Eksposisi Injil Yohanes
oleh: Pdt. Budi
Asali MDiv.
Yohanes 10:1-21
Hubungan Yoh 9 dan
Yoh 10.
Yoh 10 ini kelihatan sepintas tidak berhubungan dengan
Yoh 9. Tetapi sebetulnya ada hubungan yang erat antara kedua pasal ini.
Dalam Yoh 9 kita melihat orang-orang Farisi menggunakan
intimidasi / ancaman (9:22), dan mereka juga mengusir / mengucilkan orang buta
itu tanpa alasan yang bisa dipertanggung-jawabkan (9:34). Jelas bahwa mereka
bukanlah gembala yang baik karena mereka bersikap begitu tidak baik kepada
domba mereka.
Dalam Yoh 10, Yesus lalu menyerang orang-orang Farisi itu
sebagai ‘pencuri dan perampok yang masuk tanpa melalui pintu’ (ay 1), sebagai
‘orang asing yang tidak akan diikuti oleh domba-domba’ (ay 5), dan Ia
mengkontraskan diriNya sendiri dengan orang-orang Farisi itu, dimana Ia
menyatakan diriNya sebagai ‘gembala yang baik’ (ay 11).
Juga kalau kita melihat ay 21 (‘memelekkan mata orang buta’),
maka kelihatan ada hubungan antara Yoh 9 dan Yoh 10.
Kitab Suci Indonesia menyebutkan ‘perumpamaan’ (ay 6).
KJV: parable (=
perumpamaan).
NIV/NASB: figure of speech
(= kiasan / metafora).
RSV: figure (= kiasan
/ metafora).
Kata Yunani yang digunakan di sini adalah PAROIMIA, dan ini
berbeda dengan kata ‘perumpamaan’ yang menggunakan kata Yunani PARABOLE,
seperti dalam Mat 13:3.
Hendriksen dan kebanyakan penafsir beranggapan bahwa ini harus
diterjemahkan ‘allegory’.
Tidak terlalu jadi soal apakah orang menganggap bagian ini
sebagai perumpamaan atau allegory, yang penting adalah artinya.
1) Dalam bagian ini (ay 7) Yesus
menyatakan diriNya sebagai ‘pintu’ (‘the
door’). Ini sejalan dan mirip dengan Yoh 14:6 dimana Ia menyatakan
diriNya sebagai satu-satunya jalan kepada Bapa. Bedanya, di sini sebagai pintu
Ia merupakan jalan masuk ke dalam kandang, yang menunjuk pada gereja.
2) ‘pencuri dan perampok’ (ay 1).
a) Ini adalah orang yang masuk ke
kandang dengan maksud yang tidak baik (bdk. ay 10a).
Penerapan:
Ada banyak maksud / motivasi tidak baik
yang menyebabkan seseorang pergi ke gereja, seperti:
·
mencari
jodoh.
·
dari pada
menganggur di rumah.
·
sebagai
penyamaran, supaya dianggap orang saleh, rohani dsb.
·
demi
bisnis, uang.
·
supaya
Tuhan menolong dia dari problem tertentu, dsb.
b) Ini menunjuk kepada orang-orang
Farisi dalam Yoh 9 yang masuk ke dalam gereja tanpa percaya kepada Yesus, dan ini
tentu juga bisa diterapkan pada jaman ini kepada semua orang, khususnya orang
yang melayani seperti pengajar, pendeta dsb, yang masuk ke dalam gereja tanpa
melalui iman kepada Yesus.
3) ‘Pencuri / perampok’ dalam ay 1
dikontraskan dengan ‘gembala’ dalam ay 2.
Ada 2 kemungkinan
tentang arti ‘gembala’ dalam ay 2 ini:
a) Kebanyakan penafsir mengatakan
bahwa ini menunjuk kepada Yesus, sama seperti ay 11,14. Kalau ditinjau
dari ay 10 kelihatannya penafsiran inilah yang benar.
