Bagaimana menaklukkan dan
membongkar fitnah/dusta/kepalsuan
Saksi-saksi palsu Yehuwa?
oleh : Pdt. Budi Asali M.Div.
Biasanya
ayat-ayat yang mereka gunakan untuk menyerang doktrin Allah Tritunggal juga
adalah ayat-ayat yang menyerang keilahian Yesus dan Roh Kudus, dan ayat-ayat
itu sudah saya bahas dalam pembahasan tentang keilahian Yesus dan tentang Roh
Kudus, sehingga tidak akan saya ulang di sini. Jadi di sini saya hanya akan
membahas beberapa ayat saja, yang belum dibahas dalam pembahasan tentang
keilahian Yesus dan tentang Roh Kudus itu.
Saksi-Saksi Yehuwa mengatakan bahwa Ul 6:4 diberikan
untuk menentang doktrin Allah Tritunggal.
Saksi-Saksi Yehuwa mengatakan: “Di Ulangan 6:4, ...
bunyinya lebih tepat: ‘Yehuwa itu Allah kita, Yehuwa itu esa.’ Pernyataan ini
disampaikan kepada bangsa Israel yang tidak percaya kepada Tritunggal. Orang-orang
Babel dan Mesir menyembah allah-allah tiga serangkai, namun dijelaskan kepada
bangsa Israel bahwa Yehuwa berbeda” -
‘Bertukar Pikiran Mengenai Ayat-Ayat Alkitab’, hal 403.
Bantahan:
Di depan sudah saya jelaskan (jilid I), bahwa ayat-ayat
Kitab Suci yang menyatakan keesaan Allah (seperti Ul 6:4 Mark 12:32 Yoh 17:3 1Kor 8:4-6
1Tim 2:5
Yak 2:19) bertujuan:
a) Untuk
menentang polytheisme, bukan menentang Allah Tritunggal (ataupun keilahian
Kristus dan Roh Kudus).
b) Untuk
menyatakan bahwa hakekat Allah hanya satu, bukan bahwa pribadi
Allah hanya satu.
John Calvin: “when we hear ‘one’ we
ought to understand ‘unity of substance’; when we hear ‘three in one essence,’
the persons in this trinity are meant” (= pada
waktu kita mendengar ‘satu’ kita harus mengerti / menafsirkannya sebagai
‘kesatuan zat’; pada waktu kita mendengar ‘tiga dalam satu hakekat’, maka
pribadi-pribadi dalam Tritunggal ini yang dimaksudkan) - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book I, Chapter XIII, no 5.
Dan nanti (pada bagian ‘dasar Kitab
Suci dari doktrin Allah Tritunggal’,
saya akan menambahkan penjelasan tentang kata ‘esa’ dalam Ul 6:4 ini).
Yoh 20:17 - “Kata Yesus kepadanya (Maria Magdalena): ‘Janganlah engkau
memegang Aku, sebab Aku belum pergi kepada Bapa, tetapi pergilah kepada
saudara-saudaraKu dan katakanlah kepada mereka, bahwa sekarang Aku akan pergi
kepada BapaKu dan Bapamu, kepada AllahKu dan Allahmu.’”. Bdk. 1Pet 1:3 Wah
3:12.
Dan Saksi-Saksi Yehuwa
berkata:
a) Kalau memang Bapa adalah Allah bagi
Yesus sama seperti bagi Maria Magdalena, maka Yesus tidak akan berkata ‘AllahKu dan Allahmu’ tetapi Ia akan berkata ‘Allah kita’. Ini juga berlaku untuk
kata-kata ‘BapaKu
dan Bapamu’.
Semua ini menunjukkan bahwa Yesus mempunyai hubungan yang unik dengan Allah
Bapa, yang berbeda dengan hubungan Maria Magdalena / orang percaya dengan Allah
Bapa.
b) Tentang sebutan ‘AllahKu’ antar pribadi-pribadi dalam Allah Tritunggal.
·
Perlu diingat bahwa Yesus
adalah ‘satu-satunya Allah’ yang berinkarnasi menjadi manusia. Dan setelah
inkarnasi, Ia adalah sungguh-sungguh Allah dan sungguh-sungguh manusia, untuk
selama-lamanya (juga setelah kebangkitanNya!). Karena Ia adalah manusia, maka
Ia bisa menyebut Bapa sebagai ‘AllahKu’.
·
Mengapa Yesus tidak pernah
menyebut Roh Kudus dengan sebutan ‘AllahKu’?
Jawabnya: sekalipun sebagai manusia Yesus bisa saja
menyebut Roh Kudus dengan sebutan ‘AllahKu’, tetapi tidak ada keharusan bagi Yesus untuk menyebut
Bapa dan Roh Kudus dengan sebutan yang sama.
·
Roh Kudus tidak pernah
berinkarnasi menjadi manusia, dan karena itu Roh Kudus tidak pernah menyebut
Bapa (ataupun Yesus) dengan sebutan ‘AllahKu’.
·
Bapa juga tidak pernah
menjadi manusia, dan karena itu tidak mungkin Ia menyebut Roh Kudus / Yesus dengan
sebutan ‘AllahKu’.
Tetapi perhatikan Ibr 1:8 - “Tetapi tentang (kepada) Anak Ia (Bapa) berkata: ‘TakhtaMu, ya Allah, tetap untuk seterusnya dan
selamanya, dan tongkat kerajaanMu adalah tongkat kebenaran”.
