Eksposisi Injil Yohanes
oleh: Pdt. Budi
Asali MDiv.
Yohanes 14:15-20
1) ‘Jikalau kamu mengasihi Aku’.
a) Kata ‘jikalau’ menunjukkan bahwa
‘kamu belum tentu mengasihi Aku’, dan kata-kata ini diucapkan kepada para murid
/ rasul.
Charles Haddon Spurgeon: “He
says to the chosen twelve, ‘If ye love me.’ ... Ah! if that question, ‘If ye
love me,’ needed to be raised in the sacred college of the twelve, much more
must it be allowed to sift our churches to test ourselves” (= Ia berkata kepada
12 orang yang telah dipilih: ‘Jika kamu mengasihi Aku’. ... Ah, jika pertanyaan
‘Jika kamu mengasihi Aku’ perlu ditanyakan dalam 12 yang kudus ini, lebih-lebih
itu harus diijinkan untuk menampi gereja-gereja kita untuk menguji diri kita
sendiri) - ‘Spurgeon’s Expository Encyclopedia’,
vol 10, hal 414.
b) Setiap kita harus memeriksa diri
kita / hati kita, apakah kita mengasihi Tuhan atau tidak.
Sekalipun saudara banyak melayani
Tuhan, dan bahkan adalah seorang pendeta sekalipun, belum tentu saudara mengasihi
Tuhan.
Calvin: “This
is undoubtedly a useful doctrine, for of those who think that they love Christ,
there are very few who honour him as they ought to do; but, on the contrary,
after having performed small and trivial services, they give themselves no
farther concern” (= Tidak diragukan lagi ini adalah ajaran yang berguna,
karena dari mereka yang mengira bahwa mereka mengasihi Kristus, hanya ada
sangat sedikit yang menghormatiNya sebagaimana seharusnya; tetapi sebaliknya,
setelah melakukan pelayanan yang kecil dan tak berarti, mereka tidak memberi
perhatian lebih jauh lagi)
- hal 91.
Charles Haddon Spurgeon: “To
put it most practically - I often say to myself, ‘Today I have performed all
the duties of my office; but have I been careful to abide in my Lord’s love? I
have not failed as to doing all that was possible to me; I have gone from early
morning till late at night, packing as much work as possible into every hour,
and trying to do it with all my heart. But have I, after all, done this as unto
the Lord and for his sake?’ I tremble lest I should serve God merely because I
happen to be a minister and am called to preach his word; or because the
natural routine of the day carries me through it. I am concerned that I may be
impelled by no force but the love of Jesus. This fear often humbles me in the
dust, and prevents all glorying in what I have done. Only as we love our Lord
can our obedience be true and acceptable. The main care of our lives should be
to do right, and to do it because we love the Lord” (= Untuk
membuat itu paling praktis, aku sering berkata kepada diriku sendiri: ‘Hari ini
aku telah melakukan semua tugas dari jabatanku; tetapi apakah aku telah
berhati-hati untuk tinggal dalam kasih Tuhanku? Aku tidak gagal berkenaan
dengan melakukan semua yang memungkinkan bagiku; dari pagi sampai larut malam
aku telah mengerjakan sebanyak mungkin pekerjaan dalam setiap jam, dan berusaha
melakukannya dengan segenap hatiku. Tetapi akhirnya, apakah aku telah melakukan
ini untuk Tuhan dan demi Dia?’ Aku gemetar / takut kalau-kalau aku melayani
Allah semata-mata karena aku kebetulan adalah seorang pendeta dan dipanggil
untuk memberitakan firmanNya; atau aku melakukannya sebagai kerutinan belaka.
Aku memperhatikan supaya aku didorong bukan oleh kekuatan apapun selain oleh
kasih kepada Yesus. Rasa takut ini sering merendahkan aku dalam debu, dan
mencegah semua kebanggaan dalam apa yang telah aku lakukan. Hanya pada waktu
kita mengasihi Tuhan kita maka ketaatan kita bisa benar dan bisa diterima.
Perhatian utama dari hidup kita haruslah melakukan yang benar, dan melakukannya
karena kita mengasihi Tuhan) - ‘Spurgeon’s Expository
Encyclopedia’, vol 10, hal 412.
2) ‘kamu akan menuruti segala perintahKu’.
a) Problem
text.
KJV: ‘keep my commandments’ (= taatilah perintah-perintahKu).
NIV: ‘you will obey what I command’ (= kamu akan menuruti apa yang Aku
perintahkan).
RSV/NASB » NIV.
Jadi Kitab Suci Indonesia, RSV, NIV,
NASB menterjemahkan ke dalam bentuk akan datang (future tense), tetapi KJV menterjemahkan sebagai kalimat perintah (imperative).
Ini disebabkan adanya 2 golongan
manuscript:
·
ada
manuscript yang menggunakan kata Yunani TERESETE (future active).
·
ada
manuscript yang menggunakan kata Yunani TERESATE (aorist imperative / kata perintah bentuk lampau).
Perlu diingat bahwa aorist imperative / kata perintah bentuk
lampau berarti perintah itu hanya perlu ditaati satu kali saja. Dan dalam ayat
ini Yesus tentu tidak memaksudkan ketaatan seperti itu.
b) Murid-murid itu mewujudkan kasih
mereka kepada Yesus dengan ingin menahan Yesus untuk terus bersama dengan
mereka. Tetapi Yesus berkata bahwa jika seseorang mengasihiNya, maka orang itu
akan mentaati semua perintahNya.
Matthew Poole: “Do
not show your love to me in mourning, and being troubled for my going from you;
but show it by your obedience to what I have commanded you” (= Jangan
menunjukkan kasihmu kepadaKu dengan berkabung, dan menjadi gelisah / sedih
karena kepergianKu dari kamu; tetapi tunjukkanlah itu oleh ketaatanmu terhadap
apa yang telah Aku perintahkan kepadamu) - hal 355.
c) ‘perintah-perintahKu’.
Thomas Whitelaw: “Christ’s
use of ‘My commandments’ implies oneness of nature between Christ and the
Supreme Lawgiver” (= Penggunaan Kristus tentang kata-kata ‘perintah-perintahKu’
secara tak langsung menunjukkan kesatuan hakekat antara Kristus dan Pemberi
Hukum yang tertinggi)
- hal 307.
3) ‘Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan
menuruti segala perintahKu’ (Bdk. 1Yoh 5:3 - ‘Sebab inilah kasih kepada Allah, yaitu, bahwa kita
menuruti perintah-perintahNya’).
a) Ini
merupakan teguran.
Pulpit Commentary: “These
words of our Lord are a rebuke and an admonition: 1. To those who think they
love, but do not obey. 2. To those who think they obey, but do not love. 3. To those
who are conscious that they neither obey nor love the Saviour” (= Kata-kata
Tuhan kita ini merupakan teguran dan peringatan / nasehat: 1. Bagi mereka yang
mengira bahwa mereka mengasihi, tetapi tidak taat. 2. Bagi mereka yang mengira
bahwa mereka taat, tetapi tidak mengasihi. 3. Bagi mereka yang sadar bahwa
mereka tidak mentaati maupun mengasihi Sang Juruselamat) - hal 244.
b) Ini merupakan kewajiban mereka
sekalipun sebentar lagi Kristus akan tidak lagi bersama mereka.
George Hutcheson: “He
presseth upon them their duty towards him in his absence. ... In this verse, he
enjoins them their duty in his absence; that they should love him, and evidence
the same by observation of his commandments” (= Ia menekankan kepada mereka kewajiban
mereka terhadapNya pada saat Ia tidak lagi bersama mereka. ... Dalam ayat ini,
Ia memerintahkan kepada mereka kewajiban mereka pada saat Ia tidak lagi bersama
mereka; bahwa mereka harus mengasihi Dia, dan membuktikannya dengan mentaati
perintah-perintahNya)
- hal 302.
c) Hubungan
kasih dan ketaatan kepada Kristus.
Pulpit Commentary: “Genuine
love ever manifests itself in genuine and practical forms. It does not begin
and end in mere sentiment, in good wishes, in sighs and tears, but is
essentially practical, and practical in the most pleasing way to its object, in
the way requested” (= Kasih yang sungguh-sungguh selalu mewujudkan dirinya
sendiri dalam bentuk-bentuk yang sungguh-sungguh dan praktis. Itu tidak dimulai
dan diakhiri dalam perasaan semata-mata, dalam keinginan-keinginan yang baik,
dalam keluhan dan air mata, tetapi itu pada dasarnya bersifat praktis, dan bersifat
praktis dalam cara yang paling menyenangkan bagi orang yang dikasihi, dalam
cara yang dikehendaki)
- hal 253.
William Hendriksen: “This
passage implies that from a certain aspect love precedes obedience” (= Text ini
secara tak langsung menunjukkan bahwa dari segi tertentu kasih mendahului
ketaatan) - hal 275.
Pulpit Commentary: “Obedience
is the necessary fruit of love. Love without obedience is dissimulation;
obedience without love is but drudgery and slavery” (= Ketaatan
adalah buah yang harus ada dari kasih. Kasih tanpa ketaatan adalah
kepura-puraan; ketaatan tanpa kasih hanyalah pekerjaan yang berat / membosankan
dan perbudakan) - hal 234.
Pulpit Commentary: “It
is essential: ... To make obedience easy and delightful. Obedience not arising
from love is forced, burdensome, and even painful” [= Itu (kasih)
perlu: ... Untuk membuat ketaatan itu mudah dan menyenangkan. Ketaatan yang
tidak muncul dari kasih adalah ketaatan yang dipaksakan, berat / terasa sebagai
beban, dan bahkan menyakitkan] - hal 253.
Bdk. 1Yoh 5:3-4 - “Sebab inilah
kasih kepada Allah, yaitu, bahwa kita menuruti perintah-perintahNya.
Perintah-perintahNya itu tidak berat, sebab semua yang lahir dari Allah,
mengalahkan dunia. Dan inilah kemenangan yang mengalahkan dunia: iman kita”.
Pulpit Commentary: “That
love to him, in response to his love to them, was to be the motive by which
their future conduct was to be inspired and governed” (= Kasih
kepadaNya, sebagai tanggapan dari kasihNya kepada mereka, merupakan suatu
dorongan yang harus mengilhami dan memimpin tingkah laku mereka yang akan
datang) - hal 243.
d) Ketaatan yang ditimbulkan oleh
kasih adalah satu-satunya ketaatan yang sungguh-sungguh.
Pulpit Commentary: “Willing
and cheerful obedience is the only obedience which is acceptable to our Divine
Lord. Earthly governors say nothing concerning the temper in which obedience is
rendered; all they ask is compliance with their edicts and laws. Observing the
threats and penalties attached to disobedience, we may well conclude that the
spirit of the Lawgiver is, ‘If ye fear me, keep my commandments.’ It is
not so with the Lord Christ. He values the spiritual consent, which expresses
itself in outward acts of service” (= Ketaatan yang dilakukan dengan rela dan
sukacita adalah satu-satunya ketaatan yang diterima dengan senang hati oleh
Tuhan kita yang ilahi. Pemerintah-pemerintah duniawi tidak berkata apapun
tentang suasana hati / pikiran dalam mana ketaatan itu dilakukan; semua yang
mereka minta adalah kesesuaian dengan ketetapan-ketetapan dan hukum-hukum
mereka. Kalau kita mengamati ancaman-ancaman dan hukuman-hukuman yang diberikan
kepada ketidak-taatan maka kita bisa menyimpulkan bahwa pemikiran / arti yang
sebenarnya dari pemberi hukum itu adalah: ‘Jika engkau takut kepadaku, taatilah
perintah-perintahku’. Tidak demikian dengan Tuhan Kristus. Ia menilai
persetujuan dari pikiran / hati, yang menyatakan dirinya sendiri dalam tindakan
pelayanan luar / lahiriah)
- hal 244.
Pulpit Commentary: “It
is essential: ... To make obedience real. Obedience which does not proceed from
genuine love to Christ has no reality in it; it is not the genuine offspring of
the heart, the real act of the soul; it lacks the essential motive and
inspiration of all Christian deeds. It is formal, mechanical, legal, and empty” (= Itu perlu:
... Untuk membuat ketaatan itu benar-benar adalah ketaatan. Ketaatan yang tidak
keluar dari kasih yang sejati kepada Kristus tidak mempunyai realita di
dalamnya; itu bukan hasil dari hati, perbuatan yang sungguh-sungguh dari jiwa;
itu tidak mempunyai dorongan dan ilham yang penting dari semua tindakan
Kristen. Itu bersifat lahiriah, mekanis, penyesuaian dengan hukum, dan kosong) - hal 253.
Charles Haddon Spurgeon: “O
sirs, what a mass of religion is cast out as worthless by this text! Men may
keep on going to church and going to chapel, and they may be religious, ay,
throughout a whole life; and, apparently, they may be blameless in their moral
conduct, and yet there may be nothing in them, because there is no love to the
ever-blessed Christ at the bottom of the profession” (= O
tuan-tuan, betapa banyak agama yang dibuang sebagai tidak berharga oleh text
ini! Manusia boleh terus pergi ke gereja dan pergi ke kapel, dan mereka boleh
bersifat religius dalam sepanjang hidup mereka; dan kelihatannya mereka boleh
saja tak bercela dalam tingkah laku moral mereka, tetapi tidak ada apapun di
dalam diri mereka, karena pada dasar dari pengakuan tidak ada kasih kepada
Kristus yang terpuji selamanya) - ‘Spurgeon’s Expository
Encyclopedia’, vol 10, hal 413.
