Eksposisi Injil Yohanes
oleh: Pdt. Budi
Asali MDiv.
Ay 16:
“Tinggal sesaat saja dan kamu tidak melihat Aku lagi dan
tinggal sesaat saja pula dan kamu akan melihat Aku.”.
1) ‘Tinggal sesaat saja
dan kamu tidak melihat Aku lagi’.
Ini jelas
menunjuk kepada kematianNya, yang akan terjadi dalam beberapa jam lagi dari saat
itu.
Calvin mengatakan
bahwa Kristus berulangkali memberitahu bahwa Ia akan meninggalkan para murid.
TujuanNya adalah:
·
untuk menguatkan para murid pada saat hal itu terjadi.
·
supaya para murid menginginkan Roh Kudus. Mereka tidak
akan menginginkan Roh Kudus itu selama Kristus masih bersama mereka secara
jasmani.
2) ‘dan tinggal sesaat
saja pula dan kamu akan melihat Aku’.
Leon Morris
(NICNT) mengatakan bahwa problem utama dengan bagian ini adalah arti dari
kata-kata ‘kamu akan melihat Aku’. Ada yang mengatakan
bahwa ini menunjuk pada kedatangan Yesus dalam Roh Kudus; ada pula yang
mengatakan bahwa ini menunjuk pada kebangkitan Yesus dari antara orang mati,
dan ada juga yang berpendapat bahwa ini menunjuk kepada kenaikan Yesus ke surga
dan kedatanganNya yang keduakalinya.
Calvin menganggap
bahwa ay 16 ini menunjuk pada kedatangan Yesus dalam Roh Kudus. Saya
condong pada pandangan Calvin, karena kontext Yoh 14-16 memang tentang Roh
Kudus.
Calvin
menambahkan bahwa kata-kata ‘tinggal sesaat’ yang kedua menunjukkan
bahwa Roh Kudus adalah sangat penting.
Calvin: “He
shows for what reason he foretold that his departure was at hand, and, at the
same time, added a promise about his speedy return. It was, that they
might understand better that the aid of the Spirit was highly necessary” (= Ia
menunjukkan mengapa Ia memberi tahu lebih dulu bahwa Ia akan segera
meninggalkan mereka, dan pada saat yang sama Ia menambahkan suatu janji bahwa
Ia akan segera kembali, supaya mereka bisa mengerti dengan lebih baik
bahwa pertolongan dari Roh adalah sangat dibutuhkan) - hal 149.
Tasker (Tyndale,
hal 183) mengatakan bahwa ada yang mengatakan bahwa 2 kata ‘melihat’ dalam ay 16 ini menggunakan kata Yunani yang
berbeda. Kata Yunani yang pertama menunjuk pada ‘penglihatan fisik’ sedangkan
kata Yunani yang kedua menunjuk pada ‘penglihatan rohani’. Kalau ini benar, ini
mendukung pandangan Calvin. Tetapi Tasker sendiri meragukan penafsiran ini.
Hendriksen (hal
330) setuju dengan Calvin, tetapi lalu menambahkan bahwa kebangkitan Kristus
dan kedatangan Roh Kudus tidak bisa dipisahkan (hal 331).
3) Hubungan ay 16 dengan
ay 20 - “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya
kamu akan menangis dan meratap, tetapi dunia akan bergembira; kamu akan berdukacita,
tetapi dukacitamu akan berubah menjadi sukacita”.
‘Tidak melihat Aku’ dan ‘melihat Aku’ dalam ay 16
ini yang menyebabkan ‘menangis dan meratap /
berdukacita’ dan ‘sukacita’ dalam
ay 20. Memang bagi orang Kristen / anak Tuhan, ‘melihat Yesus’ menyebabkan sukacita dan ‘tidak melihat Yesus’ menyebabkan kesedihan. Bandingkan dengan
Mat 5:8 yang mengatakan bahwa orang yang murni hatinya akan melihat Allah.
Jadi, makin kita menyucikan diri, makin kita melihat Yesus, dan makin kita
bersukacita.
4) Dalam KJV ada tambahan.
KJV: ‘A little while, and ye shall not see me:
and again, a little while, and ye shall see me, because I go to the Father’
(= Sesaat lagi, dan engkau tidak akan melihat Aku: dan lalu, sesaat lagi, dan
engkau akan melihat Aku, karena Aku pergi kepada Bapa).
Pada umumnya para
penafsir menganggap bahwa tambahan ini tidak orisinil.
Ay 17-18: “Mendengar itu
beberapa dari muridNya berkata seorang kepada yang lain: ‘Apakah artinya Ia
berkata kepada kita: Tinggal sesaat saja dan kamu tidak melihat Aku dan tinggal
sesaat saja pula dan kamu akan melihat Aku? Dan: Aku pergi kepada Bapa?’ Maka
kata mereka: ‘Apakah artinya Ia berkata: Tinggal sesaat saja? Kita tidak tahu
apa maksudNya.’”.
1) Ketidak-mengertian para murid.
Leon Morris
(NICNT): “Godet sagely
remarks: ‘Where for us all is clear, for them all was mysterious. If Jesus
wishes to found the Messianic kingdom, who go away? If He does not wish it, why
return?’” (= Godet berkata dengan bijaksana:
‘Dimana untuk kita semua jelas, untuk mereka semua misterius. Jika Yesus ingin
mendirikan kerajaan Mesias, mengapa Ia pergi? Jika Ia tidak menginginkannya,
mengapa Ia kembali?) - hal 703-704.
2) Ay 17 menunjukkan bahwa ada 2
hal yang tidak dimengerti oleh para murid. Hal yang pertama diambil dari
kata-kata Yesus dalam ay 16. Hal yang kedua, yaitu kata-kata ‘Aku pergi kepada Bapa’ (ay 17 akhir), diambil oleh para
murid dari kata-kata Yesus dalam Yoh 16:10.
3) Mereka hanya bertanya satu sama
lain, tetapi malu bertanya kepada Yesus, mungkin karena tidak mengerti sama
sekali. Bandingkan dengan kalau Pemahaman Alkitab dan tidak mengerti apa-apa
lalu malu untuk bertanya.
Ay 19-21:
“Yesus tahu, bahwa mereka hendak menanyakan sesuatu
kepadaNya, lalu Ia berkata kepada mereka: ‘Adakah kamu membicarakan seorang
dengan yang lain apa yang Kukatakan tadi, yaitu: Tinggal sesaat saja dan kamu
tidak melihat Aku dan tinggal sesaat saja pula dan kamu akan melihat Aku? Aku
berkata kepadamu: Sesungguhnya kamu akan menangis dan meratap, tetapi dunia
akan bergembira; kamu akan berdukacita, tetapi dukacitamu akan berubah menjadi
sukacita. Seorang perempuan berdukacita pada saat ia melahirkan, tetapi sesudah
ia melahirkan anaknya, ia tidak ingat lagi akan penderitaannya, karena
kegembiraan bahwa seorang manusia telah dilahirkan ke dunia”.
1) ‘Yesus tahu’.
Ini menunjukkan
kemahatahuan Yesus.
2) Yesus menjawab kebutuhan mereka,
bukan pertanyaan mereka.
3) ‘Sesungguhnya kamu
akan menangis dan meratap, tetapi dunia akan bergembira’.
·
Hendriksen mengatakan bahwa kata ‘dunia’ di sini khususnya menunjuk kepada para tokoh Yahudi
yang memusuhi Yesus.
·
Orang brengsek / sesat pasti senang kalau nabi asli
mati!
·
Ini sesuatu yang memang sering terjadi, dimana dunia
bergembira tetapi anak-anak Tuhan harus berduka cita! Contoh: Lazarus dan orang
kaya (Luk 16:19-21), Maz 73, Yer 12:1-2.
4) ‘kamu akan
berdukacita, tetapi dukacitamu akan berubah menjadi sukacita’.
a) Sama seperti dengan ay 16 di atas,
maka ada yang menganggap bahwa ini menunjuk kepada kebangkitan Yesus dari
antara orang mati, karena memang setelah Yesus bangkit, maka para murid
bersukacita. Tetapi ada juga yang menganggap bahwa ini menunjuk pada saat
pencurahan Roh Kudus.
b) Barclay: “There may be a time when it looks
as if to be a Christian brings nothing but sorrow, and to be of the world
brings nothing but joy. But the day will come when the roles are reversed. The
world’s careless joy will turn to sorrow; and the Christian’s apparent sorrow
will turn to joy. The Christian must always remember, when his faith costs him
dear, that this is not the end of things and that sorrow will give way to joy” (= Ada saat dimana seakan-akan menjadi seorang Kristen tidak membawa
apapun selain kesedihan, dan menjadi orang dunia tidak membawa apapun selain
sukacita. Tetapi akan datang saatnya dimana semua itu akan dibalik. Sukacita
dunia yang ceroboh akan berubah menjadi kesedihan; dan kesedihan Kristen akan
berubah menjadi sukacita. Pada waktu iman harus dibayar mahal, orang Kristen
harus selalu ingat, bahwa ini bukanlah akhirnya, dan bahwa kesedihan akan
memberi jalan kepada sukacita) - hal 198.
c) Hendriksen mengatakan bahwa
kata-kata ‘tetapi dukacitamu akan berubah menjadi
sukacita’ tidak sekedar berarti bahwa kesedihan mereka akan disusul oleh
kegembiraan, tetapi bahwa peristiwa yang membuat mereka sedih itu akan menjadi
alasan kegembiraan mereka.