Jadi, sekalipun Bapa tidak pernah menyebut Yesus sebagai ‘AllahKu’, tetapi
Bapa pernah menyebut / menyapa Yesus sebagai ‘Allah’ (Yunani: HO THEOS = the God).
Saksi-Saksi Yehuwa mengatakan: “Kemudian, ketika mendekati kematian, Yesus berseru: ‘Allahku,
Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?’ (Markus 15:34) Kepada siapakah Yesus
berseru? Kepada dirinya sendiri atau bagian dari dirinya? Pasti seruan itu,
‘Allahku,’ tidak berasal dari seseorang yang menganggap dirinya sendiri Allah.
Dan jika Yesus adalah Allah, maka oleh siapa ia ditinggalkan? Dirinya sendiri?
Hal itu tidak masuk akal” - ‘Haruskah Anda Percaya Kepada Tritunggal?’, hal 18.
Pada saat di kayu salib, Yesus (sebagai Allah dan
manusia) ditinggalkan oleh BapaNya. Pada saat itu, karena Yesus sedang
memikul hukuman dosa umat manusia, dan karena hukuman dari dosa adalah
perpisahan dengan Allah / Bapa (Yes 59:1-2 2Tes 1:9), maka Yesus harus mengalami keterpisahan
dengan Bapa. Keterpisahan ini bukanlah merupakan keterpisahan secara lokal,
seakan-akan Bapa ada di sini dan Yesus ada di sana. Ingat bahwa Mereka berdua
maha ada, sehingga tidak mungkin bisa ada keterpisahan secara lokal. Jadi
Mereka hanya terpisah secara rohani, seperti sepasang suami istri yang
sedang bertengkar, yang sekalipun tetap serumah tetapi tidak saling menyapa
satu dengan yang lain.
Catatan:
keterpisahan rohani ini cocok dengan hukuman orang berdosa dalam neraka, yang
jelas juga mengalami keterpisahan rohani, bukan keterpisahan lokal, dari Allah
(mengingat bahwa Allah itu maha ada).
Dalam doktrin Allah Tritunggal, kita mempercayai bahwa
Yesus dan Bapa adalah dua pribadi yang berbeda (distinct),
dan karena itu Bapa bisa meninggalkan Yesus. Tetapi dalam doktrin Allah
Tritunggal juga dikatakan bahwa Mereka mempunyai satu hakekat yang sama, dan
ini yang menyebabkan kita tidak bisa mengerti bagaimana Bapa bisa meninggalkan
Anak. Ini tidak perlu merisaukan kita, karena dalam persoalan Kristologi maupun
Allah Tritunggal, otak kita yang terbatas memang tidak akan bisa mengertinya
secara keseluruhan. Tetapi semua ini bukan tidak masuk akal, tetapi melampaui
akal.
Ini mereka anggap bertentangan dengan doktrin Allah
Tritunggal yang menyatakan kesetaraan dari Pribadi-pribadi dalam Allah
Tritunggal.
Mat 12:31-32 - “(31) Sebab
itu Aku berkata kepadamu: Segala dosa dan hujat manusia akan diampuni, tetapi
hujat terhadap Roh Kudus tidak akan diampuni. (32) Apabila seorang mengucapkan
sesuatu menentang Anak Manusia, ia akan diampuni, tetapi jika ia menentang Roh
Kudus, ia tidak akan diampuni, di dunia ini tidak, dan di dunia yang akan
datangpun tidak”.
Saksi-Saksi Yehuwa mengatakan: “Andai kata Roh Suci adalah
suatu pribadi dan adalah Allah, ayat ini dengan tegas bertentangan dengan
doktrin Tritunggal, karena itu berarti bahwa dalam beberapa hal Roh Suci lebih
besar dari pada Anak. Sebaliknya, apa yang Yesus katakan menunjukkan bahwa
Bapa, yang empunya ‘Roh’ itu, lebih besar dari pada Yesus, Anak Manusia” - ‘Bertukar Pikiran Mengenai Ayat-Ayat Alkitab’, hal
397-398.
a) Ada
beberapa penafsiran yang salah tentang text ini:
1. Menghujat
Yesus bisa diampuni; menghujat Roh Kudus tidak bisa diampuni. Jadi Roh Kudus
lebih besar dari pada Yesus. Ini jelas merupakan ajaran sesat!
2. Untuk
dosa menghujat Roh Kudus memang tidak ada pengampunan sesudah mati,
tetapi untuk dosa-dosa lain, ada! Karena itu ayat ini dipakai sebagai dasar
oleh Gereja Roma Katolik untuk mengajarkan api pencucian.
Tetapi, kata-kata ‘di dunia
yang akan datangpun tidak’ menunjuk pada
hari penghakiman, atau berarti ‘tidak akan pernah
diampuni’. Bagian ini tidak menunjuk
pada ‘Intermediate
State’ (= keadaan antara kematian dan
kebangkitan / kedatangan Yesus yang keduakalinya).
3. Seadanya
penghinaan kepada Allah tidak bisa diampuni. Penafsiran ini juga pasti salah
karena Paulus sendiri dulunya juga seorang penghujat, tetapi toh bisa diampuni.
1Tim 1:13 - “aku yang
tadinya seorang penghujat dan seorang penganiaya dan seorang ganas, tetapi
aku telah dikasihaniNya, karena semuanya itu telah kulakukan tanpa pengetahuan
yaitu di luar iman”.