Karena itulah Tuhan sangat tidak senang
kalau orang kristen / gereja kehilangan kasih yang semula (Wah 2:4).
e) Ketaatan yang bukan disebabkan oleh
ketakutan tetapi oleh kasih ini, hanya bisa ada dalam diri orang kristen.
Mengapa? Karena dalam semua agama lain,
ketaatan dilakukan supaya selamat / tidak dihukum, dan dengan demikian
di dalam ketaatan itu pasti selalu ada unsur takut. Tetapi dalam kekristenan,
ketaatan dilakukan sebagai bukti keselamatan, dan sebagai tanggapan atas kasih
Tuhan yang sudah kita alami, dan karena itu ketaatan betul-betul bisa dilakukan
dengan hati yang mengasihi Tuhan.
f) Mengapa ketaatan kepada Yesus
diberikan sebagai ujian dari kasih kepada Yesus?
Charles Haddon Spurgeon: “Why
does the Saviour give us this as a test? I think that one reason is, because it
is one which tests whether you are loving Christ in his true position, or
whether your love is to a Christ of your own making, and your own placing. ...
It is easy also to follow a Christ of your own construction, who is merely an
antichrist. The real Christ is so great and glorious that he has a right to
give commandments. ... I am afraid that a great many people know a Christ who
is meek and lowly, their servant and Saviour; but they do not know the Lord
Jesus Christ. Alas! my friends, such people set up a false Christ. We do not
love Jesus at all if he is not our Lord and God. It is all cant and hypocrisy,
this love to Christ which robs him of his Deity. I abhor that love to Christ
which does not make him King of kings, and Lord of lords. Love him, and
belittle him! It is absurd. Follow your own will in preference to his will, and
then talk of love to him! Ridiculous! This is but the devil’s counterfeit of
love: it is a contradiction of all true love. ... You love the true Christ if
you love a commanding Christ as well as a saving Christ, and look to him for
the guidance of your life as well as for the pardon of your sin” (= Mengapa
Sang Juruselamat memberikan ini sebagai ujian? Saya kira salah satu alasan
adalah karena itu adalah sesuatu yang menguji apakah engkau mengasihi Kristus
dalam posisiNya yang benar, atau apakah kasihmu ditujukan kepada Kristus yang
engkau buat sendiri dan tempatkan sendiri. ... Adalah mudah untuk mengikuti
seorang Kristus yang engkau bentuk sendiri, yang semata-mata adalah seorang anti-kristus.
Kristus yang sesungguhnya adalah begitu besar / agung dan mulia sehingga Ia
mempunyai hak untuk memberikan perintah-perintah. ... Saya takut / kuatir bahwa
banyak orang mengenal Kristus yang lemah lembut dan rendah hati, pelayan dan
Juruselamat mereka; tetapi mereka tidak mengenal Tuhan Yesus Kristus. Ah
teman-temanku, orang-orang seperti itu menegakkan Kristus yang palsu. Kita sama
sekali tidak mengasihi Yesus jika Ia bukan Tuhan dan Allah kita. Itu semua
tidak tulus dan munafik, kasih kepada Kristus yang merampok dariNya
keilahianNya. Saya membenci kasih kepada Kristus yang tidak membuatNya Raja di
atas segala raja, dan Tuhan di atas segala tuhan (bdk. Wah 19:16). Kasihilah Dia, dan remehkanlah Dia! Itu menggelikan.
Ikutilah kehendakmu sendiri di atas kehendakNya, dan lalu berbicaralah tentang
kasih kepadaNya! Menggelikan! Ini hanyalah merupakan kasih palsu / tiruan dari
setan: itu bertentangan dengan kasih yang sejati. ... Kamu mengasihi Kristus
yang sesungguhnya jika kamu mengasihi Kristus yang memerintah dan Kristus yang
menyelamatkan, dan memandang kepadaNya untuk pimpinan bagi hidupmu dan untuk
pengampunan dosamu) - ‘Spurgeon’s Expository Encyclopedia’,
vol 10, hal 417.
4) Kasih kepada Kristus harus dijaga
dan ditingkatkan.
a) Hal-hal
yang membangkitkan / menumbuhkan kasih kepada Tuhan.
·
kesadaran
bahwa kita tidak / kurang mengasihi Tuhan dan bahwa itu adalah sesuatu yang
sangat berdosa.
Spurgeon memberikan cara yang unik
untuk menyadarkan kita betapa bejatnya kita kalau kita tidak mengasihi Tuhan.
Charles Haddon Spurgeon: “Many
of you do not love my Lord Jesus Christ. ... Write down in black and white - ‘I
do not love the Lord Jesus Christ.’ If it be really so, be honest enough to
make a note of it, and think it over. If you love Jesus, you may joyfully write
out, ‘I love the Lord Jesus. Oh for the grace to love him more!’ But if you do
not love him it will be honest to put it upon record. Write it boldly: ‘I do
not love the Lord Jesus Christ.’ Look at it, and look again; and oh, may God
the Holy Ghost lead you to repent of not loving Jesus, who is the altogether lovely
One, and the great lover of men’s souls! Oh that you may begin to love him at
once!” (= Banyak dari kamu tidak mengasihi Tuhanku Yesus
Kristus. ... Tuliskanlah hitam di atas putih: ‘Aku tidak mengasihi Tuhan Yesus
Kristus’. Jika itu memang demikian, jujurlah untuk membuat catatan tentang hal
itu, dan renungkanlah hal itu. Jika engkau mengasihi Yesus, engkau boleh
menulis dengan sukacita: ‘Aku mengasihi Tuhan Yesus. Oh, untuk kasih karunia
untuk mengasihi Dia lebih lagi!’ Tetapi jika engkau tidak mengasihi Tuhan Yesus
Kristus adalah jujur untuk mencatatnya. Tulislah dengan berani: ‘Aku tidak
mengasihi Tuhan Yesus Kristus’. Lihatlah pada tulisan itu, dan lihatlah lagi;
dan oh, kiranya Allah Roh Kudus memimpinmu untuk bertobat karena tidak
mengasihi Yesus, yang seluruhnya adalah seseorang yang indah, dan pengasih yang
besar dari jiwa-jiwa manusia. Oh kiranya engkau bisa mulai mengasihiNya dengan
segera!) - ‘Spurgeon’s Expository Encyclopedia’,
vol 10, hal 420.
·
penerimaan
dan perenungan penebusan Kristus.
Seseorang tidak mungkin mengasihi
Allah, kalau ia tidak merasakan bahwa Allah mengasihi Dia (1Yoh 4:10).
Makin seseorang merasakan kasih Allah kepadanya, makin ia bisa mengasihi Allah.
Bukti dari kasih Allah adalah penebusan
Kristus (Ro 5:8 1Yoh 4:9-10).
Karena itu orang yang belum percaya
kepada Kristus / belum dise-lamatkan, tidak mungkin mengasihi Allah. Jadi,
kalau saudara mau mengasihi Allah, pertama-tama saudara harus percaya kepada
Kristus sebagai Juruselamat. Setelah itu banyaklah merenungkan kasih Allah yang
dinyatakan melalui penebusan Kristus itu.
·
banyak
bersekutu dengan Tuhan (Yoh 15:1-9).
Disiplinlah dalam melakukan Saat Teduh, dan tingkatkanlah
kehidupan doa saudara, baik dari segi kwantitas (lamanya dan banyaknya doa),
maupun dari segi kwalitas (kesungguhan, iman, konsentrasi).
·
mentaati
Tuhan (Yoh 15:10).
b) Hal-hal
yang merusak / memadamkan kasih kita kepada Tuhan.
·
dosa (Yoh
15:10).
·
mengasihi
uang / dunia (Mat 6:24 Yak
4:4 1Yoh 2:15).
·
membenci
/ tidak mengasihi sesama manusia (1Yoh 3:17-18 1Yoh 4:12b 1Yoh
4:20).
·
Mat 24:12
- “Dan
karena makin bertambahnya kedurhakaan, maka kasih kebanyakan orang akan menjadi
dingin”.
1) Hubungan ay 15 dengan ay 16.
Ada yang menghubungkan ay 15
dengan ay 16 dan lalu mengatakan bahwa kasih dan ketaatan kita menyebabkan
Roh Kudus diberikan kepada kita.
Pulpit
Commentary: “‘If ye love me,’ etc.; ‘And I will pray the Father,’
etc. ... the Spirit as the Father’s gift to his obedient and loving disciples” (= ‘Jika kamu mengasihi Aku’, dst.; ‘Dan Aku akan
berdoa / minta kepada Bapa’, dst. ... Roh sebagai pemberian / karunia Bapa
kepada murid-muridNya yang taat dan mengasihiNya) - hal 253-254.
William
Hendriksen: “Those who keep
Christ’s precepts will receive a great blessing. Jesus, as Mediator, will make
a request in their interest” (= Mereka yang memelihara / menuruti perintah-perintah
Kristus akan menerima berkat yang besar. Yesus, sebagai Pengantara, akan
meminta demi kepentingan mereka) - hal 275.
Saya
berpendapat bahwa ini salah. Cara menghubungkan yang benar adalah: Yesus
memerintahkan kasih dan ketaatan dalam ay 15, dan untuk menolong mereka
(termasuk kita) untuk mengasihi dan mentaatiNya, maka Ia minta kepada Bapa
untuk memberikan Roh Kudus kepada kita. Jadi, justru pemberian Roh Kudus itulah yang memungkinkan kita
mengasihi dan mentaati Kristus!
William
Barclay: “To Jesus real
love is not an easy thing. It is shown only in true obedience. But Jesus does
not leave us to struggle with the Christian life alone. He would send us
another Helper. ... So what Jesus is saying is: ‘I am setting you a hard task,
and I am sending you out on a very difficult engagement. But I am going to send
you someone, the PARAKLETOS, who will guide you as to what to do and enable you
to do it’” (= Bagi Yesus kasih yang sungguh-sungguh bukanlah hal
yang mudah. Itu ditunjukkan hanya dalam ketaatan yang sungguh-sungguh. Tetapi
Yesus tidak membiarkan kita untuk bergumul dengan kehidupan Kristen sendirian.
Ia akan mengirim kepada kita seorang Penolong yang lain. ... Dengan demikian
apa yang Yesus katakan adalah: ‘Aku memberikan kepadamu tugas yang berat /
sukar, dan Aku mengirim engkau untuk suatu pekerjaan yang sangat sukar. Tetapi
Aku akan mengirimkan kepadamu seseorang, sang PARAKLETOS, yang akan memimpin
engkau berkenaan dengan apa yang harus dilakukan dan memampukan engkau untuk
melakukannya) - hal
166-167.
Calvin: “This was given as a remedy for soothing the grief which
they might feel on account of Christ’s absence; but at the same time, Christ
promises that he will give them strength to keep his commandments; for
otherwise the exhortation would have had little effect” (= Ini
diberikan sebagai obat untuk menyejukkan kesedihan yang mungkin mereka rasakan
karena absennya Kristus; tetapi pada saat yang sama, Kristus berjanji bahwa Ia
akan memberikan mereka kekuatan untuk menuruti perintah-perintahNya; karena jika
tidak, maka nasihat / desakan itu akan sedikit sekali hasilnya) - hal 92.
Ada penafsir yang mau menggabungkan
kedua pandangan di atas.
George Hutcheson: “the
promise of the Spirit, which is subjoined to the former direction as a fruit
following thereupon, and as an encouragement against the difficulties they
would meet with in doing their duty” (= janji tentang Roh ini, yang ditambahkan
pada pimpinan / petunjuk yang terdahulu, sebagai buah yang mengikutinya sebagai
akibatnya, dan sebagai suatu dorongan untuk menghadapi kesukaran-kesukaran yang
akan mereka temui pada waktu melakukan tugas / kewajiban mereka) - hal 302.
Mungkin untuk murid-murid yang hidup
sebelum Pentakosta, ini masih bisa dibenarkan. Tetapi untuk kita yang hidup
setelah Pentakosta, ini tidak mungkin. Kita percaya, menerima Roh Kudus, dan
Roh Kudus itu yang membuat kita mengasihi dan taat (memberi buah Roh).
2) Apakah pada saat ini murid-murid
sama sekali tidak mempunyai Roh Kudus?
George Hutcheson: “not
that formerly they were wholly destitute of the Spirit, but that now they were
to receive him in more ample measure” (= bukan bahwa mereka tadinya sama sekali
tidak mempunyai Roh, tetapi bahwa sekarang mereka akan menerima Dia dalam
takaran yang lebih banyak)
- hal 302.
Saya menuliskan kata-kata Hutcheson di
sini bukan karena saya menyetujuinya. Perlu diketahui bahwa dalam persoalan ini
ada pertentangan yang sangat hebat.
3) ‘Penolong’ / ‘PARAKLETOS’.
Kata
‘Penolong’ dalam bahasa Yunaninya adalah PARAKLETOS. Kata PARAKLETOS muncul
5 x dalam Perjanjian Baru, yaitu:
·
4 x dalam Injil Yohanes, dan menunjuk kepada Roh
Kudus, yaitu dalam Yoh 14:16
Yoh 14:26
Yoh 15:26
Yoh 16:7.
·
1 x dalam surat Yohanes yang pertama yaitu dalam
1Yoh 2:1, dan menunjuk kepada Yesus.
