Eksposisi Injil Yohanes
oleh: Pdt. Budi
Asali MDiv.
Yohanes 11:1-57
Pendahuluan:
Sebelum membahas bagian ini ayat per ayat, ada 2 hal yang ingin
saya bahas:
1) Cerita kebangkitan Lazarus ini
hanya ada dalam Injil Yohanes. Mengapa ketiga penulis Injil yang lain tidak
menuliskan cerita ini?
Jawab:
a) Mengapa ketiga penulis Injil itu
harus menceritakan kebangkitan Lazarus? Dalam Injil Yohanes juga tidak
diceritakan kebangkitan-kebangkitan yang diceritakan oleh ketiga penulis Injil.
Memang adanya 4 Injil itu tujuannya adalah supaya semuanya bisa saling
melengkapi!
Catatan:
·
Cerita
tentang anak Yairus yang dibangkitkan oleh Yesus ada dalam ketiga Injil kecuali
Injil Yohanes (Mat 9:18-26 Mark
5:21-43 Luk 8:40-56).
·
Cerita
tentang anak janda di Nain yang dibangkitkan oleh Yesus, hanya ada dalam Injil
Lukas (Luk 7:11-16).
b) Kebangkitan Lazarus menyebabkan
banyak orang percaya kepada Yesus, dan ini mengakibatkan nyawa Lazarus menjadi
terancam (Yoh 12:9-11). Matius, Markus dan Lukas menulis Injil mereka pada
saat Lazarus masih hidup. Kalau cerita ini masuk Injil mereka, itu mungkin akan
lebih membahayakan Lazarus. Tetapi Yohanes menulis Injilnya paling akhir
(sekitar akhir abad pertama). Mungkin sekali pada saat itu Lazarus sudah mati
lagi, sehingga tidak membahayakan bagi Lazarus kalau Yohanes menuliskan cerita
kebangkitannya.
2) Ajaran sesat William Barclay:
Barclay mengatakan bahwa cerita ini
memberikan problem terbesar. Menurut Barclay problemnya adalah:
a) Dalam ketiga Injil lain ada cerita
tentang orang mati yang dibangkitkan oleh Yesus, yaitu tentang anak Yairus (Mat
9:18-26 / Mark 5:21-43 / Luk 8:40-56) dan anak janda di Nain ( Luk 7:11-16).
Tetapi Barclay berkata:
“In both cases the raising followed immediately after
death. It would be quite possible to believe that in both these miracles the
person raised was in a coma” (= Dalam kedua kasus itu pembangkitan langsung dilakukan
setelah kematian. Adalah mungkin untuk percaya bahwa dalam kedua mujijat ini
orang yang dibangkitkan ada dalam keadaan koma).
Tetapi dalam kasus kebangkitan Lazarus
ini, ia sudah mati 4 hari, sehingga mayatnya seharusnya sudah membusuk.
b) Dalam ketiga Injil yang lain,
cerita kebangkitan Lazarus ini tidak dicatat ataupun disinggung sedikitpun.
Kalau ketiga penulis itu tahu tentang hal ini bagaimana mungkin mereka tidak
menuliskannya. Kalau cerita ini betul-betul terjadi, bagaimana mungkin mereka
tidak mengetahuinya?
Catatan: perhatikan bahwa dengan kata-kata ini
Barclay sudah mulai berusaha untuk memberikan pemikiran bahwa kebangkitan
Lazarus ini tidak sungguh-sungguh terjadi!
c) Mungkin kesukaran yang terbesar
adalah bahwa Yohanes beranggapan bahwa mujijat ini adalah penyebab utama yang
menggerakkan pemimpin-pemimpin Yahudi untuk membunuh Yesus (Yoh 11:47-54).
Dengan kata lain, pembangkitan Lazarus adalah penyebab langsung dari salib.
Sedangkan dalam ketiga Injil yang lain,
penyebab yang utama dari salib adalah penyucian Bait Allah.
Adalah sesuatu yang sukar dimengerti
mengapa ketiga penulis Injil tidak menuliskan apa-apa tentang kebangkitan
Lazarus ini kalau ini memang merupakan penyebab utama dari penyaliban Yesus.
Catatan: Saya tidak sependapat dengan Barclay
kalau Yohanes menyatakan kebangkitan Lazarus sebagai penyebab utama dari salib.
Ada banyak penyebab mengapa tokoh-tokoh Yahudi itu ingin membunuh Yesus, dan
ini sudah kita pelajari sejak Yoh 5.
d) Pada sisi yang lain, penyambutan
yang begitu hebat terhadap Yesus pada waktu Ia memasuki Yerusalem, tidak bisa
dijelaskan tanpa adanya mujijat ini mendahului hal itu. Kalau bukan karena
adanya mujijat pembangkitan Lazarus ini, mengapa Yesus menerima penyambutan
yang begitu hebat ketika memasuki Yerusalem? Tetapi faktanya tetap yaitu bahwa
ketiga Injil yang lain tidak menceritakan cerita pembangkitan Lazarus ini.
Barclay lalu berkata:
“If, then, this is not a record of actual historical
fact, how can we explain it?” (= Jika ini bukan catatan tentang fakta
historis yang sungguh-sungguh, bagaimana kita bisa menjelaskannya?).
Barclay lalu memberikan beberapa
kemungkinan:
1. Seorang bernama Renan mengusulkan
bahwa seluruh cerita ini adalah sebuah dusta / penipuan yang diatur oleh Yesus
dan Maria, Marta dan Lazarus. Tetapi Barclay dengan tegas menolak pandangan
ini, dan bahkan berkata bahwa akhirnya Renan sendiripun meninggalkan pandangannya
ini.
2. Ada yang berpandangan bahwa Lazarus
ada dalam keadaan koma.
Tetapi Barclay menolak ini dengan
alasan bahwa dalam cerita ini detail-detail
kematian Lazarus begitu jelas.
Catatan: Dalam kasus kebangkitan anak Yairus
(Mat 9:18-26 / Mark 5:21-43 / Luk 8:40-56), apakah detail-detail kematiannya tidak jelas (perhatikan Luk 8:49,53,55a)?
Bukankah aneh dan tidak konsisten bahwa Barclay tetap mengatakan bahwa adalah
mungkin untuk percaya bahwa mereka bukan mati tetapi koma?
3. Ada juga yang beranggapan bahwa
cerita ini hanyalah suatu allegory yang disusun untuk memberikan illustrasi
tentang kata-kata Yesus ‘Akulah Kebangkitan dan Hidup’ (Yoh 11:25). Tetapi
Barclay juga tidak setuju dengan teori ini.
4. Ada juga yang beranggapan bahwa
cerita ini harus dihubungkan dengan perumpamaan tentang Lazarus dan orang kaya
(Luk 16:19-31). Cerita dalam Lukas ini diakhiri dengan kata-kata bahwa
kalaupun ada seorang yang bangkit dari antara orang mati, orang-orang Yahudi
tetap tidak akan percaya. Lalu cerita kebangkitan Lazarus ini dibuat untuk
menunjukkan bahwa memang ada orang yang bangkit dari antara orang mati, dan
tetap tidak mempertobatkan orang-orang Yahudi. Barclay tidak berkomentar
tentang setuju atau tidaknya ia dengan pandangan ini.
