Eksposisi Injil Yohanes
oleh: Pdt. Budi
Asali MDiv.
Yohanes 12:20-36
1) Orang-orang Yunani itu datang
kepada Filipus. Mengapa? Mungkin karena ‘Filipus’ adalah nama Yunani. Tetapi
Filipus tidak tahu apa yang harus diperbuat, karena mungkin ia tidak yakin
bahwa Yesus mau berbicara dengan orang-orang Yunani itu. Mengapa? Mungkin
Filipus ragu-ragu karena ia ingat bahwa Yesus pernah berkata: ‘Aku diutus hanya
kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel’. Atau karena pada waktu
murid-murid diutus untuk memberitakan Injil, Yesus berpesan supaya mereka hanya
memberitakan Injil kepada orang Israel. Karena itu Filipus pergi kepada Andreas
dan Andreas langsung membawa mereka kepada Yesus.
2) Filipus dan Andreas sepakat untuk
membawa orang-orang Yunani itu kepada Yesus.
Adam Clarke: “How
pleasing to God is this union, when the ministers of his Gospel agree and unite
together to bring souls to Christ. But where self-love prevails, and the honour
that comes from God is not sought, this union never exists” (= Betapa
menyenangkannya bagi Allah kesatuan ini, dimana pelayan-pelayan InjilNya
sepakat dan bersatu untuk membawa jiwa-jiwa kepada Kristus. Tetapi dimana kasih
kepada diri sendiri berkuasa, dan hormat yang datang dari Allah tidak dicari,
kesatuan ini tidak pernah ada).
Penerapan:
Gereja / hamba Tuhan yang mengasihi
diri sendiri berjuang untuk membawa orang ke gerejanya / kepada dirinya
sendiri, bukan kepada Kristus. Tetapi orang yang mengasihi Tuhan dan mencari
hormat yang dari Tuhan, akan membawa orang kepada Kristus. Ia tidak akan peduli
orang itu pergi ke gereja mana, asal orang itu ikut Kristus.
Tidak salah berusaha membawa orang
kepada Kristus dengan membawanya ke gereja sendiri, selama ini dilandasi suatu
keyakinan bahwa gereja sendiri itu benar. Tetapi kalau itu dilandasi suatu
keegoisan atau suatu persaingan dengan gereja lain, maka itu salah.
1) Ay 23:
a) Mungkin
Yesus mengucapkan ay 23 ini kepada orang-orang Yunani tadi.
b) ‘Telah
tiba saatnya ...’.
Selama ini berulangkali dikatakan bahwa
waktunya belum tiba (Yoh 7:30
8:20). Tetapi sekarang dikatakan waktunya sudah tiba (bdk.
Yoh 13:1 17:1 Mark 14:41).
c) ‘dimuliakan’.
Maksud Yesus dengan ‘dimuliakan’
berbeda dengan pengertian para pendengarNya. Bagi para pendengarNya itu
menunjukkan bahwa musuh / penjajah akan bertekuk lutut di hadapan Yesus. Tetapi
bagi Yesus artinya berbeda. Dalam ay 23 Ia berbicara tentang ‘dimuliakan’,
dan dalam ay 24 Ia berbicara tentang kematian. Jadi jelas bahwa Yesus
memaksudkan ‘dimuliakan melalui salib / kematian’.
Tentang hal ini saya ingin mengingatkan
kembali kata-kata William Barclay, yang dalam tafsirannya tentang
Yoh 3:14-15, memberikan komentar sebagai berikut:
“There was a double lifting up in Jesus’s life - the
lifting on the Cross and the lifting into glory. And the two are inextricably
connected. The one could not have happened without the other. For Jesus the
Cross was the way to glory; had he refused it, had he evaded it, had he taken
steps to escape it, as he might so easily have done, there would have been no
glory for him. It is the same for us. We can, if we like, choose the easy way;
we can, if we like, refuse the cross that every Christian is called to bear;
but if we do, we lose the glory. It is an unalterable law of life that if there
is no cross, there is no crown” (= Ada peninggian dobel dalam kehidupan
Yesus - peninggian pada salib dan peninggian ke dalam kemuliaan. Dan keduanya
berhubungan secara tak bisa dilepaskan. Yang satu tidak akan bisa terjadi
tanpa yang lain. Untuk Yesus, salib adalah jalan menuju kemuliaan; andaikata Ia
menolaknya, andaikata ia mengambil langkah untuk menghindarinya, yang dengan
mudah bisa Ia lakukan, maka tidak akan ada kemuliaan bagi Dia. Sama halnya
dengan kita. Kita bisa, kalau kita mau, memilih jalan yang mudah; kita bisa,
kalau kita mau, menolak salib yang harus dipikul oleh setiap orang kristen;
tetapi kalau kita melakukan hal itu, kita kehilangan kemuliaan. Merupakan
suatu hukum kehidupan yang tidak bisa berubah bahwa kalau tidak ada salib,
tidak ada mahkota).
