya Aku!”.
Ibrani: ANI HU [= I (am) He / Aku (adalah) Dia].
LXX / Septuaginta: EGO
EIMI (lihat kutipan dari Bowman di bawah).
NWT: “I am the One” (= Aku adalah Orang yang).
TDB: “akulah Pribadi yang”.
Robert M. Bowman Jr.:
“Among
biblical scholars a growing consensus has formed behind the opinion that John
8:58 deliberately echoes Yahweh’s statements in Isaiah 40-55. The NWT obscures
the parallels in Isaiah by rendering them ‘I am the same One’ or ‘I am the
same’; but the Hebrew in each case reads simply ANI HU {literally, ‘I (am)
he’}, which the LXX renders as EGO EIMI (Isa. 41:4; 43:10; 46:4; 52:6; compare
with Deut. 32:29). ... This suggests that the reason for the anger of the Jews
at Jesus’ absolute use of the expression EGO EIMI was that on the occasion his
language was instantly recognizable as that of Yahweh. ... a large number
scholars have defended this conclusion, and very few deny it. ...
Considerations such as these have led most scholars to conclude that the
closest Old Testament antecedent to John 8:58 is to be found in the Isaiah’s ‘I
am’ sayings. If this is correct, the conclusion cannot be avoided that Jesus
was claiming to be Yahweh” [= Di antara para ahli
bahasa / penafsir Alkitab suatu persetujuan umum yang bertumbuh telah membentuk
di belakang pandangan bahwa Yoh 8:58 secara sengaja menggemakan
pernyataan-pernyataan Yahweh dalam Yes 40-55. NWT mengaburkan ayat-ayat
paralel dalam Yesaya ini dengan menterjemahkan mereka ‘Aku adalah Orang yang
sama’ atau ‘Aku adalah yang sama’; tetapi dalam bahasa Ibrani setiap kasus
hanya berbunyi ANI HU {secara hurufiah, ‘Aku (adalah) Dia’}, yang oleh LXX /
Septuaginta diterjemahkan sebagai EGO EIMI (Yes 41:4; 43:10; 46:4; 52:6;
bandingkan dengan Ul 32:39). ... Ini mengusulkan bahwa alasan untuk kemarahan
dari orang-orang Yahudi pada penggunaan ungkapan EGO EIMI secara mutlak oleh
Yesus adalah bahwa pada peristiwa itu bahasaNya langsung dikenali sebagai
bahasa Yahweh. ... sejumlah besar ahli-ahli bahasa / penafsir telah
mempertahankan kesimpulan ini, dan sangat sedikit menyangkalnya. ...
Pertimbangan-pertimbangan seperti ini telah membimbing para ahli bahasa /
penafsir untuk menyimpulkan bahwa bagian-bagian terdekat dalam Perjanjian Lama
yang merupakan pendahulu dari Yoh 8:58 ditemukan dalam kata-kata ‘Aku adalah’
dari Yesaya. Jika ini benar, kesimpulannya tidak bisa dihindarkan bahwa Yesus
sedang mengclaim sebagai Yahweh] - ‘Jehovah’s Witnesses, Jesus Christ, and the Gospel of
John’, hal 120,121.
email
us at : gkri_exodus@lycos.com