William
Hendriksen: “In the light of
Easter and of Pentecost, the source of mourning, namely the cross, becomes the
source of exultation, so that Paul can exclaim, ‘Far be it from me to glory,
save in the cross of our Lord Jesus Christ’” (= Dalam terang dari
Paskah dan Pentakosta, sumber perkabungan, yaitu salib, menjadi sumber
kegembiraan yang meluap-luap, sehingga Paulus bisa berseru: ‘Tetapi aku
sekali-kali tidak mau bermegah, selain dalam salib Tuhan kita Yesus Kristus’) - hal 333.
Catatan: kutipan ayat dari Gal 6:14.
Hendriksen
menambahkan bahwa illustrasi dalam ay 21 cocok dengan ini. Kelahiran dari
anak itu menyakitkan, tetapi setelah itu peristiwa itu sendiri memberikan
sukacita.
Barnes’ Notes: “You will not only rejoice at my resurrection,
but even my death, now the object of so much grief to you, shall be to you a
source of unspeakable joy. It will procure for you peace and pardon in this
life, and eternal joy in the world to come. ... And thus in our afflictions, if
we could see the whole case, we should rejoice. As it is, when they appear dark
and mysterious, we may trust in the promise of God that it will be for our
welfare. We may also remark here, that the apparent triumphs of the wicked,
though they may produce grief at present in the minds of Christians, will be
yet overruled for their good. Their joy will be turned into mourning, and the
mourning of the Christians into joy; and the wicked man may be doing the very
thing - as they were in the crucifixion of the Lord Jesus - that shall yet be
made the means of promoting the glory of God and the good of his people, Ps.
76:10” (= Engkau tidak hanya akan
bersukacita pada kebangkitanKu, tetapi bahkan kematianKu, yang sekarang
merupakan obyek kesedihan bagimu, akan menjadi sumber dari sukacita yang tak
terkatakan bagimu. Itu akan menyebabkan / memastikan untukmu damai dan
pengampunan dalam hidup ini, dan sukacita yang kekal dalam dunia yang akan
datang. ... Dan karena itu dalam penderitaan / kesusahan kita, jika kita bisa
melihat seluruh kasus, kita harus bersukacita. Dengan demikian, pada saat
kelihatan gelap dan misterius, kita bisa percaya kepada janji Allah bahwa itu
adalah untuk kesejahteraan kita. Kita juga bisa mengatakan di sini, bahwa apa
yang terlihat sebagai kemenangan orang jahat, sekalipun itu menghasilkan
kesedihan dalam pikiran orang Kristen pada saat ini, akan dibalikkan untuk
kebaikan mereka. Sukacita mereka akan berubah menjadi perkabungan, dan
perkabungan orang-orang Kristen akan berubah menjadi sukacita; dan orang jahat
bisa melakukan sesuatu - seperti dalam kasus penyaliban Tuhan Yesus - yang akan
dibuat menjadi jalan / cara untuk memajukan kemuliaan Allah dan kebaikan
umatNya, Maz 76:11) - hal 343.
Maz 76:11 - “Sesungguhnya panas hati manusia akan menjadi syukur bagiMu, dan
sisa panas hati itu akan Kauperikatpinggangkan”.
KJV: ‘Surely the wrath of man shall praise
thee: the remainder of wrath shalt thou restrain’ (= Sesungguhnya murka
manusia akan memuji Engkau: sisa kemurkaan akan Engkau kekang).
Ay 22: “Demikian
juga kamu sekarang diliputi dukacita, tetapi Aku akan melihat kamu lagi dan
hatimu akan bergembira dan tidak ada seorangpun yang dapat merampas
kegembiraanmu itu dari padamu”.
1) Hendriksen: ini menunjuk pada jaman
Roh Kudus.
Yesus mengatakan
bahwa Ia akan melihat para murid lagi. Kata-kata ini merupakan pasangan dari
kata-kata dalam ay 19 - ‘Kamu akan melihat Aku’. Dan Hendriksen
(hal 333) mengatakan bahwa ‘saling melihat lagi satu sama
lain’ ini tidak menunjuk pada kebangkitan Yesus, tetapi pada jaman Roh Kudus.
Ini terlihat dari:
·
kata-kata ‘hatimu akan bergembira dan tidak
ada seorangpun yang dapat merampas kegembiraanmu itu dari padamu’ pada akhir ay
22.
·
awal ay 23 - ‘Dan pada hari itu
kamu tidak akan menanyakan apa-apa kepadaKu’.
Kedua hal ini,
khususnya yang kedua, jauh lebih cocok untuk menunjuk pada jaman Roh Kudus dari
pada jaman kebangkitan / setelah kebangkitan.
2) ‘hatimu akan
bergembira dan tidak ada seorangpun yang dapat merampas kegembiraanmu itu dari
padamu’.
Leon Morris
(NICNT): “The thought is not,
of course, that believers never know sorrow. It is rather that after they have
come to understand the significance of the cross they are possessed by a
deep-seated joy. This joy is independent of the world. The world did not give
it and the world cannot take it away” (= Pemikirannya
tentu bukannya bahwa orang-orang percaya tidak pernah mengenal kesedihan.
Tetapi bahwa setelah mereka mengerti arti dari salib mereka mempunyai sukacita
yang kedudukannya ada di dalam. Sukacita ini tak tergantung pada dunia. Dunia
tidak memberikan sukacita ini dan dunia tidak bisa mengambilnya) - hal 707.
Ay 23: “Dan
pada hari itu kamu tidak akan menanyakan apa-apa kepadaKu. Aku berkata
kepadamu: Sesungguhnya segala sesuatu yang kamu minta kepada Bapa, akan
diberikanNya kepadamu dalam namaKu”.
1) Kata ‘ask’ pada ay 23a (diterjemahkan ‘menanyakan’ dalam Kitab Suci Indonesia) mempunyai 2 kemungkinan
arti:
·
bertanya / menanyakan suatu pertanyaan. Leon Morris
memilih arti ini, dan mengatakan bahwa ini mungkin menunjuk pada jaman Roh
Kudus dimana para murid tidak akan lagi bertanya-tanya seperti dulu, karena Roh
Kudus akan mengajar mereka (bdk. 14:26
16:13).
·
meminta. Orang-orang memilih arti kedua ini karena
melihat ay 23bnya yang membicarakan permintaan kepada Bapa. Ini lalu
diartikan bahwa Yesus mengatakan bahwa dalam berdoa mereka tidak boleh berdoa
kepadaNya tetapi kepada Bapa. Tetapi penafsiran ini bertentangan dengan
Yoh 14:14 yang jelas mengijinkan kita untuk berdoa kepada Yesus.
Calvin mengambil
pandangan pertama, dan ia berkata bahwa ini menunjukkan perbedaan dengan
keadaan dimana mereka belum mempunyai Roh Kudus. Pada saat itu mereka begitu
lamban dalam mengerti ajaran-ajaran Kristus (bdk. 13:36 14:5,8,22 16:18). Tetapi nanti pada saat mereka sudah menerima Roh
Kudus maka Roh Kudus akan memberikan pencerahan yang membuat mereka mengerti.
Calvin: “True,
the apostles did not cease to ask at the mouth of Christ, even when they had
been elevated to the highest degree of wisdom, but this is only a comparison
between the two conditions” (= Memang benar bahwa rasul-rasul tidak berhenti
bertanya kepada Kristus, bahkan pada saat mereka telah diangkat pada tingkat
hikmat yang tertinggi, tetapi ini hanya merupakan perbandingan di antara kedua
keadaan) - hal 152.
Calvin
membandingkan dengan Yer 31:34a - “Dan tidak usah lagi
orang mengajar sesamanya atau mengajar saudaranya dengan mengatakan: Kenallah
TUHAN! Sebab mereka semua, besar kecil, akan mengenal Aku, demikianlah firman
TUHAN”.
Bdk.
1Yoh 2:27 - “Sebab
di dalam diri kamu tetap ada pengurapan yang telah kamu terima dari padaNya.
Karena itu tidak perlu kamu diajar oleh orang lain. Tetapi sebagaimana
pengurapanNya mengajar kamu tentang segala sesuatu - dan pengajaranNya itu
benar, tidak dusta - dan sebagaimana Ia dahulu telah mengajar kamu, demikianlah
hendaknya kamu tetap tinggal di dalam Dia”.
Calvin: “The
prophet assuredly does not take away or set aside instruction, which must be in
its most vigorous state in the kingdom of Christ; but he affirms that, when all
shall be taught by God, no room will be any longer left for this gross
ignorance” (= Jelas sang nabi tidak membuang atau menyingkirkan
pengajaran, yang harus ada dalam keadaannya yang paling giat / bersemangat
dalam kerajaan Kristus; tetapi ia menegaskan bahwa pada saat semua akan diajar
oleh Allah, tidak ada tempat lagi yang tersisa untuk ketidaktahuan / kebodohan
yang besar / menyolok ini)
- hal 152.
Jadi jelas bahwa ay 23 ini, dan juga
Yer 31:34 dan 1Yoh 2:27, tidak boleh diartikan seakan-akan orang Kristen akan
mengerti segala sesuatu dan tidak lagi perlu belajar!
2) ‘Sesungguhnya’.
RSV/NASB: ‘Truly, truly’ (= Sesungguhnya).
KJV: ‘Verily, verily’ (= Dengan
sesungguhnya).
Lit: ‘Amin,
Amin’.