Penerapan:
Adakah salib yang seharusnya saudara
pikul, tetapi saudara hindari? Misalnya harus menderita karena bekerja secara
jujur, atau harus menderita karena memberitakan Injil kepada orang kafir. Ingat
bahwa kalau tidak ada salib, tidak ada mahkota!
2) Ay 24:
a) Ay 24
ini sebetulnya menunjuk kepada Kristus sendiri.
Ia harus mati, supaya bisa menghasilkan
banyak buah (orang yang diselamatkan. Ini menunjukkan bahwa kematian Yesus
merupakan satu-satunya jalan melalui mana Yesus bisa menyelamatkan kita, karena
tanpa itu Ia akan tetap sendirian saja (tidak berbuah).
Pulpit Commentary: “To
one unacquainted with the mystery of growth, it must seem that the strangest
use to which a seed could be put is to bury it in the ground. Death is the
unlikeliest road to life. Yet experience teaches us that dissolution is
necessary to reproduction” (= Bagi orang yang tidak memahami misteri pertumbuhan,
pasti terlihat bahwa penggunaan yang paling aneh untuk sebutir benih adalah
dengan menguburkannya di dalam tanah. Kematian adalah jalan yang paling tidak
mungkin menuju kehidupan. Tetapi pengalaman mengajar kita bahwa penghancuran /
kematian mutlak perlu untuk reproduksi / perkembangbiakan).
Pulpit Commentary: “Over
and over again our Lord has declared himself to be ‘the Life’ and ‘the Source
of life’ for men; but he here lays down the principle that this life-giving
power of his is conditioned by his death” (= Berulangkali Tuhan kita menyatakan
diriNya sebagai ‘Hidup’ dan ‘Sumber kehidupan’ untuk manusia; tetapi di sini Ia
memberikan suatu prinsip bahwa kuasa memberi hidupNya ini disyaratkan oleh
kematianNya).
b) Tetapi dari ay 25-26 terlihat
bahwa ay 24 ini juga bisa diberlakukan untuk orang Kristen, dan Calvin
memberikan komentar sebagai berikut:
“When, therefore, the godly are distressed by various
afflictions, when they are pressed hard by the difficulties of their situation,
when they suffer hunger, or nakedness, or disease, when they are assailed by
reproaches, when it appears as if they would every hour be almost overwhelmed
by death, let them unceasingly consider that this is a sowing which, in due
time, will yield fruit” (= Karena itu, pada saat orang saleh menderita oleh
bermacam-macam penderitaan, pada saat mereka ditekan dengan keras oleh
kesukaran-kesukaran dari sikon mereka, pada saat mereka menderita kelaparan,
atau ketelanjangan, atau penyakit, pada saat mereka diserang oleh celaan, pada
saat kelihatannya setiap saat mereka diliputi oleh kematian, biarlah mereka
terus menerus mengingat bahwa ini adalah suatu penaburan yang pada saatnya akan
menghasilkan buah).
Penerapan:
Apakah saat ini saudara sedang merasa
‘jenuh’ dengan banyaknya dan beratnya dan lamanya penderitaan yang saudara
alami? Renungkan kata-kata Calvin di atas ini, dan bersabarlah. Anggaplah
saat-saat ini sebagai saat menabur, yang pada saatnya pasti akan menghasilkan
buah.
William Barclay: “It
was by the death of the martyrs that the Church grew. ... But it becomes more
personal than that. It is sometimes only when a man buries his personal aims
and ambitions that he begins to be of real use to God. ... By the death of
personal desire and personal ambition a man becomes a servant of God” (= Oleh
kematian dari para martirlah Gereja bertumbuh. ... Tetapi hal itu menjadi
bersifat lebih pribadi dari itu. Kadang-kadang hanya pada saat seseorang
mengubur tujuan dan ambisi pribadinya barulah ia mulai betul-betul berguna bagi
Allah. ... Melalui kematian dari keinginan pribadi dan ambisi pribadi seseorang
menjadi seorang pelayan Allah).