4. Menghujat
Roh Kudus diartikan sebagai ‘terus menerus menolak
dorongan Roh Kudus untuk percaya kepada Yesus sampai kita mati’. Tetapi ini juga pasti salah karena adanya kata-kata ‘di dunia ini tidak’ (ay
32).
5. Menghujat
Anak Manusia diartikan menghujat Yesus sebagai manusia, sedangkan menghujat Roh
Kudus diartikan menghujat Yesus sebagai Allah. Ini juga salah, karena:
·
Tidak biasanya Yesus
sebagai Allah disebut dengan istilah ‘Roh Kudus’.
·
Kalau memang artinya
seperti itu, maka ‘kontras antara menghujat Anak
Manusia dan menghujat Roh Kudus’
merupakan bagian yang sangat vital yang tidak mungkin dihapuskan. Tetapi
kenyataannya, Markus menghapuskan bagian itu (Mark 3:28-30).
Mark 3:28-30 - “(28) Aku
berkata kepadamu: Sesungguhnya semua dosa dan hujat anak-anak manusia akan
diampuni, ya, semua hujat yang mereka ucapkan. (29) Tetapi apabila seorang
menghujat Roh Kudus, ia tidak mendapat ampun selama-lamanya, melainkan bersalah
karena berbuat dosa kekal.’ (30) Ia berkata demikian karena mereka katakan
bahwa Ia kerasukan roh jahat”.
b) Penafsiran
yang benar tentang text ini.
Mat 12:22-25 - “(22)
Kemudian dibawalah kepada Yesus seorang yang kerasukan setan. Orang itu buta
dan bisu, lalu Yesus menyembuhkannya, sehingga si bisu itu berkata-kata dan melihat.
(23) Maka takjublah sekalian orang banyak itu, katanya: ‘Ia ini agaknya Anak
Daud.’ (24) Tetapi ketika orang Farisi mendengarnya, mereka berkata: ‘Dengan
Beelzebul, penghulu setan, Ia mengusir setan.’ (25) Tetapi Yesus mengetahui
pikiran mereka lalu berkata kepada mereka: ‘Setiap kerajaan yang
terpecah-pecah pasti binasa dan setiap kota atau rumah tangga yang
terpecah-pecah tidak dapat bertahan”.
Untuk mengerti bagian ini, ada beberapa hal yang perlu
disoroti:
1. Mat 12:22-24
menunjukkan bahwa dari tindakan Yesus itu orang awam (orang banyak) saja tahu,
bahwa Yesus adalah Mesias (catatan: ‘Anak Daud’ adalah gelar untuk Mesias). Mereka bisa menyimpulkan
seperti itu karena dalam Yes 35:5-6 ada suatu nubuat tentang Mesias, yang
berkata: “(5) Pada waktu itu mata orang-orang buta akan
dicelikkan, dan telinga orang-orang tuli akan dibuka. (6) Pada waktu itu orang
lumpuh akan melompat seperti rusa, dan mulut orang bisu akan bersorak-sorai;
sebab mata air memancar di padang gurun, dan sungai di padang belantara”. Dan pada saat itu Yesus menyembuhkan orang yang buta
dan bisu, sehingga mereka menyimpulkan bahwa Yesus adalah Mesias. Kalau orang
awam saja bisa menyimpulkan seperti itu, mungkinkan orang-orang Farisi tidak?
2. Mat 12:25
menyatakan bahwa Yesus tahu pikiran mereka. Jadi pikiran / motivasi mereka
lebih berperan dari pada sekedar kata-kata mereka dalam Mat 12:24.
3. Mengapa
Yesus berkata tentang ‘menghujat Roh Kudus’? Mengapa bukan Bapa atau Anak? Jelas karena fungsi Roh
Kudus adalah menerangi hati / pikiran seseorang sehingga bisa mengerti dan
percaya kepada Firman Tuhan / Injil.
Jadi artinya adalah: orang yang telah diterangi oleh Roh
Kudus sehingga bagi dia sudah jelas bahwa Yesus adalah Mesias / Juruselamat,
tetapi dengan sengaja ia menolak semua itu dan menganggapnya sebagai ajaran
setan. Jadi, yang ditekankan bukan penghinaan terhadap diri / pribadi Roh
Kudus, tetapi penolakan terhadap pekerjaan Roh Kudus dalam diri orang itu.
‘Tidak akan diampuni’
berarti orangnya tidak mungkin bertobat / menjadi orang percaya. Tuhan akan
mengeraskan hati orang yang sudah melakukan dosa ini sehingga ia tidak bakal
percaya kepada Yesus. Karena itu orang Kristen yang sejati tidak mungkin pernah
dan tidak mungkin akan melakukan dosa ini.
Ayat-ayat pembanding: Ibr 6:4-6 Ibr 10:26-29
1Yoh 5:16.
c) Kalau
Roh Kudus bukan pribadi, Ia tidak mungkin bisa dihujat.
Kalau, seperti yang dipercaya oleh Saksi-Saksi Yehuwa,
Roh Kudus hanyalah sekedar kuasa dari Allah, bukan Pribadi / Allah, maka Ia
tidak mungkin dihujat. Bagaimana seseorang bisa menghujat suatu kuasa?
d) Menghujat
Roh Kudus sama dengan menghujat Bapa?
Mari kita perhatikan bagian akhir dari kata-kata
Saksi-Saksi Yehuwa di atas, yang saya kutip ulang di sini.
