Bagaimana menaklukkan dan
membongkar fitnah/dusta/kepalsuan
Saksi-saksi palsu Yehuwa?
oleh : Pdt. Budi Asali M.Div.
C) Roh Kudus bukan Allah.
Bahwa
Saksi Yehuwa mempercayai Roh Kudus hanya sebagai kuasa / tenaga Allah yang
tidak berpribadi, sebetulnya sudah dengan jelas menunjukkan bahwa mereka tidak
mempercayai Roh Kudus sebagai Allah / pribadi ketiga dari Allah Tritunggal.
Tetapi
mereka juga mengatakan hal itu secara explicit. Dalam buku ‘Haruskah Anda
Percaya Kepada Tritunggal?’, dikatakan:
·
“Berbagai sumber mengakui
bahwa Alkitab tidak mendukung gagasan bahwa roh kudus adalah pribadi ketiga
dari suatu Tritunggal” - hal 22.
·
“Jadi, orang-orang Yahudi
maupun orang-orang Kristen yang mula-mula tidak memandang roh kudus sebagai
bagian dari suatu Tritunggal. Ajaran itu muncul berabad-abad kemudian” - hal 22.
·
“Roh kudus tidak setara dengan Allah tetapi selalu dipakai
olehNya dan lebih rendah daripada Dia” -
hal 23.
a) Mark
13:32.
Mereka menggunakan Mark 13:32 sebagai dasar untuk
mengatakan bahwa Roh Kudus tidak maha tahu, dan karena itu Ia jelas bukan
Allah.
“Mrk. 13:32: ‘Tetapi tentang hari atau saat itu tidak seorangpun
yang tahu, malaikat-malaikat di sorga tidak, dan Anakpun tidak, hanya Bapa
saja.’ (Tentu tidak akan demikian halnya andai kata Bapa, Anak dan Roh Suci
setara, membentuk satu Tuhan. Dan andai kata, seperti dikatakan beberapa orang,
Anak tidak tahu karena dibatasi oleh sifat manusiawinya, masih timbul
pertanyaan, Mengapa Roh Suci tidak tahu?)”
- ‘Bertukar Pikiran Mengenai Ayat-Ayat Alkitab’, hal 397.
1. Ketunggalan
Bapa, Anak, dan Roh Kudus, tidak memungkinkan penafsiran Saksi Yehuwa tersebut
di atas.
Mark 13:32 memang mengatakan bahwa hanya Bapa
saja yang tahu tentang hari Tuhan. Tetapi perlu diingat bahwa dalam doktrin
Allah Tritunggal, Anak dan Roh Kudus itu satu dengan Bapa. Jadi, pada waktu
dikatakan ‘hanya Bapa saja’, dalam kata-kata itu pasti tercakup Yesus (sebagai
Allah!) dan Roh Kudus. Jadi, untuk ayat-ayat yang berkenaan dengan ‘Tritunggal’,
kadang-kadang kita harus menekankan ‘Tri’nya, tetapi kadang-kadang kita harus menekankan ‘tunggal’nya! Di sini
kita harus menekankan ‘tunggal’nya.
Hal yang sama terjadi dalam 1Kor 8:4-6 - “(4) Tentang hal makan daging persembahan berhala kita tahu:
‘tidak ada berhala di dunia dan tidak ada Allah lain dari pada Allah yang
esa.’ (5) Sebab sungguhpun ada apa yang disebut ‘allah’, baik di sorga,
maupun di bumi - dan memang benar ada banyak ‘allah’ dan banyak ‘tuhan’ yang
demikian - (6) namun bagi kita hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa,
yang dari padaNya berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup, dan satu
Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus, yang olehNya segala sesuatu telah
dijadikan dan yang karena Dia kita hidup”.
Kata-kata ‘tidak ada Allah lain dari
pada Allah yang esa’ dan ‘hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa’ tidak boleh diartikan bahwa Yesus dan Roh Kudus bukan
Allah. Baik Yesus maupun Roh Kudus satu dengan Bapa, dan karena itu Mereka
tercakup dalam ungkapan itu. Juga kata-kata ‘satu Tuhan
saja, yaitu Yesus Kristus’ tidak boleh
diartikan bahwa Bapa dan Roh Kudus bukan Tuhan, karena Mereka tercakup dalam
ungkapan itu.
2. Bandingkan
juga dengan 1Kor 2:10-11 - “(10) Karena kepada kita
Allah telah menyatakannya oleh Roh, sebab Roh menyelidiki segala sesuatu,
bahkan hal-hal yang tersembunyi dalam diri Allah. (11) Siapa gerangan di antara
manusia yang tahu, apa yang terdapat di dalam diri manusia selain roh manusia
sendiri yang ada di dalam dia? Demikian pulalah tidak ada orang yang tahu, apa
yang terdapat di dalam diri Allah selain Roh Allah”.
Ayat ini mengatakan bahwa Roh Kudus tahu apa yang ada
dalam diri Allah. Jadi, kalau Allah mempunyai pengetahuan tentang hari Tuhan,
tidak mungkin Roh Kudusnya tidak tahu tentang hal itu.
b) Kata
THEOS (= God / Allah) dan HO THEOS (= the God
/ sang Allah) tidak pernah dipakai terhadap Roh Kudus.
Saksi-Saksi Yehuwa berkata: “Karl Rahner,
S. J. dalam Theological Investigations mengakui
bahwa 'qeoj (Allah) tetap
tidak pernah digunakan untuk Roh,’ dan: 'o[ qeoj (secara aksara, Allah itu) tidak pernah digunakan dalam
Perjanjian Baru untuk membicarakan tentang pneuma a[gion (roh suci).’” -
‘Bertukar Pikiran Mengenai Ayat-Ayat Alkitab’, hal 399.
1. Fanatisme
bodoh terhadap kata-kata HO THEOS; setan disebut HO THEOS.
Karl Rahner ini adalah ‘teolog’ Katolik yang sama dengan
yang mengatakan bahwa Yesus juga tidak pernah disebut sebagai HO THEOS
(‘Haruskah Anda Percaya Kepada Tritunggal?’, hal 28-29).
Rupanya ‘teolog’ ini berpendapat bahwa supaya bisa
dianggap sebagai Allah yang sungguh-sungguh, harus disebut dengan istilah HO
THEOS, dan sebaliknya, kalau disebut HO THEOS maka itu pasti Allah yang sejati.
Ini merupakan suatu perumusan ciptaannya sendiri, dan tidak mempunyai dasar
Kitab Suci, dan merupakan suatu fanatisme yang bodoh terhadap kata-kata HO
THEOS. Fanatisme terhadap istilah HO THEOS ini jelas merupakan pandangan yang
bodoh, karena dalam 2Kor 4:4 setan disebut dengan istilah HO THEOS.
2Kor 4:4 - “yaitu orang-orang yang tidak percaya, yang pikirannya telah
dibutakan oleh ilah zaman ini, sehingga mereka tidak melihat cahaya
Injil tentang kemuliaan Kristus, yang adalah gambaran Allah”.
Kata Yunani yang diterjemahkan
‘ilah’ di sini adalah HO THEOS (= the God / sang Allah)!
KJV/RSV/NIV/NASB:
‘the god’ (= sang
allah).
NWT: ‘the god’.
TDB: ‘allah’.
Jelas bahwa di sini kata itu
tidak menunjuk kepada Allah yang sejati, tetapi menunjuk kepada setan.
2. Roh
Kudus pernah disebut dengan istilah ‘God’ (= Allah)
atau bahkan ‘the God’ (= sang
Allah), sekalipun tidak secara langsung.
a. 1Kor 3:16-17
- “(16) Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah
dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu? (17) Jika ada orang yang
membinasakan bait Allah, maka Allah akan membinasakan dia. Sebab bait Allah
adalah kudus dan bait Allah itu ialah kamu”.
Dalam ay 16a Paulus berkata bahwa tubuh kita adalah ‘bait Allah’ (=
rumah Allah), tetapi anehnya ia melanjutkan dengan kata-kata ‘Roh Allah diam di dalam kamu’. Kalau memang tubuh kita adalah ‘bait / rumah Allah’,
maka itu seharusnya berarti bahwa ‘Allah’lah yang tinggal di dalam tubuh kita. Tetapi Paulus
mengatakan ‘Roh Allah’ (= Roh Kudus) yang tinggal di dalam kita. Ini jelas
menunjukkan bahwa Roh Kudus itu adalah Allah! Dan untuk kata ‘Allah’ dalam ay 16a
ini digunakan kata Yunani qeou (God / Allah).