Penafsir yang percaya pandangan ini
mengatakan bahwa tidak usah heran kalau Yesus digambarkan sebagai pintu dan
gembala sekaligus, karena dalam Perjanjian Lama, baik ‘imam’ maupun ‘korban
untuk dosa‘ sama-sama merupakan TYPE dari Yesus.
Tetapi sebetulnya 2 hal ini agak
berbeda, karena:
·
kalau
dikatakan bahwa Yesus adalah imam dan korbannya sekaligus, maka hal itu masih
sesuai karena Yesus memang menjadi Pengantara yang mempersembahkan diriNya
sendiri sebagai korban.
·
tetapi
kalau dikatakan bahwa ia adalah gembala dan sekaligus pintu, bagaimana kita
menafsirkan ay 2,3a yang menunjukkan bahwa gembala itu sendiri masuk ke
dalam kandang melalui pintu?
b) Penafsir dari Barnes’ Notes
mengatakan bahwa ‘gembala’ dalam ay 2 ini tidak menunjuk kepada Yesus, tetapi
kepada hamba Tuhan yang sejati.
Alasannya: di sini Yesus belum
menyatakan diri sebagai gembala, tetapi Ia menyatakan diriNya sebagai pintu.
Saya condong pada penafsiran pertama.
4) Ay 3-5:
a) Ay
3a: gembala menuntun domba melalui pintu.
Sekalipun gembala menunjuk kepada Yesus,
tetapi Calvin menerapkan bagian ini sebagai berikut: Gembala / hamba Tuhan /
pelayan Tuhan yang nggenah pasti mempimpin orang untuk masuk ke gereja melalui
Kristus. Kalau saudara adalah orang yang berusaha supaya banyak orang masuk ke
gereja, tetapi saudara tidak peduli apakah mereka itu betul-betul percaya
kepada Kristus atau tidak, maka saudara bukan ‘gembala’.
b) ‘menuntunnya
keluar’ (ay 3 akhir).
Kalau kandang diartikan gereja, lalu
mengapa gembala ini menuntun dombanya keluar kandang, dan mengapa domba itu
mendapatkan makanannya (‘padang rumput’ - ay 9 akhir) di luar?
Untuk menjawab pertanyaan ini saya
mengutip kata-kata William Hendriksen tentang penafsiran allegory:
“One should not ask at every point, ‘What does this
represent and what does that represent?’ Over-analysis leads to
misinterpretation. The main idea should be grasped” (= Orang tidak
seharusnya bertanya pada setiap titik: ‘Hal ini mewakili apa, dan hal itu
mewakili apa?’ Analisa yang kelebihan membawa kita pada penafsiran yang salah.
Gagasan utama / pokoknyalah yang harus kita pegang).
Jadi maksud bagian ini hanyalah bahwa
domba itu mendengar dan menuruti gembala, mau dipimpin oleh gembala dsb.
Catatan: mungkin pertanyaan ‘bagaimana Yesus
sebagai gembala juga melalui pintu yang adalah dirinya sendiri?’ (lihat no 3a
di atas) juga harus dijawab menggunakan kata-kata Hendriksen ini.
c) Tradisi
gembala - domba.
·
‘memanggil
domba-dombanya’ (ay 3).
Domba di sana punya nama, dan gembala
memanggil dombanya menggunakan namanya.
·
‘ia berjalan
di depan mereka dan domba-domba itu mengikuti dia’.
Gembala di sana tidak menggiring domba
dari belakang, tetapi ia berjalan di depan dan domba-dombanya mengikutinya dari
belakang.
Ini mungkin bisa memberi terang kepada
kita mengapa dalam Mat 16:23, pada waktu Yesus dihalangi oleh Petrus untuk
pergi ke Yerusalem, Ia lalu berkata kepada Petrus (NIV/NASB): ‘Get behind Me, Satan!’ (=
Pegilah ke belakangKu, setan). Dengan kata lain Yesus berkata: ‘Kamu itu
domba, Aku yang gembala. Jadi kamu harus di belakangKu dan mengikuti Aku, bukan
di depanKu dan menghalangi Aku!’
d) ‘orang
asing’ (ay 5).