Saksi-Saksi Yehuwa:
“Sebaliknya, apa yang Yesus katakan menunjukkan bahwa Bapa, yang
empunya ‘Roh’ itu, lebih besar dari pada Yesus, Anak Manusia” - ‘Bertukar Pikiran Mengenai Ayat-Ayat Alkitab’, hal
398.
Dengan kata-kata ini Saksi-Saksi Yehuwa ingin
membengkokkan ‘penghujatan terhadap Roh
Kudus’ menjadi ‘penghujatan terhadap Bapa’,
dengan alasan bahwa ‘Bapalah yang empunya Roh
itu’.
Tetapi text ini sama sekali tidak berbicara tentang
penghujatan terhadap Bapa, tetapi tentang penghujatan terhadap Roh Kudus. Kalau
memang text ini memaksudkan penghujatan terhadap Bapa mengapa tidak dikatakan
menghujat Bapa, tetapi menghujat Roh Kudus?
Disamping itu, kalau penghujatan terhadap Roh Kudus
merupakan penghujatan terhadap Bapa, karena Bapa adalah yang empunya Roh itu,
apakah penghujatan terhadap Anak bukan merupakan penghujatan terhadap Bapa,
mengingat bahwa Anak itu adalah utusan Bapa, dan bahwa Kitab Suci mengatakan
bahwa barang siapa menolak Anak ia menolak Bapa (Luk 10:16)?
Yoh 6:38 - “Sebab Aku
telah turun dari sorga bukan untuk melakukan kehendakKu, tetapi untuk melakukan
kehendak Dia yang telah mengutus Aku”.
Yoh 7:16 - “Jawab Yesus
kepada mereka: ‘AjaranKu tidak berasal dari diriKu sendiri, tetapi dari Dia
yang telah mengutus Aku”.
Saksi-Saksi Yehuwa mengatakan: “Bukankah yang mengutus
lebih unggul dari yang diutus?” -
‘Haruskah Anda Percaya Kepada Tritunggal?’, hal 17.
Mereka juga bertanya: Apakah Yesus mengutus diriNya
sendiri? - ‘Haruskah Anda Percaya Kepada Tritunggal?’, hal 18.
Ayat-ayat ini tidak bisa
ditafsirkan bahwa Bapa mengutus Yesus sebagai manusia, karena ingat bahwa
selain ada banyak ayat yang menunjukkan bahwa Bapa mengutus Anak / Yesus, juga
ada ayat-ayat yang menunjukkan bahwa Bapa dan Anak mengutus Roh Kudus. Kalau
yang pertama kita artikan sebagai Bapa mengutus Yesus sebagai manusia, yang
kedua kita artikan sebagai apa?
a) Saksi-Saksi
Yehuwa sering menyerang kita dengan menggunakan asumsi / pandangan mereka
sendiri. Bahwa ‘Bapa mengutus Anak’ mereka tafsirkan sebagai ‘Yesus
mengutus diriNya sendiri’ jelas
menggunakan asumsi bahwa Allah itu hanya satu hakekat dan satu pribadi, seperti
yang mereka percayai.
Tetapi dari sudut pandang Kristen yang mempercayai bahwa sekalipun
Yesus dan Bapa mempunyai satu hakekat yang sama, tetapi Mereka adalah 2 pribadi
yang berbeda (distinct), bisa
saja yang seorang mengutus yang lain.
b) Dalam
doktrin Allah Tritunggal ada ketundukan tertentu dari Anak kepada Bapa dan dari
Roh Kudus kepada Bapa dan Anak. Ini disebut dengan istilah ‘economic subordination’, yang menunjuk pada ‘ketundukan
demi keteraturan’.
Ketundukan ini tidak menunjukkan bahwa secara hakiki
(ditinjau dari hakekatNya) Yesus memang lebih rendah dari Bapa. Ketundukan ini
ada demi keteraturan dalam pekerjaan dari Allah Tritunggal di luar
diriNya.
Illustrasi: Ini
bisa dianalogikan dengan suatu keluarga. Di hadapan Allah, dan dari sudut
hakekat, sebetulnya ayah, ibu, dan anak-anak setara.
Bahwa laki-laki dan perempuan adalah setara dari sudut
hakekat, terlihat dari kata Paulus dalam Gal 3:28 - “Dalam hal
ini tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada hamba atau orang
merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah
satu di dalam Kristus Yesus”.
Kata-kata ‘tidak ada laki-laki atau
perempuan’ maksudnya, tidak ada
perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam pandangan Allah.
Tetapi demi keteraturan dalam keluarga, maka Tuhan
memberi peraturan bahwa ayah adalah kepala keluarga, istri harus tunduk kepada
suami, dan anak-anak harus tunduk kepada orang tua (Ef 5:22 Ef 6:1).
Demikian juga dalam Allah Tritunggal. Bapa, Anak dan Roh
Kudus betul-betul setara kalau ditinjau dari sudut hakekat, karena
hakekat Mereka hanya satu. Tetapi dalam beroperasi, ada ketundukan dari pribadi
yang satu kepada pribadi yang lain.
Loraine Boettner: “This subordination of the
Son to the Father, and of the Spirit to the Father and the Son, relates not to
their essential life within the Godhead, but only to their modes of operation
or their division of labour in creation and redemption. This subordination of
the Son to the Father, and of the Spirit to the Faith and the Son, is not in
any way inconsistent with true equality” (= Ketundukan
dari Anak kepada Bapa, dan dari Roh kepada Bapa dan Anak, berhubungan bukan
dengan kehidupan hakiki mereka dalam diri Allah, tetapi hanya dengan cara
beroperasi / bekerja atau pembagian pekerjaan mereka dalam penciptaan dan
penebusan) - ‘Studies in Theology’, hal 119.
c) Hal
yang sama terjadi pada waktu dikatakan bahwa Bapa / Yesus mengutus Roh Kudus.
