Eksposisi Injil Yohanes
oleh: Pdt. Budi
Asali MDiv.
YOHANES
12:9-19
1) Ay 9: banyak orang datang bukan
hanya karena Yesus, tetapi juga untuk melihat Lazarus yang telah bangkit dari
antara orang mati.
Pulpit Commentary: “It
was curiosity rather than conscience that led to the desire to see Lazarus as
well as Jesus. Curiosity, however, is lawful and right when it leads to a
serious inquiry into the facts” (= Adalah rasa ingin tahu dan bukannya
suara hati yang memimpin pada keinginan untuk melihat Lazarus maupun Yesus.
Tetapi rasa ingin tahu adalah sah dan benar kalau itu membawa pada penyelidikan
yang serius kedalam fakta).
2) Ay 10-11:
a) Bagi
para imam / orang Saduki, kebangkitan Lazarus adalah serangan ganda:
1.
Kebangkitan
Lazarus menyebabkan orang banyak meninggalkan mereka dan pergi kepada Yesus.
Pulpit Commentary: “Nothing
so enrages the enemies of Christ as the enlargement of his kingdom” (= Tidak ada
yang begitu membuat marah musuh-musuh Kristus seperti perluasan kerajaanNya).
2.
Kebangkitan
Lazarus menyerang doktrin orang Saduki yang tidak mempercayai kebangkitan orang
mati.
b) Mereka
mau membunuh Lazarus juga (ay 10).
·
Pulpit
Commentary: “What ought to breed faith bred in them murder. The
reason which led others to believe in Jesus, led them to hate and oppose him” (= Apa yang
seharusnya membiakkan iman ternyata membiakkan pembunuhan dalam diri mereka.
Alasan yang memimpin orang-orang lain untuk percaya kepada Yesus, membawa
mereka untuk memusuhi dan menentangNya).
·
Mereka
mau menghilangkan bukti, seperti dalam film dimana gangster membunuh saksi yang
akan bersaksi menentang mereka di pengadilan. Juga mereka mau menekan /
menghancurkan kebenaran (bahwa ada kebangkitan dari antara orang mati) karena
kebenaran itu mengancam mereka.
·
Bandingkan
ini dengan Yoh 11:49-50 dimana Kayafas berkata bahwa lebih baik membunuh
satu orang (yaitu Yesus) dari pada seluruh bangsa binasa. Sekarang ternyata
bahwa membunuh satu orang belum cukup, mereka harus membunuh 2 orang, yaitu
Yesus dan Lazarus.
Pulpit Commentary: “The sacrifice
of one life often leads to the sacrifice of more” (= Pengorbanan
satu nyawa sering membawa pada pengorbanan lebih banyak lagi).
Ini menunjukkan bahwa dosa bertumbuh,
dosa yang satu menarik kepada dosa yang lain.
Barnes’ Notes: “When
men are determined not to believe the gospel, there is no end to the crimes to
which they are driven” (= Pada waktu manusia bertekad / bertekun untuk tidak
percaya pada Injil, tidak ada akhir dari kejahatan-kejahatan kemana mereka
didorong).
·
Adam
Clarke: “How blind were these men not to perceive that he who had
raised him, after he had been dead for four days, could raise him again though
they had slain him a thousand times” (= Betapa butanya orang-orang ini sehingga
tidak mengerti bahwa Ia yang telah membangkitkannya, setelah ia mati selama 4
hari, bisa membangkitkannya lagi sekalipun mereka membunuhnya seribu kali).
·
Pulpit
Commentary: “They had nothing personally against Lazarus; but thought
that they could not so effectively strike Jesus as through him. He became the
target of their hatred. This is not the first time, and certainly not the last,
Jesus is persecuted in his followers, and his followers persecuted on his
account” (= Mereka tidak mempunyai persoalan pribadi dengan
Lazarus; tetapi berpikir bahwa mereka tidak bisa menyerang Yesus secara begitu
effektif seperti melalui dia. Ia menjadi sasaran kemarahan mereka. Ini bukan
kali yang pertama, dan jelas bukan kali yang terakhir, Yesus dianiaya dalam
diri pengikut-pengikutNya, dan para pengikutNya dianiaya karena Dia).