Leon Morris
(NICNT): “Moreover, ‘verily,
verily’ commonly introduces a new thought. ... The asking in prayer at the end
of the verse thus appears to be something different from the asking at the
beginning” (= Lebih lagi, kata ‘sesungguhnya’
biasanya memperkenalkan suatu pemikiran yang baru. ... Maka permintaan dalam
doa pada akhir dari ayat ini kelihatannya merupakan sesuatu yang berbeda dari
pertanyaan pada permulaan ayat ini) - hal 707.
Jadi, sekalipun
ay 23b berbicara mengenai doa, tetapi ay 23a tidak berbicara mengenai doa,
tetapi mengenai pertanyaan kepada Kristus.
3) ‘segala sesuatu yang
kamu minta kepada Bapa, akan diberikanNya kepadamu dalam namaKu’.
Ada 2 macam
terjemahan dalam penempatan kata-kata ‘dalam namaKu’ ini.
a) Ada yang menghubungkannya dengan
permintaan para murid (KJV/NIV).
KJV: ‘Whatsoever ye shall ask the Father in my
name, he will give it you’ (= Apapun yang kamu minta kepada Bapa dalam
namaKu, Ia akan memberikannya kepadamu).
NIV: ‘my Father will give you whatever you ask in
my name’ (= BapaKu akan memberimu apapun yang engkau minta dalam
namaKu).
b) Ada yang menghubungkannya dengan
pemberian dari Bapa (RSV/NASB/ Kitab Suci Indonesia).
RSV: ‘if you ask anything of the Father, he will
give it to you in my name’ (= jika kamu meminta apapun kepada Bapa,
Ia akan memberikannya kepadamu dalam namaKu).
NASB: ‘if you shall ask the Father for anything,
He will give it to you in My name’ (= jika engkau meminta kepada
Bapa apapun, Ia akan memberikannya kepadamu dalam namaKu).
Leon Morris
memilih pandangan kedua; Hendriksen juga demikian.
William
Hendriksen: “We now learn that
not only the asking is in Christ’s name, but so is also the giving. The Father
will give in harmony with his entire redemptive revelation which centers in the
Son, and on the basis of his love for the Son and of the latter’s sacrifice” (= Sekarang kita belajar bahwa bukan hanya permintaan dilakukan dalam
nama Kristus, tetapi juga pemberiannya / pengabulannya. Bapa akan memberi
sesuai dengan wahyu penebusan yang berpusatkan pada Anak, dan berdasarkan pada
kasihNya untuk Anak dan pengorbanan Anak) - hal 335.
Ay 24: “Sampai
sekarang kamu belum meminta sesuatupun dalam namaKu. Mintalah maka kamu akan
menerima, supaya penuhlah sukacitamu”.
1) ‘Sampai
sekarang kamu belum meminta sesuatupun dalam namaKu’.
Hendriksen (hal
335) mengatakan bahwa sampai saat ini kalau para murid berdoa, mereka berdoa
langsung kepada Allah, tanpa menyebut nama Yesus.
Hendriksen
menambahkan bahwa ada orang yang menganggap bahwa kata-kata Yesus ini merupakan
teguran terhadap kesalahan para murid, tetapi ada juga yang menganggap bahwa
mereka tidak salah karena penebusan belum terjadi. Hendriksen mengatakan bahwa
textnya tidak berpihak ke pihak manapun dari 2 penafsiran ini. Penekanan utamanya
hanyalah bahwa mulai saat ini ada perubahan dalam cara mereka berdoa dimana
mereka harus berdoa dalam nama Yesus.
Calvin mengatakan
(hal 153) bahwa sekalipun para murid sudah diajar dengan cukup jelas bahwa
Yesus adalah Pengantara pada Bapa, tetapi pengetahuan mereka begitu kabur,
sehingga mereka belum bisa berdoa dalam nama Yesus dengan cara yang benar. Atau
kemungkinan lain adalah bahwa sekalipun mereka berdoa dengan menggunakan
Pengantara, sesuai dengan ajaran Hukum Taurat, tetapi mereka tidak mengerti
dengan jelas dan benar apa artinya hal itu.
2) Doa dalam nama Yesus.
Calvin: “It
was, therefore, one of the principle of faith, that prayers offered to God,
when there was no Mediator, were rash and useless” (= Karena itu,
merupakan suatu prinsip iman bahwa doa-doa yang dinaikkan kepada Allah, tanpa
Pengantara, adalah gegabah dan tak berguna) - hal 153.
Calvin: “we
have the heart of the Heavenly Father, as soon as we have placed before Him
‘the name’ of the Son” (= kita mempunyai hati dari Bapa surgawi, begitu kita
menempatkan di hadapanNya ‘nama’ dari Anak) - hal 158.
Calvin: “We
are said ‘to pray in the name’ of Christ when we take him as our Advocate, to
reconcile us, and make us find favour with his Father, though we do not expressly
mention his name with our lips” (= Kita dikatakan ‘berdoa dalam nama’ dari
Kristus pada waktu kita menggunakanNya sebagai Advokat kita, untuk
memperdamaikan kita, dan membuat kita diperkenan oleh Bapa, sekalipun kita
tidak menyebutkan namaNya dengan bibir kita) - hal 154.
C. H. Spurgeon: “The
man who, despite the teaching of Scripture, tries to pray without a Saviour
insults the Deity; and he who imagines that his own natural desires, coming up
before God, unsprinkled with the precious blood, will be an acceptable
sacrifice before God, makes a mistake: he has not brought an offering that God
can accept, any more than if he had struck off a dog’s neck, or offered an
unclean sacrifice” (= Orang yang, bertentangan dengan ajaran Kitab Suci,
berusaha untuk berdoa tanpa seorang Juruselamat, menghina Allah; dan ia yang
membayangkan / mengkhayalkan bahwa keinginan-keinginan alamiahnya sendiri naik
ke hadapan Allah, tanpa diperciki dengan darah yang berharga, akan menjadi
suatu korban yang diterima di hadapan Allah, melakukan suatu kesalahan: ia
tidak membawa persembahan yang bisa diterima Allah, sama seperti kalau ia memotong leher seekor anjing, atau
mempersembahkan korban yang najis) - ‘Spurgeon’s Expository
Encyclopedia’, vol 12, hal 204.
3) ‘Mintalah maka kamu
akan menerima, supaya penuhlah sukacitamu”.
a) ‘Mintalah’.
Kata ‘mintalah’
(Yunani: AITEITE) merupakan suatu present
imperative (kata perintah bentuk present), dan ini berarti bahwa itu
merupakan suatu perintah yang harus dilakukan terus menerus.
b) ‘supaya penuhlah
sukacitamu’.
Leon Morris
(NICNT): “the purpose of all
this is their joy. ... Notice that this is connected with prayer. They are to
pray in order that their joy may be made complete. It cannot be made complete
in any other way” (= tujuan dari semua ini adalah
sukacita mereka. ... Perhatikanlah bahwa ini berhubungan dengan doa. Mereka
harus berdoa supaya sukacita mereka menjadi penuh. Itu tidak bisa terjadi
dengan cara lain) - hal 708.
Penerapan:
Karena itu
banyaklah berdoa, dan bahkan, berdoalah selalu!
Ay 25: “Semuanya ini
Kukatakan kepadamu dengan kiasan. Akan tiba saatnya Aku tidak lagi berkata-kata
kepadamu dengan kiasan, tetapi terus terang memberitakan Bapa kepadamu”.
1) ‘Semuanya ini’.
Hendriksen
mengatakan (hal 336) bahwa kata-kata ‘semuanya ini’ menunjuk pada semua yang diajarkanNya
pada malam itu, dan bahkan mungkin pada semua yang telah diajarkanNya sampai
pada saat itu.
2) ‘Kukatakan kepadamu dengan
kiasan’.
KJV: ‘in proverbs’ (= dalam pepatah).
RSV: ‘in figures’ (= dalam gambaran).
NIV: ‘figuratively’ (= dengan kiasan /
lambang).
NASB: ‘in figurative language’ (= dalam bahasa
kiasan / lambang).
Leon Morris (hal
709, footnote) mengatakan bahwa kata Yunani yang dipakai adalah PAROIMIA, yang
berasal dari 2 kata Yunani yaitu PARA (di samping) + OIMOS (jalan). Jadi
artinya adalah ‘a wayside saying, a
byword, maxim, proverb’ (= peribahasa / pepatah).
Memang banyak
ajaran Yesus yang membingungkan. Bagi kita yang sudah mengerti dan terbiasa
dengan penggunaan bahasa seperti itu, ini tidak merupakan problem. Tetapi bagi
orang yang pertama kali mendengarNya, tentu membingungkan. Misalnya kata-kata /
ajaran Yesus tentang:
·
membangun kembali Bait Allah dalam 3 hari (Yoh 2:19).
·
kelahiran kembali (Yoh 3:1-8).
·
air hidup yang memuaskan secara terus menerus (Yoh
4:13-14).
·
dagingNya yang harus dimakan dan darahNya yang harus
diminum setiap orang (Yoh 6:53-56).
·
diriNya yang sudah ada sebelum Abraham (Yoh 8:58).
Barnes mengatakan
bahwa sekalipun bagi kita pernyataan Tuhan Yesus tentang kematian dan
kebangkitanNya cukup jelas, tetapi bagi para rasul yang dipenuhi dengan
prasangka Yahudi yang menolak untuk mempercayai bahwa Mesias harus mati, itu
merupakan hal yang sukar dan kabur.
Calvin mengatakan
bahwa ayat ini tidak berarti bahwa Kristus betul-betul mengajar supaya mereka
tidak mengerti. Tetapi kebutaan mereka yang menyebabkan semua ini.