Lalu dalam ay 17 kata ‘bait Allah’ itu muncul lagi 2 x (seharusnya hanya 2 x bukan 3 x
seperti dalam Kitab Suci Indonesia), dan di situ untuk kata ‘Allah’ digunakan kata
Yunani tou qeou / TOU
THEOU, yang artinya ‘the God’. Jadi, jelas
bahwa Roh Kudus disebut tou qeou (TOU THEOU) atau ‘the God’.
b. Kis 5:3-4
- “(3) Tetapi Petrus berkata: ‘Ananias, mengapa hatimu dikuasai
Iblis, sehingga engkau mendustai Roh Kudus dan menahan sebagian dari
hasil penjualan tanah itu? (4) Selama tanah itu tidak dijual, bukankah itu
tetap kepunyaanmu, dan setelah dijual, bukankah hasilnya itu tetap dalam
kuasamu? Mengapa engkau merencanakan perbuatan itu dalam hatimu? Engkau bukan
mendustai manusia, tetapi mendustai Allah”.
Perhatikan bahwa dalam ay 3 Petrus berkata bahwa
Ananias mendustai ‘Roh Kudus’, tetapi dalam ay 4 Petrus mengatakan bahwa Ananias
mendustai ‘Allah’.
Jelas bahwa dari sini harus disimpulkan bahwa ‘Roh Kudus’ itu adalah ‘Allah’. Dan kata ‘Allah’ dalam ay 4 itu adalah to qeo / TO THEO (= the God / sang
Allah).
Catatan:
jangan terlalu mempersoalkan perbedaan antara qeou (THEOU) dengan qeoj (THEOS), atau antara o[ qeoj (HO THEOS) dengan to qeo (TO THEO). Kalau dalam bahasa
Inggris maka kata ‘he’ (sebagai subyek) berubah
menjadi ‘him’ kalau digunakan sebagai obyek, dan berubah menjadi ‘his’ kalau digunakan sebagai kata ganti empunya. Dalam bahasa Yunani
bukan hanya kata ganti orang yang bisa berubah seperti itu. Semua kata benda,
nama, dan juga definite article / kata sandang tertentu, dalam
bahasa Yunani bisa berubah-ubah bentuknya tergantung posisinya dalam kalimat.
c) Roh
Kudus tidak pernah disebut Maha kuasa.
Saksi-Saksi Yehuwa mengatakan: “Kata Ibrani SHADDAI dan
kata Yunani PANTOKRATOR, kedua-duanya diterjemahkan ‘Mahakuasa.’ Kedua kata
dari bahasa asal ini berulang kali diterapkan pada Yehuwa, sang Bapa. (Kel 6:3;
Why. 19:6) Kedua-duanya tidak pernah diterapkan kepada Yesus maupun roh suci” - ‘Bertukar Pikiran Mengenai Ayat-Ayat Alkitab’, hal
398.
1. Bahwa
Yesus pernah disebut sebagai ‘Yang Mahakuasa’ sudah saya tunjukkan di depan, dalam bagian tentang ‘Keilahian Kristus’.
2. Roh
Kudus jelas maha kuasa (ini akan saya tunjukkan belakangan), tetapi itu tidak
berarti bahwa istilah SHADDAY ataupun PANTOKRATOR harus digunakan terhadap Dia.
Kitab Suci bisa menunjukkan kemahakuasaan Roh Kudus dengan cara lain, dan kita
tidak mempunyai hak untuk mengatur Allah bagaimana Ia harus menunjukkan
kemahakuasaan Roh Kudus dalam Kitab Suci.
Mungkin tidak ada satu ayatpun dalam Kitab Suci yang
secara explicit menyatakan bahwa Roh Kudus adalah Allah. Tetapi dari
perbandingan ayat dengan ayat kita bisa menyimpulkan bahwa Kitab Suci memang
mengajarkan bahwa Roh Kudus adalah Allah.
a) Kitab
Suci menggunakan sebutan ‘Roh Kudus’ dan ‘Allah’ / ‘Tuhan’ (ADONAY) / ‘TUHAN’ (Yahweh)
secara interchangeable (= bisa dibolak-balik).
Contoh:
1. Bandingkan
Yes 6:8-10 dengan Kis 28:25-27.
Yes 6:8-10 - “(8) Lalu aku
mendengar suara Tuhan berkata: ‘Siapakah yang akan Kuutus, dan siapakah
yang mau pergi untuk Aku?’. Maka sahutku: ‘Ini aku, utuslah aku!’. (9) Kemudian
firmanNya: ‘Pergilah, dan katakanlah kepada bangsa ini: Dengarlah
sungguh-sungguh, tetapi mengerti: jangan! Lihatlah sungguh-sungguh, tetapi
mengerti: jangan! (10) Buatlah hati bangsa ini keras dan buatlah telinganya
berat mendengar dan buatlah matanya melekat tertutup, supaya jangan mereka
melihat dengan matanya dan mendengar dengan telinganya dan mengerti dengan
hatinya lalu berbalik dan menjadi sembuh’”.
Kis 28:25-27 - “(25) Maka
bubarlah pertemuan itu dengan tidak ada kesesuaian di antara mereka. Tetapi
Paulus masih mengatakan perkataan yang satu ini: ‘Tepatlah firman yang disampaikan
Roh Kudus kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi Yesaya: (26)
Pergilah kepada bangsa ini, dan katakanlah: Kamu akan mendengar dan mendengar,
namun tidak mengerti, kamu akan melihat dan melihat, namun tidak menanggap.
(27) Sebab hati bangsa ini telah menebal, dan telinganya berat mendengar, dan matanya
melekat tertutup; supaya jangan mereka melihat dengan matanya dan mendengar
dengan telinganya dan mengerti dengan hatinya, lalu berbalik sehingga Aku
menyembuhkan mereka’”.
Kalau kita membandingkan 2 bagian Kitab Suci di atas, maka
jelas terlihat bahwa apa yang dikatakan Paulus dalam Kis 28:26-27 itu ia
kutip dari Yes 6:8-10. Tetapi kalau dalam Yes 6:8-10 itu dikatakan bahwa
itu adalah ‘suara Tuhan’ kepada nabi Yesaya, maka dalam Kis 28:25 Paulus berkata
bahwa ‘firman itu disampaikan oleh Roh Kudus’ dengan perantaraan nabi Yesaya. Ini menunjukkan bahwa
Roh Kudus adalah Tuhan sendiri!
2. Bandingkan
Ibr 3:7-11 dengan Maz 95:7b-11 dan Kel 17:1-7.
Ibr 3:7-11 - “(7) Sebab
itu, seperti yang dikatakan Roh Kudus: ‘Pada hari ini, jika kamu
mendengar suaraNya, (8) janganlah keraskan hatimu seperti dalam kegeraman pada
waktu pencobaan di padang gurun, (9) di mana nenek moyangmu mencobai Aku
dengan jalan menguji Aku, sekalipun mereka melihat perbuatan-perbuatanKu,
empat puluh tahun lamanya. (10) Itulah sebabnya Aku murka kepada angkatan itu,
dan berkata: Selalu mereka sesat hati, dan mereka tidak mengenal jalanKu, (11)
sehingga Aku bersumpah dalam murkaKu: Mereka takkan masuk ke tempat
perhentianKu’”.
Karena kata-kata dalam Ibr 3:7-11 ini merupakan
kata-kata Roh Kudus, maka kata-kata ‘mencobai Aku’ berarti ‘mencobai Roh Kudus’.
Sekarang mari kita melihat Maz 95:7b-11, yang
hampir-hampir identik dengan Ibr 3:7-11 di atas.
Maz 95:7b-11 - “(7b) Pada
hari ini, sekiranya kamu mendengar suaraNya! (8) Janganlah keraskan hatimu
seperti di Meriba, seperti pada hari di Masa di padang gurun, (9)
pada waktu nenek moyangmu mencobai Aku, menguji Aku, padahal mereka melihat
perbuatanKu. (10) Empat puluh tahun Aku jemu kepada angkatan itu, maka kataKu:
‘Mereka suatu bangsa yang sesat hati, dan mereka itu tidak mengenal jalanKu.’