Semua orang yang memberi
kesaksian mendukung Injil bisa mendapat nasib seperti Lazarus, yaitu mau dibunuh tanpa salah.
Relakah saudara mengalami ini demi Yesus? Bdk. Yoh 16:2 Yoh 12:25.
1) Ay 12:
a) Yesus
masuk ke Yerusalem. Ini adalah peristiwa yang penting karena:
·
pada saat
itu orang banyak menyanjung Yesus. Ini mendesak tokoh-tokoh Yahudi untuk
membunuh Yesus.
·
dalam
peristiwa ini Yesus menyatakan diri sebagai Mesias (bdk. Zakh 9:9).
b) ‘orang
banyak yang datang merayakan pesta’.
Ini menunjukkan bahwa orang-orang yang
menyambut Yesus dalam ay 13 adalah mereka yang datang dari luar Yerusalem.
Seharusnya Yerusalem adalah tempat dimana orang-orangnya yang paling antusias
menerima Kristus, tetapi ternyata tidak.
Calvin: “this
fault has prevailed in almost every age, that the more nearly and the more
familiarly God approached to men, the more daringly did men despise God” (= kesalahan
ini terjadi di hampir setiap jaman, bahwa makin dekat dan makin akrab Allah itu
mendekati manusia, makin berani manusia menghina Allah).
2) Ay 13:
a) ‘Hosana’.
Hosana seharusnya adalah HOSHIANA,
artinya adalah ‘Save now!’ (=
selamatkanlah sekarang). Ada juga yang mengartikan ‘Save, I beseech you’ (= selamatkanlah, aku mohon kepadaMu). Kata
Hosana merupakan suatu permohonan kepada Yahweh oleh seorang penyembah, yang
yakin bahwa saat penyelamatan / pembebasan sudah tiba.
b) Ay 13 dikutip / diambil dari
Maz 118:25-26. Ini merupakan pengakuan terhadap Yesus sebagai Mesias,
karena Maz 118 dari mana kata-kata ini dikutip merupakan Mazmur tentang
Mesias.
Sekalipun orang banyak itu mempercayai
Yesus sebagai Mesias, tetapi mereka mempercayaiNya sebagai Mesias duniawi. Ini
terlihat dari:
·
Penggunaan
daun palem (ay 13) yang adalah simbol kemenangan.
Bdk. 1Makabe 13:51 - “Pada tanggal
dua puluh tiga bulan kedua tahun seratus tujuh puluh satu maka Simon memasuki
puri itu dengan kidung dan daun palem, diiringi dengan kecapi dan dandi, sambil
menyanyikan madah dan gita. Sebab musuh besar Israel sudah digempur”.
Catatan: kalau saya menggunakan kitab Makabe
yang termasuk dalam kitab-kitab Apocrypha / Deutrokanonika, itu tidak berarti
saya mempercayainya sebagai Firman Allah. Saya hanya mempercayainya sebagai
kitab kuno, melalui mana kita bisa belajar tentang tradisi / kebudayaan saat
itu.
·
ay 13
akhir - mereka menyatakan Yesus sebagai ‘raja Israel’.
·
Luk 19:37
- mereka menyatakan Yesus sebagai pelaku mujijat.
c) ‘Datang dalam nama Tuhan’
(ay 13), artinya datang dengan otoritas Tuhan.
d) Ay 13 ini dan ayat-ayat
paralelnya, yaitu Mat 21:9
Mark 11:9-10 Luk 19:38
berbeda satu dengan yang lain, karena perlu diingat bahwa dalam suatu kumpulan
orang, teriakan-teriakan yang muncul bisa banyak. Disamping itu keempat penulis
Injil sering menulis hanya sebagian saja.
e) Mengomentari orang banyak yang
memuji Kristus dalam ay 13, Calvin berkata sebagai berikut: “We cannot bless Christ without cursing the Pope and the
sacrilegious tyranny which he has raised up against the Son of God” (= Kita tidak
bisa memuji Kristus tanpa mengutuk Paus dan kelaliman yang melanggar kesucian
yang ia bangkitkan menentang Anak Allah).