3) ‘Akan tiba saatnya
Aku tidak lagi berkata-kata kepadamu dengan kiasan, tetapi terus terang
memberitakan Bapa kepadamu’.
a) Mengapa tidak dari dulu Yesus
mengajar dengan cara seperti ini?
Karena penebusan
belum terjadi, dan karena Roh Kudus belum dicurahkan.
William
Hendriksen: “Until the Man of
Sorrows has actually suffered and died on the cross and until he is risen, this
cross cannot be fully revealed. Until the Helper has arrived, the Father cannot
be fully declared” (= Sampai Yesus betul-betul telah
menderita dan mati pada kayu salib dan sampai Ia bangkit, salib ini tidak bisa
dinyatakan sepenuhnya. Sampai sang Penolong telah tiba, Bapa tidak bisa
dinyatakan sepenuhnya) - hal 337.
b) Kapan saat yang dimaksud oleh Yesus
itu?
Ada yang
mengatakan setelah Pentakosta, dan ada yang mengatakan setelah kebangkitan
(Luk 24:25-27,32
Kis 1:3). Saya lebih condong untuk memilih ‘setelah Pentakosta’,
karena kontex dari Yoh 16 memang tentang Roh Kudus.
Hendriksen juga
mengatakan bahwa janji Yesus ini digenapi dalam surat-surat dari rasul-rasul,
yang sekalipun memang tetap mengandung hal-hal yang sukar (bdk. 2Pet 3:15-16),
tetapi tetap lebih langsung dan lebih terbuka. Khususnya ajaran tentang rencana
Allah dalam persoalan penebusan dilakukan secara lebih jelas dan terbuka (bdk.
Ro 3:21-25 Ro 5 Ro 8 Ef 1:13-14 Fil
2:9-10 1Pet 1:3-12 1Yoh 3 dsb).
Penerapan:
·
Mungkin saudara pernah menginginkan untuk hidup pada
jaman Yesus melayani di dunia ini, supaya saudara bisa menanyakan secara
langsung hal-hal yang tidak saudara mengerti. Tetapi dari kata-kata ini,
kelihatan bahwa kita yang hidup pada jaman Roh Kudus ini (setelah Pentakosta),
memiliki keuntungan dalam persoalan pengertian. Tetapi lalu mengapa masih ada
orang-orang yang sesat / salah? Ini pasti karena kesalahan mereka sendiri,
yaitu:
*
mungkin mereka bukan anak Allah.
*
mungkin mereka tidak merindukan kebenaran.
*
mungkin mereka tidak berdoa supaya Tuhan memberikan
kebenaran kepada mereka.
*
mungkin mereka tidak mencarinya dalam Kitab Suci dan
mereka tidak mempedulikan otoritas Kitab Suci.
·
Ini menyebabkan kita harus berpikir dahulu sebelum
menganjurkan orang yang belum percaya untuk membaca Injil Yohanes, seperti yang
biasa dilakukan banyak orang kristen. Mungkin surat Roma atau Galatia lebih
baik karena lebih terbuka / jelas, khususnya dalam persoalan penebusan dan
keselamatan.
c) Ini menyebabkan seakan-akan
ada perbedaan antara ajaran Yesus dan ajaran rasul-rasul dalam Perjanjian Baru.
Calvin: “The
Holy Spirit, certainly, did not teach the apostles anything else than what they
had heard from the mouth of Christ himself, but, by enlightening their hearts,
he drove away their darkness, so that they heard Christ speak, as it were, in a
new and different manner, and thus they easily understood his meaning” (= Roh Kudus
pasti tidak mengajar rasul-rasul itu apapun yang lain dari pada apa yang mereka
dengar dari mulut Kristus sendiri, tetapi dengan menerangi hati mereka, Ia
menyingkirkan kegelapan mereka, sehingga mereka seakan-akan mendengar Kristus
berbicara dengan cara yang baru dan berbeda, dan dengan demikian mereka bisa mengerti
maksudNya dengan mudah)
- hal 156.
Karena itu bagian
ini penting dalam menghadapi tuduhan orang Islam maupun Yahudi yang mengatakan
bahwa ajaran Yesus bertentangan dengan ajaran Paulus dan rasul-rasul yang lain.
Ay 26: “Pada hari itu kamu
akan berdoa dalam namaKu. Dan tidak Aku katakan kepadamu, bahwa Aku meminta
bagimu kepada Bapa”.
1) ‘Pada hari itu kamu
akan berdoa dalam namaKu’.
Kalau tadinya
mereka tidak pernah berdoa dalam nama Yesus (ay 24), maka nanti pada ‘jaman Roh
Kudus’ mereka akan berdoa dalam nama Yesus.
2) ‘Dan tidak Aku
katakan kepadamu, bahwa Aku meminta bagimu kepada Bapa’.
a) Penekanan dari bagian ini hanyalah
bahwa kalau dulu para murid itu tidak bisa berdoa sendiri, sehingga Yesus harus
mendoakan mereka, maka nanti pada ‘jaman Roh Kudus’ mereka bisa berdoa sendiri.
Ini khususnya harus diperhatikan oleh orang-orang Kristen yang selalu meminta
pendeta mendoakan mereka, karena merasa bahwa doa mereka sendiri ‘tidak
manjur’.
b) Kalimat terakhir dari ay 26
ini tidak berarti bahwa Yesus sama sekali tidak pernah lagi mendoakan mereka,
karena kalau ditafsirkan seperti ini akan bertentangan dengan 1Yoh 2:1 Ro 8:34 Ibr 7:25 yang menunjukkan bahwa Yesus adalah Jurusyafaat
kita.
1Yoh 2:1 - “Anak-anakku, hal-hal ini kutuliskan kepada kamu, supaya kamu jangan
berbuat dosa, namun jika seorang berbuat dosa, kita mempunyai seorang
pengantara pada Bapa, yaitu Yesus Kristus, yang adil”.
Ro 8:34 - “Kristus Yesus, yang telah mati? Bahkan lebih lagi: yang telah bangkit,
yang juga duduk di sebelah kanan Allah, yang malah menjadi Pembela bagi kita?”.
NASB: ‘who also intercedes for us’ (= yang
juga menjadi penengah / jurusyafaat kita).
Ibr 7:25 - “Karena itu Ia sanggup juga menyelamatkan dengan sempurna semua orang
yang oleh Dia datang kepada Allah. Sebab Ia hidup senantiasa untuk menjadi
Pengantara mereka”.
NIV: ‘to intercede for them’ (= untuk menjadi
penengah bagi mereka).
Bahkan Hendriksen
mengatakan (hal 338) bahwa pada ‘jaman Roh Kudus’ itu doa para murid tetap
membutuhkan sokongan dari doa syafaat Yesus. Dasar Kitab Suci yang ia pakai
adalah Yoh 14:6 Ibr 7:24-25 Ibr 13:15.
Ibr 7:24-25 - “Tetapi, karena Ia tetap selama-lamanya, imamatNya tidak dapat beralih
kepada orang lain. Karena itu Ia sanggup juga menyelamatkan dengan sempurna
semua orang yang oleh Dia datang kepada Allah. Sebab Ia hidup senantiasa untuk
menjadi Pengantara mereka”.
Ibr 13:15 - “Sebab itu marilah kita, oleh Dia, senantiasa mempersembahkan
korban syukur kepada Allah, yaitu ucapan bibir yang memuliakan namaNya”.
Catatan: Kata-kata ‘oleh Dia’ seharusnya adalah ‘through Him’ (= melalui Dia).
Ay 27: “sebab Bapa sendiri
mengasihi kamu, karena kamu telah mengasihi Aku dan percaya, bahwa Aku datang
dari Allah”.
1) Kata Yunani untuk ‘mengasihi’.
William
Hendriksen: “The verb for ‘love’
here in verse 27 is filei. However, either verb (filew or agapaw) is used in the Fourth Gospel to
express the love of the Father for the disciples, and the love of the disciples
for Jesus. In such contexts the verbs are probably almost identical in meaning” [= Kata kerja untuk ‘mengasihi’ di sini dalam ayat 27 adalah filei (PHILEI). Tetapi baik kata kerja filew (PHILEO) atau agapaw (AGAPAO) digunakan dalam Injil keempat ini untuk menyatakan kasih dari Bapa untuk
para murid, dan kasih dari para murid untuk Yesus. Dalam kontex-kontex seperti
itu kata-kata kerja itu mungkin hampir identik artinya] - hal 338.
2) ‘sebab
Bapa sendiri mengasihi kamu, karena kamu telah mengasihi Aku’.
Apakah bagian ini
menunjukkan bahwa Bapa mengasihi para murid karena mereka mengasihi Yesus? (Catatan:
pembahasan semacam ini sudah ada dalam pembahasan Yoh 14:21).
Calvin: “if
it is only when we have loved Christ that God begins to love us, it follows that
the commencement of salvation is from ourselves, because we have anticipated
the grace of God” (= jika hanya setelah kita mengasihi Kristus maka
barulah Allah mulai mengasihi kita, maka permulaan keselamatan adalah dari diri
kita sendiri, karena kita telah mengantisipasi / mendahului kasih karunia
Allah) - hal 158.
Bandingkan
dengan:
·
1Yoh 4:10 - “Inilah kasih itu: Bukan kita yang
telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah
mengutus AnakNya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita”.
·
1Yoh 4:19 - “Kita mengasihi, karena Allah lebih
dahulu mengasihi kita”.
Calvin: “God
loves men in a secret way, before they are called, if they are among the elect;
for he loves his own before they are created; but, as they are not yet
reconciled, they are justly accounted ‘enemies’ of God, as Paul speaks, ‘When
we were ENEMIES, we were reconciled to God by the death of his Son,’ (Rom.