(11) Sebab itu Aku bersumpah dalam murkaKu: ‘Mereka takkan masuk ke tempat
perhentianKu.’”.
Sekalipun kedua text di atas hampir identik, tetapi dalam
Maz 95:7b-11 itu ada tambahan informasi yang tidak diberikan dalam
Ibr 3:7-11, yaitu bahwa peristiwa itu terjadi di Masa dan Meriba. Dan
peristiwa di Masa dan Meriba itu diceritakan dalam Kel 17:1-7.
Sekarang perhatikan Kel 17:7 yang berbunyi: “Dinamailah tempat itu Masa dan Meriba, oleh karena orang
Israel telah bertengkar dan oleh karena mereka telah mencobai TUHAN
dengan mengatakan: ‘Adakah TUHAN di tengah-tengah kita atau tidak?’”.
Jadi di sini dipakai istilah ‘mencobai
TUHAN (Yahweh)’, padahal tadi dalam Ibr 3:7-11 dikatakan bahwa
mereka ‘mencobai Roh Kudus’. Ini menunjukkan bahwa Roh Kudus itu adalah TUHAN / Yahweh!
3. Bandingkan
Ibr 10:15-17 dengan Yer 31:33-34.
Ibr 10:15-17 - “(15) Dan
tentang hal itu Roh Kudus juga memberi kesaksian kepada kita, (16) sebab
setelah Ia berfirman: ‘Inilah perjanjian yang akan Kuadakan dengan mereka
sesudah waktu itu,’ Ia berfirman pula: ‘Aku akan menaruh hukumKu di
dalam hati mereka dan menuliskannya dalam akal budi mereka, (17) dan Aku tidak
lagi mengingat dosa-dosa dan kesalahan mereka.’”.
Yer 31:33-34 - “(33) Tetapi
beginilah perjanjian yang Kuadakan dengan kaum Israel sesudah waktu itu, demikianlah
firman TUHAN: Aku akan menaruh TauratKu dalam batin mereka dan
menuliskannya dalam hati mereka, maka Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka
akan menjadi umatKu. (34) Dan tidak usah lagi orang mengajar sesamanya atau
mengajar saudaranya dengan mengatakan: Kenallah TUHAN! Sebab mereka semua,
besar kecil, akan mengenal Aku, demikianlah firman TUHAN, sebab Aku akan
mengampuni kesalahan mereka dan tidak lagi mengingat dosa mereka”.
Jelas terlihat bahwa Ibr 10:16-17 merupakan kutipan
sebagian (tidak seluruhnya) dari Yer 31:33,34. Tetapi dalam Yer 31 dikatakan
bahwa kata-kata itu diucapkan oleh TUHAN / Yahweh
(perhatikan kata-kata ‘firman TUHAN’ dalam Yer 31:31,32c,34b). Sedangkan dalam
Ibr 10:15-17 dikatakan bahwa itu merupakan ‘kesaksian /
firman Roh Kudus’ (Ibr 10:15b,16b).
Disamping itu, dalam Yer 31 itu, yang mengadakan
perjanjian, yang menaruh Taurat dalam batin umatNya, dan yang mengampuni /
tidak mengingat dosa umatNya, adalah TUHAN / Yahweh
sendiri. Sedangkan dalam Ibr 10:15-17, yang mengadakan perjanjian, yang
menaruh hukum dalam hati, dan yang mengampuni / tidak mengingat dosa, adalah
Roh Kudus.
Semua ini menunjukkan bahwa Roh Kudus adalah TUHAN / Yahweh sendiri!
4. Sekarang
mari kita melihat pada Kis 5:3-4,9a yang berbunyi sebagai berikut: “(3) Tetapi Petrus berkata: ‘Ananias, mengapa hatimu dikuasai
Iblis, sehingga engkau mendustai Roh Kudus dan menahan sebagian dari
hasil penjualan tanah itu? (4) Selama tanah itu tidak dijual, bukankah itu
tetap kepunyaanmu, dan setelah dijual, bukankah hasilnya itu tetap dalam
kuasamu? Mengapa engkau merencanakan perbuatan itu dalam hatimu? Engkau bukan
mendustai manusia, tetapi mendustai Allah. ... (9a) Kata Petrus:
‘Mengapa kamu berdua bersepakat untuk mencobai Roh Tuhan (TDB: ‘roh Yehuwa’)?’”.
Perhatikan bahwa kalau dalam Kis 5:3 Petrus berkata
bahwa Ananias ‘mendustai Roh Kudus’, maka dalam Kis 5:4 Petrus berkata bahwa Ananias ‘mendustai Allah’.
Lalu dalam Kis 5:9a Petrus berkata bahwa mereka ‘mencobai Roh Tuhan (TDB:
‘roh Yehuwa’)’. Ini lagi-lagi
menunjukkan bahwa Roh Kudus adalah Allah!
5. Mari
kita melihat 1Kor 3:16 dan 1Kor 6:19.
1Kor 3:16 - “Tidak
tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam
di dalam kamu?”.
1Kor 6:19 - “Atau tidak
tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam
kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, - dan bahwa kamu bukan milik kamu
sendiri?”.
Dalam 1Kor 3:16 Paulus berkata bahwa tubuh kita
adalah ‘bait Allah’ (= rumah Allah), tetapi anehnya ia melanjutkan
dengan kata-kata ‘dan bahwa Roh Allah
diam di dalam kamu’. Kalau memang tubuh
kita adalah bait / rumah Allah, maka itu seharusnya berarti bahwa ‘Allah’lah yang
tinggal di dalam tubuh kita. Tetapi Paulus mengatakan ‘Roh Allah’ yang
tinggal di dalam kita.
Dan dalam 1Kor 6:19 Paulus berkata bahwa tubuh kita
adalah ‘bait Roh Kudus’.
Semua ini menunjukkan bahwa Roh Kudus / Roh Allah adalah
Allah!
Tentang 1Kor 3:16, Calvin berkata:
“In this passage we have an
explicit testimony for maintaining the divinity of the Holy Spirit. For if he
were a creature, or merely a gift, he would not make us temples of God, by
dwelling in us” (= Dalam text ini kita
mempunyai kesaksian yang explicit untuk mempertahankan keilahian dari Roh
Kudus. Karena seandainya Ia hanya suatu ciptaan, atau semata-mata suatu
karunia, maka tinggalnya Ia di dalam diri kita tidak akan menjadikan kita Bait
Allah) - hal 143.
6. Yes 40:13-14 - “(13) Siapa yang dapat mengatur Roh TUHAN atau memberi
petunjuk kepadaNya sebagai penasihat? (14) Kepada siapa TUHAN meminta
nasihat untuk mendapat pengertian, dan siapa yang mengajar TUHAN untuk
menjalankan keadilan, atau siapa mengajar Dia pengetahuan dan memberi Dia
petunjuk supaya Ia bertindak dengan pengertian?”.
Dengan membandingkan
Yes 40:13 dengan Yes 40:14 maka bisa kita simpulkan bahwa ‘Roh TUHAN’ dalam Yes 40:13 itu adalah ‘TUHAN’ / YAHWEH dalam Yes 40:14.
7. Yes 63:7-14 - “(7) Aku hendak menyebut-nyebut perbuatan kasih setia TUHAN,
perbuatan TUHAN yang masyhur, sesuai dengan segala yang dilakukan TUHAN
kepada kita, dan kebajikan yang besar kepada kaum Israel yang dilakukanNya
kepada mereka sesuai dengan kasih sayangNya dan sesuai dengan kasih setiaNya
yang besar. (8) Bukankah Ia berfirman: ‘Sungguh, merekalah umatKu, anak-anak
yang tidak akan berlaku curang,’ maka Ia menjadi Juruselamat mereka (9) dalam
segala kesesakan mereka. Bukan seorang duta atau utusan, melainkan Ia
sendirilah yang menyelamatkan mereka; Dialah yang menebus mereka dalam kasihNya
dan belas kasihanNya. Ia mengangkat dan menggendong mereka selama zaman dahulu
kala. (10) Tetapi mereka memberontak dan mendukakan Roh KudusNya; maka
Ia berubah menjadi musuh mereka, dan Ia sendiri berperang melawan mereka. (11)
Lalu teringatlah mereka kepada zaman dahulu kala, zaman Musa, hambaNya itu: Di
manakah Dia yang membawa mereka naik dari laut bersama-sama dengan penggembala
kambing dombaNya? Di manakah Dia yang menaruh Roh KudusNya dalam hati
mereka; (12) yang dengan tanganNya yang agung menyertai Musa di sebelah kanan;
yang membelah air di depan mereka untuk membuat nama abadi bagiNya; (13) yang
menuntun mereka melintasi samudera raya seperti kuda melintasi padang gurun?