Setelah membahas kesukaran-kesukaran
dari cerita kebangkitan Lazarus ini William Barclay lalu menyimpulkan sebagai
berikut:
“When we consider the difficulties of this story, we are
in the end compelled to say that we do not know what happened, although
undoubtedly something tremendous did happen. ... It does not really matter
whether or not Jesus literally raised a corpse to life in A.D. 30, but it matters
intensely that Jesus is the Resurrection and the Life for every man who is dead
in sin and dead to God today. There may be problems in this story; we may never
know what exactly happened at Bethany so many years ago; but we do know for
certain that Jesus is still the Ressurection and the Life. That is what this
story tells us - and that is what really matters” (= Pada waktu
kami mempertimbangkan / memikirkan kesukaran-kesukaran dari cerita ini, pada
akhirnya kami terpaksa berkata bahwa kami tidak tahu apa yang terjadi,
sekalipun tanpa diragukan lagi sesuatu yang luar biasa memang terjadi pada saat
itu. ... Tidak terlalu jadi soal apakah Yesus secara hurufiah membangkitkan
mayat pada tahun 30 M atau tidak, tetapi yang sangat penting adalah Yesus adalah
Kebangkitan dan Hidup untuk setiap orang yang mati dalam dosa dan mati terhadap
Allah pada saat ini. Ada problem dalam cerita ini, kita mungkin tidak akan
pernah tahu apa persisnya yang terjadi di Betania pada saat itu; tetapi kita
tahu dengan pasti bahwa Yesus tetap adalah Kebangkitan dan Hidup. Itulah yang
diceritakan oleh cerita ini kepada kita - dan itulah yang betul-betul penting).
Tanggapan saya:
1) Saya berpendapat bahwa cerita
kebangkitan ini tidak menimbulkan problem, kalau kita mau menerima hal ini
sebagai mujijat. Problemnya sebetulnya terletak dalam diri Barclay sendiri,
yang adalah orang yang tidak mau menerima mujijat, dan selalu berusaha
melogiskan / merasionalisasikan mujijat. Pada saat ia bertemu dengan mujijat
yang tidak bisa dilogiskan / dirasionalisasikan, maka ia merasa mendapat
problem yang besar.
2) Kesimpulan terakhir William Barclay
itu sangat berbau ajaran sesatnya Rudolf Bultmann, tokok Liberal dari Jerman,
yang mengatakan bahwa Kitab Suci mengandung kebenaran yang diberikan melalui mitos / cerita. Kita harus memisahkan
mitosnya dari kebenarannya dan karena itu teorinya di sebut demythologizing.
3) Yesus mengatakan bahwa Ia adalah
Kebangkitan dan Hidup. Untuk membuktikan hal itu, maka Ia memberikan tanda
yaitu dengan membangkitkan Lazarus. Ini sama seperti:
a) Yesus melipatgandakan roti
(Yoh 6:1-14) sebagai tanda bahwa Ia adalah roti hidup (Yoh 6:35).
b) Yesus mencelikkan mata orang buta
(Yoh 9:1-7) sebagai tanda bahwa Ia adalah Terang dunia (Yoh 9:5 Yoh 8:12).
Kalau tandanya, yaitu kebangkitan
Lazarus, ternyata tidak sungguh-sungguh terjadi, maka bagaimana mungkin fakta
bahwa Yesus adalah Kebangkitan dan Hidup itu bisa dipertahankan?
4) Cerita kebangkitan Lazarus ini
harus diterima betul-betul sebagai mujijat pembangkitan dari antara orang mati
dan yang betul-betul terjadi dalam sejarah.
‘Maria dan adiknya Marta’.
Kata ‘adik’ seharusnya adalah sister (= saudara perempuan). Demikian juga dengan kata ‘kakak’
dalam ay 5 (Catatan: dalam TB2-LAI baik kata ‘adik’ dalam ay 1, maupun kata
‘kakak’ dalam ay 5, diterjemahkan ‘saudara’). Jadi sebetulnya tidak jelas siapa
yang lebih tua antara Maria dan Marta. Tetapi, dari sikap Marta dalam
Luk 10:38-40, kelihatannya justru Martalah yang lebih tua.
1) Maria ini bukanlah perempuan dalam
Luk 7:37-dst.
2) Pengurapan yang dikatakan dalam ay
2 ini baru terjadi dalam Yoh 12:1-dst. Di sini digunakan past tense (bentuk lampau) karena
ditinjau dari saat Yohanes menulis Injil Yohanes ini.
_______|__________________|_____________________|____
terjadinya Yoh 11 terjadinya
pengurapan Yohanes
menuliskan
dalam Yoh 12
Injilnya
Catatan: ini seperti Mat 10:4 yang sudah
menyebutkan Yudas Iskariot sebagai pengkhianat. Pada saat itu Yudas belum
mengkhianati, tetapi pada waktu Matius menuliskan bagian itu, Yudas sudah
mengkhianati.
_______|______________________|_______________________|_____
terjadinya Mat 10:4
terjadinya pengkhianatan Matius
menuliskan
Yudas
Injilnya
‘Tuhan, dia yang Engkau kasihi, sakit’.
1) Dalam Kitab Suci sering ada orang
berdoa dengan menyatakan problemnya kepada Tuhan, tanpa menyatakan permintaan,
dan doa seperti ini tetap dijawab oleh Tuhan. Karena itu, ajaran Dr. Paul
Yonggi Cho, yang mengatakan bahwa dalam menyatakan permintaan haruslah secara
mendetail / terperinci, adalah ajaran
yang tidak berdasar.
2) Dasar dari doa kita adalah kasih
Allah kepada kita, bukan kasih kita kepada Allah.
1) Ay 4a: ‘Penyakit ini tidak akan
membawa kematian’.
Kata-kata ini tidak salah, karena
sekalipun Lazarus mati, tetapi Kristus membangkitkan / menghidupkannya kembali.
Ada juga yang menafsirkan bahwa ‘kematian’ di sini artinya adalah ‘tetap dalam
kematian’.
2) Ay 4b: ‘tetapi akan menyatakan
kemuliaan Allah’.
Sama seperti kebutaan menyebabkan
kemuliaan Allah dalam Yoh 9:3, maka kematian Lazarus di sini juga membawa
kemuliaan bagi Allah.
3) Ay 4b,c: ‘akan menyatakan kemuliaan
Allah ... Anak Allah akan dimuliakan’.
Ini menunjukkan bahwa memuliakan Anak Allah
/ Yesus sama dengan memuliakan Allah (bdk. Yoh 5:23).
1) Yesus mengasihi mereka, tetapi Ia
bertindak sekan-akan Ia tidak mempedulikan mereka (ay 6b: ‘Ia sengaja
tinggal 2 hari lagi di tempat dimana Ia berada’). Karena itu jangan menilai kasih
Allah dari apa yang saudara rasakan / lihat / alami. Bdk. Mat 15:21-28.
2) ‘Yesus memang mengasihi Marta dan
kakaknya dan Lazarus’.
Bagian ini tidak mengatakan bahwa
‘Yesus mengasihi mereka’, tetapi ‘Yesus memang mengasihi Marta dan kakaknya dan
Lazarus’. Jadi ‘mereka’ itu disebutkan satu per satu. Ini menekankan kasih
Yesus secara individuil, bukan secara kolektif.
Catatan: kata ‘kakak’ di sini seharusnya
adalah ‘saudara perempuan’.
3) Santainya Yesus ini menunjukkan
bahwa apa yang urgent (= mendesak)
bagi kita, seringkali tidaklah urgent
bagi Tuhan.
Sebaliknya, apa yang urgent bagi Tuhan seringkali kita anggap
tidak urgent, sehingga kita terus
menuda dalam pelaksanaannya, misalnya dalam meng-injili seseorang.
Kelihatannya murid-murid menguatirkan Yesus, tetapi Calvin
berkata bahwa mereka sebetulnya menguatirkan diri mereka sendiri, bukan
menguatirkan Yesus. Jadi mereka tidak mau mengalami salib demi melakukan
kewajiban mereka, tetapi mereka membuat alasan seolah-olah mereka menguatirkan
Yesus.
Arti: orang yang mentaati Allah / melakukan kewajiban terhadap
Allah seperti orang yang berjalan dalam terang, jadi pasti aman. Karena itu
Kristus tidak takut untuk pergi ke Betania (dekat Yerusalem).