Penerapan:
Tujuan / keinginan / ambisi pribadi apa
yang ada dalam diri saudara? Untuk menjadi kaya / terkenal / berkedudukan
tinggi? Untuk dikagumi banyak orang? Untuk menjadi juara di kelas / sekolah?
Untuk selalu menjadi yang nomor satu dalam segala hal? Selama semua itu tidak
saudara kuburkan, saudara tidak bisa berbuah / berguna bagi Tuhan.
Pulpit Commentary: “The
only true enrichment is through giving, the only true gain is through loss, the
only true victory is through suffering and humiliation, the only true life is
through death” (= Satu-satunya pengayaan yang sejati adalah melalui
memberi, satu-satunya keuntungan yang sejati adalah melalui kerugian /
kehilangan, satu-satunya kemenangan yang sejati adalah melalui penderitaan dan
perendahan, satu-satunya kehidupan yang sejati adalah melalui kematian).
3) Ay 25:
a) Hukum dalam ay 25 ini diucapkan
Yesus berulang-ulang (Mark 8:35
Mat 16:25
Luk 9:24
Mat 10:39
Luk 17:33). Ini menunjukkan betapa pentingnya hukum ini!
b) ‘Barangsiapa mencintai nyawanya ia
akan kehilangan nyawanya’ (ay 25a).
ˇ
‘Mencintai
nyawanya’ terjadi karena 2 hal: egoisme dan keinginan untuk merasa aman.
ˇ
Orang
yang mencintai nyawanya akan menjaga supaya ia tidak kehilangan nyawanya.
Tetapi hukum ini mengatakan bahwa kalau ia melakukan hal itu ia justru akan
kehilangan nyawanya, dalam arti ia tidak mendapatkan hidup yang kekal.
ˇ
Kata
Yunani yang diterjemahkan ‘kehilangan’ juga bisa diterjemahkan ‘menghancurkan’.
Jadi, bisa dikatakan bahwa orang yang mencintai nyawanya justru sedang
menghancurkan nyawanya sendiri!
c) ‘Tetapi barangsiapa tidak
mencintai nyawanya di dunia ini, ia akan memeliharanya untuk hidup yang
kekal’ (ay 25b).
Kata Yunani yang diterjemahkan ‘tidak
mencintai’ terjemahan hurufiahnya adalah ‘membenci’. Tentu ini tidak berarti
bahwa kita betul-betul harus membenci hidup / diri kita sendiri, karena ini
akan bertentangan dengan Mat 22:39. Artinya adalah bahwa kita harus rela
menderita dan mati jika hal itu berguna bagi Tuhan.
d) William Barclay menceritakan
tentang seorang penginjil terkenal yang bernama Christmas Evans yang selalu
aktif memberitakan Injil. Teman-temannya memintanya untuk mengurangi
kegiatannya atau untuk lebih berhati-hati, tetapi ia menjawab: “It is better to burn out than to rust out” (= Adalah
lebih baik terbakar habis dari pada berkarat sampai habis).
e) Pulpit Commentary menghubungkan
ay 25 dengan ay 24, dan lalu mengatakan: Jika hidup dianggap sebagai
tujuan akhir, jika orang tidak mau berkorban, jika orang takut mati untuk
Tuhan, jika orang mati-matian melindungi hidupnya, dan hidup itu menjadi berhala,
maka hidup / nyawa itu akan sendirian saja. Tetapi sebaliknya jika orangnya mau
berkorban untuk Tuhan, dan bahkan mau mati, maka hidup itu tidak akan
sendirian, tetapi akan berbuah banyak.
4) Ay 26:
a) Orang
yang melayani Kristus harus mengikut Kristus (bdk. Mat 4:19).