Mereka tidak pernah tersandung, (14) seperti ternak yang turun ke dalam lembah.
Roh TUHAN membawa mereka ke tempat perhentian. Demikianlah Engkau
memimpin umatMu untuk membuat nama yang agung bagiMu”.
Mulai ay 7 subyek
pembicaraan adalah ‘TUHAN’ / Yahweh,
dan mulai ay 10-14, pada satu sisi terjadi semacam pencampur-adukan
istilah ‘Roh Kudus’, ‘Roh Tuhan’, dan ‘TUHAN’ / Yahweh sendiri, karena semua
digambarkan memimpin bangsa Israel, tetapi pada sisi lain, istilah ‘Roh KudusNya’, dan ‘Roh TUHAN’ kelihatannya juga membedakan ‘Roh Kudus’ itu dengan ‘TUHAN’ / Yahweh.
Ini bukan kontradiksi. Ditinjau dari sudut hakekat, Allah Tritunggal hanya
mempunyai satu hakekat, tetapi ditinjau dari sudut pribadi, Allah Tritunggal
terdiri dari 3 pribadi yang berbeda (distinct).
b) Kitab
Suci juga menunjukkan bahwa Roh Kudus mempunyai sifat-sifat Allah seperti:
1. Kekal.
Ibr 9:14 - “betapa
lebihnya darah Kristus, yang oleh Roh yang kekal telah mempersembahkan
diriNya sendiri kepada Allah sebagai persembahan yang tak bercacat, akan
menyucikan hati nurani kita dari perbuatan-perbuatan yang sia-sia, supaya kita
dapat beribadah kepada Allah yang hidup”.
2. Mahaada.
Maz 139:7-10 - “(7) Ke mana
aku dapat pergi menjauhi rohMu, ke mana aku dapat lari dari hadapanMu?
(8) Jika aku mendaki ke langit, Engkau di sana; jika aku menaruh tempat tidurku
di dunia orang mati, di situpun Engkau. (9) Jika aku terbang dengan sayap
fajar, dan membuat kediaman di ujung laut, (10) juga di sana tanganMu akan
menuntun aku, dan tangan kananMu memegang aku”.
3. Mahatahu.
·
1Kor 2:10-11 - “(10) Karena kepada kita Allah telah menyatakannya oleh Roh,
sebab Roh menyelidiki segala sesuatu, bahkan hal-hal yang tersembunyi dalam
diri Allah. (11) Siapa gerangan di antara manusia yang tahu, apa yang terdapat
di dalam diri manusia selain roh manusia sendiri yang ada di dalam dia?
Demikian pulalah tidak ada orang yang tahu, apa yang terdapat di dalam diri
Allah selain Roh Allah”.
1Kor 2:10-11 yang menunjukkan bahwa Roh Kudus itu
tahu apa yang ada dalam diri Allah, jelas menunjukkan bahwa Roh Kudus itu
mahatahu!
·
Yes 40:13 - “Siapa yang dapat mengatur Roh TUHAN atau memberi petunjuk
kepadaNya sebagai penasihat?”.
4. Mahakuasa.
·
Mat 12:28 - “Tetapi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Roh Allah,
maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang kepadamu”.
Catatan:
Kata ‘kuasa’
yang saya coret itu seharusnya tidak ada.
Ayat ini meninjau Yesus sebagai manusia, dan karena itu tidak
dikatakan bahwa Ia mengusir setan dengan kuasaNya sendiri, tetapi dengan Roh
Kudus. Bahwa Roh Kudus bisa mengusir setan, menunjukkan kemahakuasaanNya.
·
Juga fakta bahwa Roh Kudus
juga adalah Pencipta (Kej 1:2
Ayub 33:4), menunjukkan bahwa Ia maha kuasa.
Jadi, sekalipun Kitab Suci tak pernah secara explicit
mengatakan bahwa Roh Kudus itu ‘maha kuasa’, tetapi jelas bahwa Kitab Suci
menggambarkan Roh Kudus sebagai maha kuasa.
5. Suci.
Ini terlihat dari:
·
sebutan ‘kudus’.
·
Yes 63:10 - “Tetapi mereka memberontak dan mendukakan Roh KudusNya;
maka Ia berubah menjadi musuh mereka, dan Ia sendiri berperang melawan mereka”.
Bahwa pemberontakan / dosa manusia mendukakan Roh Kudus,
menunjukkan bahwa Ia suci.
c) Kitab
Suci juga menunjukkan bahwa Roh Kudus melakukan pekerjaan-pekerjaan ilahi
seperti:
1. Penciptaan
(Kej 1:2 Ayub 33:4 Maz 8:4 Ayub 26:13).
·
Kej 1:2 - “Bumi belum berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudera
raya, dan Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air”.
Tak ada alasan Kitab Suci menggambarkan kehadiran Roh
Kudus pada saat penciptaan itu, kalau Ia tidak ikut melakukan penciptaan
tersebut.
·
Ayub 33:4 - “Roh Allah telah membuat aku, dan nafas Yang Mahakuasa membuat
aku hidup”.
·
Maz 8:4 - “Jika aku melihat langitMu, buatan jariMu, bulan dan
bintang-bintang yang Kautempatkan”.
Dengan membandingkan Luk 11:20 dengan ayat
paralelnya, yaitu Mat 12:28, kita bisa menarik kesimpulan bahwa ‘jari Allah’ itu adalah ‘Roh Allah’ / ‘Roh Kudus’.
Luk 11:20 - “Tetapi jika
Aku mengusir setan dengan kuasa Allah, maka sesungguhnya Kerajaan Allah
sudah datang kepadamu”.
KJV: ‘with the finger of
God’ (= dengan
jari Allah).
RSV/NIV/NASB: ‘by the finger of God’ (= oleh jari Allah).
Mat 12:28 - “Tetapi jika
Aku mengusir setan dengan kuasa Roh Allah, maka sesungguhnya
Kerajaan Allah sudah datang kepadamu”.
Kata ‘kuasa’ yang saya coret itu seharusnya tidak ada.
·
Ayub 26:13 - “Oleh nafasNya langit menjadi cerah, tanganNya menembus
ular yang tangkas”.
Kata yang diterjemahkan ‘nafas’ di sini adalah RUAKH, dan karena itu KJV menterjemahkan
‘spirit’ (= roh).
KJV: ‘By his spirit he
hath garnished the heavens’ (= Oleh RohNya Ia telah menghias langit).
2. Melahirbarukan
(Yoh 3:5-6 Tit 3:5).
3. Mengampuni
dosa.
Ibr 10:15-17 - “Dan tentang
hal itu Roh Kudus juga memberi kesaksian kepada kita, sebab setelah Ia
berfirman: ‘Inilah perjanjian yang akan Kuadakan dengan mereka sesudah waktu
itu,’ Ia berfirman pula: ‘Aku akan menaruh hukumKu di dalam hati mereka
dan menuliskannya dalam akal budi mereka, dan Aku tidak lagi mengingat
dosa-dosa dan kesalahan mereka.’”.
Ini menunjukkan bahwa Roh Kudus mempunyai kuasa untuk
mengampuni dosa, dan karena hanya Allah yang bisa mengampuni dosa
(Mark 2:7), maka jelas bahwa Roh Kudus adalah Allah.
4. Membangkitkan
Kristus, dan / atau menghidupkan tubuh kita yang fana.