Calvin: “We are taught by these words, that whenever
a man allows himself to be guided by his own suggestions, without the calling
of God, his whole life is nothing else that a course of wandering and mistake;
and that they who think themselves exceedingly wise, when they do not inquire
at the mouth of God, and have not the Spirit to govern their actions, are blind
men groping in the dark” (=
Kita diajar oleh kata-kata ini, bahwa pada waktu seseorang mengijinkan
dirinya dipimpin oleh pikiran / pandangannya sendiri, tanpa panggilan Allah,
seluruh hidupnya tidak lain dari suatu perjalanan yang penuh penyimpangan dan
kesalahan; dan bahwa mereka yang menganggap dirinya sendiri sangat bijaksana,
pada waktu mereka tidak menanyakan pada mulut Allah, dan tidak mempunyai Roh
untuk memerintah tindakan mereka, adalah orang buta yang meraba-raba dalam
kegelapan).
1) ‘Lazarus, saudara kita’.
NIV/NASB: ‘Our friend Lazarus’ (= Sahabat kita Lazarus).
Sudah matipun tetap disebut ‘our friend’ (= sahabat kita).
2) ‘telah tertidur’.
a) Yesus tahu bahwa Lazarus sudah
mati. Ini menunjukkan kemahatahuan Yesus.
b) Kematian bagi orang percaya sering
disebut sebagai ‘tidur’ (Bdk. Kej 47:30
2Sam 7:12 Mat 27:52 Kis 7:60 1Tes 4:13).
Mengapa mati disebut
tidur?
·
Alasan
yang salah:
Karena jiwa / roh orang mati itu tidur
/ tak sadar sampai Yesus datang kembali. Doktrin yang salah ini disebut Psychopannychy / sleep of the soul.
Bahwa jiwa / roh orang yang mati itu tetap sadar, ditunjukkan dengan jelas oleh
Luk 16:19-31.
·
Alasan
yang benar:
*
karena ada
kemiripan antara mati dengan tidur.
*
untuk
menunjukkan bahwa kematian bukanlah akhir dari segala-galanya / untuk
menunjukkan bahwa ada kebangkitan orang mati dan hidup setelah kematian (1Tes
4:13-14).
c) Untuk orang percaya kematian selalu
digambarkan dengan gambaran yang enak. Selain digambarkan sebagai ‘tidur’ juga
digambarkan sebagai:
·
berharga
di mata Tuhan (Maz 116:15).
·
dada /
pangkuan Abraham (Luk 16:22).
·
Firdaus
(Luk 23:43).
·
rumah
Bapa yang mempunyai banyak tempat tinggal (Yoh 14:2).
·
diam
dengan Kristus, jauh lebih baik (Fil 1:23).
·
keuntungan
(Fil 1:21).
·
at home with the Lord / di rumah bersqama Tuhan (2Kor 5:8 -
NIV).
Karena itu sebagai orang yang percaya
kepada Yesus, kita tidak perlu dan bahkan tidak boleh takut pada kematian!
d) Kata-kata ‘telah tertidur’
(NIV/NASB: has fallen asleep), dalam
bahasa Yunaninya adalah KEKOIMETAI yang berasal dari kata KOIMAOMAI. Sedangkan
kata bahasa Inggris ‘cemetery’ (=
kuburan) berasal dari kata Yunani KOIMETERION, yang arti sebenarnya adalah a place of sleep (= tempat tidur).
1) Karena tidur itu baik untuk orang
sakit, maka pasti ia akan sembuh.
2) Kata-kata ini secara implicit juga mencegah Yesus pergi ke
sana.
Maksudnya: kalau tidur ia akan sembuh,
kalau sembuh buat apa pergi ke sana?
3) Lagi-lagi murid-murid salah tafsir
tentang kata-kata Yesus ini. Apa yang seharusnya kiasan, diartikan secara
hurufiah.
1) ‘Dengan terus terang’. NIV: plainly (= dengan jelas).
Kepada orang yang betul-betul rindu
dan mencari Firman Tuhan, Yesus selalu mau memberi pengertian! Bdk. Mat
13:10-15!
2) ‘Lazarus sudah mati, tetapi
syukurlah ...’.
NASB: ‘Lazarus is dead and I am glad ...’ (= Lazarus sudah mati dan aku
gembira ...).
Lit: ‘Lazarus is dead and I rejoice ...’ (= Lazarus sudah mati dan aku
bersukacita).
Jangan memotong kalimat itu seperti ini
dan lalu berkata bahwa sekalipun ada keluarga / orang yang kita cintai yang
mati, kita harus tetap bersukacita! Baca terus kalimat itu, dan saudara akan
melihat bahwa Yesus bersukacita bukan karena Lazarus mati, tetapi karena
melalui semua itu murid-muridNya bisa diteguhkan dalam iman mereka.
3) ‘belajar percaya’.
NIV/NASB: ‘so that you may believe’ (= supaya kamu percaya).
Ini tentu tidak berarti bahwa sebelum saat
itu murid-murid belum percaya. Artinya: supaya iman mereka diteguhkan /
dikuatkan.
Jadi, tujuan dari sakit dan matinya
Lazarus, penundaan kedatangan Yesus, pembangkitan Lazarus, selain untuk
kemuliaan Allah, juga supaya murid-murid diteguhkan dalam iman.
William Hendriksen: “Hence,
what may have looked like cruel delay was in reality the tenderest concern for
spiritual welfare of true disciples” (= Jadi, apa yang kelihatannya seperti
penundaan yang kejam ternyata merupakan perhatian yang paling lembut untuk
kesejahteraan dari murid-murid yang sejati).
Penerapan:
Kalau kita mengalami problem besar,
tujuannya supaya Allah bisa menolong kita, sehingga kita percaya / diteguhkan
dalam iman. Kalau terus problem kecil, yang bisa kita tangani sendiri, kita
tidak belajar bagaimana mempercayakan problem kepada Allah.
4) Kristus begitu sabar terhadap
kebodohan murid-muridNya (ay 12-13), dan Ia juga terus mengajar mereka
dengan sabar.
Penerapan:
Kalau saudara adalah seorang pengajar
Firman, maka saudara juga harus meniru kesabaran Kristus dalam hal ini
1) Kata Thomas (dari bahasa Ibrani)
dan kata Didimus (dari bahasa Yunani) artinya sama yaitu ‘twin’ (= kembar). Tetapi tidak diketahui siapa saudara kembarnya.
2) Ada 2 penafsiran tentang kata ‘dia’
pada akhir ay 16 ini:
a) Menunjuk kepada Lazarus (ingat
bahwa dalam bahasa Yunaninya tidak digunakan huruf besar untuk kata ‘dia’ ini).
b) Menunjuk kepada Yesus.
Ini adalah pandangan kebanyakan penafsir,
dan saya juga setuju dengan pandangan yang kedua ini.
3) Sampai saat ini murid-murid
menghalangi Yesus untuk pergi ke Yerusalem / Betania, tetapi sekarang Thomas
mau ikut, tetapi tanpa iman. Keadaan putus asa tanpa iman ini sering
ditunjukkan oleh Thomas, seperti dalam Yoh 14:5 Yoh 20:24-28.
William Hendriksen: “He
is ever afraid that he may lose his beloved Master, or that some evil will
befall the latter. He expects evil, and cannot believe the good when it occurs” (= Ia selalu
takut bahwa ia akan kehilangan Gurunya yang kekasih, atau bahwa sesuatu yang
jelek akan menimpaNya. Ia mengharapkan hal yang jelek, dan tidak bisa percaya
pada yang baik pada waktu yang baik itu terjadi).
4) Sekalipun dalam kata-kata Thomas
ini jelas tercakup ketidakpercayaan, tetapi juga terkandung sesuatu yang
positif, yaitu cintanya kepada Yesus sehingga ia rela ikut ke sana untuk mati
bersama dengan Yesus.
Tetapi sayang sekali bahwa, sama
seperti murid-murid yang lain, akhirnya iapun lari ketika Yesus ditangkap (bdk.
Mat 26:31-35).
William Hendriksen: “But
how often does it not happen that a person’s intentions are better than his
actions?” (= Tetapi berapa sering tidak terjadi bahwa maksud
seseorang lebih baik dari tindakannya?).
1) ‘Lazarus telah empat hari berbaring
di dalam kubur’.
Ada tradisi rabi yang berkata bahwa
selama 3 hari setelah mati, jiwa masih di sekitar tubuh dan berharap untuk
bersatu kembali (ini tentu bertentangan dengan ayat-ayat seperti Luk
16-22-23 Luk 23:43).