Kata
PARAKLETOS ini diterjemahkan secara berbeda-beda oleh versi Kitab Suci yang
berbeda.
Yoh 14:16 Yoh
14:26 Yoh 15:26 Yoh 16:7 1Yoh 2:1
TL Penolong Penolong Penolong Penolong Juru
Syafaat
TB1 Penolong Penghibur Penghibur Penghibur Pengantara
TB2 Penolong Penolong Penolong Penolong Pengantara
NASB Helper Helper Helper Helper Advocate
NKJV Helper Helper Helper Helper Advocate
KJV Comforter Comforter Comforter Comforter Advocate
RSV Counselor Counselor Counselor Counselor Advocate
NIV Counselor Counselor Counselor Counselor One who speaks in our defense
Keterangan
/ terjemahan:
Helper = Penolong.
Comforter = Penghibur.
Counselor = Penasehat.
Advocate = Pengacara /
Pembela / Penasehat hukum.
One who speaks in our defense =
Seseorang yang berbicara untuk membela kita.
Arti
kata PARAKLETOS sebenarnya adalah ‘orang yang dipanggil untuk membantu kita’.
Dalam hal hukum, ini menunjuk pada ‘pengacara / pe-nasehat hukum / pembela’,
dan dalam hal sehari-hari ini menunjuk pada ‘penasehat / penghibur / penolong’.
Macam-macam
pandangan tentang arti terkuat dari kata PARAKLETOS:
a) Arti terkuat dari kata
PARAKLETOS adalah ‘pengacara / pembela’.
Leon
Morris (NICNT): “The Greek is PARAKLETOS which means rather an
advocate than a comforter” (= Kata Yunaninya
adalah PARAKLETOS yang artinya lebih menunjuk kepada seorang pengacara dari
pada seorang penghibur) - hal 649.
1. Perlu diketahui
bahwa sekalipun Roh Kudus disebut sebagai Pengacara / Pembela kita, tetapi Roh
Kudus tidak menjadi Pengacara / Pembela bagi kita terhadap tuduhan dari Allah
/ hukum Tuhan. Dalam persoalan ini, Yesuslah Pengacara / Pembelanya.
1Yoh
2:1 - “Anak-anakku, hal-hal ini
kutuliskan kepada kamu, supaya kamu jangan berbuat dosa, namun jika seorang
berbuat dosa, kita mempunyai seorang pengantara (= PARAKLETOS) pada Bapa, yaitu Yesus Kristus yang adil”.
William
Hendriksen: “In 1John 2:1 Jesus Christ is himself called Paraclete.
He is the Helper in the sense of being Advocate or Intercessor with the Father
in the interest of believers who commit sin” (=
Dalam 1Yoh 2:1 Yesus Kristus sendiri disebut PARAKLETOS. Ia adalah Penolong
dalam arti Ia menjadi Advokat atau Pengantara pada Bapa demi kepentingan
orang-orang percaya yang berbuat dosa) - hal 277.
Jadi,
setiap kali Allah melihat kita berdosa, dan menganggap kita melanggar hukum,
maka Yesus berkata: ‘Bapa, Aku telah mati di salib untuk menebus dosa itu’. Ini
menyebabkan Bapa tidak bisa lagi menuduh kita / orang percaya! Karena itu maka
tidak ada hukuman bagi orang percaya / orang yang ada di dalam Kristus (Ro
8:1).
Catatan:
awas, jangan menjadikan ini sebagai alasan untuk sembarangan berbuat dosa
(mentang-mentang mempunyai Yesus sebagai Pengacara / Pembela). Baca 1Yoh 2:1
itu sekali lagi, maka saudara akan melihat bahwa di situ mula-mula rasul
Yohanes melarang kita berbuat dosa, dan baru setelah itu ia mengatakan bahwa
kalau kita toh berbuat dosa / jatuh ke dalam dosa, kita mempunyai Yesus sebagai
Pengacara / Pembela.
2. Roh Kudus menjadi
Pengacara / Pembela bagi kita
terhadap dunia, yaitu pada saat kita diejek, diserang, dianiaya, dsb. Ia
menjadi Pengacara di dalam diri kita dengan memberikan kata-kata kepada kita
untuk melakukan pembelaan terhadap serangan dari dunia. Bdk. Mat 10:18-20 /
Luk 21:14-15 Kis 2:13-40 Kis 4:8-13 Kis 6:9-10.
3. Roh Kudus menjadi
Pengacara di dalam diri kita menghadapi tuduhan setan.
Pulpit Commentary (hal 226) mengatakan
bahwa kata PARAKLETOS sering digunakan oleh penulis-penulis Yahudi maupun oleh
bapa-bapa gereja, sebagai lawan kata dari kata ‘accuser’ (= penuduh), yang merupakan salah satu gelar / sebutan
untuk setan (bdk. Zakh 3:1 Wah
12:10b).
Salah
satu nama dari Setan dalam Kitab Suci adalah DIABOLOS (Misalnya yang
diterjemahkan ‘Iblis’ dalam dalam Wah 12:9).
Catatan:
kata DIABOLOS berarti ‘an accuser’ (=
penuduh, pendakwa) atau ‘a slanderer’
(= pemfitnah), dan dari kata DIABOLOS inilah diturunkan kata bahasa Inggris ‘devil’ (= setan).
Setan
melakukan bermacam-macam dakwaan:
a. Setan mendakwa
manusia di hadapan Allah (Ayub 1:6-11 Ayub 2:1-5
Wah 12:9-10
Zakh 3:1-dst).
b. Setan mendakwa Allah
di depan manusia (Kej 3:1-5).
Karena
itu kalau dalam hati / pikiran saudara muncul suatu pemikiran yang jelek
tentang Allah (misalnya bahwa Allah tidak peduli kepada saudara, Allah tidak
kasih, Allah benci kepada saudara, dsb), sadarilah bahwa setan sedang mendakwa
Allah dalam pikiran saudara. Maukah saudara percaya kepada setan, yang adalah
bapa segala dusta?
c. Setan mendakwa
manusia di dalam hatinya sendiri.
Memang
‘tuduhan berdosa’ dalam hati kita bisa saja datang dari Allah. Tetapi bisa juga
datang dari setan. Bagaimana membedakannya? Kalau datang dari Allah, pasti akan
hilang begitu kita mengakui dosa dengan sungguh-sungguh, karena tujuan Tuhan
menuduh kita adalah untuk mempertobatkan kita. Tetapi kalau datang dari setan,
maka hal ini tidak akan hilang sekalipun kita sudah menyesali dosa / bertobat,
karena tujuan setan adalah untuk menghancurkan kita.
Tuduhan
setan ini menyebabkan orang yang sudah betul-betul menyesali / bertobat dari
dosanya, tetap merasa sedih, dan bahkan bisa ‘binasa dalam kesedihan’ (bdk.
2Kor 2:5-11
2Kor 7:10 Mat 27:3-5).
Warren
W. Wiersbe mengatakan:
“See how subtle and
merciless Satan really is. Before we sin - while he is tempting us - he
whispers, ‘You can get away with this!’
Then after we sin, he shouts at us, ‘You will never get away with
this!’” (= lihatlah betapa licik dan
tak-berbelas-kasihan-nya setan itu. Sebelum kita berbuat dosa - pada saat ia
masih mencobai kita - ia berbisik, ‘Kamu bisa meloloskan diri dengan ini!’ Lalu setelah kita berbuat dosa, ia
berteriak pada kita, ‘Kamu tidak akan pernah lolos dengan ini!’) - ‘The Strategy of Satan’, hal 84.
Tuduhan
/ dakwaan setan terhadap orang yang sudah mengakui dan menyesali dosanya ini
menyebabkan orang itu merasakan ‘guilty
feeling’ (= perasaan bersalah) yang tidak semestinya. Ini khususnya sering
muncul pada saat:
·
berdoa / bersaat teduh.
·
mau mengikuti Perjamuan Kudus!
·
melayani Tuhan.
Setan
akan mendakwa kita sedemikian rupa sehingga sekalipun kita sudah mengakui dosa
dan menyesalinya dengan sungguh-sungguh, kita lalu merasa tidak layak untuk
berdoa / bersekutu dengan Tuhan, ikut Perjamuan Kudus, maupun melayani Tuhan.
Dakwaan seperti ini bisa membuat kita sangat menderita / putus asa, dsb.
Terhadap
dakwaan semacam inilah Roh Kudus berperan sebagai Pembela / Pengacara. Ia
mengingatkan kita akan kasih Allah yang menyebabkanNya selalu mau mengampuni
kita dan akan penebusan yang sempurna yang dilakukan oleh Kristus bagi kita.
Pembelaan dari Pengacara kita ini membuat kita bisa mengatasi tuduhan setan.
b) Arti yang paling
kuat dari kata PARAKLETOS adalah ‘Penghibur’.
Alasan
pandangan ini adalah: kontex Yoh 14:16-18 Yoh 15:18-27
Yoh 16:6-7 memang menunjukkan bahwa Roh Kudus diberikan kepada para
murid dalam penderitaan dan kesedihan mereka karena akan kehilangan kehadiran
Kristus, dan karena itu terjemahan ‘Penghibur’ sebetulnya cukup cocok dengan
kontex.
William
Hendriksen: “The meaning of the word must not be too narrowly
restricted. The Holy Spirit is a Helper in ever so many respects: he comforts,
indeed, and since the main theme of chapter 14 is comfort it is probable that
Jesus had this in mind more than anything else” (= Arti dari kata ini tidak boleh dibatasi secara
terlalu sempit. Roh Kudus adalah Penolong dalam begitu banyak segi: Ia memang
menghibur, dan karena thema utama dari pasal 14 adalah penghiburan, maka
adalah mungkin bahwa Yesus mempunyai ini dalam pikiranNya lebih dari apapun
yang lain) - hal 276.
Roh
Kudus menghibur kita dari apa?
1. Dari kesukaran /
penderitaan.
a. Bahwa Roh Kudus
diutus untuk menjadi Penghibur bagi kita, secara implicit menunjukkan bahwa hidup orang kristen pasti banyak
problem, penderitaan, dan kesedihan.
Karena
itu jelaslah bahwa ajaran populer jaman sekarang yang mengatakan bahwa kalau
kita ikut Tuhan segala sesuatu akan beres, segala penyakit akan sembuh, kita
akan kaya dan sukses, dsb, adalah omong kosong! Kalau ajaran ini benar, maka
kita tidak membutuhkan Roh Kudus sebagai Penghibur!
b. Penghiburan dari Roh
Kudus ini tidak tergantung pada sikon.
Ini
bisa kita alami dalam keadaan sakit, susah, miskin, menderita, mengalami
problem, kegagalan, kesepian, patah hati, dsb. Ini memungkinkan orang kristen
tetap bersukacita dan mempunyai damai di tengah-tengah penderitaan / kesukaran.
c. Tujuan Roh Kudus dalam
menghibur kita.
Kalau
kita mengalami penderitaan / problem, lalu Roh Kudus menghibur kita, tujuannya
bukan sekedar untuk kita. Seperti dikatakan seseorang:
“God does not comfort
us to make us comfortable, but to make us comforters” (= Allah tidak menghibur kita supaya kita merasa
nyaman, tetapi supaya kita menjadi penghibur) - ‘Streams in the Desert’, vol I, tgl 11
Januari. Bdk. 2Kor 1:3-6 Luk
22:32b.
Karena
itu kita harus membagikan / men-sharing-kan
penghiburan yang kita terima dari Tuhan.
2. Dari dosa yang sudah
kita akui / sesali.
Ini
berhubungan dengan tuduhan setan yang sudah di bahas di atas. Roh Kudus bukan
hanya membela secara hukum tetapi juga menghibur kita untuk mengatasi semua itu
dan kembali pada sukacita dan damai yang semula.
Lalu
bagaimana dengan dosa yang masih kita pegangi dengan sadar? Dalam hal ini, Roh
Kudus tidak menghibur kita dengan:
a. Menutup-nutupi dosa,
atau dengan memberikan alasan untuk membenarkan dosa itu. Karena itu, kalau
saudara berbuat dosa, dan lalu dalam pikiran saudara muncul berbagai macam
alasan untuk membenarkan dosa itu, sehingga saudara lalu merasa ‘terhibur’,
sadarilah bahwa ini bukan hiburan dari Roh Kudus! Ini pasti datang dari setan!
Misalnya:
·
saudara marah / benci kepada seseorang, lalu saudara
merasa bahwa kemarahan / kebencian itu adalah dosa. Tetapi lalu muncul suara
dalam hati / pikiran saudara yang berkata: ‘Tetapi aku marah karena dia kurang
ajar’, dan suara ini ‘menghibur’ saudara.
·
saudara berzinah, lalu merasakan adanya perasaan
bersalah. Tetapi lalu muncul suara dalam hati / pikiran saudara yang berkata:
‘Yang salah adalah istriku yang tidak menjaga badan sehingga aku tidak berminat
kepadanya dan terpaksa berzinah’, dan suara ini ‘menghibur’ saudara.
·
saudara tetap bekerja pada hari Sabat, lalu saudara
merasakan adanya perasaan bersalah. Tetapi lalu muncul suara dalam hati /
pikiran saudara yang berkata: ‘Yang salah adalah Allah. Mengapa dalam masa
Krismon ini Dia kurang memberi berkat sehingga aku kekurangan’, dan suara ini
‘menghibur’ saudara.