Ro 8:11 - “Dan jika Roh
Dia, yang telah membangkitkan Yesus dari antara orang mati, diam di dalam
kamu, maka Ia, yang telah membangkitkan Kristus Yesus dari antara orang mati,
akan menghidupkan juga tubuhmu yang fana itu oleh RohNya, yang diam di
dalam kamu”.
John Murray (NICNT):
“The Spirit
referred to is none other than the Holy Spirit. He that ‘raised up Jesus from
the dead’ is without question the Father ... The Father is the specific agent
in the resurrection of Christ. Since the Holy Spirit is called ‘the Spirit of
him that raised up Jesus from the dead’, this means that the Holy Spirit
sustains a close relationship to the Father in that specific action which
belongs par excellence to the Father in the economy of redemption. Just as the
Holy Spirit is the Spirit of Christ because of the intimacy of relation he
sustains to Christ in the messianic office which the name ‘Christ’ denotes, so
he is the Spirit of the Father because of the intimacy of relation he sustains
to the Father in the raising up of Jesus. ... The text followed by the version
expressly indicates that the Holy Spirit will be active in the resurrection -
‘through his Spirit that dwelleth in you’. Though the Father is the specific
agent in the resurrection of the believers as in that of Christ, this does not
exclude the agency of the Holy Spirit. ... Hence if the Holy Spirit is active
in the resurrection of believers, it would follow that he was also active in
the resurrection of Christ. For the latter is the basic and the pattern for the
former” (= Roh yang ditunjuk bukan
lain dari Roh Kudus. Dia yang ‘membangkitkan Yesus dari orang mati’, tidak
diragukan adalah sang Bapa. Bapa adalah agen spesifik dalam kebangkitan
Kristus. Karena Roh Kudus disebut ‘Roh dari Dia yang telah membangkitkan Yesus
dari antara orang mati’, ini berarti bahwa Roh Kudus mempertahankan suatu
hubungan yang dekat dengan Bapa, dalam tindakan spesifik itu, yang terutama
menjadi milik dari Bapa dalam pengaturan penebusan. Sama seperti Roh Kudus
adalah Roh Kristus karena hubungan yang intim yang Ia pertahankan dengan
Kristus dalam jabatan sebagai Mesias yang ditunjukkan oleh nama ‘Kristus’, demikian
pula Ia adalah Roh Bapa karena hubungan yang intim yang Ia pertahankan dengan
Bapa dalam membangkitkan Yesus. ... Text itu selanjutnya menunjukkan secara
jelas bahwa Roh Kudus akan aktif dalam kebangkitan - ‘melalui / oleh RohNya
yang diam dalam kamu’. Sekalipun Bapa adalah agen spesifik dalam kebangkitan
dari orang-orang percaya seperti dalam kebangkitan Kristus, ini tidak membuang
/ menyingkirkan Roh Kudus dari urusan itu. ... Karena itu, jika Roh Kudus itu
aktif dalam kebangkitan orang-orang percaya, maka Ia juga aktif dalam
kebangkitan Kristus. Karena yang terakhir ini adalah dasar dan pola dari yang
pertama) - hal 291,292.
William Hendriksen:
“In verse 11
the subject ‘He who raised Jesus - or Christ - from the dead,’ refers, of
course, to the Father. ... But note how very closely the two other persons of
the Holy Trinity are related to the Father, hence also to each other. That the
Father acts through the Spirit is plainly stated in verse 11. That even Jesus
himself did not remain entirely passive in his resurrection is implied in John
10:17,18” (= Dalam ay 11 subyek dari
‘Dia yang membangkitkan Yesus - atau Kristus - dari antara orang mati’, tentu
menunjuk kepada Bapa. ... Tetapi perhatikan betapa sangat dekatnya kedua
pribadi yang lain dari Tritunggal yang Kudus berhubungan dengan Bapa, dan
karena itu juga satu sama lain. Bahwa Bapa bertindak melalui Roh dinyatakan
dengan jelas dalam ayat 11. Bahwa bahkan Yesus sendiri tidak tinggal pasif
sepenuhnya dalam kebangkitanNya dinyatakan secara tak langsung / implicit dalam Yoh 10:17-18) -
hal 253.
Charles Hodge: “The
argument of the apostle is, that the same Spirit which was in Christ, and
raised him from the dead dwells in us, even in our bodies (1Cor. 6:19), and
will assuredly raise us up. ... The same Spirit which raised Christ’s body from
the grave, shall also quicken our mortal bodies” [=
Argumentasi dari sang rasul adalah bahwa Roh yang sama yang ada di dalam
Kristus, dan membangkitkan Dia dari antara orang mati, tinggal di dalam kita,
yaitu di dalam tubuh kita (1Kor 6:19), dan pasti akan membangkitkan kita. ...
Roh yang sama yang membangkitkan tubuh Kristus dari kubur, juga akan
menghidupkan tubuh kita yang fana] - hal 260.
Ini semua jelas juga menunjukkan kemahakuasaan dari Roh
Kudus. Sekali lagi saya tegaskan bahwa sekalipun tidak pernah dikatakan secara explicit dalam Kitab Suci bahwa Roh Kudus itu maha kuasa, dan
sekalipun Roh Kudus tidak pernah disebut dengan istilah Ibrani SHADDAY ataupun
istilah Yunani PANTOKRATOR, yang artinya ‘mahakuasa’, tetapi tindakan-tindakan
yang dilakukan oleh Roh Kudus menunjukkan bahwa Ia maha kuasa. Kitab Suci tidak
harus menunjukkan kemaha-kuasaan Roh Kudus dengan menggunakan kata SHADDAY atau
PANTOKRATOR. Kitab Suci bebas menunjukkannya dengan cara lain.
d) Nama
Roh Kudus ditempatkan dalam posisi yang sejajar dengan nama Bapa dan Anak,
seperti dalam:
·
Mat 28:19 - “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu dan
baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus”.
·
2Kor 13:13 - “Kasih karunia Tuhan Yesus Kristus, dan kasih Allah, dan
persekutuan Roh Kudus menyertai kamu sekalian”.
Memang kalau ada 3 nama diletakkan dalam satu ayat /
text, itu tidak harus membuktikan bahwa ketiganya setingkat. Tetapi dalam
kasus-kasus tertentu, 3 nama yang diletakkan berjajar bisa menunjukkan bahwa
mereka setingkat. Misalnya kalau dikatakan ada konperensi tingkat tinggi 3
negara, maka kalau negara yang satu mengirimkan kepala negara, maka pasti kedua
negara yang lain juga demikian. Kalau negara yang satu mengirim menteri luar
negeri, maka pasti kedua negara yang lain juga demikian. Dan perlu diperhatikan
bahwa dalam Mat 28:19 nama Bapa, Anak dan Roh Kudus disejajarkan bukan
dalam sembarang peristiwa, tetapi dalam formula baptisan, yang merupakan
sesuatu yang sakral. Adalah aneh, bahkan tidak masuk akal, kalau Yesus
memerintahkan supaya seseorang dibaptis dalam nama Bapa (yang adalah Allah),
Anak (yang juga adalah Allah), dan Roh Kudus (yang bukan Allah, bahkan bukan
pribadi). Demikian juga dalam 2Kor 13:13 Paulus menyejajarkan Yesus, Allah
(Bapa) dan Roh Kudus, bukan dalam peristiwa sembarangan, tetapi pada saat ia
memberi berkat kepada gereja Korintus, yang lagi-lagi merupakan sesuatu yang
sakral. Karena itu, text-text ini bisa dijadikan dasar bahwa Bapa, Anak, dan
Roh Kudus itu setingkat. Dan ini membuktikan bahwa Roh Kudus adalah Allah
sendiri!
D) Allah adalah
Sumber dari Roh Kudus.
Kesalahan keempat dalam ajaran Saksi Yehuwa tentang Roh
Kudus adalah bahwa mereka menganggap Allah sebagai sumber dari Roh Kudus. Bahwa
mereka memang mempunyai pandangan seperti itu terlihat dari kutipan di bawah
ini.