Dengan adanya catatan ‘empat hari’
dalam ay 17 ini terlihat bahwa kalaupun pandangan rabi itu benar, Yesus tetap
bisa membangkitkan orang yang telah mati lebih dari 3 hari (pada saat jiwa
orang yang mati itu sudah tidak lagi ada di sekitar tubuhnya).
2) Ay 17 kelihatannya bertentangan
dengan kata-kata Yesus dalam ay 4.
Penerapan:
Hal seperti ini sering terjadi,
misalnya:
·
kita
memberi persepuluhan, tetapi tambah bangkrut. Ini ujian Tuhan apakah kita tetap
mau percaya sekalipun tidak melihat bukti! Kalau orang memberi persepuluhan
lalu langsung diberkati, dan makin jaya dalam keuangan, itu mungkin karena
Tuhan menganggap bahwa bayi yang lemah itu belum pantas diuji!
·
dalam
pernikahan kita mencari jodoh yang seiman, sesuai dengan Firman Tuhan, tetapi
yang terjadi adalah justru ketidakcocokkan.
Betania terletak dekat Yerusalem, kira-kira 2 mil jauhnya’.
Terjemahan hurufiahnya sebetulnya bukan ‘2 mil’ tetapi ‘15 stadia’. Kata
‘stadia’ adalah bentuk jamak, sedangkan bentuk tunggalnya adalah ‘stadium’. 1
stadium = 606 3/4 kaki (1 kaki = 30,5 cm) atau = 185 m. Jadi jarak Yerusalem -
Betania = 2,775 km (tidak sampai 2 mil).
Jarak yang dekat ini menyebabkan berita tentang kebangkitan
Lazarus ini cepat sampai di Yerusalem (bdk. ay 46).
‘Di sana banyak orang Yahudi telah datang kepada Marta dan Maria
untuk menghibur mereka berhubung dengan kematian saudaranya’.
1) Dalam Injil Yohanes istilah ‘orang
Yahudi’ biasanya menunjuk pada tokoh-tokoh Yahudi yang anti Yesus. Jadi, dari
sudut Yesus, ini adalah peristiwa yang merupakan tantangan, karena ada
orang-orang yang memusuhiNya di sana. Tetapi toh dalam ay 4 Ia berkata bahwa
semua ini akan membawa kemuliaan bagi Allah dan diriNya sendiri.
Penerapan:
Kalau saudara menghadapi problem /
penderitaan, janganlah bersedih hati atau bersungut-sungut, atau sekedar
berusaha supaya bisa terbebas dari semua itu. Anggaplah itu sebagai suatu
kesempatan untuk menggunakannya bagi kemuliaan Allah / Yesus, dan renungkan /
pikirkan bagaimana dan apa yang harus saudara lakukan supaya melalui semua itu
Allah / Yesus bisa dipermuliakan!
2) Dari sudut para tokoh Yahudi yang
memusuhi Yesus itu, sekali lagi mereka mendapat kesempatan untuk menyaksikan
mujijat / kuasa Yesus dan bertobat.
Ini menunjukkan kasih dan kesabaran
Tuhan yang berulang kali memberikan kesempatan untuk bertobat kepada mereka!
Tetapi perlu diingat bahwa kesabaran Tuhan ada batasnya, karena kalau Yesus
terus menerus ditolak, maka jelas ada saat dimana Tuhan akan menunjukkan bukan
lagi kesabaran dan kasihNya, tetapi keadilan, murka dan hukumanNya! Karena itu
kalau saudara belum sungguh-sungguh percaya kepada Yesus sebagai Juruselamat
dan Tuhan saudara, cepatlah bertobat!
Bdk. Ro 2:4-5 yang berbunyi
sebagai berikut: “Maukah engkau menganggap sepi kekayaan kemurahanNya,
kesabaranNya dan kelapangan hatiNya? Tidak-kah engkau tahu, bahwa maksud
kemurahan Allah ialah menuntun engkau kepada pertobatan? Tetapi oleh kekerasan
hatimu yang tidak mau bertobat, engkau menimbun murka atas dirimu sendiri pada
hari waktu mana murka dan hukuman Allah yang adil akan dinyatakan”.
3) Orang-orang Yahudi ini datang untuk
menghibur Maria dan Marta.
a)
Memang
adalah sesuatu yang baik kalau kita mau memperhatikan dan menolong orang yang
mengalami penderitaan, baik karena mereka sakit, mengalami problem keuangan,
ditinggal mati oleh orang yang dicintai dsb.
Tetapi ada orang-orang kristen yang
rajin dan aktif sekali melakukan hal-hal seperti itu (mengunjungi orang sakit,
melayat orang mati, menyumbang orang miskin), tetapi dalam persoalan Tuhan /
gereja (Kebaktian, Pemahaman Alkitab, Camp / Retreat, pelayanan, memberi
persembahan, dsb) mereka sama sekali tidak aktif. Ini jelas tidak pada
tempatnya! Kedua tanggung jawab ini, kepada Tuhan dan sesama manusia, harus
sama-sama diperhatikan!
b)
Tetapi
perlu juga diingat bahwa keluarga Maria dan Marta rupa-rupanya adalah keluarga
yang cukup berada. Ini ditunjukkan dari mampunya Maria mengurapi Yesus dengan
minyak yang mahal dalam Yoh 12:1-8. Mengingat bahwa orang Farisi dan
tokoh-tokoh Yahudi itu adalah orang-orang yang cinta uang (bdk.
Luk 16:14 Mat 23:14,25b),
mungkin sekali mereka mau datang ke rumah Maria dan Marta karena Maria dan
Marta adalah orang kaya.
Penerapan:
Jangan hanya mau mengunjungi orang kaya
yang sakit, dan jangan hanya mau melayat orang mati yang keluarganya kaya.
Pada waktu mendengar bahwa Yesus datang, Marta langsung
menemuiNya. Maria tidak menemui Yesus, karena ia belum tahu tentang kedatangan
Yesus. Ia baru tahu tentang kedatangan Yesus dalam ay 28, dan iapun langsung
menemui Yesus (ay 29).
Sesuatu yang harus diteladani dalam hal ini adalah: dalam
kesedihan yang paling hebatpun kita harus mau ‘menemui’ Yesus! Banyak orang
kristen kalau mengalami musibah, menjadi begitu sedih, dan bahkan marah kepada
Tuhan, sehingga menjauhi Tuhan. Misalnya dengan tidak berbakti, tidak berdoa,
tidak bersaat teduh dsb.
Kata-kata Marta ini kelihatannya hebat dan beriman, karena ia
percaya bahwa:
·
Kalau
Kristus ada di sana, saudaranya pasti tidak akan mati.
·
Sekarangpun
setelah Lazarus mati, Kristus bisa membangkitkannya.
Tetapi jelas bahwa ada
beberapa cacat dalam kata-kata Marta ini:
1) Imannya terombang-ambing.
Ia memang mengatakan bahwa sekarangpun
Yesus bisa membangkitkan Lazarus, tetapi dalam hal ini imannya terombang-ambing
(bdk. ay 24,39).