Kata-kata Calvin ini bertentangan
dengan sikap banyak orang kristen jaman ini, yang senang memuji Kristus /
Tuhan, tetapi pada waktu ada orang mengutuk ajaran sesat / nabi palsu, mereka
justru membela para nabi palsu itu dengan berkata: ‘Jangan menghakimi!’. Ingat
bahwa Paulus juga mengutuk para nabi palsu (Gal 1:6-9).
3) Ay 14-15:
a) Yesus
naik keledai (ay 14).
Ada banyak orang yang menganggap bahwa
keledai menunjukkan ketidakmuliaan.
Pulpit Commentary: “The
ass is as despised in the East as in the West” (= di Timur
keledai sama dihina / direndahkannya seperti di Barat).
Calvin: “When
he describes Christ as riding on an ass, the meaning is, that his kingdom will
have nothing in common with the pump, splendour, wealth, and power of the
world” (= Pada waktu ia menggambarkan Kristus naik keledai,
artinya adalah bahwa kerajaanNya tidak akan mempunyai persamaan dengan hiasan,
kemegahan, kekayaan, dan kuasa dari dunia).
Tetapi William Barclay, yang didukung
oleh beberapa penafsir lain, memberikan pandangan yang berbeda. Ia berkata:
“We must not misunderstand this picture. With us the ass
is lowly and despised; but in the East it was a noble animal. Jair, the Judge,
had thirty sons who rode on asses’ colts (Judges 10:4). Ahithopel rode upon an
ass (2Samuel 17:23). Mephibosheth, the royal prince, the son of Saul, came to
David riding upon an ass (2Samuel 19:26). The point is that a king came riding
upon a horse when he was bent on war; he came riding upon an ass when he was
coming in peace. This action of Jesus is a sign that he was not the warrior
figure men dreamed of, but the Prince of Peace” [= Kita tidak
boleh salah mengerti gambaran ini. Bagi kita keledai itu rendah dan dihina;
tetapi di Timur keledai adalah tunggangan yang mulia. Yair, si hakim, mempunyai
30 anak yang menunggang keledai (Hakim-hakim 10:4). Ahitofel menunggang keledai
(2Sam 17:23). Mefiboset, pangeran kerajaan, anak Saul, datang kepada Daud menunggang
keledai (2Samuel 19:26). Intinya adalah bahwa seorang raja datang menunggang
kuda kalau ia mau berperang; ia datang menunggang keledai kalau ia datang dalam
damai. Tindakan Yesus ini merupakan suatu tanda bahwa Ia bukanlah tokoh pejuang
yang dimimpikan oleh manusia, tetapi Pangeran / Raja Damai].
Jadi penekanannya adalah bahwa keledai
tunggangan pada masa damai, sedangkan kuda adalah tunggangan untuk perang (bdk.
Kel 14:9 Maz 33:17 Maz 76:2-7 Amsal 21:31 Yer
8:6 Yer 51:21 Zakh 10:3).
Jadi, dengan masuk Yerusalem naik
keledai Yesus menunjukkan Mesias macam apa Dia itu. Ia bukan Mesias duniawi
yang akan memimpin Israel dalam perang untuk mengalahkan penjajah. Ia datang
sebagai Raja Damai!
b) Ay 15: “Jangan takut,
hai puteri Sion, lihatlah, Rajamu datang duduk di atas seekor anak keledai”.
Bdk. Zakh 9:9-10 yang berbunyi
sebagai berikut:
“Bersorak-soraklah
dengan nyaring, hai puteri Sion, bersorak-sorailah, hai puteri Yerusalem!