Karena itu sekalipun semua orang
kristen seharusnya mau rajin belajar Firman Tuhan, berdoa dan mentaati Tuhan,
tetapi untuk orang yang melayani Tuhan seperti Pendeta / Penginjil, Majelis /
Pengurus / Pengurus Komisi, guru Sekolah Minggu, hal ini lebih ditekankan lagi.
b) Sekalipun ‘ikut Kristus’ mencakup
banyak hal, seperti belajar Firman Tuhan, berdoa, mentaati Tuhan, dsb, tetapi
dalam ay 26 ini yang paling ditekankan adalah kerelaan untuk menderita.
c) William Barclay: “Once a schoolboy was asked what parts of speech ‘my’ and
‘mine’ are. He answered - more truly than he knew - that they were aggressive
pronouns. It is all too true that in the modern world the idea of service is in
danger of getting lost. So many people are in business only for what they can
get out of it” (= Suatu kali seorang murid sekolah ditanya kata ‘my’ dan ‘mine’ termasuk bentuk kata apa. Ia menjawab - lebih benar dari
yang ia ketahui - bahwa mereka termasuk kata ganti agresif. Adalah suatu
yang benar bahwa dalam dunia modern ini gagasan pelayanan hampir punah. Begitu
banyak orang ada dalam pekerjaannya hanya untuk apa yang bisa mereka dapatkan
dari hal itu).
Catatan: kata ‘my’ dan ‘mine’
seharusnya termasuk dalam ‘possessive
pronouns’ (= kata ganti empunya).
d) Pelayan Tuhan yang mau mengikut
Kristus, khususnya dalam penderitaan, akan dihormati oleh Bapa.
1) ‘Sekarang jiwaKu terharu’.
ˇ
Kata
‘terharu’ salah terjemahan. Seharusnya adalah ‘troubled’ (= susah / kacau).
ˇ
Kata
‘jiwaKu’ jelas menunjuk kepada jiwa / roh dari manusia Yesus, bukan menunjuk
pada keilahian Yesus (LOGOS / Allah Anak), karena:
*
Allah
tidak bisa mengalami jiwa yang susah atau kacau.
Saya berpendapat bahwa istilah ‘sedih’
untuk Allah dalam Kitab Suci hanyalah suatu bahasa anthropopathy, dimana Allah
digambarkan dengan perasaan manusia.
Dalam Kitab Suci ada penggunaan bahasa
anthropomorphism, dimana Allah digambarkan seakan-akan Ia adalah manusia.
Misalnya Amsal 15:3 yang berbicara tentang ‘mata Allah’ dan Yes 59:1 yang
berbicara tentang ‘tangan Allah’. Tentu kita tidak menafsirkan bahwa Allah
betul-betul mempunyai mata dan tangan, karena Allah adalah Roh (Yoh 4:24).
Karena itu dalam penggunaan anthropopathy Allah juga tidak sungguh-sungguh
demikian.
*
Dalam ay
27 itu Yesus jelas sedang berbicara sebagai manusia.
Dengan demikian jelas bahwa manusia
Yesus bukan hanya terdiri dari tubuh atau daging saja, tetapi juga mempunyai
jiwa / roh.
2) ‘Apakah yang akan Kukatakan? Bapa
selamatkanlah Aku dari saat ini?’
Kata-kata ‘Apakah yang akan Kukatakan’
jelas adalah suatu pertanyaan, tetapi kata-kata ‘Bapa selamatkanlah Aku dari
saat ini’ diperdebatkan. Ada yang menganggap ini sebagai pertanyaan, dan ada
yang menganggap ini sebagai suatu kalimat positif.
Apakah kita menganggap kata-kata ‘Bapa
selamatkanlah Aku dari saat ini’ sebagai suatu pertanyaan atau sebagai suatu
kalimat positif, bagian ini tetap menunjukkan pergumulan Yesus, mirip dengan
yang terjadi di Taman Getsemani (Mat 26:39-42).
3) ‘Tidak, sebab untuk itulah
Aku datang ke dalam saat ini’.
Ini salah terjemahan, karena kata
‘tidak’ sebetulnya tidak ada. Terjemahan yang benar adalah ‘Tetapi untuk
itulah Aku datang ke dalam saat ini’.
Jadi ay 27 ini menunjukkan bahwa
sekalipun Kristus mengalami pergumulan, tetapi akhirnya Kristus berserah pada
kehendak BapaNya.
William Barclay: “Real
courage does not mean not being afraid. It means to be terribly afraid, and yet
to do the thing that ought to be done” (= Keberanian yang sejati tidak berarti
tidak takut. Itu berarti sangat takut tetapi tetap melakukan hal yang harus
dilakukan).
4) Ay 27 ini rasanya anti klimax,
karena baru saja Ia mengajar bahwa kita harus rela mati, tetapi sekarang Ia
kelihatannya menghindari kematian.
