Eksposisi Injil Yohanes
oleh: Pdt. Budi
Asali MDiv.
Ay 28: “Maka
mereka membawa Yesus dari Kayafas ke gedung pengadilan. Ketika itu hari masih
pagi. Mereka sendiri tidak masuk ke gedung pengadilan itu, supaya jangan
menajiskan diri, sebab mereka hendak makan Paskah”.
1) “Mereka membawa Yesus dari Kayafas ke
gedung pengadilan. Ketika itu hari masih pagi”.
a) Injil Yohanes dibandingkan dengan
ketiga Injil yang lain.
Yohanes menceritakan pengadilan di
hadapan Pontius Pilatus secara lebih lengkap dari pada ketiga Injil yang lain.
Yohanes hanya membicarakan sedikit tentang
pengadilan Yahudi terhadap Yesus, dan tidak menceritakan tentang semua yang
terjadi di hadapan Kayafas, baik tentang saksi-saksi palsu, maupun tentang
penghinaan-penghinaan yang dialami Yesus di sana. Semua itu sudah diceritakan
dalam ketiga Injil yang lain, dan karena itu Yohanes tidak merasa perlu
menceritakannya lagi.
Tetapi Yohanes membicarakan secara
panjang lebar dan secara jauh lebih lengkap tentang pengadilan Romawi,
dibandingkan dengan ketiga Injil yang lain. Injil Yohanes memang merupakan
Injil pelengkap.
Bagian terakhir ini menimbulkan dugaan
seseorang bahwa Yohanes masuk ke dalam gedung pengadilan, dan karena itu bisa
menceritakan apa yang terjadi dalam pengadilan tersebut secara mendetail.
Ini sekaligus memberikan dukungan terhadap pandangan bahwa ‘murid yang lain’ yang bersama dengan Petrus itu (ay 15-16) adalah
Yohanes sendiri. Tetapi Leon Morris mengatakan bahwa sekalipun ini memang
sangat memungkinkan tetapi ini tetap merupakan suatu spekulasi / dugaan, dan
kita tidak bisa tahu dengan pasti dari mana Yohanes mendapatkan informasi
tentang apa yang terjadi di dalam gedung pengadilan Pontius Pilatus.
b) Orang-orang Yahudi itu harus
membawa Yesus ke hadapan Pontius Pilatus karena mereka sendiri tidak mempunyai
hak untuk melaksanakan hukuman mati.
William Barclay: “The
Romans allowed them a good deal of self-government, but they had not the right
to carry out the death penalty. The ius gladii, as it was called, the right of
the sword, belonged only to the Romans. ... It is true that sometimes, as, for
instance, in the case of Stephen, the Jews did take the law into their own
hands; but legally they had no right to inflict the death penalty on anyone.
That was why they had to bring Jesus to Pilate before he could be crucified” (= Orang-orang
Romawi mengijinkan mereka mempunyai pemerintahan sendiri dalam banyak hal,
tetapi mereka tidak mempunyai hak untuk melaksanakan hukuman mati. Ius gladii,
atau hak pedang, hanya dimiliki oleh orang Romawi. ... Memang benar bahwa
kadang-kadang, seperti dalam kasus Stefanus, orang-orang Yahudi melakukan main
hakim sendiri; tetapi secara hukum mereka tidak mempunyai hak untuk memberikan
hukuman mati kepada siapapun. Itu sebabnya mengapa mereka harus membawa Yesus
kepada Pilatus sebelum Ia bisa disalibkan)
- hal 233-234.
Calvin: “the
stoning of Stephen (Acts 7:59) took place in a seditious manner, as happens in
cases of tumult; but it was proper that the Son of God should be solemnly
condemned by an earthly judge, that he might efface our condemnation in heaven” [= Perajaman
Stefanus (Kis 7:59) terjadi dalam cara pemberontakan, seperti yang terjadi
dalam kasus-kasus huru-hara; tetapi merupakan sesuatu yang benar bahwa Anak
Allah harus dihukum dengan khitmat oleh seorang hakim duniawi, supaya Ia bisa
menghapuskan penghukuman kita di surga] - ‘Harmony of
Matthew, Mark, Luke’, hal 268.