5:10.) On this ground it is said that we are loved by God, when we love Christ;
because we have the pledge of the fatherly love of Him from whom we formerly
recoiled as our offended Judge” [= Allah mengasihi manusia dengan cara
rahasia, sebelum mereka dipanggil, jika mereka termasuk orang-orang pilihan;
karena Ia mengasihi milikNya sebelum mereka diciptakan; tetapi karena mereka
belum diperdamaikan, mereka secara benar dianggap sebagai ‘musuh-musuh’ Allah,
seperti dikatakan oleh Paulus: ‘Sebab jikalau kita, ketika masih seteru,
diperdamaikan dengan Allah oleh kematian AnakNya’ (Ro 5:10). Berdasarkan hal inilah
dikatakan bahwa kita dikasihi oleh Allah, pada waktu kita mengasihi Kristus;
karena kita mempunyai jaminan kasih seorang bapa dari Dia, yang tadinya kita
takuti sebagai Hakim yang marah kepada kita] - hal 158-159.
Leon Morris
(NICNT) mengutip kata-kata Augustine:
“He would not have wrought in us
something He could love, were it not that He loved ourselves before He wrought
it” (= Ia tidak akan mengerjakan dalam
kita sesuatu yang bisa Ia kasihi, jika bukannya bahwa Ia mengasihi kita sebelum
Ia mengerjakan hal itu) - hal 711.
3) ‘dan
percaya, bahwa Aku datang dari Allah’.
Ini menunjukkan
bahwa iman yang benar mencakup kepercayaan bahwa Yesus mempunyai asal usul dari
surga. Dengan kata lain, Yesus adalah Allah.
Ay 28: “Aku
datang dari Bapa dan Aku datang ke dalam dunia; Aku meninggalkan dunia pula dan
pergi kepada Bapa”.
1) ‘Aku datang dari
Bapa’.
KJV/NASB: ‘I came forth from the Father’ (= Aku
tampil ke depan dari Bapa).
RSV/NIV: ‘I came from the Father’ (= Aku datang /
keluar / berasal dari Bapa).
Bdk. Yoh 8:42 - “Kata Yesus kepada mereka: ‘Jikalau Allah adalah Bapamu, kamu akan
mengasihi Aku, sebab Aku keluar dan datang dari Allah. Dan Aku
datang bukan atas kehendakKu sendiri, melainkan Dialah yang mengutus Aku”.
Kata Yunani yang
digunakan dalam Yoh 8:42 sama dengan yang digunakan dalam ay 28 ini, dan
juga sama dengan kata Yunani yang digunakan dalam ay 27 akhir, yaitu evxhlton (EXELTON). Juga kata ‘datang dari’
pada
akhir ay 30 menggunakan kata dasar yang sama.
Mengapa ayat-ayat
ini mengatakan bahwa Yesus ‘keluar’ dari Bapa? Bukankah Yesus ‘diperanakkan’
oleh Bapa, sedangkan kata ‘keluar’ seharusnya ditujukan kepada Roh Kudus?
Bandingkan dengan Pengakuan Iman Athanasius no 20-22 yang berbunyi sebagai
berikut: “20. Bapa tidak dibuat dari apapun, tidak diciptakan,
tidak diperanakkan. 21. Anak
itu dari Bapa saja, tidak dibuat, tidak dicipta, tetapi diperanakkan. 22. Roh Kudus itu dari Bapa dan
Anak, tidak dibuat, tidak dicipta, tidak diperanakkan, tetapi keluar”.
Tentang Yoh 8:42, Calvin berkata bahwa
dalam bagian itu Yesus tidak berbicara tentang hakekatNya, tetapi
tentang jabatan / misi / pelayananNya. Penafsiran ini sesuai dengan
lanjutan kata-kata Yesus dalam Yoh 8:42c - ‘Dan Aku datang bukan atas kehendakKu
sendiri, melainkan Dialah yang mengutus Aku’.
Rupanya ay 27-28 ini juga harus
ditafsirkan seperti itu (khususnya perhatikan ay 28, yang menunjukkan misi
Tuhan Yesus).
Ini berbeda
dengan kata ‘keluar’ yang ditujukan
kepada Roh Kudus dalam Yoh 15:26, yang menggunakan kata Yunani evkporeuetai (EKPOREUETAI).
2) ‘Aku
datang ke dalam dunia; Aku meninggalkan dunia pula dan pergi kepada Bapa’.
a) Keilahian Kristus.
Kata-kata ‘Aku datang’ menunjukkan pre-existence dan keilahian Yesus.
Perhatikan juga
bahwa bagi Kristus baik ‘datang ke dalam dunia’ maupun ‘meninggalkan dunia’, digambarkan sebagai tindakan aktif, dan ini lagi-lagi
menunjukkan keilahianNya.
b) ‘Aku
meninggalkan dunia pula dan pergi kepada Bapa’.
·
Kristus mengatakan bahwa pada waktu meninggalkan dunia
ini Ia pergi kepada Bapa. Ini menunjukkan 2 hal:
*
setelah kepergianNya Ia menjadi penguasa seluruh alam
semesta.
*
pemberian berkat dari Dia tidak terhenti dengan
kepergianNya.
·
William Hendriksen: “The path of suffering, crucifixion, resurrection,
ascension is, from one aspect, a departure from the world; from another point
of view, it is a journey to the Father” (= Jalan
penderitaan, penyaliban, kebangkitan, kenaikan adalah, dari satu aspek, suatu
kepergian dari dunia; dari sudut pandang yang lain, itu merupakan suatu
perjalanan kepada Bapa) - hal 339.
Penerapan:
Kita juga bisa
memandang ‘kepergian’ (menjadi tua, sakit, mati) kita dengan cara yang sama.
Bandingkan dengan kata-kata Paulus dalam Fil 1:21-23 2Kor 5:1,8.
·
Leon Morris (NICNT): “Here we have the great movement of salvation. It is a twofold
movement, from heaven to earth and back again. Christ’s heavenly origin is
important, else He could not be the Saviour of men. But His heavenly
destination is also important, for it witnesses to the Father’s seal on the
Son’s saving work” (= Di sini kita mempunyai gerakan
yang besar dari keselamatan. Itu merupakan gerakan ganda, dari surga ke bumi
dan kembali lagi. Asal usul surgawi Kristus merupakan sesuatu yang penting,
karena kalau tidak Ia tidak bisa menjadi Juruselamat manusia. Tetapi tujuan surgawi
juga penting, karena itu memberi kesaksian tentang pengesahan Bapa pada
pekerjaan penyelamatan Anak) - hal 711.
Ay 29-30: “Kata murid-muridNya:
‘Lihat, sekarang Engkau terus terang berkata-kata dan Engkau tidak memakai
kiasan. Sekarang kami tahu, bahwa Engkau mengetahui segala sesuatu dan tidak
perlu orang bertanya kepadaMu. Karena itu kami percaya, bahwa Engkau datang
dari Allah.’”.
1) “Kata
murid-muridNya: ‘Lihat, sekarang Engkau terus terang berkata-kata dan Engkau
tidak memakai kiasan”.
Hendriksen
berpendapat bahwa para murid mengira bahwa apa yang tadi Yesus katakan
(ay 25) sudah terjadi sekarang, tetapi mereka salah sangka, dan Yesus
tidak berusaha membetulkan mereka, mungkin karena waktu memang sudah tidak
memungkinkan.
Calvin mengatakan
bahwa bagian ini menunjukkan bahwa murid-murid dikuatkan oleh penghiburan yang
Kristus berikan, sekalipun sebetulnya mereka belum mengerti sepenuhnya apa yang
Kristus katakan.
Calvin: “he
who has only tasted a little of the doctrine of the Gospel is more inflamed,
and feels much greater energy in that small measure of faith, than if he had
been acquainted with all the writings of Plato” (= ia yang
telah mencicipi hanya sedikit dari ajaran Injil, lebih dikobarkan, dan
merasakan lebih banyak kekuatan dalam ukuran kecil dari iman itu, dari pada
jika ia telah mempelajari / mengenal semua tulisan Plato) - hal 160.
Penerapan:
Ini perlu dihayati oleh semua pelayan
firman, sehingga mereka betul-betul mengajarkan Firman Tuhan, dan bukannya
filsafat yang tidak ada gunanya.
2) ‘Sekarang
kami tahu, bahwa Engkau mengetahui segala sesuatu dan tidak perlu orang
bertanya kepadaMu’.
Ini berhubungan
dengan ay 18-19, dimana sekalipun para murid tidak bertanya kepada Yesus,
tetapi Yesus tahu pikiran mereka. Dan artinya dari kata-kata ini adalah:
Sekarang kami tahu bahwa Engkau maha tahu, dan tanpa seseorang bertanya
kepadaMu, Engkau tahu apa yang ada dalam pikirannya.
3) “Karena
itu kami percaya, bahwa Engkau datang dari Allah.’”.
Dari pengetahuan
mereka tentang kemaha-tahuan Yesus itu mereka lalu menarik kesimpulan ini.
Ay 31-32: “Jawab
Yesus kepada mereka: ‘Percayakah kamu sekarang? Lihat, saatnya datang, bahkan
sudah datang, bahwa kamu diceraiberaikan masing-masing ke tempatnya sendiri dan
kamu meninggalkan Aku seorang diri. Namun Aku tidak seorang diri, sebab Bapa
menyertai Aku.”.
1) “Jawab
Yesus kepada mereka: ‘Percayakah kamu sekarang?”.