‘Penghiburan’
semacam ini bukan datang dari Roh Kudus tetapi dari setan! Tujuannya supaya
saudara tidak bertobat dari dosa itu.
b. Memberikan ‘kambing hitam’, seperti
roh marah, roh dusta, dsb.
Jaman
ini banyak orang yang berkata bahwa kalau kita marah itu karena adanya roh
kemarahan, dan kalau kita berzinah itu karena adanya roh perzinahan, dsb.
Sekalipun saya percaya bahwa setan memang selalu menggoda kita untuk berbuat
dosa, tetapi saya juga percaya bahwa kalau kita jatuh ke dalam dosa, kita
tetap bertanggung jawab! Kita tidak boleh melemparkan tanggung jawab itu kepada
setan seakan-akan hanya dia yang salah sedangkan kita tidak. Memang kalau kita
bisa mendapatkan kambing hitam, kita akan merasa ‘terhibur’. Tetapi lagi-lagi
kita perlu tahu bahwa ‘hiburan’ seperti itu pasti bukan dari Roh Kudus tetapi
dari setan!
c. Meremehkan dosa.
‘Hiburan’
yang lain adalah dengan meremehkan dosa yang baru kita lakukan. ‘Hiburan’
seperti ini juga bukan datang dari Roh Kudus, tetapi dari setan! Memang dosa
itu ada tingkat-tingkatnya, ada yang lebih berat dan ada yang lebih ringan,
tetapi ingat bahwa yang ringanpun upahnya adalah maut (Ro 6:23). Ingat juga
bahwa Allah itu mahasuci sehingga dosa yang bagaimanapun kecilnya merupakan
sesuatu yang menyakitkan bagiNya. Karena itu dosa tidak pernah boleh
diremehkan.
d. Menyembunyikan kebenaran yang
‘mengganggu’ kita.
Saudara
mungkin pernah mendengar kata-kata ‘truth
hurts’ (= kebenaran menyakitkan). Kalau ada dosa dalam hidup saudara dan
lalu saudara mendengar Firman Tuhan yang membahas dosa itu, maka saudara bisa
merasa ‘sakit’. Saudara akan lebih ‘terhibur’ kalau saudara melupakan Firman
Tuhan yang ‘mengganggu’ itu.
Inipun
bukan penghiburan dari Roh Kudus!
Apa
alasannya untuk beranggapan bahwa hal-hal di atas (point a - d di atas) tidak
mungkin datang dari Roh Kudus? Karena Roh Kudus disebut ‘Roh Kebenaran’
(Yoh 14:17), dan mempunyai tugas-tugas seperti, mengajar kebenaran
(Yoh 14:26); menginsafkan dosa (Yoh 16:8); dan memimpin ke dalam seluruh
kebenaran (Yoh 16:13).
Charles
Haddon Spurgeon:
¨
“The Spirit of God never comforted a man in his sin.
Disobedient Christians must not expect consolation; the Holy Spirit
sanctifies, and then consoles” (= Roh
Allah tidak pernah menghibur seseorang di dalam dosanya. Orang Kristen yang
tidak taat tidak boleh mengharapkan penghiburan; Roh Kudus menguduskan, dan
baru setelah itu menghibur) - ‘Spurgeon’s
Expository Encyclopedia’ , vol IX, hal 29-30.
¨
“He does not comfort us as a fond mother may please
her wayward child by yielding to its foolish wishes” (= Ia tidak menghibur kita seperti seorang ibu yang
terlalu mengasihi, yang ingin menyenangkan anaknya yang tidak patuh / suka
melawan, dengan menyerah / menuruti keinginannya yang bodoh) - ‘Spurgeon’s Expository Encyclopedia’ ,
vol IX, hal 30.
¨
“Do not expect to get comfort by merely running to
sweet texts, or listening to pleasing preachers who give you nothing but cups
of sugared doctrine, but expect to find comfort through the holy, reproving,
humbling, strengthening, sanctifying processes which are the operation of the
Divine Paraclete” (= Jangan
mengharapkan untuk mendapatkan penghiburan semata-mata dengan berlari pada
text-text yang manis, atau dengan mendengarkan pengkhotbah-pengkhotbah yang
tidak memberimu apa-apa selain doktrin / ajaran yang dimaniskan, tetapi berharaplah
untuk menemukan penghiburan melalui proses-proses kudus, yang menegur /
memarahi, merendahkan, menguatkan, menguduskan yang merupakan operasi dari
Parakletos ilahi) - ‘Spurgeon’s
Expository Encyclopedia’ , vol IX, hal 30.
Tetapi
tentang terjemahan ‘Comforter /
Penghibur’ ini William Barclay berkata:
“‘Comforter’ was once a perfectly good translation. It
actually goes back to Wicliffe, the first person to use it. But in his day it
meant much more than it means now. The word comes from the Latin fortis which means ‘brave’; and ‘a
comforter’ was ‘someone who enabled some dispirited creature to be brave’.
Nowadays ‘comfort’ has to do almost solely with sorrow; and ‘a comforter’ is
‘someone who sympathizes with us when we are sad’. Beyond a doubt the Holy
Spirit does that, but to limit his work to that function is sadly to belittle
him. We often talk of being able to cope with things. That is precisely the
work of the Holy Spirit. He takes away our inadequacies and enables us to cope
with life. The Holy Spirit substitutes victorious for defeated living” (= Dulu ‘Comforter / Penghibur’ merupakan
terjemahan yang benar-benar baik. Sebetulnya itu kembali kepada Wicliffe, orang
pertama yang menggunakannya. Tetapi pada jamannya kata itu berarti lebih banyak
dari pada artinya sekarang ini. Kata itu datang dari bahasa Latin FORTIS yang
berarti ‘berani’; dan ‘comforter /
penghibur’ adalah ‘seseorang yang memampukan makhluk-makhluk yang sedih / putus
asa / kecil hati untuk menjadi berani’. Sekarang ‘comfort / penghiburan’ berurusan hampir semata-mata dengan
kesedihan; dan seorang ‘comforter /
penghibur’ adalah ‘seseorang yang bersimpati dengan kita pada waktu kita
sedih’. Tidak diragukan lagi Roh Kudus melakukan hal itu, tetapi membatasi
pekerjaanNya pada fungsi itu adalah sangat merendahkan Dia. Kita sering
berbicara tentang ‘mampu mengatasi hal-hal’. Itulah persisnya pekerjaan Roh
Kudus. Ia mengambil kekurangan kita dan memampukan kita untuk mengatasi
kehidupan. Roh Kudus menggantikan kehidupan yang kalah dengan kehidupan yang
menang) - hal 167.
c) Arti terkuat dari kata PARAKLETOS
adalah ‘Penolong’.
William
Hendriksen: “The meaning of the word must not be too narrowly
restricted. The Holy Spirit is a Helper in ever so many respects: he comforts,
indeed, and since the main theme of chapter 14 is comfort it is probable that
Jesus had this in mind more than anything else. But the Spirit also (and in
close connection with the work of imparting comfort) teaches, guides in the
truth (16:13,14); brings the teaching of Christ home to the recollection of the
disciples (14:26); and dwells within them as a source on inspiration and life
(14:17). The Father and the Son call the Spirit to the side of the disciples in
order to comfort, admonish, teach, and guide them; in other words, in order
that in any given condition the Paraclete may furnish whatever help is
necessary. Hence, we know of no better translation than the term ‘Helper’” [= Arti dari kata ini tidak boleh dibatasi secara
terlalu sempit. Roh Kudus adalah Penolong dalam begitu banyak segi: Ia memang
menghibur, dan karena thema utama dari pasal 14 adalah penghiburan, maka
adalah mungkin bahwa Yesus mempunyai ini dalam pikiranNya lebih dari apapun
yang lain. Tetapi Roh itu juga (dan dalam hubungan yang dekat dengan pekerjaan
memberikan penghiburan) mengajar, mempimpin dalam kebenaran (16:13,14);
mengingatkan murid-murid akan ajaran Kristus (14:26); dan tinggal di dalam
mereka sebagai sumber inspirasi dan kehidupan (14:17). Bapa dan Anak menyuruh
Roh untuk berada di sisi para murid untuk menghibur, menegur / mengingatkan / menasehati,
mengajar, dan memimpin mereka; dengan kata lain, supaya dalam setiap situasi
dan kondisi Sang PARAKLETOS bisa memberikan pertolongan apapun yang dibutuhkan.
Jadi, kami tidak mengetahui terjemahan yang lebih baik dari istilah ‘Penolong’] -
hal 276.
William Barclay: “The
Greeks used the word in a wide variety of ways. A parakletos might be a person
called in to give witness in a law court in someone’s favour; he might be an
advocate called in to plead the cause of someone under a charge which would
issue in serious penalty; he might be an expert called in to give advice in
some difficult situation; he might be a person called in when, for example, a
company of soldiers were depressed and dispirited to put a new courage into
their minds and hearts. Always a parakletos is someone called in to help in
time of trouble or need” (= Orang Yunani menggunakan kata ini dalam
bermacam-macam cara. Parakletos bisa adalah orang yang dipanggil untuk memberi
kesaksian untuk membantu seseorang dalam pengadilan; ia bisa adalah seorang
pengacara yang dipanggil untuk membela perkara seseorang yang ada di bawah tuduhan
yang bisa menyebabkan hukuman yang serius; ia bisa adalah seorang ahli yang
dipanggil untuk memberikan nasehat dalam situasi yang sulit; ia bisa adalah
seseorang yang dipanggil pada waktu, misalnya, suatu kompi / rombongan tentara
sedang tertekan dan putus asa, untuk memberikan keberanian / semangat yang baru
ke dalam pikiran dan hati mereka. Parakletos selalu adalah seseorang yang
dipanggil untuk menolong pada waktu kesukaran atau kebutuhan) - hal 166-167.
4) ‘yang lain’.
Yesus
menyebut Roh Kudus dengan istilah ‘PARAKLETOS yang lain’ (ay 16).
a) Ini menunjukkan bahwa Yesus sudah
menjadi PARAKLETOS selama ini.
Pada
waktu Yesus masih bersama murid-muridNya, Ialah yang menolong murid-muridNya
menghadapi serangan setan, Ia yang selalu memberi nasehat kepada
murid-muridNya, Ia juga yang menguatkan mereka pada saat sedih, putus asa, dsb.
Setelah Yesus meninggalkan murid-muridNya, Roh Kudus akan datang menggantikan
Yesus melakukan hal-hal itu.
F. F. Bruce: “Jesus’
mention of ‘another’ Paraclete implies that they already have one, and this can
only be himself. In 1John 2:1, indeed, Jesus is called ‘our Paraclete with the
Father’; ... But in 1John 2:1 Jesus’ advocacy is exercised in the heavenly
court; in our present passage it is implied that he had been his disciples’
advocate or paraclete on earth” (= Penyebutan Yesus tentang PARAKLETOS
‘yang lain’ secara tidak langsung menunjukkan bahwa mereka telah mempunyai
seorang PARAKLETOS, dan ini hanya mungkin menunjuk kepada diriNya sendiri. Dalam
1Yoh 2:1 Yesus memang disebut ‘PARAKLETOS kita pada Bapa’; ... Tetapi dalam
1Yoh 2:1 pembelaan Yesus dilakukan di pengadilan surgawi; dalam text kita
saat ini ditunjukkan secara tidak langsung bahwa Ia telah menjadi pembela /
pengacara atau PARAKLETOS dari para murid di bumi) - hal 301-302.
Pulpit Commentary: “‘Another’
implies that Christ had already stood in this position while present with them,
helping with tender care their first efforts to stand or serve” (= ‘Yang lain’
secara tidak langsung menunjukkan bahwa Kristus telah ada dalam posisi ini pada
waktu Ia hadir bersama mereka, menolong dengan perhatian yang lembut dalam
usaha mereka yang pertama untuk berjalan atau melayani) - hal 226.
Calvin: “Christ
was the Protector of his disciples, so long as he dwelt in the world: and
afterwards he committed them to the protection and guardianship of the Spirit” (= Kristus
adalah Pelindung dari murid-muridNya selama Ia tinggal di dunia ini: dan
setelah itu Ia menyerahkan mereka kepada penjagaan dan perlindungan dari Roh) - hal 92.
Tetapi perlu diingat bahwa ini tidak
berarti bahwa Kristus lalu berhenti menjadi PARAKLETOS.
Pulpit Commentary: “In
promising another Comforter to come upon his own departure, Jesus was really
claiming to be a Comforter, whose loss must needs be sorely felt. And such he
was. He had been very much in the society of his disciples, was always
sympathetic, always wise in counsel, always faithful in admonition, always
gracious in encouragement. Nor, indeed, did he cease to be the Paraclete, the
Advocate, of his people, when he quitted the world which he visited in order to
befriend and save its guilty and helpless inhabitants” (= Dalam
menjanjikan Penghibur yang lain untuk datang setelah kepergianNya, sebetulnya
Yesus mengclaim / menyatakan bahwa Ia
adalah seorang Penghibur, yang kepergianNya pasti terasa sangat berat. Dan
itulah adanya Dia. Ia telah ada dalam kumpulan murid-muridNya, selalu
bersimpati, selalu memberi nasehat
dengan bijaksana, selalu setia dalam mengingatkan / menegur, selalu ramah /
baik dalam memberikan semangat. Dan Ia tidak berhenti menjadi Sang PARAKLETOS,
sang Pengacara / Pembela, dari umatNya, pada waktu Ia meninggalkan dunia yang
Ia kunjungi untuk menolong dan menyelamatkan penduduknya yang bersalah dan tak
berdaya) - hal 244.