Kalau tadi orang Farisi disebut pencuri
dan perampok karena mereka masuk kandang tidak melalui pintu (ay 1), maka
sekarang mereka disebut dengan istilah ‘orang asing’ karena domba tidak
mengenal dan tidak mau mengikuti mereka.
e) Dalam
ay 3-5 terlihat ciri dari seekor domba:
·
ia bisa
membedakan suara gembala dan suara orang asing.
Memang
orang kristen yang masih bayi, tentu tidak akan bisa melakukan pembedaan seperti
ini, tetapi kalau ia orang kristen sejati, maka ia pasti akan belajar Firman
Tuhan dan mendapat pimpinan Roh Kudus, sehingga bisa membedakan (bdk. Ef
4:11-15).
·
ia
mendengar dan mentaati suara gembala (ay 3-4).
Apakah
gembala di sini menunjuk kepada Yesus atau hamba Tuhan yang sejati, tidak
terlalu berbeda, karena hamba Tuhan yang sejati pasti memberitakan Firman
Tuhan, yang juga datang dari Yesus.
Penerapan:
Kalau saudara diajar Firman Tuhan yang
benar oleh hamba Tuhan yang benar, tetapi saudara tidak mau menggubris Firman
Tuhan itu, saudara adalah kambing, bukan domba!
·
ia tidak
mau mengikuti orang asing, malah ia lari dari padanya (ay 5).
Sekalipun orang asing itu memakai pakaian
gembala dan menirukan suara gembala memanggil namanya, domba tetap tidak mau
ikut, bahkan lari dari padanya (ini kontras dengan ay 4 akhir dan ay 14 - domba
mengenal suara gembala).
Penerapan:
*
Kalau
saudara sudah diberitahu tentang kesesatan suatu gereja, dan saudara tetap mau
berbakti di gereja itu, ini menunjukkan bahwa saudara bukanlah domba melainkan
kambing!
*
Kalau
saudara dengan mudah mengikuti nabi-nabi palsu yang berjubahkan pendeta, maka
saudara bukanlah domba tetapi kambing!
5) ‘Akulah pintu ke domba-domba itu’
(ay 7).
Kalau dalam ay 2,3,9 Yesus adalah
pintu untuk domba (Inggris: ‘for
the sheep’), maka dalam ay 7 Ia menyatakan bahwa Ia adalah pintu menuju
/ kepada domba (Inggris: ‘to
the sheep’).
Dari sini bisa kita dapatkan bahwa semua
orang yang datang kepada domba dan melayani domba, dirinya sendiri harus masuk
melalui pintu / percaya kepada Yesus.
Karena itu setiap kali kita memilih
orang untuk melayani Tuhan, kita harus hati-hati untuk tidak memilih orang yang
belum sungguh-sungguh percaya kepada Yesus!
Bandingkan ini dengan praktek salah
dari banyak gereja yang:
·
mengangkat
orang menjadi majelis, diaken dsb, karena orang itu kaya, terkenal, dsb.
·
memberikan
jabatan / pelayanan kepada orang yang tidak aktif ke gereja, dengan tujuan
supaya orang itu lalu menjadi aktif.
6) Ay 8: ‘Semua orang yang datang
sebelum Aku, adalah pencuri dan perampok’.
a) ‘Semua
orang yang datang sebelum Aku’.
Ini tentu tidak menunjuk kepada
nabi-nabi Perjanjian Lama maupun Yohanes Pembaptis, tetapi lagi-lagi menunjuk
kepada tokoh-tokoh Yahudi saat itu.
b) ‘pencuri dan perampok’.
Bdk. Kol 2:8 dimana kata ‘menawan’
secara hurufiahnya adalah ‘merampok’. Ini menunjukkan bahwa nabi-nabi palsu itu
bisa merampok kita menggunakan ajaran sesatnya.