Tetapi sebetulnya ini wajar. Seseorang
tahu apa yang harus dilakukan, tetapi ada rasa takut untuk melakukan hal itu.
Calvin mengatakan bahwa rasa takut
dalam diri Kristus ini penting, karena tanpa itu Ia tidak menjadi teladan bagi
kita karena tidak cocok. Sekarang dengan adanya rasa takut itu, kita bisa
meneladani Kristus, yang sekalipun takut tetapi tetap rela mengorbankan nyawa.
1) ‘Bapa, muliakanlah namaMu’.
Ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan di sini:
ˇ
Istilah
‘namaMu / nama Bapa’ dalam hal ini menunjuk kepada diri Bapa itu sendiri.
ˇ
Kata
‘muliakanlah’ pada ay 28 dalam bahasa Yunani adalah DOXASON yang merupakan
suatu aorist imperative (= kata
perintah bentuk lampau), yang digunakan jika ingin perintah / permintaannya
dilakukan hanya 1 x. Jadi, jelas bahwa ini menunjuk kepada salib.
ˇ
Ini
menunjukkan bahwa Kristus rela menderita dan mati demi kemuliaan BapaNya. Ia
mengutamakan kemuliaan BapaNya lebih daripada hidupNya. Bahkan tujuan hidupNya
adalah kemuliaan BapaNya.
Penerapan:
Bagaimana dengan saudara? Relakah
saudara menderita, mengalami kerugian, dihina, dikucilkan, dsb, demi kemuliaan
Tuhan?
2) ‘Aku telah memuliakanNya,
dan Aku akan memuliakanNya lagi’.
ˇ
Dalam
terjemahan Indonesia digunakan kata ‘Nya’. Perlu diperhatikan bahwa kata ‘Nya’
ini tidak menunjuk kepada Kristus, tetapi menunjuk kepada ‘nama Bapa’.
NIV: ‘I have glorified it, and will glorify it again’ [=
Aku telah memuliakannya (nama Bapa), dan akan memuliakannya (nama
Bapa) lagi].
ˇ
Dengan
kata-kata ini Bapa menyatakan bahwa Ia sudah memuliakan namaNya, dan Ia akan
menyelesaikan apa yang sudah Ia kerjakan dengan memuliakan namaNya lagi melalui
kematian Kristus. Ini merupakan janji Bapa yang menjawab doa Yesus dalam ay 27.
Bapa menyatakan / berjanji bahwa melalui kematian Yesus nama Bapa akan
dimuliakan.
Bagaimana mungkin sebagian dari orang banyak itu mengatakan
bahwa itu adalah suara malaikat, dan sebagian lain mengatakan bahwa itu adalah
suara guntur? Hal ini bisa terjadi mungkin karena kasus ini sama dengan kasus
Saulus / Paulus. Dalam Kis 9:7 dikatakan bahwa teman-teman seperjalanan
Saulus ‘mendengar suara’ tetapi dalam Kis 22:9 dikatakan bahwa mereka
tidak mendengar suara itu. Untuk mengharmoniskan kedua bagian itu kita harus
menafsirkan bahwa mereka mendengar suara itu tetapi tidak menangkap artinya. Di
sini terjadi hal yang sama. Orang banyak itu mendengar bunyi / suara tetapi
mereka tidak menqangkap kata-katanya. Karena itu sebagian dari mereka mengira
bahwa itu suara malaikat, tetapi sebagian lagi mengatakan bahwa itu adalah
bunyi guntur.
William Hendriksen: “... the multitude
hears a noise coming from above but is unable to understand the message.
Accordingly, most of the people standing around were saying that it had
thundered. Perhaps they knew better but were trying to give a natural
explanation to a supernatural happening, like the skeptics of today!” (= ... orang
banyak itu mendengar bunyi datang dari atas tetapi tidak dapat mengerti
pesannya / artinya. Karena itu, kebanyakan orang yang berdiri di sekitar tempat
itu berkata bahwa itu bunyi guntur. Mungkin mereka tahu lebih baik tetapi
mereka mencoba untuk memberi penjelasan alamiah terhadap suatu kejadian yang
bersifat supra-natural / gaib, seperti orang-orang skeptis pada jaman ini!).