William Hendriksen: “...
one Helper is leaving, but he leaves with the purpose of sending another.
Moreover, the first Helper, though physically absent, will remain a Helper. He
will be their Helper in heaven. The other will be their Helper on earth. The
first pleads their case with God. The second pleads God’s case with them” (= ... satu
Penolong pergi, tetapi Ia pergi dengan tujuan untuk mengirimkan yang lain.
Lebih lagi, Penolong yang pertama, sekalipun tidak hadir secara fisik, akan
tetap menjadi Penolong. Ia akan menjadi Penolong mereka di surga. Yang lain
akan menjadi Penolong mereka di bumi. Yang pertama membela / memohonkan kasus
mereka terhadap Allah. Yang kedua membela / memohonkan kasus Allah terhadap
mereka) - hal 277.
b) Setelah PARAKLETOS yang pertama
pergi, Allah mengirim PARAKLETOS yang lain, untuk menggantikan PARAKLETOS yang
pertama. Ini menunjukkan pentingnya PARAKLETOS itu dalam hidup orang kristen.
Pulpit Commentary: “Why
should a ‘Comforter’ be provided? There must be something in the condition of
men which makes the promise of a Divine Friend so appropriate and welcome. Men
suffer from ignorance and proneness to error and delusion. They are encompassed
with temptations which act powerfully, sometimes fatally, upon their frail and
feeble nature. And those who are bent upon attaining true knowledge and
practising true virtue are exposed to the bitter hostility and opposition of
the world” (= Mengapa harus disediakan seorang ‘Penghibur’? Pasti
ada sesuatu dalam kondisi manusia yang menyebabkan janji tentang seorang
Sahabat Ilahi begitu cocok dan menggembirakan. Manusia menderita karena ketidaktahuan
dan kecondongan kepada kesalahan dan kesesatan / pandangan yang salah. Mereka
diliputi dengan pencobaan-pencobaan yang bekerja dengan kuat, kadang-kadang
secara fatal, pada keadaan alamiah mereka yang lemah dan rapuh. Dan mereka yang
dicondongkan pada pencapaian pengetahuan yang benar dan tindakan mempraktekkan
kebajikan yang sejati, terbuka pada permusuhan yang pahit dan perlawanan /
oposisi dari dunia) -
hal 244.
Penerapan:
Apakah saudara betul-betul menyadari
pentingnya PARAKLETOS ini dalam hidup saudara? Kalau ya, maka itu akan saudara
wujudkan dengan bersandar kepadaNya dengan banyak berdoa, minta pimpinan,
hikmat, dan berkat dalam setiap segi kehidupan saudara, baik itu bersifat
jasmani (seperti bekerja, belajar, hidup berkeluarga, dsb) maupun bersifat
rohani (seperti belajar Firman Tuhan, melayani, mem-beritakan Injil,
pengudusan, dsb).
c) Pembahasan tentang arti kata ‘another / yang lain’.
Ada
2 kata bahasa Yunani yang berarti ‘yang lain (= another)’, yaitu ALLOS dan HETEROS. Tetapi kedua kata ini ada
bedanya.
W.
E. Vine dalam bukunya yang berjudul ‘An
Expository Dictionary of New Testament Words’ mengatakan sebagai berikut:
“ALLOS ... denotes another
of the same sort; HETEROS ... denotes another of a different sort” (= ALLOS ... menunjuk pada yang lain dari jenis yang
sama; HETEROS ... menunjuk pada yang lain dari jenis yang berbeda).
Illustrasi: Di
sini ada 1 gelas Aqua. Kalau saya menginginkan 1 gelas Aqua lagi, yang sama
dengan yang ada di sini, maka saya akan menggunakan kata ALLOS. Tetapi kalau
saya menghendaki minuman yang lain, misalnya Coca Cola, maka saya harus
menggunakan kata HETEROS, bukan ALLOS.
Kata
Yunani yang diterjemahkan ‘yang lain’ dalam Yoh 14:16 bukanlah HETEROS,
tetapi ALLOS. Andaikata yang digunakan adalah HETEROS, maka itu akan
menunjukkan adanya perbedaan sifat antara Yesus dan Roh Kudus, sehingga bisa
saja Yesusnya sabar sedangkan Roh Kudusnya tidak, atau Yesus adalah Allah dan
seorang yang berpribadi, sedangkan Roh Kudus bukan. Tetapi karena kata Yunani
yang digunakan adalah ALLOS, ini menunjukkan bahwa Roh Kudus, sekalipun adalah
PARAKLETOS yang lain dari pada Yesus, tetapi mempunyai sifat-sifat yang sama
dengan Yesus.
Karena
itu dalam komentarnya tentang ayat ini William Hendriksen mengatakan tentang
Roh Kudus sebagai berikut:
“The passage clearly
indicates that the Holy Spirit is not merely a power but a person, just like
the Father and the Son. He is another Helper, not a different
Helper. The word another indicates one like myself, who will take my
place, do my work. Hence, if Jesus is a person, the Holy Spirit must also be a
person” (= Bagian ini menunjukkan secara
jelas bahwa Roh Kudus bukanlah semata-mata suatu kuasa tetapi seorang pribadi,
persis seperti Bapa dan Anak. Ia adalah Penolong yang lain, bukan
Penolong yang berbeda. Kata yang lain menunjukkan seseorang
seperti Aku sendiri, yang akan mengambil tempatKu, melakukan pekerjaanKu. Jadi,
jika Yesus adalah seorang pribadi, Roh Kudus harus juga adalah seorang pribadi) -
hal 275.
Catatan:
kata kerja yang ditujukan kepada Roh Kudus menunjukkan bahwa Ia adalah seorang
pribadi, misalnya:
·
Yoh 14:26 - ‘mengajarkan’ dan ‘mengingatkan’.
·
Yoh 15:26 - ‘bersaksi’.
·
Kis 15:28 - ‘memutuskan’.
·
Ro 8:26 - ‘membantu’.
·
1Kor 12:11 - ‘dikerjakan’ dan ‘memberikan karunia’.
·
1Tim 4:1 - ‘mengatakan’.
·
Wah 22:17 - ‘berkata’.
William
Hendriksen melanjutkan dengan berkata:
“For the same reason,
if Jesus is divine, the Spirit, too, must be divine” (= dengan alasan yang sama, jika Yesus bersifat ilahi
/ adalah Allah, Roh juga harus bersifat ilahi / adalah Allah).
Alasan
lain bahwa Roh Kudus adalah Allah adalah: sifat-sifat ilahi diberikan
kepadaNya, seperti:
¨
mahatahu (1Kor 2:10).
¨
kekal (Ibr 9:14).
Kesimpulan:
sama seperti Yesus, Roh Kudus adalah Allah, dan Roh Kudus adalah seorang
pribadi. Ini penting untuk saudara camkan khususnya pada waktu menghadapi orang
Saksi Yehovah, yang menganggap Roh Kudus hanya sebagai ‘kuasa Allah’, dan
dengan demikian tidak mempercayai keilahian maupun kepribadian Roh Kudus
d) Pembedaan pribadi dalam Allah
Tritunggal.
Kata ‘another / yang lain’ menunjukkan pembedaan pribadi antara Yesus dan
Roh Kudus.
Calvin: “And
yet there would be no impropriety in inferring from this passage a distinction
of Persons; for there must be some peculiarity in which the Spirit differs from
the Son so as to be another than the Son” (= Dan tidak
ada ketidak-pantasan untuk menyimpulkan dari text ini suatu pembedaan Pribadi;
karena di sana harus ada suatu kekhususan / keunikan dalam mana Roh berbeda
dengan Anak sehingga disebut ‘yang lain’ dari pada Anak) - hal 93.
James Morgan: “It
is clear He holds Him forth in contrast to Himself. The Son is not the Spirit,
nor is the Spirit the Son. ... It is equally clear, that the Spirit is
distinguished from the Father. The Father is not the Spirit, nor is the Spirit
the Father. The Father would give Him, He would send Him, He should proceed
from Him” [= Adalah jelas Ia membicarakanNya dalam kontras dengan
diriNya sendiri. Anak bukanlah Roh, dan Roh bukanlah Anak. ... Adalah sama
jelasnya bahwa Roh dibedakan dari Bapa. Bapa bukanlah Roh, dan Roh bukanlah
Bapa. Bapa akan memberikanNya, Ia akan mengirimkanNya, Ia
(Roh) harus keluar dari Dia
(Bapa)] - ‘The
Biblical Doctrine of the Holy Spirit’, hal 189-190.
Memang kata-kata Morgan ini benar.
Kalau kata ‘another / yang lain’
menunjukkan perbedaan pribadi antara Yesus dengan Roh Kudus, maka kata-kata ‘Aku akan
minta’ dan ‘Ia akan
memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain’ menunjukkan perbedaan pribadi antara
Bapa (yang dimintai dan yang memberikan), Anak (yang meminta) dan Roh Kudus
(yang diberikan)!
Pengakuan Iman Athanasius, no 1-26
(tentang Allah Tritunggal):
“1. Whosoever wishes to be saved, it is above all
necessary for him to hold the Catholic faith. 2. Which, unless each one shall preserve perfect and
inviolate, he shall certainly perish forever. 3. But the Catholic faith is this, that we worship one
God in trinity, and trinity in unity.
4. Neither confounding the persons, nor separating the
substance. 5. For the person
of the Father is one, of the Son another, and of the Holy Ghost another. 6. But of the Father, of the Son,
and of the Holy Ghost there is one divinity, equal glory and co-eternal
majesty. 7. What the Father
is, the same is the Son, and the Holy Ghost. 8. The Father is uncreated, the Son uncreated, the Holy
Ghost uncreated. 9. The
Father is immense, the Son immense, the Holy Ghost immense. 10. The Father is eternal, the Son
eternal, the Holy Ghost eternal.
11. And yet there are not three eternals, but one eternal. 12. So there are not three
(beings) uncreated, nor three immense, but one uncreated, and one immense. 13. In like manner the Father is
omnipotent, the Son is omnipotent, the Holy Ghost is omnipotent. 14. And yet there are not three
omnipotents, but one omnipotent.
15. Thus the Father is God, The Son is God, the Holy Ghost is
God. 16. And yet there are
not three Gods, but one God.
17. Thus The Father is Lord, the Son is Lord, the Holy Ghost is
Lord. 18. And yet there are
not three Lords, but one Lord.
19. Because as we are thus compelled by Christian verity to confess
each person severally to be God and Lord; so we are prohibited by the Catholic
religion from saying that there are three Gods or Lords. 20. The Father was made from none,
nor created, nor begotten.
21. The Son is from the Father alone, neither made, nor created,
but begotten. 22. The Holy
Ghost is from the Father and the Son, neither made, nor created, nor begotten,
but proceeding. 23. Therefore
there is one Father, not three fathers, one Son, not three sons, one Holy
Ghost, not three Holy Ghosts.
24. And in this trinity no one is first or last, no one is greater
or less. 25. But all the
three co-eternal persons are co-equal among themselves; so that through all, as
is above said, both unity in trinity, and trinity in unity is to be
worship. 26. Therefore, he
who wishes to be saved must think thus concerning the trinity.” (=
1. Barangiapa yang ingin diselamatkan, adalah perlu baginya di atas
segala-galanya untuk memegang / mempercayai iman Katolik / universal / am. 2. Yang, kecuali setiap orang
memelihara / mempertahankannya secara sempurna dan tidak diganggu gugat, ia
pasti akan binasa selama-lamanya.
3. Tetapi iman Katolik / universal / am adalah ini, bahwa kami
menyembah satu Allah dalam tritunggal, dan tritunggal dalam kesatuan. 4. Tidak ada kekacauan /
percampuran pribadi-pribadi ataupun pemisahan zat. 5. Karena pribadi dari Bapa adalah satu, dari Anak
adalah pribadi yang lain, dan dari Roh Kudus adalah pribadi yang lain. 6. Tetapi dari Bapa, dari Anak,
dan dari Roh Kudus ada satu keilahian, kemuliaan yang sama / setara dan
keagungan / kuasa yang berdaulat yang sama kekalnya. 7. Apa adanya Bapa itu, demikian juga dengan Anak, dan
juga Roh Kudus. 8. Bapa tidak
diciptakan, Anak tidak diciptakan, Roh Kudus tidak diciptakan. 9. Bapa itu maha besar, Anak itu
maha besar, Roh Kudus itu maha besar.
10. Bapa itu kekal, Anak itu kekal, Roh Kudus itu kekal. 11. Tetapi tidak ada tiga yang
kekal, tetapi satu yang kekal.
12. Demikian juga tidak ada tiga (makhluk) yang tidak dicipta, juga
tidak tiga yang maha besar, tetapi satu yang tidak dicipta, dan satu yang maha
besar. 13. Dengan cara yang
sama Bapa adalah maha kuasa, Anak adalah maha kuasa, Roh Kudus adalah maha
kuasa. 14. Tetapi tidak ada
tiga yang maha kuasa, tetapi satu yang maha kuasa. 15. Demikian juga Bapa adalah Allah, Anak adalah Allah,
Roh Kudus adalah Allah.