Kata-kata Yesus
ini, ditinjau dari sudut bahasa Yunaninya, bisa diterjemahkan ke dalam kalimat
tanya (seperti dalam terjemahan Kitab Suci Indonesia, KJV, RSV, NASB), bisa
juga sebagai kalimat positif [seperti dalam terjemahan NIV: ‘You believe at
last!’ (= Akhirnya kamu percaya!)].
Sekalipun
diterjemahkan ke dalam kalimat tanya, itu tidak berarti bahwa Yesus meragukan
iman mereka. Bahwa Yesus tidak meragukan iman mereka terlihat dari
Yoh 17:8b dimana Yesus berkata dalam doanya: “Mereka tahu
benar-benar, bahwa Aku datang dari padaMu, dan mereka percaya, bahwa Engkaulah
yang telah mengutus Aku”.
Lalu apa
maksudnya kata-kata ini?
·
William Hendriksen: “the Lord, though accepting their confession at
face-value, wishes to put them on guard against over-confidence” (= Tuhan, sekalipun menerima pengakuan mereka apa adanya, ingin supaya
mereka berjaga-jaga terhadap keyakinan yang berlebih-lebihan) - hal 341.
Bandingkan dengan
1Kor 10:12 - “Sebab itu siapa yang menyangka,
bahwa ia teguh berdiri, hati-hatilah supaya ia jangan jatuh!”.
·
William Hendriksen: “The Master does not in any way deny the presence of
genuine faith in the hearts of his friends ...; but he stresses the imperfect
character of that faith” (= Sang Guru / Tuan sama sekali
tidak menyangkal adanya iman yang sejati dalam hati dari teman-temanNya ...,
tetapi Ia menekankan ketidak-sempurnaan iman itu) - hal 343.
Penerapan:
Memang selama
kita hidup di dunia ini, iman kita tidak akan pernah sempurna. Memang iman yang
tidak sempurna ini tetap akan menyelamatkan kita selama itu betul-betul adalah
iman yang benar, tetapi bagaimanapun juga merupakan kewajiban kita untuk
berusaha menyempurnakan / meningkatkan iman kita dalam sepanjang hidup kita,
melalui doa, Firman Tuhan dan pengudusan.
Bandingkan
dengan:
*
1Pet 2:1-2 - “Karena itu buanglah segala
kejahatan, segala tipu muslihat dan segala macam kemunafikan, kedengkian dan
fitnah. Dan jadilah sama seperti bayi yang baru lahir, yang selalu ingin akan
air susu yang murni dan yang rohani, supaya olehnya kamu bertumbuh dan beroleh
keselamatan”.
*
2Pet 1:5-11 - “Justru karena itu kamu
harus dengan sungguh-sungguh berusaha untuk menambahkan kepada imanmu
kebajikan, dan kepada kebajikan pengetahuan, dan kepada pengetahuan penguasaan
diri, kepada penguasaan diri ketekunan, dan kepada ketekunan kesalehan, dan
kepada kesalehan kasih akan saudara-saudara, dan kepada kasih akan
saudara-saudara kasih akan semua orang. Sebab apabila semuanya itu ada padamu
dengan berlimpah-limpah, kamu akan dibuatnya menjadi giat dan berhasil dalam
pengenalanmu akan Yesus Kristus, Tuhan kita. Tetapi barangsiapa tidak memiliki
semuanya itu, ia menjadi buta dan picik, karena ia lupa, bahwa dosa-dosanya
yang dahulu telah dihapuskan. Karena itu, saudara-saudaraku, berusahalah
sungguh-sungguh, supaya panggilan dan pilihanmu makin teguh. Sebab jikalau kamu
melakukannya, kamu tidak akan pernah tersandung. Dengan demikian kepada kamu
akan dikaruniakan hak penuh untuk memasuki Kerajaan kekal, yaitu Kerajaan Tuhan
dan Juruselamat kita, Yesus Kristus”.
2) ‘Lihat,
saatnya datang, bahkan sudah datang’.
Istilah seperti
ini menunjuk pada suatu proses yang sedang berlangsung.
William
Hendriksen: “In a way it is still
future, for Jesus and the disciples have not yet crossed the brook ... Yet, in
another sense, this season has already arrived, for a. Judas is even now
on the way, and b. so certain it is that the predicted event will occur
that to the mind of Christ it is already present” (= Dalam arti tertentu, itu masih akan datang, karena Yesus dan
murid-muridNya belum menyeberangi sungai ... Tetapi dalam arti yang lain, saat
itu sudah tiba, karena a. Yudas sekarang sedang dalam perjalanan, dan
b. begitu pastinya bahwa kejadian yang diramalkan itu akan terjadi
sehingga bagi pikiran Kristus kejadian itu sudah ada) - hal 341.
3) ‘bahwa
kamu diceraiberaikan masing-masing ke tempatnya sendiri’.
a) Bandingkan nubuat Yesus ini dengan:
·
Zakh 13:7 - “‘Hai pedang,
bangkitlah terhadap gembalaKu, terhadap orang yang paling karib kepadaKu!’,
demikianlah firman TUHAN semesta alam. ‘Bunuhlah gembala, sehingga domba-domba
tercerai-berai! Aku akan mengenakan tanganKu terhadap yang lemah”.
·
Mat 26:31 - “Maka berkatalah
Yesus kepada mereka: ‘Malam ini kamu semua akan tergoncang imanmu karena Aku.
Sebab ada tertulis: Aku akan membunuh gembala dan kawanan domba itu akan
tercerai-berai”.
b) Pengakuan iman yang disusul dengan
penderitaan.
Perhatikan bahwa
iman mereka yang diutarakan dalam ay 30 tadi langsung disusul oleh pemberitaan
tentang penderitaan yang harus mereka hadapi (ay 31-33).
Pulpit Commentary: “The faith now acknowledged was
destined to be severely tried” (= Iman yang diakui
sekarang ditentukan untuk diuji dengan hebat) - hal 314.
Karena itu kalau
saudara memberitakan Injil kepada seseorang dan orang itu mau percaya, saudara
harus memperingatkan supaya ia berjaga-jaga terhadap datangnya penderitaan.
Mengapa? Karena di satu pihak setan pasti menyerang orang yang beriman, dan di
lain pihak iman yang benar itu memang harus mengalami ujian dari Tuhan. Dalam
menghadapi serangan / penderitaan tersebut, bisa dipastikan kita pernah, dan
bahkan sering, jatuh. Dan sekalipun kejatuhan tersebut merupakan dosa, tetapi
ini juga mempunyai manfaat, yaitu untuk mencegah kita dari kesombongan dan
keyakinan yang berlebih-lebihan.
Calvin: “As the
disciples were too highly pleased with themselves, Christ reminds them that,
remembering their weakness, they ought rather to confine themselves within
their own little capacity. Now, we never are fully aware of what we want, and
of our great distance from the fulness of faith, till we come to some serious
trial; for then the fact shows how weak our faith was, which we imagined to be
full” (= Karena murid-murid terlalu puas / senang dengan diri
mereka sendiri, Kristus mengingatkan mereka bahwa mengingat kelemahan mereka,
mereka seharusnya membatasi diri mereka di dalam kapasitas mereka yang kecil.
Kita tidak akan pernah menyadari sepenuhnya apa yang kita butuhkan / apa yang
tidak kita miliki, dan besarnya jarak kita dari iman yang penuh, sampai kita menghadapi
ujian yang serius; karena pada saat itu fakta menunjukkan betapa lemahnya iman
kita, yang kita bayangkan sebagai iman yang penuh) - hal 160-161.
Barnes’ Notes: “Though they supposed that they had
unshaken faith - faith that would endure every trial, yet he told them that
they would need all their confidence in God. When we feel strong in the faith,
we should examine ourselves. It may be that we are deceived; and it may be that
God may even then be preparing trials for us that will shake our faith to its
foundation” (= Sekalipun mereka menganggap
bahwa mereka mempunyai iman yang tidak tergoyahkan - iman yang akan bertahan
terhadap setiap ujian, tetapi Ia memberitahu mereka bahwa mereka membutuhkan
seluruh keyakinan mereka kepada Allah. Pada saat kita merasa kuat dalam iman,
kita harus memeriksa diri kita sendiri. Bisa saja bahwa kita tertipu; dan
mungkin pada saat itu Allah sedang mempersiapkan ujian-ujian untuk kita yang
akan menggoncangkan iman kita sampai pada fondasinya) - hal 344.
c) Hendriksen mengatakan bahwa memang
setelah Yesus mati, para murid kembali ke rumahnya masing-masing. Itu sebabnya
Maria Magdalena bisa dengan mudah menemukan mereka (bdk. Yoh 20:2). Juga mereka
kembali pada pekerjaannya semula (bdk. Yoh 21:3), sekalipun mungkin sekali ini
tidak berlaku untuk semua murid, karena tidak terbayangkan bahwa Matius kembali
menjadi pemungut cukai.
Penerapan:
Penderitaan yang
hebat sering dipakai oleh setan untuk membujuk seorang hamba Tuhan / pelayan
Tuhan untuk meninggalkan pelayanan dan kembali pada keadaan dan pekerjaannya
yang semula. Karena itu semua hamba Tuhan / pelayan Tuhan harus waspada
terhadap hal ini!
4) ‘dan
kamu meninggalkan Aku seorang diri’.
a) Orang kristen yang sejati, bisa
meninggalkan Yesus untuk sementara waktu, tetapi Yesus tidak pernah
meninggalkan orang kristen yang sejati!