Saksi-Saksi Yehuwa mengatakan: “In the Bible, two letters bearing Peter’s name were written by
him, a man; but this fact did not make his letters writings of mere human
manufacture. Peter’s letters had holy spirit behind them. Hence they were
inspired by Jehovah God, the Source of holy spirit” (= Dalam Alkitab, dua surat menggunakan
nama Petrus ditulis oleh dia, seorang manusia; tetapi fakta ini tidak membuat
surat-suratnya menjadi semata-mata tulisan-tulisan buatan manusia. Surat-surat
Petrus mempunyai roh kudus di belakang mereka. Karena itu mereka diilhami oleh Allah
Yehuwa, Sumber dari roh kudus) - ‘CD - Watchtower’, ‘The Holy
Spirit’, ch
4, no 6b.
Saksi-Saksi Yehuwa mengatakan: “Jesus Christ himself recognized God as the Source of holy
spirit. In evidence of this, he said to human fathers of his day: ‘If you,
although being wicked, know how to give good gifts to your children, how much
more so will the Father in heaven give holy spirit to those asking him!’ - Luke
11:13. A royal ancestor of Christ also recognized God as the Source of holy spirit.
This recognition became manifest when he confessed his wrongdoing before God,
begged forgiveness and said: ‘Do not throw me away from before your face; and
your holy spirit O do not take away from me.’ (Psalm 51:11) For King David
to be deprived of holy spirit would mean for him to be cut off from its Source” [= Yesus Kristus sendiri mengakui
Allah sebagai Sumber dari roh kudus. Sebagai bukti dari ini, ia berkata kepada
bapa-bapa manusia dari jamannya: ‘jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian
yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan
Roh Kudus kepada mereka yang meminta kepadaNya.’ - (Lukas 11:13). Seorang nenek
moyang Kristus yang adalah seorang raja juga mengakui Allah sebagai Sumber dari
roh kudus. Pengakuan ini menjadi nyata pada waktu ia mengakui kesalahannya di
hadapan Allah, meminta pengampunan dan berkata: ‘Janganlah membuang aku dari
hadapanMu, dan janganlah mengambil rohMu yang kudus dari padaku! (Maz 51:13).
Bagi Raja Daud dicabut / dihilangkan roh kudusnya berarti dipotong dari
Sumbernya] -
‘CD - Watchtower’, ‘The Holy Spirit’, ch 1, no 14b-15.
Bantahan:
a) Kalau
saudara membaca kedua ayat yang digunakan oleh Saksi-Saksi Yehuwa itu, jelas bahwa
kedua ayat itu tidak pernah mengatakan bahwa Allah adalah sumber dari Roh
Kudus. Bahwa Allah memberikan Roh Kudus atau bahwa Allah bisa mengambil Roh
KudusNya dari diri raja Raja Daud, tak menunjukkan bahwa Allah adalah sumber
dari Roh Kudus.
b) Arti
dari Luk 11:13.
Luk 11:13 - “Jadi jika kamu yang jahat
tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang
di sorga! Ia akan memberikan Roh Kudus kepada mereka yang meminta
kepadaNya.’”.
Ayat yang paralel dengan Luk 11:13
adalah Mat 7:11 - “Jadi jika kamu yang jahat
tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang
di sorga! Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta
kepadaNya.’”.
Dalam Luk 11:13 disebutkan ‘Roh Kudus’ (dalam bahasa
Yunani tanpa definite article ‘the’).
Apa artinya? Ada beberapa penafsiran:
1. Yang dimaksud betul-betul adalah
Roh Kudus (pribadi ke-3 dari Allah Tritunggal), tetapi ini hanya berlaku
untuk jaman itu. Mereka disuruh minta Roh Kudus karena pada saat itu Roh Kudus
belum turun (peristiwa itu terjadi sebelum hari Pentakosta).
Pada jaman ini setiap orang yang percaya
kepada Kristus, pasti sudah menerima Roh Kudus sehingga tak perlu minta lagi.
Ef 1:13 - “Di dalam Dia
kamu juga - karena kamu telah mendengar firman kebenaran, yaitu Injil
keselamatanmu - di dalam Dia kamu juga, ketika kamu percaya, dimeteraikan
dengan Roh Kudus, yang dijanjikanNya itu”.
Ro 8:9 - “(9) Tetapi
kamu tidak hidup dalam daging, melainkan dalam Roh, jika memang Roh Allah diam
di dalam kamu. Tetapi jika orang tidak memiliki Roh Kristus, ia bukan milik
Kristus”.
2. Itu berarti ‘kehadiran dan
pekerjaan Roh Kudus dalam diri kita’.
Pulpit Commentary:
“Here the Lord,
... pictures the case of one who deserves a special deepening of the spiritual
life, and prays some prayer for the presence of the Holy Spirit. Such a prayer,
says Christ, must be granted” (= Di sini
Tuhan, ... menggambarkan kasus dari seseorang yang layak mendapatkan pendalaman
kehidupan rohani yang khusus, dan mendoakan suatu doa untuk kehadiran dari Roh
Kudus. Doa seperti itu, kata Kristus, pasti dikabulkan) - hal 302.
3. Itu
berarti hal-hal yang bersifat rohani.
Calvin (hal 354) termasuk dalam golongan ini.
4. Istilah
‘Roh Kudus’ berarti /
menunjuk kepada ‘semua hal yang baik’.
William Hendriksen:
“Here
Matthew’s version has ‘good gifts,’ while Luke’s has ‘the Holy Spirit.’ These
two are in perfect accord, for is not the Holy Spirit the very Source of all
that is good?” (= Di sini versi Matius
mengatakan ‘’pemberian yang baik’ sementara versi Lukas mengatakan ‘Roh Kudus’.
Kedua hal ini sesuai secara sempurna, karena bukankah Roh Kudus adalah Sumber
dari semua yang baik?) - hal 613-614.
Bandingkan Luk 11:13 ini dengan Yes 44:3b - “Aku akan mencurahkan RohKu ke atas keturunanmu, dan berkatKu
ke atas anak cucumu”. Ini bisa dianggap
sebagai 2 kalimat paralel yang sinonim / berarti sama, sehingga ‘RohKu’ = ‘berkatKu’.
Saya condong pada penafsiran yang terakhir. Yang manapun
dari penafsiran-penafsiran di atas tidak menunjukkan bahwa Allah adalah sumber
dari Roh Kudus.
c) Arti
dari Maz 51:13.
Maz 51:13 - “Janganlah
membuang aku dari hadapanMu, dan janganlah mengambil rohMu yang kudus dari
padaku!”.
1. Maz 51
adalah doa pengakuan raja Daud setelah ia disadarkan oleh nabi Natan akan
dosanya dalam persoalan Batsyeba dan Uria.
2. Daud
menaikkan permohonan ini, mungkin sekali karena mengingat akan kasus raja Saul,
yang karena dosanya, lalu ditinggalkan oleh Roh Tuhan.
1Sam 16:14 - “Tetapi Roh
TUHAN telah mundur dari pada Saul, dan sekarang ia diganggu oleh roh jahat yang
dari pada TUHAN”.
2Sam 7:15 - “Tetapi kasih
setiaKu tidak akan hilang dari padanya, seperti yang Kuhilangkan dari pada
Saul, yang telah Kujauhkan dari hadapanmu”.
3. Dalam
Perjanjian Lama, Roh Kudus diberikan hanya kepada orang-orang tertentu saja,
bukan kepada setiap orang yang percaya. Roh Kudus diberikan untuk menolong
orang yang menerimaNya melayani Tuhan. Kalau Tuhan tidak lagi menghendaki
pelayanan orang itu, Ia menarik kembali RohNya, dan ini yang terjadi dalam
kasus raja Saul.
4. Tetapi
dalam Perjanjian Baru:
·
Roh Kudus diberikan kepada
semua orang yang percaya.
Kis 2:38 - “Jawab Petrus
kepada mereka: ‘Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu
dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan
menerima karunia Roh Kudus”.
Yoh 7:38-39 - “(38)
Barangsiapa percaya kepadaKu, seperti yang dikatakan oleh Kitab Suci: Dari
dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran air hidup.’ (39) Yang dimaksudkanNya
ialah Roh yang akan diterima oleh mereka yang percaya kepadaNya; sebab
Roh itu belum datang, karena Yesus belum dimuliakan”.
Ef 1:13 - “Di dalam Dia
kamu juga - karena kamu telah mendengar firman kebenaran, yaitu Injil
keselamatanmu - di dalam Dia kamu juga, ketika kamu percaya, dimeteraikan
dengan Roh Kudus, yang dijanjikanNya itu”.