Penerapan:
Salah satu ciri khas orang Liberal (seperti William Barclay dsb)
adalah bahwa mereka tidak percaya pada kejadian-kejadian yang bersifat
supranatural / gaib. Karena itu mereka selalu berusaha untuk memberikan
penjelasan alamiah terhadap hal-hal itu. Ini biasanya terlihat pada saat mereka
menafsirkan hal-hal yang bersifat mujijat dalam Kitab Suci. Karena itu
hati-hatilah dengan pengkhotbah yang selalu berusaha menjelaskan suatu mujijat
dalam Kitab Suci sedemikian rupa sehingga mujijat itu bukan lagi mujijat.
Misalnya dengan mengatakan bahwa itu hanya dongeng / illustrasi. Contoh lain: ‘The New Bible Commentary (Revised)’
mengatakan bahwa seorang bernama Gray menafsirkan 1Raja-raja 17:14-16 sebagai
berikut:
“Gray
suggests that the generosity of the widow touched the conscience of her better
provided neighbours” (= Gray mengusulkan bahwa kemurahan hati janda itu
menyentuh hati nurani dari tetangga-tetangganya yang lebih kaya).
Ada yang menganggap bahwa Yesus tidak membutuhkan mujijat itu,
dan karena itu mujijat itu dilakukan oleh Allah untuk orang-orang yang hadir
pada saat itu.
Ada penafsir yang beranggapan bahwa kata ‘kamu’ dalam ay 30
ini menunjuk kepada orang-orang Yunani dalam ay 21. Orang Yahudinya sudah
sering melihat mujijat, tetapi orang-orang Yunani itu tidak. Jadi, demi
merekalah mujijat itu terjadi.
Tetapi orang mungkin akan berkata: Kalau mereka hanya mendengar
bunyi tetapi tidak menangkap kata-katanya, bagaimana mungkin itu ditujukan bagi
mereka? Jawabnya: bahwa Yesus berdoa (ay 27) dan lalu terdengar bunyi dari
surga, itu sudah cukup untuk menunjukkan bahwa Bapa mendengar doa Yesus. Kalau
mereka masih menganggap hal itu belum cukup, itu salah mereka sendiri.
Tetapi William Hendriksen menganggap bahwa mujijat itu terjadi
juga demi Kristus. Ia menafsirkan ay 30 ini sama seperti Yoh 4:21 dan
Yoh 12:44.
ˇ
Dalam
Yoh 4:21 Yesus berkata: “... saatnya akan tiba, bahwa kamu akan menyembah Bapa
bukan di gunung ini dan bukan juga di Yerusalem”.
Maksud Yesus adalah: Kamu akan
menyembah Bapa bukan di gunung ini saja atau di Yerusalem saja,
tetapi di segala tempat.
ˇ
Dalam
Yoh 12:44 Yesus berkata: “Barangsiapa percaya kepadaKu, ia bukan percaya kepadaKu,
tetapi kepada Dia yang telah mengutus Aku”.
Maksud Yesus adalah: Barangsiapa yang
percaya kepadaKu, bukan percaya kepadaKu saja, tetapi juga kepada Bapa
yang mengutus Aku.
Jadi dalam ay 30 ini pada waktu Yesus berkata: “Suara itu
telah terdengar bukan oleh karena Aku, melainkan oleh karena kamu”, maksud Yesus adalah: Bukan hanya demi
Aku saja bunyi itu terjadi, tetapi juga demi kamu. Dengan demikian
mujijat itu terjadi juga demi Kristus.
1) ‘penghakiman atas dunia ini’ (ay
31a).
ˇ
KJV / RSV
menterjemahkan ‘the judgment’.
Terjemahan ini sebetulnya salah, karena kata ‘judgment’ / ‘penghakiman’ dalam bahasa Yunaninya tidak mempunyai definite article (= kata sandang), dan
karena itu seharusnya diterjemahkan ‘a
judgment’. Ini berbeda dengan ‘the
judgment’, yang menunjuk pada penghakiman akhir jaman.
ˇ
Salib
memang adalah penghakiman atas dunia, karena pada salib itu dosa dunia dihukum.
ˇ
Tetapi
Calvin mengatakan bahwa kata ‘penghakiman’ itu artinya adalah reformasi. Kalau
ini benar maka itu berarti bahwa melalui salib / kematian Kristus dunia ini
akan direformasi.
Calvin: “out
of Christ there is nothing but confusion in the world; and though Christ had
already begun to erect the kingdom of God, yet his death was the commencement
of a well-regulated condition, and the full restoration of the world” (= di luar
Kristus tidak ada apapun selain kekacauan dalam dunia; dan sekalipun Kristus
telah mulai mendirikan kerajaan Allah, tetapi kematianNya merupakan suatu
permulaan dari suatu kondisi yang teratur baik, dan pemulihan penuh dari dunia
ini).