7) Ay 10:
a) Dalam ay 10 kelihatannya ada
suatu peralihan dari ‘pintu’ menjadi ‘gembala’, karena di sini Yesus mengatakan
bahwa Ia datang supaya mereka mempunyai hidup, dan ini tidak cocok untuk
‘pintu’ tetapi cocok untuk ‘gembala’ (bdk. ay 11,15).
b) Kata ‘kelimpahan’ (ay 10b)
mempunyai arti rohani, bukan jasmani. Dasarnya:
·
Kata
‘mereka’ jelas menunjuk pada orang yang hidup secara jasmani, tetapi mati
secara rohani. Yesus datang supaya orang yang mati rohani itu mempunyai hidup
secara rohani. Jadi hidup berkelimpahannya jelas juga dalam arti rohani.
·
Kata
‘selamat’, ‘binasa’, ‘hidup’ semuanya jelas mempunyai arti rohani, dan karena
itu jelas bahwa kata ‘kelimpahan’ juga mempunyai arti rohani.
Karena itu bagian ini tidak bisa
dijadikan dasar untuk mengajarkan Theologia Kemakmuran!
1) Ay 11a: ‘Akulah gembala yang baik’
(bdk. ay 14a).
a) Ayat-ayat Perjanjian Baru yang lain
yang menunjukkan Yesus sebagai gembala adalah Mat 18:12 / Luk 15:4 Mat 9:36 / Mark 6:34 Luk 12:32 Mat 26:31 / Mark 14:27 1Pet 2:25 Ibr 13:20. Jadi jelas bahwa baik Yesus sendiri maupun
Perjanjian Baru memang menekankan Yesus sebagai Gembala.
b) Dalam Perjanjian Lama, Allah /
Yahwehlah yang adalah gembala (bdk. Maz 23:1 Maz 79:13 Maz
80:2 Maz 95:7 Yeh 34:15). Sekarang Yesus mengclaim diriNya sebagai gembala, dan itu
sama dengan mengclaim diri sebagai
Allah.
Lebih-lebih kalimat ini merupakan salah
satu dari 7 ‘I am’ dalam Injil
Yohanes. Ini mengingatkan kita pada kata-kata ‘I am who I am’ (= Aku adalah Aku) yang dipakai oleh YAHWEH / Allah
untuk memperkenalkan diriNya kepada Musa dalam Kel 3:14.
c) Sekalipun Yesus adalah gembala, Ia
juga mengangkat manusia sebagai gembala (bdk. Ef 4:11 Kis 20:28 Yoh
21:15-19 1Pet 5:2-3).
·
Ini
bertentangan dengan ajaran Gereja Sidang Jemaat Kristus, yang menentang adanya
gembala.
·
Ini
menunjukkan bahwa Pendeta dan majelis (bukan pendeta saja) harus
menggembalakan jemaat:
*
memberi
makan firman Tuhan.
*
menjaga dan
membentengi terhadap ajaran sesat.
*
mengawasi
kerohanian / pertumbuhan rohani jemaat.
*
mencari
yang hilang.
*
menguatkan
/ menghiburkan yang lemah.
*
dsb.
·
Pendeta /
majelis harus ingat bahwa gembala yang sesungguhnya bukanlah mereka tetapi
Yesus. Bdk. Mat 23:8-10 - jangan mau disebut rabi, bapa, pemimpin. Ini tentu
tak boleh diartikan bahwa kita betul-betul tidak boleh menyebut guru sebagai
guru, bapa sebagai bapa, dsb. Maksudnya kita harus tetap menyadari bahwa Guru,
Bapa dan Pemimpin yang sebenarnya adalah Tuhan sendiri.
Calvin:
“... when the term shepherd is applied to
men, it is used, as we say, in a subordinate sense; and Christ shares the
honour with his ministers in such a manner, that he still continues to be the
only shepherd both of themselves and of the whole flock” (= ... pada
waktu istilah gembala digunakan terhadap manusia, istilah itu digunakan,
seperti kami katakan, dalam pengertian yang lebih rendah; dan Kristus
membagikan kehormatan dengan pelayan-pelayanNya dengan cara sedemikian rupa, sehingga
Ia tetap menjadi gembala satu-satunya baik bagi mereka maupun bagi seluruh
kawanan).