2) Calvin menyalahkan Marta dengan
berkata sebagai berikut:
“By speaking in this manner, she gives way to her
feelings, instead of restraining them under the rule of faith. I acknowledge
that her words proceeded partly from faith, but I say that there were
disorderly passions mixed with them, which hurried her beyond due bounds. For
when she assures herself that her brother would not have died, if Christ had
been present, what ground had she for this confidence? Certainly, it did not
arise from any promise of Christ. The only conclusion therefore is, that she
inconsiderately yields to her own wishes, instead of subjecting herself to
Christ. When she ascribes to Christ power and goodness, this proceeds from
faith; but when she persuades herself of more than she had heard Christ
declare, that has nothing to do with faith; for we must always hold the mutual
agreement between the word and faith, that no man may rashly forge anything for
himself, without the authority of the word of God” (= Dengan
berbicara dengan cara seperti ini, ia menyerah / memberi jalan pada
perasaannya, dan bukannya mengekang perasaan tersebut di bawah pemerintahan
iman. Saya mengakui bahwa kata-katanya keluar sebagian dari iman, tetapi saya
berkata bahwa di sana ada perasaan-perasaan yang kacau yang dicampur dengan
kata-kata itu, yang mendorongnya keluar batas. Karena ketika ia meyakinkan
dirinya sendiri bahwa saudara laki-lakinya tidak akan mati kalau Kristus ada di
sana, apa dasar yang ia punyai untuk keyakinan ini? Jelas bahwa ini tidak
timbul dari janji Kristus yang manapun juga. Karena itu, satu-satunya
kesimpulan adalah bahwa ia menyerah pada keinginannya tanpa berpikir, dan
bukannya menundukkan dirinya kepada Kristus. Pada waktu ia menganggap bahwa
Kristus mempunyai kuasa dan kebaikan, ini keluar dari iman; tetapi pada waktu
ia meyakinkan dirinya sendiri lebih dari yang ia telah dengar dari pernyataan
Kristus, itu tidak ada hubungannya dengan iman; karena kita harus selalu
memegang persetujuan / kesesuaian antara firman dan iman, supaya tidak
seorangpun secara gegabah menempa / membentuk apapun untuk dirinya sendiri,
tanpa otoritas dari Firman Allah).
3) Kritikan lain dari Calvin (dan
beberapa penafsir lain) adalah:
“Martha attached too much importance to the bodily
presence of Christ” (= Marta terlalu menekankan pentingnya kehadiran jasmani
Kristus).
Dalam hal ini Marta kalah jauh
dibanding dengan perwira dalam Mat 8:5-13.
4) Pulpit Commentary mengkritik sikap
Marta ini sebagai berikut:
“There is a slight complaint in these words, as if Christ
were bound to be there. But he was under no obligation to keep even Lazarus
alive. Too much often is expected of his personal presence, time, attention,
and service. He had other places to visit, other things to do, other wants to
supply, and purposes of his own to accomplish. Some are ignorant and selfish
enough to monopolize Christ and his ministers to serve their own personal and
private ends” (= Ada sedikit keluhan dalam kata-kata ini, seakan-akan
Kristus harus ada di sana. Tetapi Ia tidak wajib untuk menjaga agar Lazarus
tetap hidup. Seringkali terlalu banyak diharapkan dari kehadiran pribadi,
waktu, perhatian, dan pelayananNya. Ia mempunyai tempat-tempat lain yang harus
dikunjungi, hal-hal lain yang harus dilakukan, kebutuhan-kebutuhan lain yang
harus disuplai, dan tujuan-tujuanNya sendiri yang harus dicapai. Beberapa orang
cukup bodoh dan egois untuk memonopoli Kristus dan pelayan-pelayanNya untuk
melayani tujuan pribadi mereka sendiri).
Jadi ada 2 hal yang ditekankan di sini:
·
Ia
menyesalkan mengapa Yesus tidak ada di sana sebelum Lazarus mati. Saya tidak
setuju dengan para penafsir yang mengatakan bahwa dalam kata-kata Marta ini
tidak terkandung suatu penyesalan / keluhan. Sikap menyesalkan ini jelas ada.
Penerapan:
Jangan pernah menyesali tindakan Tuhan.
Dia tidak pernah salah!
·
Sikap
memonopoli Kristus. Sikap yang sama egoisnya ialah memonopoli hamba Tuhan yang
baik / bagus.
5) Matthew Poole mengkritik sebagai
berikut:
“Mary said the same, ver 32. They were both in an error,
for Lazarus’s death was appointed and determined by an eternal counsel ... But
it lets us see the vanity of our nature, who in the loss of our friends are
ready to think, if such or such means had been used, we had not lost our
friends; never considering our days are appointed, and we cannot pass the
number of them. If any rational, probable means for continuing their lives be
omitted, that also is not without the counsel of God, who having determined the
issue, concealeth diseases, or the true and proper means for their cure, from
physicians” (= Maria mengatakan hal yang sama, ay 32. Mereka
berdua salah, karena kematian Lazarus telah ditetapkan dan ditentukan oleh
suatu Rencana kekal ... Tetapi ini membiarkan kita melihat kesia-siaan sifat
kita, yang dalam kehilangan sahabat kita lalu berpikir bahwa jika cara ini atau
cara itu digunakan, kita tidak akan kehilangan sahabat kita; tidak pernah
memikirkan bahwa hari-hari kita telah ditetapkan, dan kita tidak bisa
melewatinya. Jika suatu cara yang rasionil dan memungkinkan untuk memperpanjang
hidup mereka dibuang, itu juga tidak terjadi tanpa Rencana Allah, yang setelah
menentukan persoalan itu, menyembunyikan penyakit, atau cara yang benar dan
tepat untuk penyembuhannya, dari dokter).
Catatan: Bahwa umur seseorang sudah ditetapkan
oleh Tuhan terlihat dari Maz 39:6a dan Mat 6:27.
1) Dalam ay 23 Kristus
menjanjikan kepada Marta akan kebangkitan Lazarus. Tetapi ingat bahwa janji ini
tidak berlaku umum / bagi setiap orang yang kematian keluarganya yang dicintai!
Dalam Kitab Suci ada banyak ayat yang ditujukan kepada individu tertentu saja
dan tidak berlaku untuk setiap orang. Misalnya:
·
Firman
Tuhan kepada Maria bahwa ia akan mengandung dan melahirkan Yesus.
·
Perintah
Yesus bagi Petrus untuk berjalan di atas air.
Dan ay 23 ini termasuk ayat
seperti itu. Karenanya jangan menggunakan ayat ini, dan menuntut supaya Tuhan
membangkitkan keluarga saudara yang mati.
2) Anehnya sekarang Marta justru tidak
percaya. Ini terlihat dari jawabannya dalam ay 24 yang menunjuk pada
kebangkitan pada akhir jaman.
Jadi, kalau tadi Marta jatuh dalam
extrim kiri, dimana ia percaya sekalipun tidak ada dasar janji / Firman Tuhan
(seperti banyak orang Kharismatik / Pentakosta), sekarang ia jatuh pada extrim kanan
dimana ia tetap tidak percaya sekalipun ada janji / Firman Tuhan (seperti
banyak orang Protestant)!
Calvin: “We
ought therefore to guard against both of these extremes. On the one hand, we
must not, without the authority of God’s word, drink in empty hopes, which will
prove to be nothing but wind; and, on the other hand, when God opens his mouth,
it is not proper that he should find that our hearts either blocked up, or too
firmly closed” (= Karena itu kita harus berjaga-jaga terhadap kedua
extrim ini. Pada satu sisi, kita tidak boleh, tanpa otoritas Firman Allah,
meminum harapan yang kosong, yang akan terbukti bukan apa-apa selain angin;
dan, pada sisi yang lain, pada waktu Allah membuka mulutNya, adalah tidak benar
kalau Ia menjumpai hati kita terhalang, atau tertutup terlalu rapat).
3) Marta tidak bisa mempercayai
kata-kata Yesus bahwa Lazarus akan dibangkitkan (saat itu), dan karenanya ia
lalu membengkokkan kata-kata Yesus itu dan mengarahkannya pada kebangkitan pada
akhir jaman. Memang, tidak adanya iman terhadap bagian tertentu dari Firman
Tuhan, sering membuat banyak orang membengkokkan Firman Tuhan sehingga bisa
mereka percayai.
Contoh:
·
Golongan
Liberal sering menafsirkan bagian Kitab Suci yang bersifat mujijat sekedar
sebagai suatu illustrasi, tetapi tidak sungguh-sungguh terjadi.
·
Banyak
pengajar sesat dari kalangan Liberal yang mengatakan bahwa Yoh 14:6 hanya
berlaku untuk orang kristen.
1) Ini adalah kata-kata ‘I am’ yang ke 5 yang diucapkan Yesus,
karena di sini Ia berkata ‘I am the
resurrection and the life’ (= Akulah kebangkitan dan hidup).