Pulpit Commentary: “Although genuine faith may
sometimes leave Jesus, he never leaves genuine faith” (= Sekalipun iman yang sejati bisa kadang-kadang meninggalkan Yesus, Ia
tidak pernah meninggalkan iman yang sejati) - hal 329.
Bandingkan dengan
2Tim 2:13 - “jika kita tidak setia, Dia tetap
setia, karena Dia tidak dapat menyangkal diriNya.’”.
b) Ini menunjukkan keluar-biasaan
Yesus, yang sekalipun tahu akan kelemahan dan kegagalan para muridNya, tetapi
tetap mengasihi mereka.
Barclay: “Here is perhaps the most
extraordinary thing about Jesus. He knew the weakness of his men; he knew their
failure; he knew that they would let him down in the moment of his direst need;
and yet he still loved them; and what is even more wonderful - he still trusted
them. He knew men at their worst and still loved and trusted them. It is quite
possible for a man to forgive someone and, at the same time, to make it clear
that he is never prepared to trust that person again. But Jesus said: ‘I know
that in your weakness you will desert me; nevertheless I know that you will
still be conquerors.’ Never in all the world were forgiveness and trust so
combined. What a lesson is there! Jesus teaches us how to forgive, and how to trust
the man who was guilty of failure” (= Di sinilah
mungkin hal yang paling luar biasa tentang Yesus. Ia tahu kelemahan dari
orang-orangNya, Ia tahu kegagalan mereka; Ia tahu bahwa mereka akan
mengecewakanNya pada saat Ia paling membutuhkan; tetapi Ia tetap mengasihi
mereka; dan apa yang lebih hebat - Ia tetap mempercayai mereka. Ia mengetahui
hal yang terjelek dari manusia dan tetap mengasihi dan mempercayai mereka.
Adalah mungkin bagi seseorang untuk mengampuni seseorang dan pada saat yang
sama tidak mempercayai orang itu lagi. Tetapi Yesus berkata: ‘Aku tahu bahwa
dalam kelemahanmu kamu akan meninggalkan Aku; tetapi sekalipun demikian Aku
tahu bahwa engkau tetap akan menjadi pemenang’. Di dunia ini tidak pernah ada
pengampunan dan kepercayaan yang dikombinasikan seperti itu. Di sini kita
mendapat pelajaran yang luar biasa. Yesus mengajar kita bagaimana mengampuni,
dan bagaimana mempercayai manusia yang bersalah dalam kegagalan) - hal 202.
Catatan: apa yang tidak
saya terima dari kata-kata ini adalah dimana Barclay berkata bahwa Yesus
mempercayai murid-muridNya. Jelas bahwa Yesus tidak mempercayai manusia,
siapapun juga adanya orang itu, karena Ia tahu apa yang ada dalam diri manusia
(bdk. Yoh 2:23-25). Ia tahu bahwa dalam diri manusia tidak ada sesuatupun yang
baik (bdk. Ro 7:18-19). Boleh dikatakan bahwa sebetulnya Yesus bukannya
mempercayai para muridNya, tetapi Ia mempercayai apa yang Ia sendiri bisa
lakukan terhadap para murid yang jelek itu. Dengan kasih karuniaNya dan
kuasaNya Ia bisa membentuk mereka sehingga menjadi orang-orang yang berguna
bagiNya. Perhatikan apa yang dikatakan Leon Morris di bawah ini.
Leon Morris
(NICNT): “The limitations of
the disciples’ faith are shown in that they will shortly abandon their Lord.
Their failure at the moment of crisis is faithfully recorded and it has its
importance. The church depends ultimately on what God has done in Christ, not
on the courage and wit of its first members” (= Keterbatasan dari
iman murid-murid ditunjukkan dalam hal dimana mereka sebentar lagi akan
meninggalkan Tuhan mereka. Kegagalan mereka pada saat krisis dicatat dengan
setia dan ini mempunyai kepentingannya. Gereja bergantung pada apa yang Allah
lakukan dalam Kristus, bukan pada keberanian dan akal / kecerdasan dari
anggota-anggotanya yang mula-mula) - hal 713.
c) Sikap Yesus yang tetap mengasihi
para muridNya di tengah-tengah kelemahan dan kegagalan mereka, harus kita tiru.
Barclay: “He knew that his friends would
abandon him, yet at the moment he did not upbraid them, and afterwards he did
not hold it against them. He loved men in all their weakness; saw them and
loved them as they were. Love must be clear-sighted. If we idolize a person and
think him faultless, we are doomed to disappointment. We must love him as he
really is” (= Ia mengetahui bahwa
teman-temanNya akan meninggalkanNya, tetapi pada saat itu Ia tidak mencela /
memarahi mereka, dan setelah itu Ia tidak mendendam terhadap mereka. Ia
mengasihi manusia dalam semua kelemahan mereka; melihat kelemahan-kelemahan itu
dan mengasihi orang-orang itu sebagaimana adanya mereka. Kasih harus melihat
dengan jelas. Jika kita mengidolakan seseorang dan mengira bahwa ia tidak
bercacat, kita pasti akan kecewa. Kita harus mengasihi dia sebagaimana adanya
dia) - hal 203.
Penerapan:
·
bisakah saudara mengasihi suami, istri, anak, orang tua,
teman saudara sebagaimana adanya mereka? Maukah berusaha meniru Kristus dalam
hal ini?
·
ini juga harus diterapkan secara timbal balik dalam
hubungan guru sekolah Minggu dengan murid-muridnya, dan pendeta dengan
jemaatnya.
5) ‘Namun
Aku tidak seorang diri, sebab Bapa menyertai Aku’.
a) Penafsiran
yang salah tentang kata-kata ini.
Ada
penafsir-penafsir yang menekankan kata-kata ini kelewat batas karena mereka
mengatakan bahwa bahkan pada saat Yesus berteriak ‘Eli, Eli lama sabakhtani?’,
Bapa tetap tidak meninggalkan Dia. Contoh:
·
Pulpit Commentary: “This fellowship was essential. Being one in nature and
essence, nothing could separate him from this. ... It is true that at that
darkest moment on the cross he exclaimed, ‘My God, my God,’ etc. - the full
meaning of which we probably can never know. When drinking the very dregs of
the cup of our curse, he could not describe his experience better than by
saying that he felt as if the Father had for a moment hid his face from
him. But he was still conscious of his fellowship, addressed him as his God,
and soon committed his Spirit unto his loving care” (= Persekutuan ini bersifat hakiki. Karena satu dalam hakekat, tidak ada
yang bisa memisahkanNya dari ini. ... Memang benar bahwa pada saat tergelap di
kayu salib Ia berseru, ‘AllahKu, AllahKu’, dst. - kalimat mana yang artinya
mungkin tidak akan pernah kita ketahui. Pada waktu meminum ampas dari cawan
kutukan kita, Ia tidak bisa menggambarkan pengalamanNya dengan cara yang lebih
baik dari pada dengan mengatakan bahwa Ia merasakan seakan-akan Bapa
untuk sementara waktu menyembunyikan wajahNya dari Dia. Tetapi Ia tetap sadar
akan persekutuanNya, menyebutNya sebagai AllahNya, dan segera setelahnya Ia
menyerahkan RohNya ke dalam pemeliharaanNya yang penuh kasih) - hal 330.
·
Thomas Whitelaw: “The momentary feeling of forsakenness by the Father
which Christ experienced of the cross (Matt. 27:46) must be explained in
harmony with this” [= Perasaan sementara tentang
ditingalkan oleh Bapa yang dialami Kristus pada kayu salib (Mat 27:46) harus
dijelaskan secara harmonis dengan ini] - hal 342.
Ini jelas
merupakan penafsiran yang salah, karena kalau Yesus tidak betul-betul ditinggal
oleh Bapa, itu menunjukkan bahwa Ia tidak betul-betul memikul hukuman dosa,
yaitu keterpisahan dengan Allah (2Tes 1:9
Yes 59:1-2).
Tasker (Tyndale): “Only for a brief, though terrible,
moment will that consciousness of the Father’s love be withdrawn. Made sin on
behalf of sinners He will experience the separation from God that is the
essence of sin, and cry ‘My God, why hast thou forsaken me?’” (= Hanya untuk waktu yang singkat, sekalipun mengerikan, kesadaran akan
kasih Bapa itu akan ditarik. Dibuat menjadi dosa demi orang-orang berdosa, Ia
akan mengalami perpisahan dengan Allah yang merupakan hakekat dari dosa, dan
berteriak: ‘AllahKu, AllahKu, mengapa Engkau meninggalkan Aku?’) - hal 186.
b) Penafsiran yang benar tentang
kata-kata ini.
William Hendriksen
mengatakan bahwa Yesus makin lama makin diisolasi. Ia akan ditinggalkan oleh
para murid / pengikutNya (Mark 14:50), dan pada akhirnya akan ditinggal
oleh BapaNya (Mat 27:46). Tetapi pada waktu para murid / pengikutNya
meninggalkanNya, Ia belum ditinggalkan oleh Bapa, sehingga Ia masih bisa
berkata: ‘Namun Aku tidak
seorang diri, sebab Bapa menyertai Aku’. Ini selalu menjadi penghiburanNya
sampai saat itu, sesuai dengan yang Ia katakan dalam Yoh 8:29 - “Dan Ia, yang telah mengutus Aku, Ia menyertai Aku. Ia tidak
membiarkan Aku sendiri, sebab Aku senantiasa berbuat apa yang berkenan
kepadaNya.’”.
c) Karena Yesus mengalami keterpisahan
dengan Bapa untuk memikul hukuman dosa kita, maka bagi kita yang percaya,
kata-kata Yesus ini bisa selalu kita terapkan dalam hidup kita. Sekalipun
seluruh dunia meninggalkan kita, tetapi Bapa tidak mungkin meninggalkan kita
(bdk. Ibr 13:5). Dan kalau saudara adalah seorang yang betul-betul melayani
Tuhan dan saudara lalu ditinggalkan oleh orang-orang yang saudara layani, maka
percayalah bahwa Tuhan tidak meninggalkan saudara.