Penerapan:
Jangan pernah berkata: ‘Dombaku
dicuri’, karena semua orang kristen adalah domba Tuhan, bukan dombanya pendeta.
d) Penggambaran Yesus sebagai pintu (ay 7,9),
maupun penggambaran Yesus sebagai gembala (ay 11,14), sama-sama
berhubungan dengan keselamatan. Sebagai pintu, Yesus merupakan satu-satunya
jalan masuk pada keselamatan; sebagai gembala, Yesus menyerahkan nyawaNya untuk
domba-dombaNya.
2) Ay 11b: ‘Gembala yang baik
memberikan nyawanya bagi domba-dombanya’ (bdk. ay 15b).
a) Seorang gembala memang mencintai
dombanya dan rela berkorban untuk dombanya (bdk. 1Sam 17:34-36 Yes 31:4). Tetapi dalam hal ini ada
perbedaan antara Yesus (realita) dan gembala (gambaran):
·
kalau
gembala mati untuk dombanya, itu bukan kesengajaan. Tetapi Yesus mati untuk
kita secara sengaja / sukarela.
·
kalau
gembala mati, itu merupakan bencana bagi domba-dombaNya. Tetapi pada waktu
Yesus mati untuk kita, itu merupakan kehidupan bagi kita.
b) Ayat ini merupakan salah satu dasar
dari doktrin Limited Atonement (=
Penebusan terbatas) dalam Calvinisme / Reformed, karena di sini dikatakan bahwa
gembala / Yesus memberikan nyawaNya bagi domba-dombanya (tak dikatakan
bagi semua orang). Memang dalam Kitab Suci ada ayat-ayat yang seolah-olah
menunjukkan bahwa Yesus mati bagi semua orang. Tetapi harus diingat bahwa
istilah ‘semua orang’ dalam Kitab Suci tidak selalu betul-betul berarti ‘semua orang’.
Misalnya: Ro 5:18b Maz 22:28.
3) Ay 12-13:
a) Pada saat menyatakan diriNya
sebagai pintu, Yesus menggambarkan mereka yang tidak melalui pintu sebagai
pencuri dan perampok (ay 1,7-8). Sekarang pada waktu menyatakan diriNya sebagai
gembala, Yesus mengkontraskan diriNya dengan ‘orang upahan’. Ada persamaan
antara ‘pencuri / perampok’ dengan ‘orang upahan’, yaitu:
·
sama-sama
tidak peduli / mengasihi domba.
·
sama-sama
mencari kepentingan diri sendiri.
Penerapan:
Kalau saudara adalah seorang pendeta,
majelis, ataupun guru sekolah minggu, maka saudara perlu merenungkan apakah 2
hal jelek ini ada pada diri saudara atau tidak. Kalau ada, saudara adalah
seorang upahan, bukan gembala!
b) ‘Orang upahan’ di sini seperti
gembala-gembala jahat dalam Yer 23:1-dst
Yeh 34:1-2 Zakh 11:17.
c) William Barclay berkata bahwa
gereja diserang dari luar oleh serigala, dan dari dalam oleh orang upahan.
Dan Calvin berkata:
“No plague is more destructive to the Church, than when
wolves ravage under the garb of shepherds” (= Tidak ada wabah yang lebih merusak dari
pada serigala yang merusak dibawah pakaian gembala).
Penerapan:
Karena itu gereja harus extra hati-hati
dalam memilih hamba Tuhan.
4) Ay 14-15:
Gembala (Yesus) dan domba (orang
percaya) saling kenal. Orang yang tidak kenal Yesus juga tidak dikenal oleh
Yesus. Yang penting bukanlah apakah saudara dikenal orang / majelis / Pendeta,
tetapi apakah saudara dikenal oleh Kristus (bdk. Mat 7:21-23).
1) Ay 16:
a) ‘domba-domba yang lain, yang bukan
dari kandang ini’.