2) ‘Akulah kebangkitan dan hidup’
mempunyai arti jasmani, karena kalau tidak ada arti jasmani, maka ay 25-26
ini tidak akan cocok dengan jalur ceritanya. Jadi, karena Yesus adalah
‘kebangkitan dan hidup’, Ia bisa membangkitkan secara jasmani, baik pada akhir
jaman nanti seperti yang dipercaya oleh Marta (ay 24), maupun pada saat
itu juga, dan ini Ia buktikan dengan membangkitkan Lazarus secara jasmani.
3) Tetapi jelas bahwa pada waktu Yesus
menyatakan diriNya sebagai ‘kebangkitan dan hidup’, Ia juga memaksudkannya
secara rohani.
Macam-macam penafsiran:
a) William
Hendriksen:
·
Yesus =
kebangkitan ® yang percaya akan hidup (rohani) walaupun sudah
mati (jasmani). Yang sudah mati ini misalnya Lazarus sendiri. Biarpun sudah
mati secara jasmani, tetapi karena ia orang percaya, ia hidup secara rohani.
·
Yesus =
hidup ® yang hidup (rohani) dan percaya kepada Yesus, tidak akan
mati (rohani).
b) Ay 25: orang yang percaya akan
hidup (secara rohani), tetapi ia tidak akan terhindar dari kematian jasmani
(jadi maksudnya orang percaya itu tetap akan mengalami kematian
jasmani).
Ini lalu disambung dengan ay 26
yang artinya: orang yang hidup (secara rohani) dan yang percaya kepada Yesus,
tidak akan mati selama-lamanya (secara rohani).
Catatan: ‘walaupun ia sudah mati’ (ay 25
akhir) sebetulnya salah terjemahan. NIV: ‘even
though he dies’ (= walaupun ia mati).
c) Ay 25 menunjuk kepada orang
percaya yang sudah mati (secara jasmani). Sekalipun ia sudah mati (secara
jasmani), tetapi ia tetap hidup (secara rohani).
Ini
lalu disambung dengan ay 26 yang artinya: orang percaya yang masih hidup
(secara jasmani), tidak akan mati selama-lamanya (secara rohani).
d) Ay 25: yang percaya kepada
Yesus akan hidup (secara rohani) walaupun ia mati (secara rohani).
Dan ay 26: orang yang hidup secara
rohani dan yang percaya kepada Yesus tidak akan mati selama-lamanya (secara
rohani).
Kalau diambil arti ini perlu dicamkan
bahwa orang yang mati rohani tidak bisa percaya sendiri kepada Yesus sehingga
menghidupkan dirinya sendiri, karena kalau ini bisa dilakukan, lalu apa fungsi
Yesus sebagai ‘kebangkitan dan hidup’? Karena itu kalau mau diambil arti ini,
maka harus ditambahkan bahwa orangnya bisa percaya karena pekerjaan Yesus, yang
melalui Roh KudusNya, melahir-barukan orang itu, sehingga orang itu bisa
percaya.
4) Kata-kata ‘tidak akan mati
selama-lamanya’ tidak bisa tidak harus diartikan secara rohani, dan ini
menunjukkan bahwa orang yang percaya kepada Yesus tidak bisa kehilangan
keselamatannya.
Terhadap pertanyaan Yesus dalam ay 26b, maka dalam
ay 27 ini Marta lalu menyatakan pengakuan imannya.
Marta lalu memanggil Maria, dan waktu Maria bertemu Yesus ia
berkata: ‘Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak akan mati’
(ay 32b).
Perhatikan bahwa ini sama dengan kata-kata Marta dalam
ay 21, dan bertentangan dengan kata-kata Yesus dalam ay 15 - “Lazarus
sudah mati; tetapi syukurlah Aku tidak hadir pada waktu itu, sebab demikian
lebih baik bagimu, supaya kamu dapat belajar percaya”.
Dari perbandingan ini terlihat bahwa ‘baik’ bagi manusia sering
‘tidak baik’ bagi Tuhan. Bdk. Yes 55:8-9.
1) Ay 37: “Ia yang memelekkan
mata orang buta, tidak sanggupkah Ia bertindak, sehingga orang ini tidak
mati?”.
·
Orang-orang
ini tahu kuasa Kristus, tetapi mengomel / mencela Kristus karena Ia tidak
melakukan mujijat dan mencegah kematian Lazarus.
·
Baik
kata-kata ini maupun kata-kata Maria dan Marta dalam ay 21,32 cuma berpikir
tentang ‘mencegah kematian’. Tetapi ternyata Yesus melakukan yang lebih besar
dari yang mereka bisa pikirkan, yaitu membangkitkan Lazarus yang sudah mati.
2) Bagian ini menunjukkan Yesus
mempunyai perasaan, karena Ia bisa sedih dan menangis (ay 33,35,38).
Tetapi sebetulnya mengapa Ia sedih?
Bukankah Ia tahu bahwa Ia akan membangkitkan Lazarus? Lalu apa yang menyebabkan
Ia sedih?
·
Ada yang
mengatakan bahwa Ia sedih karena sikap salah dari Marta, Maria dan orang-orang
Yahudi. Ini seperti waktu Ia menangisi Yerusalem karena sikap mereka yang salah
(Luk 19:41).
·
Ada yang
mengatakan bahwa Ia sedih karena bersimpati kepada mereka yang menderita /
bersedih hati (bdk. Ibr 4:15).
1) Yesus menyuruh untuk menyingkirkan
batu (ay 39a).
Penyingkiran batu ini tidak membutuhkan
mujijat, dan bisa dilakukan oleh manusia. Karena itu Yesus menyuruh mereka
melakukannya sendiri. Disamping itu, ini merupakan ujian iman (bdk.
ay 39b).
2) Marta yang tadinya percaya (ay
22,27), sekarang menjadi tidak percaya lagi, karena matanya ia arahkan pada
kuburan Lazarus, bukan kepada Yesus. Bdk. Petrus dalam Mat 14:28-31.
Karena itu Calvin menyebut kata-kata
Marta dalam ay 22 sebagai ‘a
confused faith’ (= iman yang bingung / kacau).
3) Dugaan Marta bahwa Lazarus ‘sudah
berbau’ (ay 39) menunjukkan bahwa mayat Lazarus tidak dibalsem. Ini makin
menunjukkan hebatnya kuasa Yesus dalam membangkitkan Lazarus.
4) Ay 40:
·
Kata-kata
‘sudah Kukatakan’ menunjuk pada ay 4,23,25,26.
·
Pada
waktu iman Marta goncang, Yesus mengingatkannya pada firman Tuhan. Karena itu
kalau kita sedang goncang imannya, kitapun harus membaca / belajar Firman
Tuhan.
·
Banyak
orang membalik kata-kata Yesus ini, karena mereka mau melihat kemuliaan Allah
(mujijat) lebih dulu, baru percaya. Sedangkan Yesus berkata bahwa yang percaya
akan melihat kemuliaan Allah.
5) Ay 41-42:
·
Yesus
berdoa dengan suara keras, supaya orang-orang yang hadir mendengar
kata-kataNya, dan percaya bahwa Ia memang diutus Allah. Tetapi perlu diingat
bahwa Yesus betul-betul berbicara kepada Allah. Ini berbeda dengan orang yang
‘berkhotbah dalam doa’ dimana mereka sebetulnya tidak berbicara kepada Allah,
tetapi kepada orang yang hadir.
·
Yesus
berdoa dengan menengadah ke atas (ay 41).
Ini tidak berarti bahwa kita juga harus
berdoa dengan postur seperti itu. Bandingkan dengan pemungut cukai yang tidak
berani melihat ke atas pada waktu berdoa (Luk 18:13). Yang penting bukan kepala
menengadah atau mata melihat ke atas, tetapi pikiran / hati yang betul-betul
ditujukan kepada Tuhan.
6) Ay 43-44: Yesus membangkitkan
Lazarus.