Ro 8:9 - “(9) Tetapi
kamu tidak hidup dalam daging, melainkan dalam Roh, jika memang Roh Allah diam
di dalam kamu. Tetapi jika orang tidak memiliki Roh Kristus, ia bukan milik
Kristus”.
1Kor 12:13 - “Sebab dalam
satu Roh kita semua, baik orang Yahudi, maupun orang Yunani, baik budak,
maupun orang merdeka, telah dibaptis menjadi satu tubuh dan kita
semua diberi minum dari satu Roh”.
·
Roh Kudus tidak akan
ditarik dari orang kepada siapa Ia telah diberikan.
Yoh 14:16 - “Aku akan
minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain,
supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya”.
Ibr 13:5b - “Karena Allah
telah berfirman: ‘Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku
sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau.’”.
d) Bagaimana
Allah bisa merupakan sumber dari tenaga / kuasaNya sendiri?
Bahwa Saksi-Saksi Yehuwa mempercayai Roh Kudus sebagai
kuasa / tenaga aktif Allah, dan bisa juga mempercayai Allah sebagai sumber dari
Roh Kudus, merupakan sesuatu yang sangat aneh. Bagaimana mungkin seseorang
merupakan sumber dari kuasa / tenaganya sendiri?
a) Pengakuan-pengakuan
Iman berkenaan dengan hal ini.
1. Pengakuan Iman Nicea -
Konstantinople (Toledo):
“And I believe in the Holy Ghost, the Lord and Giver of
life, who proceedeth from the Father and the Son, who, with the Father
and the Son together is worshipped and glorified, who spake by the prophets” (= Dan aku percaya kepada Roh
Kudus, Tuhan dan Pemberi kehidupan, yang keluar dari Bapa dan Anak,
yang bersama-sama dengan Bapa dan Anak disembah dan dimuliakan, yang telah
berfirman dengan perantaraan para nabi).
2. Pengakuan Iman Athanasius:
“21. The Son is from
the Father alone, neither made, nor created, but begotten. 22. The Holy Ghost is from the
Father and the Son, neither made, nor created, nor begotten, but proceeding. ... 24. And in this trinity no one
is first or last, no one is greater or less. 25. But all the three co-eternal persons are co-equal
among themselves; so that through all, as is above said, both unity in trinity,
and trinity in unity is to be worship” (= 21. Anak itu dari Bapa saja, tidak
dibuat, tidak dicipta, tetapi diperanakkan. 22. Roh Kudus itu dari Bapa
dan Anak, tidak dibuat, tidak dicipta, tidak diperanakkan, tetapi keluar.
... 24. Dan dalam tritunggal ini tidak ada yang pertama atau terakhir,
tidak ada yang lebih besar atau lebih kecil. 25. Tetapi ketiga pribadi
yang sama-sama kekal dan setara di antara mereka sendiri; sehingga mereka semua
secara keseluruhan, seperti dikatakan di atas, baik kesatuan dalam tritunggal,
maupun tritunggal dalam kesatuan, harus disembah) - A. A. Hodge, ‘Outlines of Theology’, hal
117-118.
b) Doktrin
ini dikenal dengan dengan istilah ‘The Eternal Procession of the Holy Spirit’.
·
‘to proceed’ = keluar.
·
‘procession’ = tindakan keluar.
·
‘eternal’ = kekal.
c) Hubungan
doktrin ‘The
Eternal Generation of the Son’ dengan ‘The Eternal
Procession of the Holy Spirit’.
1. Ada
persamaan antara ‘eternal generation’ dan ‘eternal procession’.
Sebagaimana Bapa terus menerus memperanakkan Anak,
demikian juga Bapa dan Anak terus menerus mengeluarkan Roh Kudus. Dengan kata
lain, hal ini bukanlah sesuatu yang dilakukan oleh Bapa dan Anak di masa yang
lalu, tetapi merupakan tindakan yang dilakukan secara terus-menerus. Tidak ada
saat dimana Bapa dan Anak tidak mengeluarkan Roh Kudus.
Kalau doktrin ‘The Eternal Generation of the Son’ diilustrasikan dengan matahari yang terus menerus
memancarkan sinarnya, maka doktrin ‘The Eternal Procession of the Holy Spirit’ bisa diilustrasikan dengan matahari dan sinar yang terus
menerus mengeluarkan panas.
Karena ini merupakan tindakan kekal, maka:
a. Tidak
ada perubahan dalam diri Allah.
b. Bapa,
Anak, dan Roh Kudus sama kekalnya.
2. Perbedaan
‘Generation’ dengan ‘Spiration’.
a. ‘Generation’ adalah pekerjaan Bapa saja, sedangkan ‘Spiration’
merupakan pekerjaan Bapa dan Anak.
b. Karena
adanya ‘Generation’, maka Anak bisa ikut ambil bagian dalan ‘Spiration’.
c. Secara
logika (bukan secara chronologis!), ‘Generation’ mendahului ‘Spiration’.
Tetapi faktanya adalah bahwa keduanya sama-sama merupakan tindakan kekal.
Catatan:
·
kata ‘spiration’
tidak ada dalam kamus, bahkan dalam kamus Webster sekalipun. Kalau ‘procession’
berarti ‘tindakan keluar / dikeluarkan’, maka ‘spiration’ berarti
‘tindakan mengeluarkan’ / ‘menghembuskan’.
W. G. T. Shedd: “The theological term
‘spiration’ comes from the Biblical term ‘Spirit,’ appropriated to the third
person”
(= Istilah theologia ‘spiration’ berasal dari istilah
Alkitab ‘Spirit’, disesuaikan kepada
pribadi ketiga)
- ‘Shedd’s Dogmatic Theology’, vol I, hal 287.
W. G. T. Shedd: “Generation and spiration
are subjective and active in signification. They denote the acts of a Divine
person or persons, as related to another Divine person. Filiation and
procession are objective and passive in signification. They denote the results
of the acts, that is, the eternal processes consequent upon them. The first
person subjectively and actively generates the second person, and eternal
filiation is objectively and passively the result, or process, ensuing from it.
The first and second persons subjectively and actively spirate the third
person, and eternal procession is objectively and passively the result” (= ‘Generation’ dan ‘spiration’ mempunyai pengertian yang
bersifat subyek dan aktif. Hal-hal itu merupakan tindakan-tindakan dari suatu
pribadi Ilahi, atau pribadi-pribadi Ilahi, berhubungan dengan pribadi Ilahi
yang lain. ‘Filiation’ dan ‘procession’ mempunyai pengertian yang bersifat
obyek dan pasif. Hal-hal ini merupakan hasil dari tindakan-tindakan, yaitu,
sebagai akibat dari proses-proses kekal itu pada mereka. Pribadi pertama secara
subyektif dan aktif ‘generates’ / memperanakkan pribadi
kedua, dan ‘filiation’ yang kekal secara obyektif
dan pasif merupakan hasilnya, atau proses, yang terjadi dari hal itu. Pribadi
pertama dan kedua secara subyektif dan aktif ‘spirate’ / mengeluarkan pribadi
ketiga, dan ‘procession’ yang kekal adalah hasilnya
secara obyektif dan pasif) - ‘Shedd’s Dogmatic Theology’, vol I, hal 287.
Catatan:
*
sebagaimana
‘spiration’ merupakan pasangan dari ‘procession’, demikian pula ‘generation’ merupakan pasangan dari ‘filiation’.
*
kata
‘process’ (= proses) yang saya garis bawahi itu mungkin berarti
‘tindakan pasif’, sebagai lawan dari ‘act’ [= tindakan (aktif)]. Ini
terlihat dari kata-kata Shedd sebagai berikut:
“The first Person is
distinguished by two acts, and no process. ... The second person is
distinguished by one act, and one process. ... The third Person is
distinguished by a process, and no act” (= Pribadi pertama
dibedakan / dikenal oleh dua tindakan, dan tidak ada proses / tindakan pasif.
... Pribadi kedua dibedakan / dikenal oleh satu tindakan, dan satu proses /
tindakan pasif. ... Pribadi ketiga dibedakan / dikenal oleh suatu proses, dan
tidak ada tindakan) - ‘Shedd’s Dogmatic Theology’, vol I, hal 293.