16. Tetapi tidak ada tiga Allah, tetapi satu Allah. 17. Demikian pula Bapa adalah
Tuhan, Anak adalah Tuhan, dan Roh Kudus adalah Tuhan. 18. Tetapi tidak ada tiga Tuhan, tetapi satu
Tuhan. 19. Karena sebagaimana
kami didorong seperti itu oleh kebenaran Kristen untuk mengakui setiap pribadi
secara terpisah / individuil sebagai Allah dan Tuhan; demikian pula kami
dilarang oleh agama Katolik / universal / am untuk mengatakan bahwa ada tiga
Allah atau Tuhan. 20. Bapa
tidak dibuat dari apapun, tidak diciptakan, tidak diperanakkan. 21. Anak itu dari Bapa saja, tidak
dibuat, tidak dicipta, tetapi diperanakkan. 22. Roh Kudus itu dari Bapa dan Anak, tidak dibuat,
tidak dicipta, tidak diperanakkan, tetapi keluar. 23. Karena itu ada satu Bapa, bukan tiga bapa, satu
Anak, bukan tiga anak, satu Roh Kudus, bukan tiga Roh Kudus. 24. Dan dalam tritunggal ini tidak
ada yang pertama atau terakhir, tidak ada yang lebih besar atau lebih
kecil. 25. Tetapi ketiga
pribadi yang sama-sama kekal dan setara di antara mereka sendiri; sehingga
mereka semua secara keseluruhan, seperti dikatakan di atas, baik kesatuan dalam
tritunggal, maupun tritunggal dalam kesatuan, harus disembah. 26. Karena itu, ia yang ingin
diselamatkan harus berpikir demikian tentang tritunggal.) - A. A. Hodge, ‘Outlines of Theology’, hal 117-118.
A. A. Hodge mengomentari pengakuan iman
Athanasius ini dengan kata-kata sebagai berikut:
“It presents a most admirably stated exposition of the
faith of all Christians, and it is objected to only because of the ‘damnatory
clause,’ which ought never to be attached to any human composition, especially
one making such nice distinctions upon so profound a subject” [= Ini
menyajikan exposisi tertulis yang paling mengagumkan dari iman semua orang
Kristen, dan keberatan terhadapnya hanyalah karena ‘kalimat ancaman / kutukan’,
yang tidak pernah boleh diberikan pada komposisi manusia manapun, khususnya
tentang sesuatu yang membuat perbedaan yang sukar / teliti seperti itu tentang
persoalan yang begitu mendalam] - ‘Outlines of Theology’,
hal 117-118.
Catatan: yang dimaksud dengan ‘damnatory clause’ (= kalimat ancaman /
kutukan) adalah point no 1,2,26, dan selanjutnya muncul lagi dalam no 40 (yang
ini tidak saya tuliskan di sini).
Saya setuju dengan kata-kata A. A.
Hodge ini. Doktrin tentang Allah Tritunggal yang begitu rumit ini bukanlah
doktrin dasar dalam persoalan keselamatan, dan karena itu tidak boleh dijadikan
sebagai syarat keselamatan. Memang di satu sisi saya berpendapat bahwa kalau
ada orang ‘kristen’ yang tingkat I.Q.nya maupun pendidikannya cukup baik, dan
ia telah mendapat penjelasan tentang Allah Tritunggal lengkap dengan
dasar-dasarnya, tetapi ia menolaknya, maka mungkin sekali kita bisa berkata
bahwa orang itu pasti bukan kristen sejati, dan karenanya ia tidak selamat.
Tetapi di sisi yang lain, kalau ada orang desa yang baik I.Q.nya maupun pendidikannya
sangat rendah, sehingga memang tidak memungkinkannya mengerti tentang doktrin
yang rumit seperti ini, sukar dipercaya bahwa kepercayaan tentang doktrin ini
menjadi syarat mutlak bagi keselamatannya.
5) ‘supaya Ia menyertai kamu
selama-lamanya’.
Kata ‘selama-lamanya’ ini menunjukkan
bahwa Roh Kudus, sekali diberikan, tidak pernah dicabut kembali.
Leon
Morris (NICNT): “The advocate will be with the disciples ‘for ever’.
The new state of affairs will be permanent. The Spirit once given will not be withdrawn” (= Pengacara / pembela itu akan bersama dengan
murid-murid ‘untuk selama-lamanya’. Keadaan yang baru itu akan bersifat
permanen. Roh itu sekali diberikan tidak akan ditarik kembali) -
hal 649.
Ajaran yang mengatakan bahwa kalau kita
percaya kepada Yesus kita diberi Roh Kudus, tetapi kalau kita berbuat dosa Roh
Kudusnya keluar lagi, jelas bertentangan dengan ayat ini, dan juga dengan Ibr
13:5.
Disamping itu, ajaran itu juga
kelihatannya mengabaikan 2 hal, yaitu:
a)
Fakta
bahwa pada waktu ada di kayu salib Yesus sudah mengalami keterpisahan dengan
Bapa (Mat 27:46). Ini bukan hanya ditujukan supaya kita bisa dipersatukan
/ didamaikan dengan Allah, tetapi juga supaya kita tidak akan bisa terpisah
lagi dari Allah.
b)
Fakta
bahwa orang kristen yang sungguh-sungguh tetap berbuat dosa setiap saat.
Misalnya tidak ada orang kristen yang bisa mentaati hukum kasih kepada Allah
dengan segenap hati, jiwa dan akal budi dengan sempurna. Berarti setiap saat ia
berdosa kepada Allah. Kalau dosa menyebabkan Roh Kudus keluar, maka Roh Kudus
itu akan selalu di luar!
1) ‘Yaitu Roh Kebenaran’.
Roh Kudus disebut ‘Roh Kebenaran’
karena:
a) PenghiburanNya
benar.
Perlu diperhatikan bahwa kata-kata
‘yaitu Roh Kebenaran’ pada awal ay 17 masih merupakan sambungan dari
ay 16 dimana dimana Ia disebut ‘Penghibur’ (KJV).
George Hutcheson: “As
the Spirit of God is true, yea, truth itself in his essence and person, so is
he true in his office of Comforter to believers, all his consolations being
solid and real, and free of delusion; for the Comforter is ‘the Spirit of
Truth.’” (= Sebagaimana Roh Allah itu adalah benar, ya, kebenaran
itu sendiri dalam hakekat dan pribadiNya, begitu juga Ia benar dalam jabatan /
tugasNya sebagai Penghibur bagi orang-orang percaya, semua peng-hiburanNya
penuh / pejal / asli dan sungguh-sungguh, dan bebas dari tipuan / kepalsuan;
karena sang Penghibur adalah ‘Roh Kebenaran’) - hal 304.
b) Ia
sendiri adalah kebenaran, dan Ia memimpin orang kepada kebenaran.
William Hendriksen: “This,
according to 16:13, means that he, being the truth in person, guides his people
into that realm of truth which is embodied in Christ and his redemption” (= Ini,
menurut 16:13, berarti bahwa Ia, yang merupakan kebenaran itu sendiri, memimpin
umatNya ke dalam alam kebenaran yang diwujudkan dalam Kristus dan penebusanNya) - hal 277.
George Hutcheson: “he
is likewise called ‘the Spirit of truth,’ ver. 17, not only in his own essence
but in his operation in believers, leading them in all truth” [= Demikian
juga Ia disebut ‘Roh Kebenaran’ (ay 17), bukan hanya dalam hakekatNya
sendiri tetapi juga dalam pekerjaanNya dalam diri orang-orang percaya, memimpin
mereka ke dalam seluruh kebenaran] - hal 303. Bdk. Yoh 14:26 16:13.
c) Ia adalah pewahyu firman, penghibur
dengan menggunakan firman, pemimpin kepada firman, yang juga adalah kebenaran
(bdk. Yoh 17:17 Ef 1:13).
George Hutcheson: “As
the Holy Ghost is the revealer of truth, so he comforts by the word of truth,
and by leading believers to rely thereupon; for thus is he the ‘Spirit of
truth’ leading men to the word of truth, and making it effectual for their
comfort, so that without the word there is no enjoying of the Spirit of Christ” (= Sebagaimana
Roh Kudus adalah pewahyu dari kebenaran, demikian juga Ia menghibur dengan firman
kebenaran, dan dengan memimpin orang percaya untuk bersandar pada firman;
karena demikianlah Ia sebagai ‘Roh Kebenaran’ memimpin manusia kepada firman
kebenaran, dan membuatnya efektif untuk penghiburan mereka, sehingga tanpa
firman orang tidak bisa menikmati Roh Kristus) - hal 304.
Penerapan:
Karena itu kalau hidup saudara tidak
diarahkan kepada firman, itu berarti saudara tidak mengikuti pimpinan Roh
Kudus!
d) Ia
mengajarkan kebenaran (bdk. ay 26).
Calvin: “the
outward preaching will be vain and useless, if it be not accompanied by the
teaching of the Spirit. God has therefore two ways of teaching; for, first, he
sounds in our ears by the mouth of men; and, secondly, he addresses us inwardly
by his Spirit; and he does this either at the same moment, or at different
times, as he thinks fit” (= khotbah lahiriah akan sia-sia dan tak berguna, jika
itu tidak disertai oleh pengajaran dari Roh. Karena itu Allah mempunyai 2 cara
mengajar; karena pertama, Ia berbicara di telinga kita oleh mulut manusia; dan,
kedua, Ia berbicara kepada kita dari dalam oleh RohNya; dan Ia melakukan ini
atau pada waktu yang bersamaan, atau pada waktu yang berbeda, seperti yang Ia
anggap baik) - hal
100-101.
Calvin: “he
is the Master or Teacher of truth. Hence it follows, that until we have been
inwardly instructed by him, the understandings of all of us are seized with
vanity and falsehood. ... we ought to know, that whatever belongs to sound
understanding proceeds from no other source” (= Ia adalah Tuan atau Guru dari
kebenaran. Jadi akibatnya, kecuali kita diajar olehNya dari dalam, pengertian
dari semua dari kita dikuasai oleh kesia-siaan dan kebohongan. ... kita harus
tahu bahwa apapun yang termasuk pada pengertian yang sehat tidak bisa keluar
dari sumber yang lain)
- hal 93.
Bdk. 1Kor 12:3b: “tidak ada
seorangpun, yang dapat mengaku: ‘Yesus adalah Tuhan’, selain oleh Roh Kudus”.
Kalau Roh Kudus memang mengajarkan
firman, mengapa banyak orang kristen mempunyai pengertian firman yang sangat
kurang dan bahkan kacau balau? Ada beberapa kemungkinan jawaban:
1. Mereka tidak benar dalam persoalan
iman, dalam arti mereka hanya orang kristen KTP.
2. Mereka tidak benar dalam
kebersandaran kepada Roh Kudus, dalam arti mereka tidak / kurang berdoa, pada
waktu mencari kebenaran. Jadi mungkin mereka bersandar pada otak /
kepandaiannya sendiri, bersandar kepada pendeta yang hebat, sehingga kurang
atau tidak berdoa atau tidak berdoa dengan sungguh-sungguh untuk meminta
pertolongan dari Roh Kudus untuk membuatnya mengerti kebenaran / Firman Tuhan.
3. Mereka tidak benar dalam persoalan
Kitab Suci, seperti:
·
malas /
tidak tekun dalam belajar Kitab Suci.
·
tidak
mencari kebenaran dalam Kitab Suci. Misalnya: mencarinya melalui nubuat, dsb.
·
tidak /
kurang tunduk pada Kitab Suci. Misalnya: tunduk kepada ajaran pendeta / gereja
/ aliran, tanpa peduli apakah ajaran itu mempunyai dasar Kitab Suci yang benar
atau tidak.
4. Mereka tidak benar dalam hidupnya,
dalam arti ada dosa (bdk. Yoh 8:31-32). Dosa bisa berupa kesombongan, tidak mau
melayani / memberitakan Injil / Firman Tuhan, atau dosa-dosa lain.
Tentang Roh Kudus sebagai pengajar
firman / kebenaran, kita perlu menyoroti Yoh 14:26 yang mengatakan bahwa
Roh Kudus mengingatkan kita akan ajaran Kristus!
Calvin: “...
he will not be a builder of new revelations. By this single word we may refute
all the inventions which Satan has brought into the Church from the beginning,
under the pretence of the Spirit. ... But the Spirit that introduces any
doctrine or invention apart from the Gospel is a deceiving spirit, and not the
Spirit of Christ” (= ... Ia tidak akan menjadi pembangun / pendiri wahyu
yang baru. Dengan satu kata ini kita bisa menyangkal semua penemuan yang telah
dibawa oleh setan ke dalam Gereja sejak semula di bawah kepura-puraan Roh /
dengan kedok Roh. ... Tetapi roh yang memperkenalkan doktrin / ajaran atau
penemuan yang terpisah dari Injil adalah roh penipu, dan bukan Roh Kristus) - hal 101.
Penerapan:
Bdk. Toronto Blessing atau ‘tumbang
dalam Roh’ yang oleh sebagian / kebanyakan orang Kharismatik dianggap sebagai
manifestasi / pekerjaan / lawatan Roh Kudus, padahal merupakan hal yang sama
sekali asing dalam Kitab Suci!
Catatan: saya agak kurang jelas tentang
kata-kata Calvin ini. Karena apakah surat-surat dalam Perjanjian Baru tidak
bisa dianggap sebagai wahyu yang baru? Khususnya perhatikan ayat-ayat seperti
1Kor 7:12,25, yang jelas merupakan ajaran Paulus yang tidak pernah diajarkan
oleh Yesus. Tetapi mungkin nanti dalam membahas Yoh 14:26 hal ini akan
bisa menjadi lebih jelas.
e) Karena
Ia memimpin / menolong kita untuk taat pada kebenaran.