Yoh 14:26 - “tetapi
Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam namaKu,
Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu
akan semua yang telah Kukatakan kepadamu”.
Yoh 15:26 - “Jikalau Penghibur
yang akan Kuutus dari Bapa datang, yaitu Roh Kebenaran yang keluar dari
Bapa, Ia akan bersaksi tentang Aku”.
Yoh 16:7 - “Namun benar
yang Kukatakan ini kepadamu: Adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi.
Sebab jikalau Aku tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang kepadamu, tetapi
jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu”.
d) Kalau
Saksi-Saksi Yehuwa menganggap bahwa ‘Bapa mengutus Anak’ menunjukkan bahwa Bapa
lebih besar dari pada Anak, mengapa dari ayat-ayat yang menunjukkan bahwa ‘Anak
mengutus Roh Kudus’ mereka tidak menyimpulkan bahwa Anak lebih besar dari Roh
Kudus?
Yoh 8:17-18 - “(17) Dan dalam
kitab Tauratmu ada tertulis, bahwa kesaksian dua orang adalah sah; (18) Akulah
yang bersaksi tentang diriKu sendiri, dan juga Bapa, yang mengutus Aku,
bersaksi tentang Aku.’”.
Saksi-Saksi Yehuwa lalu
mengatakan: “Di sini Yesus menunjukkan bahwa ia dan
sang Bapa, yaitu Allah Yang Mahakuasa, harus dua kesatuan yang berbeda, jika
tidak bagaimana mungkin benar-benar ada dua saksi?” - ‘Haruskah Anda Percaya
Kepada Tritunggal?’, hal 17.
Lagi-lagi di sini Saksi-Saksi
Yehuwa menyerang kita menggunakan asumsi mereka sendiri. Memang kalau Allah itu
tunggal mutlak, seperti yang mereka percayai, tidak mungkin bisa ada 2 saksi
seperti dalam text ini. Tetapi kalau kita mempercayai Allah Tritunggal, dimana
sekalipun hanya ada satu hakekat, tetapi ada 3 pribadi yang berbeda (distinct), maka text ini tentu tidak menjadi persoalan.
Saksi-Saksi Yehuwa mengatakan: “Maka jelas, ia melihat dua
pribadi yang terpisah - namun tidak melihat roh kudus, tidak melihat Keilahian
Tritunggal” - ‘Haruskah Anda Percaya
Kepada Tritunggal?’, hal 19.
Saksi-Saksi Yehuwa mengatakan: “Apakah Alkitab mengajar bahwa ‘Roh Kudus’ adalah suatu pribadi?
... Kisah 7:55,56 melaporkan bahwa Stefanus diberi penglihatan mengenai surga
dan ia melihat ‘Anak Manusia berdiri di sebelah kanan Allah.’ Namun ia tidak
mengatakan telah melihat roh suci. (Lihat juga Wahyu 7:10; 22:1,3)” - ‘Bertukar Pikiran Mengenai
Ayat-Ayat Alkitab’, hal 394,395.
Kis 7:55-56 - “(55) Tetapi Stefanus, yang penuh
dengan Roh Kudus, menatap ke langit, lalu melihat kemuliaan Allah dan Yesus
berdiri di sebelah kanan Allah. (56) Lalu katanya: ‘Sungguh, aku melihat langit
terbuka dan Anak Manusia berdiri di sebelah kanan Allah.’”.
a) Saya
tidak tahu apakah di sini Yesus harus disoroti sebagai manusia atau sebagai
Allah. Kalau Yesus disoroti sebagai manusia, maka bisa saja ‘Allah’ dalam
Kis 7:55,56 itu menunjuk kepada Allah Tritunggal. Kalau Yesus disoroti
sebagai Allah, itu tetap tidak terlalu jadi soal, karena Yesus dan Bapa adalah
2 pribadi, maka bisa saja mereka ditunjukkan sebagai Dua. Bdk. Yoh 1:1 - “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan
Allah dan Firman itu adalah Allah”.
b) Yesus
berulangkali ditunjukkan ada di surga, ada di kanan Allah, mempunyai takhta
(Wah 7:10; 22:1,3), dsb, untuk menunjukkan bahwa setelah kebangkitanNya Ia naik
ke surga, dan setelah itu Ia duduk di sebelah kanan Allah, maksudnya Ia
mendapat tempat paling terhormat di surga.
Mengapa hal ini harus ditekankan untuk Yesus? Karena
Yesus adalah Allah yang berinkarnasi, merendahkan diri sampai mati di kayu
salib, sehingga setelah Ia bangkit dan naik ke surga, harus ditunjukkan bahwa
Ia dipermuliakan dan Ia betul-betul adalah Allah sendiri.