Calvin: “Whoever
shall meditate on this in a proper manner will remain firm, though the whole
world be shaken, and the revolt of all men will not overturn his faith; for we do
not render to God the honour which is due to him, if we are not satisfied with
having God alone” (= Siapapun yang merenungkan hal ini dengan cara yang
benar akan tetap teguh, sekalipun seluruh dunia digoncangkan, dan pemberontakan
dari semua manusia tidak akan menjatuhkan iman kita; karena kita tidak
memberikan kepada Allah hormat yang seharusnya untuk Dia, jika kita tidak puas
dengan hanya mempunyai Allah saja) - hal 161.
Barnes’ Notes: “It matters little who else
forsakes us, if God be with us in the hour of pain and of death. And though
poor, forsaken, or despised, yet if we have the consciousness of his presence
and his favour, then we may fear no evil: his rod and his staff, they will
comfort us. Without his favour, then, death will be full of horrors, though we
be surrounded by weeping relatives, by all the honours, and splendour, and
wealth which the world can bestow” (= Tidak terlalu
berarti siapa lagi yang meninggalkan kita, jika Allah beserta kita pada saat
sakit dan mati. Dan sekalipun kita miskin, ditinggalkan, atau dihina /
diremehkan, tetapi jika kita mempunyai kesadaran tentang kehadiranNya dan
perkenanNya, maka kita tidak akan takut pada bencana apapun: gadaNya dan
tongkatNya, mereka akan menghibur kita. Tanpa perkenanNya, maka kematian akan
sangat menakutkan, sekalipun kita dikelilingi oleh keluarga yang menangisi
kita, oleh semua kehormatan, dan kemegahan, dan kekayaan yang bisa diberikan
oleh dunia) - hal 345.
Pulpit Commentary: “the human desertion made the
Divine all the more precious and sweet. ... We should not be disappointed or
despair if in the hour of trial we are deserted by the best of friends. Think
of Jesus. ... When deserted by friends and by all, God comes nearest to us. The
least of man the most of God, often; furthest from earth the nearest to heaven” (= Tindakan manusia meninggalkan kita membuat Allah makin berharga dan
manis. ... Kita tidak boleh merasa kecewa atau putus asa jika pada saat ujian
kita ditinggalkan oleh teman-teman yang terbaik. Pikirkan tentang Yesus. ... Pada
waktu ditinggalkan oleh teman-teman dan oleh semua, Allah datang paling dekat
kepada kita. Paling sedikit dari manusia, paling banyak dari Allah, dan
seringkali; paling jauh dari bumi, paling dekat dengan surga) - hal 331.
Pulpit Commentary: “When men showed themselves
furthest from him, God was nearest” (= Pada waktu
manusia menunjukkan diri mereka sendiri paling jauh darinya, Allah paling
dekat) - hal 340.
d) Pada saat matipun orang kristen
pasti mengalami penyertaan dan kehadiran Allah.
Barnes’ Notes: “The Christian can die, saying, I
am not alone, because the Father is with me. The sinner dies without a friend
that can sustain, and without one source of real joy” (= Orang Kristen bisa mati sambil berkata: aku tidak sendirian, karena
Bapa menyertai aku. Orang berdosa mati tanpa seorang teman yang bisa menyokong,
dan tanpa satupun sumber sukacita yang sejati) - hal 345.
Ay 33: “Semuanya
itu Kukatakan kepadamu, supaya kamu beroleh damai sejahtera dalam Aku. Dalam
dunia kamu menderita penganiayaan, tetapi kuatkanlah hatimu, Aku telah
mengalahkan dunia.’”.
1) Ia menjanjikan damai kepada
pengikut / murid yang gagal.
Leon Morris
(NICNT): “He assured them of
the peace He would give them. He loved them for what they were and despite
their shortcomings. ... And, in full knowledge that they would act in this way,
He had promised them peace” (= Ia meyakinkan mereka tentang
damai yang akan Ia berikan kepada mereka. Ia mengasihi mereka sebagaimana
adanya mereka dan sekalipun mereka mempunyai kelemahan / kekurangan. ... Dan
dalam pengetahuan penuh bahwa mereka akan bertindak seperti itu, Ia telah
menjanjikan mereka damai) - hal 714.
2) Kata-kata ‘dalam Aku’ kontras dengan ‘dalam dunia’; sedangkan ‘damai sejahtera’ kontras dengan ‘penganiayaan’.
Sedangkan kata ‘penganiayaan’,
oleh KJV/RSV/NASB diterjemahkan ‘tribulation’
(= kesengsaraan), dan oleh NIV diterjemahkan ‘trouble’ (= kesukaran).
William
Hendriksen: “The term which is
correctly rendered ‘tribulation’ has the primary meaning (both in Greek and in
English): ‘pressure.’” [= Istilah yang secara benar
diterjemahkan ‘kesengsaraan’ mempunyai arti utama (baik dalam Yunani maupun
Inggris): ‘tekanan’] - hal 343.
Jadi, dalam dunia orang-orang
Kristen akan selalu mendapatkan kesukaran / kesengsaraan / penganiayaan /
tekanan, tetapi dalam Kristus mereka mempunyai damai.
Calvin: “Since,
therefore, ‘the world’ is like a troubled sea, true ‘peace’ will be found
nowhere but in Christ” (= Karena ‘dunia’ itu seperti laut yang berombak-ombak,
‘damai’ yang sejati tidak akan ditemukan dimanapun selain dalam Kristus) - hal 162.
Pulpit Commentary: “The difficulty of a Christian life
is to live in the world and in Christ at the same time. It would be easy to
live in the world in complete agreement with it, and it would be easy to live
in heaven as a perfect saint; but to live in the world and in Christ means a
conflict with the former, and it is the difficulty to triumph” (= Sukarnya hidup kristen adalah untuk hidup dalam dunia dan dalam
Kristus pada saat yang sama. Adalah mudah untuk hidup dalam dunia dalam
persetujuan sepenuhnya dengan dunia, dan adalah mudah untuk hidup di surga
sebagai orang kudus yang sempurna; tetapi hidup dalam dunia dan dalam Kristus
berarti konflik dengan dunia, dan itu merupakan suatu kesukaran untuk
dimenangkan) - hal 333.
3) “Dalam dunia kamu
menderita penganiayaan, tetapi kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan
dunia.’”.
Leon Morris
(NICNT): “This statement,
spoken as it is in the shadow of the cross, is audacious. The cross would seem
to the outsider to be Christ’s total defeat. He sees it as His complete victory
over all that the world is and can do to Him. He goes to the cross not in fear
or in gloom, but as a conqueror” (= Pernyataan ini,
diucapkan sebagaimana adanya dalam bayang-bayang dari salib, merupakan sesuatu
yang berani. Bagi orang luar, salib kelihatannya merupakan kekalahan total dari
Kristus. Ia melihatnya sebagai kemenanganNya yang lengkap / sempurna atas dunia
dan apa yang dunia bisa lakukan terhadapNya. Ia pergi menuju salib bukan dengan
takut atau murung, tetapi sebagai seorang pemenang) - hal 714-715.
William Barclay: “The victory which I will win can
be your victory too. The world did its worst to me, and I emerged victorious.
Life can do its worst to you, and you too can emerge victorious. You too can
possess the courage and the conquest of the Cross” (= Kemenangan yang akan Aku menangkan bisa menjadi kemenanganmu juga.
Dunia melakukan yang terburuk kepadaKu, dan Aku muncul sebagai pemenang.
Kehidupan bisa melakukan yang terburuk bagimu, dan engkau juga bisa muncul
sebagai pemenang. Engkau juga bisa memiliki keberanian dan kemenangan dari
Salib) - hal 203.
William
Hendriksen: “this very principle
- namely, that what happens to the Master will happen to the disciple - also
applies in the opposite direction: the disciple can expect to conquer because
of his relation to the Master. The words, ‘Be of good courage. I have conquered
the world,’ clearly imply, ‘And therefore you, my followers, will also
conquer.’” (= prinsip ini, yaitu bahwa apa
yang terjadi dengan Tuan / Gurunya akan terjadi dengan muridNya - juga
diterapkan dalam arah yang berlawanan: sang murid bisa mengharapkan untuk
menang karena hubungannya dengan sang Tuan / Guru. Kata-kata ‘kuatkanlah
hatimu, Aku telah mengalahkan dunia’, secara jelas menunjukkan: ‘Dan karena itu
engkau, para pengikutKu, juga akan menang’.) - hal 344.
Barnes’ Notes: “The world is a vanquished enemy.
Satan is a humbled foe. And all that the believers have to do is to put their
trust in the Captain of their salvation, putting on the whole armour of God;
assured that the victory is theirs” (= Dunia adalah
musuh yang telah ditaklukkan, Setan adalah musuh yang telah direndahkan. Dan
semua yang harus dilakukan oleh orang-orang percaya adalah percaya kepada
Kapten keselamatan mereka, mengenakan seluruh perlengkapan senjata Allah;
dengan yakin bahwa kemenangan adalah milik mereka) - hal 345.
-AMIN-
email us at : gkri_exodus@lycos.com