2) ‘sekarang juga penguasa dunia ini
akan dilemparkan ke luar’ (ay 31b).
Istilah ‘penguasa dunia’ jelas menunjuk
kepada setan (bdk. Yoh 14:30
Yoh 16:11
Ef 6:12), dan kalimat ini menunjukkan bahwa melalui salib /
kematian Kristus, setan dikalahkan.
Leon Morris (NICNT): “Just
as the cross represents the judgment of this world so it represents the defeat
of Satan. To men it appeared his victory. It seemed to be the triumph of evil.
But in fact it was the source of the world’s greatest good. Satan was defeated
in what appeared outwardly to be the very moment of his triumph.” (= Sama
seperti salib menunjukkan penghakiman dunia ini, begitu juga salib itu
menunjukkan kekalahan setan. Bagi manusia salib itu kelihatannya merupakan
kemenangan setan. Itu kelihatannya merupakan kemenangan dari kejahatan. Tetapi
sebetulnya itu merupakan sumber dari kebaikan terbesar dunia ini. Setan
dikalahkan dalam apa yang terlihat dari luar sebagai saat kemenangannya.).
3) Ay 31-32:
Dalam ay 27 ada pergumulan /
ketegangan. Tetapi akhir dari semua itu bukanlah pergumulan / ketegangan,
tetapi kemenangan dan kepastian (ay 31-32).
Penerapan:
Dalam hidup kita juga ada pergumulan /
ketegangan, tetapi kita harus percaya bahwa akhir dari semua ini adalah
kepastian dan kemenangan.
4) Ay 32-33.
a) Ay 33 jelas menunjukkan bahwa
istilah ‘ditinggikan dari bumi’ menunjuk pada salib. Dan ay 32 menunjukkan
bahwa melalui cara itulah Yesus menarik semua orang datang kepadaNya.
Bandingkan ini dengan Mat 4:8-10
dimana Yesus menolak cara mudah (dengan menyembah setan) yang ditawarkan setan
untuk mendapatkan seluruh dunia, tetapi sekarang Ia memilih cara yang sukar
(melalui kematian di salib), melalui mana Ia akan menarik semua orang datang
kepadaNya. Bandingkan juga dengan Mat 7:13-14. Jalan yang mana yang
saudara pilih?
b) ‘menarik’ (ay 32).
Leon Morris (NICNT): “‘Draw’
is used elsewhere in this Gospel to emphasize the truth that the natural man
does not come to Christ. It is only as God works a work in a man’s soul and
‘draws’ him that a man can come to Christ” (= ‘Menarik’ digunakan di tempat lain
dalam Injil ini untuk menekankan kebenaran bahwa manusia duniawi / alamiah
tidak datang kepada Kristus. Hanya jika Allah mengerjakan suatu pekerjaan dalam
jiwa seseorang dan ‘menarik’ orang itu maka orang itu bisa datang kepada
Kristus). Bdk. Yoh 6:44.
c) ‘semua orang’ (ay 32).
Karena ‘tarikan’ dari Allah itu pasti
effektif / berhasil (lihat pelajaran tentang Yoh 6:44), maka kata-kata
‘semua orang’ tentu tidak bisa diartikan betul-betul adalah semua orang. Karena
kalau diartikan begitu maka akan menjadi ajaran Universalisme (= ajaran yang
mengatakan bahwa akhirnya semua orang akan selamat).
Jadi, ‘semua orang’ berarti:
ˇ
‘semua
orang pilihan’.
ˇ
dikontraskan
dengan ‘Yahudi saja’.
Jadi
maksudnya Yesus bukan hanya menyelamatkan orang Yahudi saja, tetapi juga
bangsa-bangsa lain.
d) William Hendriksen: “The drawing of all men to the Christ is the casting out
of the devil” (= Penarikan semua orang kepada Kristus adalah
pelemparan keluar dari setan).
Dari
kata-kata Yesus dalam ay 32-33 orang banyak itu tahu bahwa Yesus berbicara
tentang kematianNya. Mereka lalu membantah dengan berkata bahwa Kitab Suci /
Perjanjian Lama mengatakan bahwa Mesias akan hidup selama-lamanya dan karena
itu tidak akan mengalami kematian.