Kata-kata ‘bukan dari kandang ini’
menunjukkan bahwa mereka adalah orang-orang non Yahudi yang pada saat itu belum
percaya. Tetapi mereka sudah disebut sebagai ‘domba’! Bdk. Kis 18:10
dimana orang yang belum percaya sudah disebut ‘umatKu’.
Ini jelas menunjukkan bahwa mereka
adalah orang pilihan!
Calvin: “Thus,
according to the secret election of God, we are already sheep in his heart,
before we are born; but we begin to be sheep in ourselves by the calling, by
which he gathers us into his fold” (= Jadi, menurut pemilihan yang rahasia
dari Allah, kita sudah adalah domba dalam hatiNya, sebelum kita dilahirkan,
tetapi kita mulai menjadi domba dalam diri kita oleh panggilan, dengan mana Ia
mengumpulkan kita dalam kandangNya).
b) Perhatikan kata-kata Yesus
selanjutnya tentang ‘domba-domba yang lain’ dalam ay 16 ini:
·
‘harus
Kutuntun juga’.
·
‘mereka
akan mendengarkan suaraKu’.
·
‘mereka
akan menjadi satu kawanan dengan satu gembala’.
Semua ini menunjukkan bahwa orang
pilihan pasti akan bertobat / percaya kepada Yesus. Ini menjadi dasar
bagi kita untuk mengatakan 2 hal:
¨
Predestinasi
/ Rencana Allah tidak mungkin gagal.
¨
Kasih
karunia Allah tidak bisa ditolak (Irresistible
grace)!
c) Yesus menugaskan / memakai kita
untuk menuntun domba-domba lain itu kepadaNya. Kita melaksanakan tugas ini
dengan memberitakan Injil. Karena kita tidak bisa tahu yang mana yang orang
pilihan (elect) dan yang mana yang
bukan (reprobate), maka kita harus
memberitakan Injil kepada semua orang! Ajaran Calvinisme / Reformed yang
sejati, sekalipun percaya pada Predestinasi, sama sekali tidak boleh
menyebabkan kita malas dalam memberitakan Injil! Orang yang mengaku diri
sebagai Reformed / Calvinist, tetapi tidak memberitakan Injil / tidak
menekankan pentingnya Pemberitaan Injil, bukanlah orang Reformed / Calvinist
yang sejati!
d) ‘satu
kawanan dengan satu gembala’.
Ini menunjuk pada ‘Gereja yang Kudus
dan Am’ dalam 12 Pengakuan Iman Rasuli.
e) Calvin menyoroti kata-kata: ‘mereka
akan mendengarkan suaraKu dan mereka akan menjadi satu kawanan dengan satu
gembala’, dan memberi komentar: hanya kalau gereja betul-betul memberitakan
Firman Tuhan, dan tunduk pada Firman Tuhan, barulah bisa ada keteraturan.
Penerapan:
Kalau mau punya gereja yang nggenah, belajarlah
Firman Tuhan, dan taatlah pada Firman Tuhan.
2) Ay 17-18:
a) Ay 17: Ini tentu bukan
merupakan satu-satunya alasan mengapa Bapa mengasihi Yesus.
Calvin mengatakan bahwa ada alasan yang
lebih tinggi mengapa Bapa mengasihi Yesus, yaitu karena Yesus adalah Anak (Mat
3:17 Mat 17:5).
b) Dua
hal yang ditekankan di sini, yaitu:
·
Pengorbanan
nyawa itu dilakukan oleh Yesus dengan rela, bukan dengan terpaksa!
Penerapan: kalau saudara memberi persembahan,
atau melayani Tuhan, atau melakukan sesuatu untuk Tuhan yang menuntut
pengorbanan, apakah saudara melakukannya dengan rela atau dengan terpaksa?
William Barclay menceritakan suatu
cerita sebagai illustrasi tentang ‘kerelaan berkorban’:
Dalam Perang Dunia pertama ada tentara
Perancis yang terluka pada tangannya sehingga harus diamputasi. Pada saat ia
sadar, ahli bedah mengatakan: ‘Dengan menyesal aku memberitahumu bahwa engkau
telah kehilangan sebuah lengan’. Tetapi tentara itu menjawab: ‘Tuan, aku tidak kehilangan
lenganku, aku memberikannya, untuk Perancis!’