Dalam ay 15 dan ay 21 Yesus
membicarakan ketaatan, sedangkan di antara ke dua ayat itu Yesus berbicara
tentang Roh Kudus. Mengapa? Karena kita tidak mungkin bisa taat tanpa
pertolongan dan pekerjaan Roh Kudus. Ingat bahwa pengudusan kita merupakan buah
Roh Kudus (Gal 5:22-23).
2) ‘Dunia tidak dapat menerima Dia,
sebab dunia tidak melihat Dia dan tidak mengenal Dia’ (bdk. 1Kor 2:14).
‘Dunia’ harus diartikan sebagai ‘orang
non kristen / orang yang tidak percaya kepada Kristus’, dan tidak harus
diartikan sebagai orang yang sangat jahat atau yang tidak peduli Allah atau
yang hidupnya dikuasai keduniawian. Perlu diingat bahwa dalam agama-agama lain
juga ada orang yang bahkan membuang keduniawian (seperti biksu), tetapi mereka
inipun tidak mungkin mengenal Roh Kudus.
Calvin: “nothing
which relates to the Holy Spirit can be learned by human reason, but that He is
known only by the experience of faith. ... the Spirit ... by dwelling in
us, makes himself to be known by us; for, otherwise, he is unknown and
incomprehensible” (= tidak ada yang berhubungan dengan Roh Kudus yang bisa
dipelajari oleh akal manusia, tetapi Ia dikenal hanya oleh pengalaman iman.
... Roh ... dengan tinggal dalam kita, membuat diriNya sendiri dikenal oleh
kita; karena kalau tidak, Ia tidak dikenal dan tidak bisa dimengerti) - hal 93.
Jadi, kalau seseorang percaya kepada
Yesus, Roh Kudus akan tinggal di dalam dia, dan Roh Kudus akan membuat diriNya
dikenal oleh orang itu. Sebaliknya kalau seseorang tidak percaya kepada
Kristus, Roh Kudus tidak akan tinggal di dalam orang itu, dan orang itu juga
tidak mungkin bisa mengenal Roh Kudus.
3) ‘Tetapi kamu mengenal Dia, sebab Ia
menyertai kamu dan akan diam di dalam kamu’.
NASB: ‘He abides with you and will be in you’ (= Ia tinggal
dengan kamu dan akan ada di dalam kamu).
Hendriksen/Lit: ‘He dwells by your side and will be within you’ (= Ia
tinggal di sisimu dan akan ada di dalam kamu).
Hendriksen mengatakan ada penafsir yang
terlalu menekankan perbedaan antara bentuk present
‘dwells’ (= diam / tinggal) dan
bentuk akan datang ‘will be’ (= akan
ada), dan lalu mengatakan bahwa pada saat itu para murid sudah mempunyai Roh
Kudus dalam hati mereka, tetapi nanti pada hari Pentakosta mereka akan mengenal
Roh Kudus dengan lebih baik lagi. Tetapi Hendriksen tidak setuju dengan
penafsiran seperti ini.
William Hendriksen: “But
this amounts to an underestimation of the significance of Pentecost” (= Tetapi ini
sama dengan suatu peremehan terhadap arti dari Pentakosta) - hal 278.
Memang, kalau Roh Kudus sudah ada di
dalam para murid pada saat itu, lalu apa artinya hari Pentakosta?
Hendriksen juga mengatakan ada penafsir
yang selain terlalu menekankan perbedaan tenses,
juga terlalu menekankan perbedaan arti kata-kata PARA HUMIN [‘by your side’ (= di sisimu)] dengan
kata-kata EN HUMIN [‘within you’ (=
di dalam kamu)]. Jadi penafsir ini mengatakan bahwa pada saat itu Roh
Kudus ada di sisi para murid, tetapi nanti pada hari Pentakosta
Roh Kudus akan ada di dalam mereka. Sebagai contoh adalah salah
seorang penafsir / pengkhotbah dalam Pulpit Commentary yang saya kutip di bawah
ini.
Pulpit Commentary: “The
Spirit is promised to them: (1) As a present Acquaint-ance. ‘Ye know him; for
he abideth,’ etc. ... The Spirit was known to and actually with them in Christ
and his teaching. ... (2) In his closer fellowship. ‘And shall be in you.’ In
the Person and life of Christ he was rather without them; but in his special
advent he would be within them - in the heart, will, conscience, and reason” [= Roh
dijanjikan kepada mereka: (1) Sebagai seorang kenalan pada saat ini. ‘Kamu
mengenal Dia, sebab Ia menyertai / tinggal’, dst. ... Roh dikenal oleh mereka
dan sungguh-sungguh bersama mereka dalam Kristus dan ajaran-Nya. ... (2) Dalam
persekutuan yang lebih dekat denganNya. ‘Dan akan diam / ada di dalam kamu’.
Dalam Pribadi dan kehidupan Kristus, Ia ada di luar mereka; tetapi dalam
kedatanganNya yang khusus, Ia akan ada di dalam mereka - dalam hati, kehendak,
hati nurani, dan akal]
- hal 254.
Tetapi Hendriksen berkata bahwa ini
tidak mungkin, dengan alasan bahwa dalam ay 23b dikatakan: “Kami (= Yesus dan Bapa) akan datang kepadanya dan diam bersama-sama dengan dia” [Hendriksen: ‘make our home by his side’ (= diam / tinggal di sisinya)]. Perlu
diperhatikan bahwa dalam ay 23b ini kata Yunani PARA (= di sisi) kembali di
gunakan.
William Hendriksen: “one is
not justified in making any sharp distinction between the present ‘by your
side’ relationship and the future ‘in the midst of’ and ‘within’ relationship.
Also, one is not justified in ascribing a too restricted meaning to the
preposition ‘by the side’ (PARA), as if it necessarily indicated a less close
rela-tionship” [= seseorang tidak dibenarkan dalam membuat perbedaan
yang tajam antara hubungan ‘di sisimu’ pada masa sekarang dan hubungan ‘di
tengah-tengah’ dan ‘di dalam’ pada masa yang akan datang. Juga seseorang tidak
dibenarkan dalam memberikan arti yang terlalu terbatas kepada kata depan ‘di
sisi’ (PARA), seakan-akan itu harus menyatakan hubungan yang kurang dekat] - hal 278.
William Hendriksen mengatakan bahwa
maksud Yesus dengan ay 17 ini adalah: Nanti pada hari Pentakosta Roh Kudus
akan dicurahkan dan ‘Ia akan menyertai kamu dan akan diam di
dalam kamu’ (keduanya dalam future tense
/ bentuk akan datang).
William Hendriksen: “This
reading of a present tense as if it were future is fully justified in such a
context. Jesus is simply projecting himself into the future, having clearly
used the future tense in verse 16 (‘will give,’ and cf. ‘that he may be’). With
the future period already present to his mind, he can now use the present
tense, ‘You know him, because he dwells at your side,’ where we
would use the future. That he has this future period in mind is again clearly
shown by his use of the future tense in the very next clause, ‘And will
be within you’” [= Pembacaan dari suatu ‘present tense / bentuk sekarang’ seakan-akan itu adalah ‘bentuk
akan datang’ dibenarkan sepenuhnya dalam kontex seperti itu. Yesus sekedar
memproyeksikan / mengirimkan diriNya sendiri ke masa yang akan datang, setelah
secara jelas menggunakan ‘bentuk akan datang’ dalam ay 16 (‘akan
memberikan’, dan bdk. ‘supaya Ia menyertai kamu’). Dengan ‘masa yang akan
datang’ sudah ada / sudah menjadi masa sekarang dalam pikiranNya, sekarang Ia
bisa menggunakan present tense /
bentuk sekarang ‘kamu mengenal Dia, sebab Ia tinggal di sisimu / menyertai
kamu’ sama seperti kita menggunakan bentuk akan datang. Bahwa Ia mempunyai masa
akan datang ini dalam pikiranNya ditunjukkan lagi secara jelas oleh penggunaan
bentuk akan datang dalam anak kalimat berikutnya ‘dan akan diam / ada di
dalam kamu’] - hal
278.
Adam Clarke berpandangan sama dengan
Hendriksen dan ia bahkan berkata bahwa ada yang menterjemahkan bentuk present / sekarang itu dalam bentuk akan
datang ‘he shall dwell with you’
(= ia akan tinggal dengan kamu), dan ia lalu mengatakan:
“and this, it is very evident, is the meaning of the
evangelist, who not unfrequently uses the present for the future tense. It is
certain the Holy Spirit was not yet given to the disciples so as to dwell in
them; this St. John himself assures us, chap. 7:39” [= dan ini,
adalah sangat jelas, merupakan maksud dari sang penginjil, yang tidak jarang
menggunakan bentuk present / sekarang
untuk bentuk akan datang. Adalah jelas bahwa Roh Kudus belum diberikan kepada
murid-murid supaya tinggal di dalam mereka; ini dinyatakan secara pasti kepada
kita oleh Santo Yohanes sendiri (Yoh 7:39)] - hal 624.
Dari kata-kata Hendriksen di atas
terlihat bahwa ia berpendapat bahwa yang diartikan ke bentuk akan datang bukan
hanya ‘persoalan tinggalnya Roh Kudus di sisi para murid’ saja, tetapi juga
‘persoalan pengenalan para murid terhadap Roh Kudus’ (‘Tetapi kamu mengenal
Dia’).
Adam Clarke: “Probably
our Lord refers to the knowledge which they should afterwards attain: in this
sense the passage has been understood by the Vulgate, Nonnus, and two copies of
the Itala, which read, ‘Ye shall know him’” (= Mungkin
Tuhan kita menunjuk kepada pengenalan yang akan mereka capai sesudah itu: dalam
arti ini text ini telah dimengerti oleh Vulgate, Nonnus, dan dua copy dari
Itala, yang berbunyi ‘kamu akan mengenal Dia’) - hal 624.
1) “Aku tidak akan meninggalkan kamu sebagai yatim piatu” (ay
18a).
KJV:
‘comfortless’ (= tanpa penghiburan).
RSV:
‘desolate’ (= sendirian / terlantar).
NIV/NASB:
‘orphans’ (= yatim piatu).
Ada yang mengatakan bahwa kata-kata
‘tidak meninggalkan kamu sebagai yatim piatu’ ini menunjukkan bahwa Yesus
berfungsi sebagai Bapa bagi mereka. Tetapi saya tidak setuju dengan ini.
Lalu mengapa Yesus menyebut mereka
sebagai ‘yatim piatu’?
Pulpit Commentary: “Our
Lord thinks of them as ‘little children,’ who needed (1) guidance, (2) support,
(3) comfort” [= Tuhan kita menganggap mereka sebagai ‘anak-anak
kecil’, yang membutuhkan (1) pimpinan, (2) dukungan, (3) penghiburan] - hal 234.
William
Barclay: “The word he uses is ORPHANOUS. It means ‘without a
father’, but it was also used of disciples and students bereft of the presence
and the teaching of a beloved master” (= Kata
yang Ia gunakan adalah ORPHANOUS. Itu berarti ‘tanpa ayah’, tetapi itu juga
digunakan tentang murid-murid dan pelajar-pelajar yang kehilangan kehadiran dan
pengajaran dari guru yang dicintai) - hal 168.
Charles Haddon Spurgeon: “Without their Lord, believers would,
apart from the Holy Spirit, be like other orphans, unhappy and desolate. Give
them what you might, their loss could not have been recompensed” (= Tanpa Tuhan mereka, orang-orang percaya, terpisah
dari Roh Kudus, akan menjadi seperti anak-anak yatim yang lain, tidak bahagia
dan sendirian / kesepian. Berikan mereka apapun yang bisa engkau berikan,
kehilangan mereka tidak bisa digantikan) - ‘Spurgeon’s Expository Encyclopedia’ ,
vol IX, hal 33.
Calvin: “This
passage shows what men are, and what they can do, when they have been deprived
of the protection of the Spirit. They are orphans, exposed to every kind of
fraud and injustice, incapable of governing themselves, and, in short, unable
of themselves to do any thing” (= Text ini menunjukkan apa manusia itu,
dan apa yang dapat mereka lakukan, jika mereka kehilangan perlindungan Roh.
Mereka adalah anak yatim, terbuka terhadap segala jenis penipuan dan
ketidakadilan, tidak mampu menguasai diri mereka sendiri, dan, singkatnya,
tidak mampu melakukan apapun dari diri mereka sendiri) - hal 94.
2) ‘Aku datang kembali kepadamu’ (ay 18b).
Untuk menjelaskan apa yang ia maksud
dengan ‘tidak meninggalkan kamu sebagai yatim-piatu’, Yesus lalu melanjutkan
kata-kataNya dengan mengata-kan ‘Aku datang kembali kepadamu’ (ay 18b).
a) ‘datang’.
Ada 3 pandangan tentang kedatangan apa
yang dimaksud di sini, yaitu:
1. Kedatangan Yesus yang keduakalinya.
Pandangan pertama ini jelas sama sekali
tidak sesuai dengan kontexnya, yang sama sekali tidak berbicara tentang hari
Tuhan.
2. KedatanganNya pada saat
kebangkitan.