·
dalam Kamus Webster kata ‘inspiration’ diartikan ‘a breathing in’
(= mengambil nafas); ‘drawing air into the lungs’ (= memasukkan udara ke dalam paru-paru).
·
kalau ‘procession’
adalah ‘the property of the Holy Spirit’ (= milik Roh Kudus),
maka ‘spiration’ adalah ‘the property of the Father and the Son’
(= milik Bapa dan Anak).
Tetapi Louis Berkhof berkata:
“This procession of the
Holy Spirit, briefly called spiration, is his personal property” (= Keluarnya Roh Kudus,
secara singkat disebut ‘spiration’, adalah milik pribadiNya) - ‘Systematic Theology’, hal 97.
Kelihatannya ia mencampuradukkan ‘procession’ dan ‘spiration’.
d) Dasar
Kitab Suci dari ‘the eternal procession of the Holy Spirit from the Father
and the Son’.
Sebetulnya hanya 1 ayat yang secara explicit mengatakan
bahwa Roh Kudus itu keluar, dan itupun hanya dari Bapa.
Yoh 15:26 - “Jikalau
Penghibur yang akan Kuutus dari Bapa datang, yaitu Roh Kebenaran yang keluar
dari Bapa, Ia akan bersaksi tentang Aku”.
Catatan:
untuk petunjuk memudahkan mengingat ayat ini. Kalau Yoh 5:26 berbicara
tentang ‘the
eternal generation of the Son’, maka
Yoh 15:26 berbicara tentang ‘the eternal procession of the Holy Spirit’.
Adanya Yoh 15:26 yang secara explicit mengatakan
bahwa Roh Kudus keluar dari Bapa, dan tidak adanya ayat yang secara explicit
menyatakan bahwa Roh Kudus keluar dari Anak, menyebabkan Gereja Orthodox
menganggap bahwa Roh Kudus hanya keluar dari Bapa.
Tetapi Gereja Roma Katolik, yang lalu diikuti oleh
Gereja-gereja Protestan, mengakui bahwa Roh Kudus keluar dari Bapa dan dari
Anak, karena:
1. Roh
Kudus disebut sebagai:
·
Roh Allah / Roh Bapa (Ro
8:9 Mat 10:20).
·
Roh Kristus / Roh Yesus /
Roh Tuhan / Roh Yesus Kristus / Roh Anak (Kis 5:9 Kis 8:39 Kis
16:7 Ro 8:9 Gal 4:6 Fil 1:19 1Pet 1:11).
Kata ‘Roh’ bisa diartikan sebagai ‘nafas’ dan karena itu penyebutanNya sebagai ‘Roh Bapa’ dan ‘Roh Anak’ secara tidak
langsung menunjukkan bahwa Ia keluar dari Bapa dan Anak.
Bandingkan dengan:
a. Yoh 20:22
dimana Anak menghembuskan Roh Kudus.
Yoh 20:22 - “Dan sesudah berkata
demikian, Ia mengembusi mereka dan berkata: ‘Terimalah Roh Kudus”.
W. G. T. Shedd: “This spiration of the
Spirit in time, was symbolical of the eternal spiration in the Godhead” (= ‘Spiration’ / penghembusan dari Roh dalam waktu ini, merupakan simbol dari
‘spiration’ kekal dalam Allah) - ‘Shedd’s Dogmatic Theology’, vol I, hal 292.
b. Maz 33:6 - “Oleh firman TUHAN langit telah
dijadikan, oleh nafas (RUAKH) dari mulutNya segala tentaranya”.
Di sini kata RUAKH diterjemahkan ‘nafas’ karena adanya
kata ‘mulut’
yang mengikutinya. Dan ada 2 penafsiran tentang kata-kata ‘nafas dari mulutNya’
ini:
¨
Ini menunjuk kepada kata-kata
/ firman dari mulut Allah. Dengan diartikan seperti ini maka Maz 33:6b menjadi
sejalan / identik dengan Maz 33:6a.
¨
Ini menunjuk kepada Roh
Kudus. Dengan diartikan seperti ini maka Maz 33:6b menunjukkan bahwa Roh
Kudus adalah pencipta, dan bahwa Ia digambarkan sebagai nafas yang keluar dari
mulut Allah / YAHWEH.
Matthew Henry: “All things were made by
the word of the Lord and by the breath of his mouth. Christ is the Word, the
Spirit is the breath, so that God the Father made the world, as he rules it and
redeems it, by his Son and Spirit” (= Segala
sesuatu dibuat oleh / dengan firman Tuhan dan oleh / dengan nafas dari
mulutNya. Kristus adalah Firman, Roh adalah nafas, sehingga Allah Bapa membuat
dunia / alam semesta, sebagaimana Ia memerintahnya dan menebusnya, oleh /
dengan Anak dan RohNya).
Jamieson, Fausset & Brown: “The DIVINE WORD and the DIVINE SPIRIT
cooperated at creation” (=
FIRMAN ILAHI dan ROH ILAHI bekerja sama pada penciptaan).
Catatan: saya sendiri meragukan bahwa kata
‘firman’ dalam Maz 33:6a menunjuk kepada Anak.
2. Yoh 15:26
& Yoh 14:26 mengatakan bahwa Roh Kudus keluar dari Bapa dan diutus
oleh Bapa.
3. Yoh
15:26 dan 16:7 mengatakan bahwa Roh Kudus diutus oleh Anak.
e)
Bahwa Roh Kudus keluar dari
Bapa dan Anak, tidak boleh diartikan bahwa ada 2 Roh Kudus.
Herman Hoeksema: “This double procession
must not be conceived in such a way, as if there are two Spirits, one
proceeding from the Father and another Spirit proceeding from the Son, but rather
so, that the one Spirit proceeds from the Father to the Son and returns as the
Spirit of the Son to the Father” (=
Pengeluaran secara ganda ini tidak boleh dimengerti dengan cara, seakan-akan di
sana ada dua Roh, satu keluar dari Bapa dan Roh yang lain keluar dari Anak,
tetapi demikian, bahwa satu Roh keluar dari Bapa kepada Anak dan kembali
sebagai Roh dari Anak kepada Bapa) - ‘Reformed
Dogmatics’, hal 151.
f) Kalau
‘Roh Kudus keluar dari Bapa’, bukankah itu berarti bahwa ‘Bapa adalah sumber
dari Roh Kudus’?
Saya tidak tahu apakah dibenarkan menggunakan istilah ‘sumber’, tetapi memang
ada orang dalam kalangan Kristen yang menggunakannya. Tetapi ini tetap tidak
membenarkan ajaran Saksi Yehuwa. Untuk jelasnya perhatikan kutipan di bawah
ini.
James Elder Cumming:
“We are
taught that the Holy Spirit ‘proceedeth from the Father’ (John 15:26). By this
is meant that God the Father is the Source whence the Spirit issues, and yet
not in such a sense that He ever began to proceed from Him, or that there ever
was a moment in which He was not so proceeding. It is not only Procession, but
Eternal Procession, that is true of Him” (= Kita
diajar bahwa Roh Kudus ‘keluar dari Bapa’ (Yoh 15:26). Dengan ini dimaksudkan
bahwa Allah Bapa adalah Sumber dari mana Roh keluar, tetapi tidak dalam arti
bahwa Ia pernah mulai keluar dari Dia, atau bahwa pernah ada saat dimana Ia
tidak keluar. Bukan hanya ‘keluar’, tetapi ‘keluar secara kekal’, yang
merupakan sesuatu yang benar tentang Dia)
- ‘A
Handbook on the Holy Spirit’, hal 48.
Kesalahan dari ajaran Saksi Yehuwa dalam hal ini adalah:
a) Mereka
mengatakan bahwa Allah adalah sumber dari Roh Kudus, tetapi mereka tidak
mengatakan bahwa Allah adalah sumber yang kekal dari Roh Kudus.
b) Mereka
menganggap Roh Kudus sebagai tenaga aktif Allah. Ini membuat tidak masuk akal
untuk mengatakan Allah sebagai sumber dari Roh Kudus.
c) Mereka
tidak menganggap Anak sebagai sumber kekal dari Roh Kudus.
email
us at : gkri_exodus@lycos.com