·
Yesus
(realita) berbeda atau lebih tinggi dari gembala (gambarannya) dalam hal: Yesus
menyerahkan nyawaNya untuk menerimanya kembali (bdk. Yoh 10:17-18). Ini
tidak bisa dilakukan oleh gembala biasa.
1) ‘Timbullah pula pertentangan
(schism = perpecahan) di antara
orang-orang Yahudi karena perkataan (LOGOS = firman) itu’ (ay 19).
Ada yang tunduk / percaya pada firman
yang Yesus beritakan, ada yang tidak, sehingga timbul perpecahan. Jelas bahwa
yang salah di sini bukanlah pemberita firman, tetapi orang-orang yang menolak
firman.
Calvin berkata bahwa pada jaman Reformasi, tokoh-tokoh
Reformasi disebut sebagai Schismatics karena ajaran mereka mengoncangkan
ketenangan gereja. Calvin menjawab tuduhan ini dengan berkata:
“Yet the truth is, that, if they would yield submissively
to Christ, and give their support to the truth, all the commotions would
immediately be allayed. But when they utter murmurs and complaints against
Christ, and will not allow us to be at rest on any other condition than that
the truth of God shall be extinguished, and that Christ shall be banished from
his kingdom, they have no right to accuse us of the crime of schism; for it is
on themselves, as every person sees, that this crime ought to be charged” (= Tetapi
sebenarnya adalah bahwa kalau mereka mau tunduk kepada Kristus, dan menyokong
kebenaran, segala keributan akan segera hilang. Tetapi karena mereka
mengeluarkan sungut-sungut dan keluhan-keluhan yang menentang Kristus, dan
tidak mau mengijinkan kami beristirahat selain kalau kebenaran Allah
dipadamkan, dan Kristus dibuang dari kerajaanNya, maka mereka tidak mempunyai
hak untuk menuduhkan kejahatan tentang perpecahan ini kepada kami, karena pada
diri mereka sendirilah, seperti bisa dilihat oleh setiap orang, kejahatan ini
seharusnya dituduhkan).
Penerapan:
·
Kalau ada
gereja yang pecah, jangan lalu merendahkan seluruh gereja / kedua belah pihak!
Misalnya gereja yang pecah karena sebagian jemaatnya menentang liberalisme,
Toronto Blessing, dsb, maka pihak yang menentang sampai timbul perpecahan itu,
tidak bisa disalahkan! Kalau ada hal-hal brengsek yang terjadi dalam gereja
(seperti korupsi, ajaran sesat, dsb) dan gereja itu tenang-tenang saja, itu
justru menunjukkan bahwa gereja itu tidak peduli pada kebenaran!
·
hati-hati
pada waktu mengatakan ‘orang kristen kok gegeran’, karena kadang-kadang gegeran
itu dibutuhkan!
2) William Barclay: “The people who listened to Jesus on this occasion were
confronted with a dilemma which is for ever confronting men. Either Jesus was a
megalomaniac madman, or he was the Son of God. There is no escape from that
choice. If a man speaks about God and about himself in the way in which Jesus
spoke, either he is completely deluded, or else he is profoundly right. The
claims which Jesus made signify either insanity or divinity” (= Orang-orang
yang mendengarkan Yesus pada peristiwa ini dihadapkan pada suatu dilema yang
selalu dihadapkan pada manusia. Atau Yesus adalah orang gila yang mengira
dirinya hebat dan berkuasa, atau Ia adalah Anak Allah. Tidak ada pilihan yang
lain. Jika seseorang berbicara tentang Allah dan tentang dirinya sendiri dengan
cara yang sama seperti Yesus berbicara, atau ia sama sekali sesat, atau ia
sangat benar. Claim yang dibuat oleh Yesus menunjukkan kegilaan atau keilahian).
-AMIN-
email us at : gkri_exodus@lycos.com