Lihat, rajamu datang kepadamu; ia adil dan jaya. Ia lemah lembut dan mengendarai
seekor keledai, seekor keledai beban yang muda. Ia akan melenyapkan
kereta-kereta dari Efraim dan kuda-kuda dari Yerusalem; busur perang akan
dilenyapkan, dan ia akan memberitakan damai kepada bangsa-bangsa.
Wilayah kekuasaannya akan terbentang dari laut sampai ke laut dan dari sungai
Efrat sampai ke ujung-ujung bumi”.
Ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan:
·
Dalam
Zakh 9:9-10 terlihat bahwa ‘Yesus naik keledai’ dihubungkan dengan ‘pelenyapan
kereta dan kuda’, dan keduanya dihubungkan dengan ‘damai’. Ini mendukung
pandangan William Barclay di atas.
·
Ay 15
mengatakan ‘jangan takut!’, tetapi Zakh 9:9 menyuruh bersorak-sorak, yang
menandakan adanya sukacita. Memang ada hubungan erat antara ‘membuang takut’
dan ‘sukacita yang sejati’! Hanya jika kita sudah mempunyai keselamatan /
perdamaian dengan Allah sehingga tidak lagi takut akan hukuman Allah, baru kita
bisa memiliki sukacita yang sejati!
Catatan: kata-kata ‘ia adil dan jaya’ dalam
Zakh 9:9 versi Kitab Suci Indonesia itu salah terjemahan.
NIV: righteous and having salvation (= benar dan mempunyai keselamatan).
NASB: He is just and endowed with salvation (= Ia adil / benar dan
diberkati dengan keselamatan).
KJV: ‘He is just and having salvation’ (= Ia adil / benar dan mempunyai
keselamatan).
Jadi, Raja Damai itu datang dengan
membawa keselamatan, dan ini menyebabkan kita harus bersukacita.
·
Zakh 9:10
menubuatkan Yesus sebagai Raja Damai (bdk. Yes 9:5), yang akan
memberitakan damai kepada bangsa-bangsa, bukan hanya kepada bangsa Yahudi.
4) Ay 16:
Yang tidak dimengerti oleh murid-murid
bukan keMesiasan Yesus, tetapi sifat dari kerajaanNya. Setelah Yesus naik ke
surga dan Roh Kudus turun baru mereka mengerti hal ini dengan benar.
Ada 2 komentar tentang bagian ini:
·
Calvin: “...
we are blind, unless the word of God go before our steps, and it is not even
enough that the word of God shine on us, if the Spirit do not also enlighten
our eyes, which otherwise would be blind amidst the clearest light” (= ... kita
buta, kecuali firman Allah berjalan di depan langkah kita, dan bahkan tidak
cukup firman Allah bersinar atas kita, jika Roh tidak mencerahi mata kita, yang
tanpa pencerahan akan buta di tengah cahaya yang paling terang).
Penerapan:
Selain selalu menggunakan Kitab Suci,
kita juga harus selalu berdoa supaya Tuhan memberikan kita terang untuk
mengerti kebenaran.
·
Adam
Clarke: “Indeed it is only in the light of the new covenant, that
the old is to be fully understood” (= Memang hanya dalam terang dari
perjanjian baru barulah perjanjian lama bisa dimengerti sepenuhnya).
5) Ay 17-19:
Melihat usaha mereka gagal, para musuh
Yesus ini mengeluarkan kata-kata dalam ay 19 yang tujuannya untuk melecut
mereka untuk lebih tekun dan lebih keras berusaha.
Calvin: “And
if the enemies of God persevere so obstinately in what is evil, we ought to be
far more steady in a just undertaking” (= Dan jika musuh-musuh Allah bertekun
dengan begitu tegar tengkuk dalam hal yang jahat, kita harus jauh lebih mantap
/ tetap dalam usaha / perbuatan yang benar).
-AMIN-
email us at : gkri_exodus@lycos.com