Bdk. Fil 2:5-11 - “(5)
Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang
terdapat juga dalam Kristus Yesus, (6) yang walaupun dalam rupa Allah, tidak
menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan,
(7) melainkan telah mengosongkan diriNya sendiri, dan mengambil rupa seorang
hamba, dan menjadi sama dengan manusia. (8) Dan dalam keadaan sebagai manusia,
Ia telah merendahkan diriNya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu
salib. (9) Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan
mengaruniakan kepadaNya nama di atas segala nama, (10) supaya dalam nama Yesus
bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada
di bawah bumi, (11) dan segala lidah mengaku: ‘Yesus Kristus adalah Tuhan,’
bagi kemuliaan Allah, Bapa!”.
Roh Kudus tidak pernah berinkarnasi, mati di salib dsb,
sehingga untuk Dia tak perlu ditekankan hal itu.
c) Tentang
Stefanus tidak melihat Roh Kudus, itu juga tidak jadi soal, karena bisa saja
itu memang tidak ditunjukkan kepada dia. Tidak dikatakan bahwa Stefanus melihat
seluruh surga. Atau, bisa saja Roh Kudus ditunjukkan kepada Stefanus,
tetapi tidak ia ceritakan, atau ia ceritakan, tetapi tidak dicatat oleh penulis
dari Kisah Rasul. Kitab Suci tidak menuliskan segala sesuatu.
d) ‘Argument from
silence’ (= argumentasi dari ke-diam-an)
seperti ini tak punya kekuatan apa-apa. Kalau Kitab Suci ‘tidak berbicara’ atau
‘diam’ tentang Roh Kudus dalam text ini, itu tak berarti bahwa Roh Kudus tidak
ada atau bahwa Ia bukan pribadi.
Kalau ‘Argument from silence’ (= argumentasi dari ke-diam-an) yang dipakai oleh Saksi-Saksi Yehuwa
di sini mau diextrimkan, itu menjadi sesuatu yang menggelikan dan tidak masuk akal.
Contoh: kalau seorang Saksi Yehuwa pulang ke rumah dan ia
hanya melihat ayahnya, dan tidak melihat ibunya, ia harus menyimpulkan bahwa
ibunya bukan pribadi! Lucu dan tolol, bukan?
e) Perbandingan
dengan orang-orang lain yang melihat Allah, surga, dan sebagainya.
1. Dalam
Kej 28:12-15 Yakub bermimpi (dan mimpi ini jelas dari Allah) dan ia melihat
Allah dan malaikat-malaikat, tetapi ia tidak melihat Yesus.
Kej 28:12-13 - “(12) Maka
bermimpilah ia, di bumi ada didirikan sebuah tangga yang ujungnya sampai di
langit, dan tampaklah malaikat-malaikat Allah turun naik di tangga itu. (13)
Berdirilah TUHAN di sampingnya dan berfirman: ‘Akulah TUHAN, Allah Abraham,
...”.
Mengapa dari text ini Saksi-Saksi Yehuwa tidak
menyimpulkan bahwa Yesus itu tidak ada / bukan pribadi?
2. Dalam
Yes 6, Yesaya melihat YAHWEH, dan para serafim, tetapi ia tidak melihat
Yesus.
Yes 6:1-10 - “(1) Dalam tahun matinya
raja Uzia aku melihat Tuhan duduk di atas takhta yang tinggi dan menjulang,
dan ujung jubahNya memenuhi Bait Suci. (2) Para Serafim berdiri di sebelah
atasNya, masing-masing mempunyai enam sayap; dua sayap dipakai untuk
menutupi muka mereka, dua sayap dipakai untuk menutupi kaki mereka dan dua
sayap dipakai untuk melayang-layang. (3) Dan mereka berseru seorang kepada
seorang, katanya: ‘Kudus, kudus, kuduslah TUHAN semesta alam, seluruh bumi
penuh kemuliaanNya!’ (4) Maka bergoyanglah alas ambang pintu disebabkan suara
orang yang berseru itu dan rumah itupun penuhlah dengan asap. (5) Lalu kataku:
‘Celakalah aku! aku binasa! Sebab aku ini seorang yang najis bibir, dan aku
tinggal di tengah-tengah bangsa yang najis bibir, namun mataku telah melihat
Sang Raja, yakni TUHAN semesta alam.’ (6) Tetapi seorang dari pada
Serafim itu terbang mendapatkan aku; di tangannya ada bara, yang diambilnya
dengan sepit dari atas mezbah. (7) Ia menyentuhkannya kepada mulutku serta
berkata: ‘Lihat, ini telah menyentuh bibirmu, maka kesalahanmu telah dihapus
dan dosamu telah diampuni.’ (8) Lalu aku mendengar suara Tuhan berkata:
‘Siapakah yang akan Kuutus, dan siapakah yang mau pergi untuk Aku?’ Maka
sahutku: ‘Ini aku, utuslah aku!’ (9) Kemudian firmanNya: ‘Pergilah, dan
katakanlah kepada bangsa ini: Dengarlah sungguh-sungguh, tetapi mengerti:
jangan! Lihatlah sungguh-sungguh, tetapi menanggap: jangan! (10) Buatlah hati
bangsa ini keras dan buatlah telinganya berat mendengar dan buatlah matanya
melekat tertutup, supaya jangan mereka melihat dengan matanya dan mendengar
dengan telinganya dan mengerti dengan hatinya, lalu berbalik dan menjadi
sembuh.’”.
Mengapa dari text-text seperti ini Saksi-Saksi Yehuwa
tidak menganggap bahwa Yesus bukan pribadi?
f) Stefanus
juga tidak dikatakan melihat malaikat-malaikat, padahal pasti malaikat-malaikat
ada di surga (Wah 5:11 7:11).