Barclay, Tasker / Tyndale
(hal 167), dan Leon Morris (NICNT), menafsirkan bahwa kata-kata ini
menunjuk pada kebangkitan Yesus, bukan pada Roh Kudus.
William Barclay: “He
is talking of his Resurrection and his risen presence. They will see him
because he will be alive; and because they will be alive. What he means is that
they will be spiritually alive” (= Ia sedang berbicara tentang
kebangkitanNya dan kehadiranNya setelah bangkit. Mereka akan melihat Dia karena
Ia akan hidup; dan karena mereka akan hidup. Apa yang ia maksudkan adalah bahwa
mereka akan hidup secara rohani) - hal 168.
Ada yang menambahkan bahwa setelah
kebangkitan Yesus memang tidak menampakkan diri kepada dunia, tetapi hanya
kepada orang per-caya. Jadi cocok dengan kata-kataNya dalam ay 19.
3. KedatanganNya melalui Roh Kudus
pada hari Pentakosta.
Memang pribadi-pribadi dalam Allah
Tritunggal tidak boleh dikacaukan. Allah Bapa tidak sama dengan Allah Anak, dan
Allah Anak tidak sama dengan Allah Roh Kudus, dan Allah Roh Kudus tidak sama
dengan Allah Bapa. Tetapi ketiga pribadi ini mempunyai suatu kesatuan, karena
hakekatnya cuma satu. Karena itu bisa dikatakan bahwa pada waktu Roh Kudus
turun, Yesus datang kembali.
Calvin: “When
he says, I will come to you, he shows in what manner he dwells in his people,
and in what manner he fills all things. It is, by the power of his Spirit” (= Pada waktu
Ia berkata: ‘Aku datang kembali kepadamu’, Ia menunjukkan dengan cara apa Ia
tinggal dalam umatNya, dan dengan cara apa Ia memenuhi segala sesuatu. Yaitu
oleh kuasa RohNya) -
hal 94.
Pulpit Commentary: “Surely
he speaks of his own spiritual coming in the bestowal of the other Advocate” (= Jelas bahwa
Ia berbicara tentang kedatanganNya secara rohani dalam pemberian Advokat /
Penghibur yang lain) -
hal 227.
F. F. Bruce: “If
the reference is to his resurrection appearances, they were brief and temporary
... If the reference is to their realization of his presence through the
Spirit, that would fit well with his promise that they would not be bereft of
support, for the Spirit would be their supporter, their parakletos” (= Jika ini menunjuk pada pemunculan
kebangkitanNya, pemunculanNya itu singkat dan bersifat sementara ... Jika ini
menunjuk pada kesadaran mereka akan kehadiranNya melalui Roh, itu cocok dengan
janjiNya bahwa mereka tidak akan kehilangan orang yang mendukung, karena Roh
akan menjadi pendukung mereka, PARAKLETOS mereka) - hal 303.
Hendriksen (hal 279) juga menyetujui
pandangan ini
Saya sendiri condong pada pandangan ke
3 ini. Alasannya: karena seluruh kontex membicarakan Roh Kudus.
b) ‘Aku’.
1. Yesus bukan menyuruh seseorang
lain.
Kalau Yesus mengirimkan seorang
malaikat, atau seorang hambaNya / anakNya, itu sudah merupakan kasih karunia
atau anugerah yang luar biasa bagi kita yang jahat dan tidak setia.
2. Yesus bukan hanya memberikan suatu
pemberian.
Kalau Yesus memberikan firmanNya, kasih
karuniaNya, kekuatanNya bagi kita dsb, maka itu juga sudah merupakan anugerah
yang luar biasa.
Tetapi Yesus bukannya hanya menyuruh
seseorang untuk datang kepada kita. Ia juga bukannya hanya memberikan suatu
pemberian kepada kita. Tetapi Ia berkata ‘Aku datang kembali kepadamu’.
Yesus sendiri akan bersama kita!
c) ‘kepadamu’.
Janji dalam ay 18 ini diberikan
kepada‘mu’, yaitu murid-murid, kecuali Yudas Iskariot! Yudas Iskariot sudah
meninggalkan Yesus dan murid-murid yang lain dalam Yoh 13:27-30. Jadi ia
tidak termasuk dalam penerima janji dalam ay 18 ini. Yesus tidak mengucapkan
janji ini kepada Yudas, karena sekalipun ia adalah seorang rasul, tetapi ia
bukan orang yang sungguh-sungguh percaya kepada Yesus! Yudas sebetulnya termasuk
dalam kata ‘dunia’ dalam ay 17, dan tentang ‘dunia’ ini Yesus berkata
bahwa mereka tidak dapat menerima Dia, melihat Dia atau mengenal Dia’.
Tetapi di dalam ‘mu’ dalam ay 18
ini, termasuk Petrus yang akan menyangkal Yesus 3 x, Thomas yang akan
meragukan kebangkitan Yesus, dan semua murid yang lain yang pada waktu Yesus
ditangkap akan lari meninggalkan Yesus, dsb. Bagi mereka tetap berlaku janji
ini. Mereka boleh tidak setia, tetapi Yesus tetap setia! Bdk. 2Tim 2:13 - “jika kita
tidak setia, Dia tetap setia, karena Dia tidak dapat menyangkal diriNya”.
Janji ini juga berlaku untuk saudara
asal saudara adalah orang percaya yang sejati. Saudara mungkin mengutamakan
uang dari pada Tuhan, saudara mungkin kikir dalam memberi persembahan bagi
Tuhan, saudara mungkin malas dalam melayani Tuhan. Saudara mungkin malas dalam
berdoa dan membaca / belajar Firman Tuhan. Saudara mungkin sudah meninggalkan
kasih yang semula. Tetapi Yesus tetap tidak akan meninggalkan saudara sebagai
yatim piatu!
1) ‘Tinggal sesaat lagi’.
Saat ini memang sudah hari Kamis malam,
dan besoknya Yesus akan disalibkan, mati dan dikuburkan. Karena itu Ia berkata
‘tinggal sesaat lagi’.
2) ‘dunia tidak akan melihat Aku lagi’.
Pulpit Commentary: “Whilst
Jesus was upon earth, the unenlightened and unspiritual saw but little of him.
... Those who had seen but little of the Lord during his ministry, after his
departure saw nothing of him. His enemies thought they had succeeded in
altogether expelling him from the world he came to save, and they had no
further concern with him. And ever since, to the irreligious, Jesus is
invisible and as it were non-existent. Perverted by prejudice and self-sufficiency,
their minds are open to what interests them, but are closed against any
communication with the Saviour and the Lord of men” (= Pada saat
Yesus ada di bumi ini, orang-orang yang tidak diterangi dan tidak rohani
melihat hanya sedikit dari Dia. ... Mereka yang melihat hanya sedikit dari
Tuhan selama pelayananNya, tidak akan melihat apa-apa dari Dia setelah
kepergianNya. Musuh-musuhNya mengira bahwa mereka telah berhasil dalam
membuangNya sama sekali dari dunia kemana Ia datang untuk menyelamatkan, dan
mereka tidak mempunyai perhatian lebih lanjut tentang Dia. Dan sejak itu, bagi
orang yang tidak religius, Yesus tak terlihat dan seakan-akan tidak ada.
Disesatkan oleh prasangka dan kecukupan diri sendiri, pikiran mereka terbuka
pada apa yang menarik bagi mereka, tetapi tertutup terhadap komunikasi apapun
dengan Juruselamat dan Tuhan dari manusia) - hal 245.
Bdk. Yoh 12:35-36.
3) ‘tetapi kamu melihat Aku’.
a) Ada yang menganggap bahwa ini
menunjuk pada penglihatan secara jasmani. Memang kalau kata-kata ‘sebab Aku
hidup’ diartikan menunjuk pada kebangkitan Yesus, maka kata ‘melihat’ di sini
diartikan ‘melihat secara jasmani’.
b) Tetapi ada yang menganggap bahwa
maksud dari kata ‘melihat’ di sini adalah bahwa mereka akan ‘melihat Yesus
dengan mata iman, melalui pertolongan / pekerjaan Roh Kudus’.
Calvin: “as
soon as any man begins to live by the Spirit, he is immediately endued with
eyes to see Christ” (= begitu seseorang mulai hidup oleh Roh, Ia langsung
diberi mata untuk melihat Kristus) - hal 95.
Hendriksen (hal 280) berpandangan
sama dan mengatakan bahwa maksud dari ay 19 adalah bahwa setelah kematian
Yesus, dunia tidak bisa melihat Yesus lagi, tetapi murid-murid itu akan melihat
Yesus melalui Roh Kudus yang ada dalam diri mereka. Pulpit Commentary (hal 227)
juga setuju dengan ini.
4) ‘sebab Aku hidup dan kamupun akan hidup’.
a) Banyak penafsir mengatakan bahwa
kata-kata ‘sebab Aku hidup’ menunjuk pada kebangkitan.
b) Ada juga yang mengatakan bahwa ini
menunjuk pada hidupNya yang terus menerus setelah kebangkitan. Saya lebih
setuju dengan pandangan ke 2 ini.
Barnes’ Notes: “This
expression does not refer particularly to his resurrection, but his continuing
to live” (= Ungkapan ini tidak menunjuk secara khusus pada
kebangkitanNya, tetapi pada kelanjutan hidupNya) - hal 335.
Pulpit Commentary: “Jesus
here passed over the concrete fact of the Resurrection, to return to it
afterwards. ... But he fixed their attention on his continuous life (in spite of
death), and their consequent life under the shadow of his Divine protection,
without specifically mentioning the Resurrection, of which he had (in synoptic
narrative) given them explicit but misapprehended prophecies” [= Di sini
Yesus mengabaikan fakta konkrit tentang kebang-kitan, untuk kembali lagi kepada
hal itu nanti. ... Tetapi Ia mengarahkan perhatian mereka pada hidupNya yang
terus menerus (sekalipun mati), dan kehidupan mereka selanjutnya di bawah
bayangan dari perlindungan ilahiNya, tanpa secara spesifik menyebutkan
kebangkitan, tentang mana Ia telah (dalam cerita-cerita sinoptik) memberi
mereka nubuat-nubuat yang explicit tetapi yang disalah-mengerti] - hal 227.
5) ‘tetapi kamu melihat Aku, sebab Aku
hidup dan kamupun akan hidup’.
Ada beberapa penafsiran tentang cara
menghubungkan kata-kata ‘sebab Aku hidup’ dengan bagian sebelum dan sesudahnya.
a) ‘tetapi
kamu melihat Aku, sebab (Aku hidup dan kamupun hidup)’.
Jadi maksud Kristus adalah: karena Aku
hidup dan kamu juga hidup, maka kamu bisa melihat Aku.
b) ‘kamu
melihat Aku sebab Aku hidup’ dan akibatnya ‘kamupun hidup’.
Jadi, ‘hidupnya kamu’ disebabkan oleh
tindakan ‘melihat Aku yang hidup’.
c) Kata-kata ‘sebab Aku hidup dan
kamupun hidup’ dipisahkan dari kata-kata sebelumnya (‘kamu melihat Aku’).
Jadi, kehidupan Kristus inilah yang
menyebabkan mereka hidup.
Calvin: “so
long as Christ lives, we are free from all danger of destruction; for it is an
undoubted truth, that his life would be nothing, when his members were dead” (= selama
Kristus hidup, kita bebas dari semua bahaya kehancuran; karena merupakan suatu
kebenaran yang tidak diragukan bahwa hidupNya tidak ada artinya kalau
anggota-anggotaNya mati)
- hal 95.
1) ‘Pada waktu itulah’.
Banyak orang mengatakan bahwa ini
menunjuk pada hari Pentakosta, tetapi Calvin (hal 95) berkata bahwa ini
menunjuk pada masa sejak hari Pentakosta dan seterusnya.
2) ‘Kamu akan tahu, bahwa Aku di dalam BapaKu
dan kamu di dalam Aku dan Aku di dalam kamu’.
a) ‘Kamu
akan tahu’.
Oleh pekerjaan dan pengajaran Roh
Kuduslah mereka akan mengetahui hal-hal ini. Memang tanpa pekerjaan /
pengajaran Roh Kudus kita tidak akan tahu apa-apa. Karena itu dalam berusaha
mendapatkan pengetahuan rohani, janganlah bersandar pada kepandaian saudara
sendiri ataupun kehebatan seorang pendeta dalam menjelaskan, tetapi bersandarlah
kepada Tuhan. Ini memang tidak berarti bahwa saudara boleh pergi kepada
pendeta yang manapun (yang sesat sekalipun) asal saudara bersandar kepada Roh
Kudus. Saudara tentu harus memilih pendeta yang betul-betul hamba Tuhan, tetapi
setelah itu sadarilah bahwa kecuali Roh Kudus memberikan pengajaran kepada
saudara, pendeta itu tidak bisa memberikan pengetahuan rohani apapun kepada
saudara!
b) ‘Aku
di dalam BapaKu dan kamu di dalam Aku dan Aku di dalam kamu’.
Ini menunjukkan kesatuan antara Yesus
dengan Bapa, dan kesatuan antara Yesus dengan murid-muridNya / orang yang
percaya kepadaNya. Tetapi tentu saja kesatuan antara Yesus dengan BapaNya (yang
merupakan kesatuan hakekat) tidak bisa disamakan dengan kesatuan antara Yesus
dengan kita yang percaya.
-AMIN-
email us at : gkri_exodus@lycos.com