Perlu diketahui bahwa memang ada ayat-ayat Perjanjian Lama yang
mengatakan bahwa Kerajaan Mesias itu kekal [bdk. 2Sam 7:12-16 Maz 110:4 Yes 9:6 (Inggris: Yes 9:7) Yeh 37:25
Daniel 7:14], tetapi tidak ada ayat Perjanjian Lama yang mengatakan
bahwa Mesias itu tidak akan pernah mati. Sebaliknya Yes 53:9 jelas berbicara
tentang kematian Mesias! Jadi jelas bahwa serangan orang banyak ini didasarkan
atas penafsiran yang salah dari Kitab Suci, dimana mereka hanya melihat
ayat-ayat tertentu dan mengabaikan ayat lain.
1) Ini menunjukkan bahwa percaya
kepada Yesus bukanlah sesuatu yang bisa ditunda-tunda (bdk. Yes 55:6).
Leon Morris (NICNT): “The
light is there only for ‘little while’. This applies primarily to Jesus’
presence. He is about to be taken from the earth. But it also points to the timeless
truth that if we do not use the light we lose it” (= Terang itu
ada di sana hanya untuk ‘sedikit waktu’. Ini terutama menunjuk pada kehadiran
Yesus. Ia akan diambil dari dunia. Tetapi ini juga menunjuk pada kebenaran
kekal bahwa kalau kita tidak menggunakan terang itu kita kehilangan terang
itu).
William Barclay: “...
this is an eternal truth. It is a statistical fact that there is a steep rise
in the number of conversion up to the age of seventeen and an equally steep
fall afterwards. The more a man lets himself become fixed in his ways the
harder it is to jerk himself out of them” (= ... ini adalah kebenaran yang kekal.
Merupakan fakta statistik bahwa ada kenaikan yang curam dalam jumlah orang yang
bertobat sampai pada usia 17 tahun dan lalu turun dengan kecuraman yang sama
setelah itu. Makin seseorang membiarkan dirinya menetap / menancap dalam
jalannya makin sukar untuk menarik ia keluar dari situ).
2) Kata ‘percayalah’ ada dalam bentuk present imperative (= kata perintah
bentuk present), dan menunjukkan
bahwa kita harus terus menerus percaya. Tetapi kata ‘menjadi’ ada dalam bentuk aorist / lampau dan menunjukkan kejadian
sesaat.
Leon Morris (NICNT): “‘Believe’
in the present tense gives the thought of a continuous belief, whereas ‘become’
in the aorist points us to a once-for all becoming sons of light. While faith
is an activity to be practised without ceasing one does not become a son of
light by degrees. One passes decisively out of death into life (5:24)” [=
‘Percayalah’ dalam bentuk present memberikan pemikiran tentang kepercayaan yang
terus-menerus, sedangkan ‘menjadi’ dalam bentuk lampau menunjukkan kita pada
saat menjadi anak terang yang terjadi sekali untuk selamanya. Sekalipun iman
adalah suatu aktifitas untuk dipraktekkan tanpa henti-hentinya, seseorang tidak
menjadi anak terang secara bertahap. Seseorang berpindah secara tegas dari maut
ke dalam hidup (5:24)].
3) Jawaban Yesus dalam ay 35-36 ini
tidak cocok dengan pertanyaan / serangan orang banyak dalam ay 34. Mengapa?
Karena tidak ada waktu lagi untuk mengajar (ay 44-50 cuma ringkasan dari
Yohanes) maka Yesus tidak menjawab pertanyaan mereka dalam ay 34, tetapi
mendorong mereka untuk menerima terang itu karena waktu cuma tinggal sangat
sedikit.
Ay 35-36 ini juga merupakan
teguran keras. Karena mereka tidak mau datang kepada terang, maka mereka
berjalan dalam kegelapan. Ini me-nyebabkan pengertian mereka kacau.
4) Ay 36b: Yesus pergi dan
sembunyi.
Ini menunjukkan akhir dari pelayanan
umum (public ministry) Yesus. Dengan
ini selesailah pelayanan umum dari Yesus. Setelah ini Ia muncul di depan umum
hanya waktu digiring, diadili, dan disalib. Apa yang ada dalam Yoh 12:44-50
tidak dikatakan Yesus setelah itu, tetapi merupakan ringkasan pengajaranNya.
-AMIN-
email us at : gkri_exodus@lycos.com