Stefanus juga tidak dikatakan melihat orang-orang percaya yang sudah mati di
surga, padahal mereka pasti ada di sana (Wah 6:9). Kalau Saksi-Saksi
Yehuwa mau konsisten dengan argumentasi mereka, bahwa ini menunjukkan bahwa Roh
Kudus bukan pribadi, maka mereka juga harus menyimpulkan malaikat-malaikat dan
orang-orang percaya yang sudah mati itu sebagai bukan pribadi.
g) Sekarang
saya akan membahas tentang 2 text dalam kitab Wahyu yang digunakan oleh
Saksi-Saksi Yehuwa.
Wah 7:10 - “Dan dengan suara nyaring
mereka berseru: ‘Keselamatan bagi Allah kami yang duduk di atas takhta dan bagi
Anak Domba!’”.
Wah 22:1,3 - “(1) Lalu ia menunjukkan
kepadaku sungai air kehidupan, yang jernih bagaikan kristal, dan mengalir ke
luar dari takhta Allah dan takhta Anak Domba itu. ... (3) Maka tidak akan ada lagi
laknat. Takhta Allah dan takhta Anak Domba akan ada di dalamnya dan
hamba-hambaNya akan beribadah kepadaNya”.
Saya kira penekanan mereka dengan text-text ini adalah
bahwa hanya terlihat adanya Bapa dan Anak, tetapi tidak ada Roh Kudus.
Sekarang mari kita bandingkan dengan:
·
Wah 4:2-5 - “(2) Segera aku dikuasai oleh Roh dan lihatlah, sebuah takhta
terdiri di sorga, dan di takhta itu duduk Seorang. (3) Dan Dia yang duduk
di takhta itu nampaknya bagaikan permata yaspis dan permata sardis; dan suatu
pelangi melingkungi takhta itu gilang-gemilang bagaikan zamrud rupanya. (4) Dan
sekeliling takhta itu ada dua puluh empat takhta, dan di takhta-takhta itu
duduk dua puluh empat tua-tua, yang memakai pakaian putih dan mahkota emas di
kepala mereka. (5) Dan dari takhta itu keluar kilat dan bunyi guruh yang
menderu, dan tujuh obor menyala-nyala di hadapan takhta itu: itulah ketujuh
Roh Allah”.
Di sini hanya ada Bapa dan Roh Kudus, tetapi tidak ada
Anak. Haruskah kita menyimpulkan bahwa Anak itu tidak ada, atau bahwa Anak itu
bukan pribadi?
·
Wah 5:1-14 - “(1) Maka aku melihat di tangan kanan Dia yang duduk di atas
takhta itu, sebuah gulungan kitab, yang ditulisi sebelah dalam dan sebelah
luarnya dan dimeterai dengan tujuh meterai. (2) Dan aku melihat seorang malaikat
yang gagah, yang berseru dengan suara nyaring, katanya: ‘Siapakah yang layak
membuka gulungan kitab itu dan membuka meterai-meterainya?’ (3) Tetapi tidak
ada seorangpun yang di sorga atau yang di bumi atau yang di bawah bumi, yang
dapat membuka gulungan kitab itu atau yang dapat melihat sebelah dalamnya. (4)
Maka menangislah aku dengan amat sedihnya, karena tidak ada seorangpun yang
dianggap layak untuk membuka gulungan kitab itu ataupun melihat sebelah
dalamnya. (5) Lalu berkatalah seorang dari tua-tua itu kepadaku: ‘Jangan engkau
menangis! Sesungguhnya, singa dari suku Yehuda, yaitu tunas Daud, telah menang,
sehingga Ia dapat membuka gulungan kitab itu dan membuka ketujuh meterainya.’
(6) Maka aku melihat di tengah-tengah takhta dan keempat makhluk itu dan di
tengah-tengah tua-tua itu berdiri seekor Anak Domba seperti telah disembelih,
bertanduk tujuh dan bermata tujuh: itulah ketujuh Roh Allah yang diutus
ke seluruh bumi. (7) Lalu datanglah Anak Domba itu dan menerima gulungan kitab
itu dari tangan Dia yang duduk di atas takhta itu. (8) Ketika Ia mengambil
gulungan kitab itu, tersungkurlah keempat
makhluk dan kedua puluh empat tua-tua itu di hadapan Anak Domba itu,
masing-masing memegang satu kecapi dan satu cawan emas, penuh dengan kemenyan:
itulah doa orang-orang kudus. (9) Dan mereka
menyanyikan suatu nyanyian baru katanya: ‘Engkau layak menerima gulungan
kitab itu dan membuka meterai-meterainya; karena Engkau telah disembelih dan
dengan darahMu Engkau telah membeli mereka bagi Allah dari tiap-tiap suku dan
bahasa dan kaum dan bangsa. (10) Dan Engkau telah membuat mereka menjadi suatu
kerajaan, dan menjadi imam-imam bagi Allah kita, dan mereka akan memerintah
sebagai raja di bumi.’ (11) Maka aku melihat dan mendengar suara banyak
malaikat sekeliling takhta, makhluk-makhluk dan tua-tua itu; jumlah mereka
berlaksa-laksa dan beribu-ribu laksa, (12) katanya dengan suara nyaring: ‘Anak
Domba yang disembelih itu layak untuk menerima kuasa, dan kekayaan, dan hikmat,
dan kekuatan, dan hormat, dan kemuliaan, dan puji-pujian!’ (13) Dan aku
mendengar semua makhluk yang di sorga dan yang di bumi dan yang di bawah bumi
dan yang di laut dan semua yang ada di dalamnya, berkata: ‘Bagi Dia yang duduk
di atas takhta dan bagi Anak Domba, adalah puji-pujian dan hormat dan kemuliaan
dan kuasa sampai selama-lamanya!’ (14) Dan keempat makhluk itu berkata: ‘Amin’.