·
Ini harus
dianggap sebagai mujijat yang betul-betul terjadi, bukan sebagai dongeng,
perumpamaan, atau illustrasi yang tidak betul-betul terjadi.
·
Ada beda
antara kebangkitan Yesus dan kebangkitan Lazarus. Lazarus bangkit dan keluar
dalam keadaan terbungkus kain kapan, Yesus tidak. Juga, Yesus bangkit dengan
tubuh lama yang langsung diubahkan menjadi tubuh kebangkitan dan karenanya
tidak akan mati lagi selama-lamanya, sedangkan Lazarus bangkit dengan tubuh
biasa / lama sehingga nanti pasti akan mati lagi.
·
Leon
Morris mengatakan bahwa peristiwa pembangkitan Lazarus ini merupakan suatu
perumpamaan yang diperagakan (an acted
parable), yang bertujuan untuk mengajarkan bahwa Yesus adalah kebangkitan
dan hidup.
Catatan: ada beda yang sangat besar antara
‘mengatakan bahwa ini adalah sebuah perumpamaan’ dan ‘mengatakan bahwa ini
adalah perumpamaan yang diperagakan’. Yang pertama menunjukkan bahwa ini tidak
betul-betul terjadi, yang kedua menunjukkan bahwa ini betul-betul terjadi.
·
Kebangkitan
Lazarus ini, selain merupakan tanda yang menunjukkan Yesus sebagai Kebangkitan
dan Hidup (ay 25-26), juga:
*
menunjukkan
keilahian Kristus.
*
merupakan
gambaran yang hidup tentang kebangkitan kita yang akan datang.
Memang ada beda antara kebangkitan
Lazarus ini dengan kebangkitan kita nanti, karena Lazarus bangkit dengan tubuh
biasa, sedangkan kita akan bangkit dengan tubuh kebangkitan. Tetapi satu hal
yang jelas: kalau Allah bisa membangkitkan Lazarus yang sudah mati selama 4
hari, Ia pasti juga bisa membangkitkan kita nanti di akhir jaman.
*
menunjukkan
bahwa Tuhan bisa menolong problem yang bagaimanapun besarnya. Lebih dari itu,
sekalipun kelihatannya terlambat, tetapi Tuhan tidak pernah terlambat!
1) Ay 45 mengatakan bahwa banyak orang
yang menyaksikan mujijat itu lalu menjadi percaya kepada Yesus.
Calvin menafsirkan bahwa ‘percaya’ di
sini cuma merupakan ‘persiapan untuk iman’, bukan menunjuk pada iman itu
sendiri. Alasan Calvin: mujijat tidak bisa menimbulkan iman.
Tetapi bisa saja bahwa dulunya mereka
sudah mendengar Firman Tuhan, tetapi belum percaya. Setelah melihat mujijat,
lalu mereka percaya.
2) Ay 46-48:
·
ada
mujijat yang begitu hebat, dan hal ini mereka akui (ay 47b), tetapi orang-orang
dalam ayat ini bukan saja tidak percaya tetapi bahkan menambah kebencian dan
permusuhan mereka terhadap Yesus! Ini menunjukkan bahwa mujijat tidak menjamin
pertobatan (bdk. Luk 16:27-31).
·
mungkin
mereka menggunakan Ul 13:1-5, sehingga mereka tetap menolak dan memusuhi
Yesus, sekalipun melakukan banyak mujijat. Dalam hal ini mereka menggunakan
Ul 13:1-5 secara salah, karena Yesus tidak mengajarkan ajaran sesat.
Tetapi orang kristen jaman sekarang sebetulnya harus sangat memperhatikan
Ul 13:1-5 ini, karena jaman sekarang ada banyak nabi palsu, yang sekalipun
bisa melakukan mujijat, tetapi ajarannya betul-betul sesat!
·
ay 47b:
‘Apakah yang harus kita buat?’. Ini salah terjemahan.
RSV: ‘What are we to do?’ (= Apa yang harus kita lakukan?). Ini sama
seperti terjemahan Indonesia.
NIV: ‘What are we accomplishing?’ (= Apa yang sedang kita capai?).
NASB: ‘What are we doing?’ (= Apa yang sedang kita kerjakan?).
KJV: ‘What do we?’ (= Apa yang kita lakukan?).
Kata-kata ini tidak menunjuk ke depan /
masa yang akan datang, tetapi menunjuk ke belakang / masa lampau. Maksud dari
kata-kata ini adalah mengecam diri mereka sendiri karena selama ini mereka
kurang berusaha menentang Yesus sehingga Yesus mengalami banyak kemajuan dalam
pelayananNya.
Penerapan:
Orang sesat sering diilhami setan
sehingga berjuang dengan bersemangat. Kalau kita tidak berjuang dengan
bersemangat, kebenaran tidak bisa menang!
·
Ay 48:
mereka kuatir kalau bangsa Yahudi menerima Yesus sebagai Mesias, dan Roma tahu
akan hal itu, maka Roma akan menganggapnya sebagai suatu pemberontakan dan akan
menyerang mereka. Orang-orang ini tidak peduli pada kebenaran. Yang mereka
pedulikan cuma ego mereka sendiri. Padahal mereka adalah tokoh-tokoh agama pada
saat itu. Karena itu janganlah terlalu heran kalau jaman sekarang ada banyak
pendeta-pendeta yang tidak peduli pada kebenaran dan hanya berjuang untuk ego
mereka sendiri. Ini memang memprihatinkan tetapi tidak mengherankan.
1) Kayafas diangkat menjadi imam besar
untuk menggantikan Hanas oleh Valerius Gratus, pendahulu Pontius Pilatus.
Mungkin ini menjadi alasan mengapa ia merasa lebih baik mengorbankan Yesus dari
pada bermusuhan dengan Roma.
2) Kayafas berkata: “lebih berguna
bagimu, jika satu orang mati untuk bangsa kita dari pada seluruh bangsa kita
ini binasa” (ay 50).
·
Dengan
kata-kata ini ia memaksudkan bahwa lebih baik Yesus yang mati dari pada Roma
menyerang mereka dan membinasakan mereka. Karena itulah mereka akhirnya
memutuskan untuk membunuh Yesus (ay 53).
Tetapi sejarah membuktikan bahwa kata-katanya ini
terbalik. Karena mereka membunuh Yesus, Tuhan justru menghukum mereka sehingga
pada tahun 70 M Roma menyerang dan menghancurkan Yerusalem.
·
Melalui
kata-kata Kayafas ini terlihat bahwa Kayafas adalah orang yang mengutamakan
politik / strategi lebih dari kebenaran.
Contoh lain:
*
waktu di
MRI / GRII saya dikatakan self-defeating
(= mengalahkan diri sendiri) pada waktu saya mengkritik majalah Momentum, yang
menuliskan artikel yang sesat.
*
pendeta
yang tidak mau khotbahnya masuk radio karena takut orang tidak mau datang ke
seminarnya / gerejanya.
Penerapan:
Jangan meniru hal ini dalam hidup dan
pelayanan saudara secara pribadi maupun sebagai gereja.
3) Tetapi
kata-kata Kayafas mempunyai arti yang lebih dalam dan berbeda dengan apa yang
ia maksudkan. Ini terlihat dari keterangan rasul Yohanes dalam ay 51-52
yang berbunyi: “Hal itu dikatakannya bukan dari dirinya sendiri, tetapi sebagai
Imam Besar pada tahun itu ia bernubuat, bahwa Yesus akan mati untuk bangsa itu,
dan bukan untuk bangsa itu saja, tetapi juga untuk mengumpulkan dan
mempersatukan anak-anak Allah yang tercerai-berai”.