Dan tua-tua itu jatuh tersungkur dan menyembah”.
Sebetulnya pembacaan text ini cukup sampai dengan
ay 6 saja. Dalam ay 1 terlihat ada Bapa, dan dalam ay 6 ada Anak dan Roh
Kudus.
Saya melanjutkan pembacaan sampai ay 14 hanya untuk
menunjukkan bahwa Anak itu dipuja dan disembah di surga (perhatikan bagian yang
saya beri garis bawah ganda)!
Saksi-Saksi Yehuwa mengatakan: “Dalam kisah di Wahyu 4:8
sampai 5:7, Allah diperlihatkan duduk di atas takhta surgawi-Nya, tetapi Yesus
tidak. Ia harus menghampiri Allah untuk mengambil gulungan dari tangan kanan
Allah. Ini menunjukkan bahwa di surga Yesus bukan Allah tetapi terpisah dari
Dia” - ‘Haruskah Anda Percaya Kepada
Tritunggal?’, hal 19.
a) Ini
salah satu kekurang-ajaran Saksi-Saksi Yehuwa dalam mengutip ayat. Mereka
mengutip sampai Wah 5:7, padahal Wah 5:8 menunjukkan penyembahan
terhadap Yesus di surga, dan ini membuktikan bahwa Yesus adalah Allah.
Wah 5:8 - “Ketika Ia
mengambil gulungan kitab itu, tersungkurlah keempat makhluk dan kedua
puluh empat tua-tua itu di hadapan Anak Domba itu, masing-masing
memegang satu kecapi dan satu cawan emas, penuh dengan kemenyan: itulah doa
orang-orang kudus”.
b) Pada
waktu Yesus naik ke surga, dikatakan Ia duduk di sebelah kanan Allah. Ia duduk
pada apa? Sebuah bangku? Sudah pasti Ia duduk di atas takhta.
Wah 22:1,3 - “(1) Lalu ia
menunjukkan kepadaku sungai air kehidupan, yang jernih bagaikan kristal, dan
mengalir ke luar dari takhta Allah dan takhta Anak Domba itu. ... (3)
Maka tidak akan ada lagi laknat. Takhta Allah dan takhta Anak Domba akan
ada di dalamnya dan hamba-hambaNya akan beribadah kepadaNya”.
c) Tentang
keterpisahan Yesus dengan Bapa, sudah saya jelaskan berulang-ulang, dan tidak
perlu diulang lagi di sini.
Saksi-Saksi Yehuwa mengatakan: “roh Allah turun ke atas
Yesus pada saat pembaptisannya, yang menunjukkan bahwa sebelum itu Yesus tidak
diurapi dengan roh. Maka, bagaimana mungkin ia menjadi bagian dari suatu
Tritunggal padahal ia tidak selalu satu dengan roh kudus?” - ‘Haruskah Anda Percaya Kepada Tritunggal?’, hal 23.
a) Ini
lagi-lagi adalah ayat yang menyoroti kemanusiaan Yesus!
b) Saya
percaya bahwa saat baptisan bukan saat pertama Yesus mendapat Roh Kudus.
Calvin (tentang Mat 3:16): “why did the Spirit, who had formerly
dwelt in Christ, descend upon him at that time? ... the grace of the Spirit
was bestowed on Christ in a remarkable and extraordinary manner, (John 3:34,)
yet he remained at home as a private person, till he should be called to public
life by the Father. Now that the time is come, for preparing to discharge the
office of Redeemer, he is clothed with a new power of the Spirit, ...” [= mengapa Roh, yang sebelumnya
telah tinggal dalam Kristus, turun kepadaNya pada saat itu? ... kasih
karunia Roh telah diberikan kepada Kristus dengan cara yang hebat dan luar
biasa, (Yoh 3:34), tetapi Ia tetap tinggal di rumah sebagai seorang pribadi,
sampai Ia dipanggil kepada kehidupan umum / masyarakat oleh Bapa. Sekarang pada
saat waktunya tiba, untuk mempersiapkan untuk melaksanakan jabatan Penebus, Ia
dipakaiani dengan kuasa yang baru dari Roh] - hal 203-204.
Saksi-Saksi Yehuwa membuat kesalahan yang
sama pada waktu mereka menyoroti diri Yesus maupun pada waktu mereka menyoroti
Allah Tritunggal.
Pada waktu menyoroti diri Yesus, mereka
menggunakan ayat-ayat yang menunjukkan kemanusiaan Yesus untuk membuktikan
bahwa Ia bukan Allah.
Pada waktu menyoroti diri Allah, mereka
menyoroti ayat-ayat yang menunjukkan ‘adanya
kejamakan (pribadi) dalam diri Allah’ untuk
membuktikan bahwa Yesus berbeda dengan Allah, dan karena itu tidak menunjukkan
kesatuan Bapa dengan Yesus, atau mereka menyoroti ayat-ayat yang menunjukkan
kesatuan hakekat Allah untuk membuktikan bahwa tidak ada kejamakan apapun dalam
diri Allah.
email
us at : gkri_exodus@lycos.com