Pada waktu dikatakan ‘Hal itu
dikatakannya bukan dari dirinya sendiri’, itu tidak berarti bahwa ia menjadi gila, atau
kehilangan kebebasannya dimana Tuhan memaksa dia mengucapkan apa yang tidak ia
kehendaki. Jadi Kayafas berbeda dengan Bileam yang memang dipaksa Tuhan untuk
mengucapkan apa yang tidak ia kehendaki (Bil 22:38 23:3,7-10,15-24
24:3-9). Tetapi Tuhan mengatur sedemikian rupa sehingga sekalipun
Kayafas mengucapkan kata-kata itu sesuai kehendaknya, tetapi ada arti yang
lebih dalam yang tidak ia sadari dalam kata-katanya itu. Maksud Kayafas: Yesus
dibunuh supaya bangsa Yahudi tidak diserang Roma; maksud Tuhan: Yesus mati
supaya orang pilihan selamat. Jadi, dari sudut maksud Kayafas dia memberitakan
sesuatu yang menyesatkan (karena itu ia tetap dianggap berdosa), tetapi dari
sudut maksud Tuhan, kata-kata itu adalah Injil.
William Hendriksen: “The
clause, ‘Now this he said not of his own accord,’ cannot mean that Caiaphas had
been forced to say, ‘It is expedient that one man die for the people, and that
the whole nation perish not.’ He said what he wanted to say, and the
responsibility for the wicked meaning which his words conveyed remains entirely
his own. Yet, in God’s wonderful providence, the choice of words was so
directed that these same words were capable of expressing the gist of God’s
glorious plan of salvation” (= Anak kalimat ‘Hal itu dikatakannya bukan dari dirinya
sendiri’, tidak bisa berarti bahwa Kayafas telah dipaksa untuk berkata: ‘lebih
berguna bagimu, jika satu orang mati untuk bangsa kita dari pada seluruh bangsa
kita ini binasa’. Ia mengatakan apa yang ingin ia katakan, dan tanggung jawab
untuk arti yang jahat yang diberikan oleh kata-katanya, sepenuhnya tetap ada
pada dirinya. Tetapi, dalam pengaturan Allah yang indah / luar biasa, pemilihan
kata-katanya diarahkan sedemikian rupa sehingga kata-kata yang sama bisa
menyatakan intisari dari rencana keselamatan yang mulia dari Allah).
William Hendriksen: “This
passage affords a glimpse into the mystery of the wonderful relationship
between the divine counsel and providence, on the one hand, and the exercise of
human responsibility, on the other; Caiaphas was left entirely free, was not
prevented in any way from saying what his wicked heart urged him to say.
Nevertheless, God’s will, without becoming even in the least degree defiled, so
directed the choice of phraseology that the words which issue from the lips of
this coldblooded murderer were exactly the ones that were needed to give
expression to the most sublime and glorious truth regarding God’s redemptive
love. Without becoming aware of it the villain had become the prophet!” (= Bagian ini
memberikan pandangan sekilas ke dalam misteri dari hubungan yang indah / luar
biasa antara rencana ilahi dan providence di satu pihak, dan adanya tanggung
jawab manusia di pihak yang lain; Kayafas dibiarkan bebas sepenuhnya, tidak
dihalangi dengan cara apapun untuk mengatakan apa yang ingin dikatakan oleh
hatinya yang jahat. Sekalipun demikian, kehendak Allah, tanpa menjadi kotor /
rusak sedikitpun, begitu mengarahkan pemilihan penyusunan kata-kata sehingga
kata-kata yang keluar dari bibir dari pembunuh berdarah dingin ini betul-betul
adalah kata-kata yang diperlukan untuk menyatakan kebenaran yang paling agung
dan mulia mengenai kasih Allah yang menebus. Tanpa menyadari hal itu, penjahat /
bajingan ini telah menjadi nabi).
4) Ay 51: ‘sebagai Imam Besar pada
tahun itu ia bernubuat’.
·
para
penafsir berpendapat bahwa ini didasarkan pada Kel 28:30 dan Bil 27:21.
·
mengapa
Allah mau menggunakan Kayafas yang jelas-jelas adalah orang sesat? Karena Allah
tidak melihat diri Kayafasnya, tetapi jabatannya sebagai Imam Besar.
·
dengan
adanya nubuat Kayafas ini, orang Yahudi tidak mempunyai alasan untuk menolak
Yesus. Dengan demikian Allah bisa menghukum mereka yang menolak Yesus. Mereka
jelas tidak mengerti arti dari sudut Tuhan dalam kata-kata Kayafas, tetapi ini
justru sesuai dengan / menggenapi Yes 6:9-10.
5) Ini tidak berarti bahwa setiap kali
Kayafas berbicara selalu terjadi 2 sudut seperti ini.
Misalnya pada waktu Kayafas mengatakan
bahwa Yesus menghujat Allah (Mat 26:65), tentu tidak ada 2 sudut seperti di
sini.
6) Ada beberapa hal yang bisa
didapatkan dari ay 52:
·
Bahwa
orang-orang yang tercerai berai (belum dikumpulkan di dalam Kristus) sudah
disebut ‘anak-anak Allah’ (ay 52), menunjukkan adanya Predestinasi. Mereka
disebut demikian karena mereka adalah orang pilihan. Hal yang mirip dengan ini
terjadi di 2 tempat lain dalam Kitab Suci dimana orang yang belum percaya
disebut ‘umat Tuhan’ dan ‘domba’.
*
Kis 18:9b-10
- “‘Jangan
takut! Teruslah memberitakan firman dan jangan diam! Sebab Aku menyertai engkau
dan tidak ada seorangpun yang akan menjamah dan menganiaya engkau, sebab banyak
umatKu di kota ini’”.
*
Yoh 10:16
- “Ada
lagi padaKu domba-domba lain, yang bukan dari kandang ini; domba-domba
itu harus Kutuntun juga dan mereka akan mendengarkan suaraKu”.
·
Kata-kata ‘tercerai berai’ kontras dengan
‘mengumpulkan dan mempersatukan’. Memang dosa mencerai-beraikan manusia,
kematian Yesus mengumpulkan dan mempersatukan mereka yang percaya.
·
Kata-kata ‘mempersatukan’ menunjukkan
bahwa Tuhan menghendaki adanya kesatuan orang percaya. Itu tidak harus melalui
kesatuan gereja (seperti Oikumene), tetapi kesatuan hati, dimana ada saling
mengasihi sekalipun ada perbedaan aliran / doktrin.
·
Kata-kata ‘bukan untuk bangsa itu saja,
tetapi juga untuk .... anak-anak Allah yang tercerai berai’ menunjukkan bahwa
Yesus mati bukan hanya untuk bangsa Yahudi tetapi juga untuk bangsa-bangsa lain
/ non Yahudi (bdk. 1Yoh 2:2).
1) Ay 54: Yesus menghindar dari
bahaya, karena Ia tahu bahwa saatnya untuk mati belum tiba. Ia menghindar,
bukannya menunggu bahaya dengan iman bahwa BapaNya pasti akan melindungiNya.
Jadi, iman tidak bertentangan dengan tindakan menghindari bahaya!
2) Ay 54b: Yesus tinggal di daerah
yang terpencil.
Kadang-kadang memang ada saat dimana
Tuhan memencilkan hambaNya sehingga hanya ada pelayanan kecil di tempat
terpencil atau bahkan tidak ada pelayanan sama sekali. Misalnya:
·
Elia
dipencilkan di sungai Kerit (1Raja-raja 17:1-6).
·
Paulus
dipencilkan di gurun Arab (Gal 1:17).
·
Yohanes
dipencilkan di pulau Patmos (Wah 1:9).
Penerapan:
Kalau saudara merasa bahwa saat ini
saudara dipencilkan oleh Tuhan, jangan kecewa atau putus asa. Tuhan pasti
mempunyai maksud yang baik melalui semua itu.
3) Ay 54-57: tindakan tokoh-tokoh
agama menyebabkan Yesus bersembunyi, sehingga orang-orang yang mencari Dia
tidak bisa menemukan.
Penerapan:
·
sindikat
gereja sering menyingkirkan nabi asli, sehingga jemaat yang mencarinya tidak
bisa menemukan. Karena itu kalau saudara menjadi anggota dari gereja seperti
itu, jelas akan ada kerugian yang sangat besar!
·
ada toko
buku Kristen yang justru menyingkirkan buku yang injili / alkitabiah.
-AMIN-
email us at : gkri_exodus@lycos.com