Calvin: “For
the Son of God chose to stand bound before an earthly judge, and there to
receive sentence of death, in order that we, delivered from condemnation, may
not fear to approach freely to the heavenly throne of God” (= Karena Anak
Allah memilih untuk berdiri dengan terikat di depan hakim dunia, dan menerima
hukuman mati di sana, supaya kita, dibebaskan dari penghukuman, tidak usah
takut mendekat secara bebas pada tahta surgawi Allah) - ‘Harmony
of Matthew, Mark, Luke’, hal 275.
Calvin: “So
then, the Son of God stood, as a criminal, before a mortal man, and there
permitted himself to be accused and condemned, that we may stand boldly before
God. His enemies, indeed, endeavoured to fasten upon him everlasting infamy;
but we ought rather to look at the end to which the providence of God directs
us. For if we recollect how dreadful is the judgment-seat of God, and that we
could never have been acquitted there, unless Christ had been pronounced to be
guilty on earth, we shall never be ashamed of glorying in his chains” (=
Demikianlah, Anak Allah berdiri, sebagai seorang kriminil, di depan manusia
yang fana / bisa mati, dan di sana mengijinkan dirinya sendiri dituduh dan
dihukum, supaya kita bisa berdiri dengan berani di depan Allah. Musuh-musuhNya
memang berusaha melekatkan padaNya hal yang buruk / memalukan yang bersifat
kekal; tetapi kita harus melihat pada akhirnya kemana Providensia Allah
mengarahkan kita. Karena jika kita mengingat betapa menakutkan tahta
penghakiman Allah, dan bahwa kita tidak akan pernah bisa dibebaskan di sana,
kecuali Kristus dinyatakan bersalah di bumi, kita tidak akan pernah malu untuk
bermegah dalam belengguNya) - ‘Harmony of Matthew,
Mark, Luke’, hal 275.
c) Para musuh Yesus ini bekerja sampai
pagi, dan ini seharusnya memalukan kita sebagai anak-anak Tuhan, kalau kita
lalai / malas dalam melakukan pelayanan bagi Tuhan.
George Hutcheson: “It may shame the Lord’s people, in
their negligence in going about his service, to see the activity of wicked men
in their ill course, particularly in their opposition to Christ; for here,
having been at it all night, they do not yet weary” (= Ini bisa memalukan umat Tuhan dalam kelalaian mereka melakukan pelayanan,
melihat aktivitas dari orang-orang jahat dalam jalan mereka yang buruk,
khususnya dalam permusuhan mereka terhadap Kristus; karena di sini, sekalipun
mereka telah melakukannya sepanjang malam, mereka belum lelah) - hal 384-385.
2) “Mereka
sendiri tidak masuk ke gedung pengadilan itu, supaya jangan menajiskan diri,
sebab mereka hendak makan Paskah”.
a) Tak
mau menajiskan diri, tetapi mau membunuh orang yang tak bersalah.
1. Kalimat ini sebetulnya diawali dengan
kata Yunani KAI, yang sekalipun pada umumnya berarti ‘dan’, tetapi bisa juga berarti ‘tetapi’, dan di sini harus diartikan demikian
(Pulpit Commentary, hal 390). Jadi, mereka membawa Yesus ke gedung pengadilan, tetapi
mereka sendiri tidak masuk ke dalamnya, karena mereka tidak mau menajiskan diri
mereka.
2. Kenajisan apa yang terjadi kalau
mereka masuk ke sana?
Barclay mengatakan ada 2 kenajisan
kalau mereka masuk ke gedung pengadilan:
·
Pertama,
karena mereka menganggap bahwa masuk ke rumah orang non Yahudi menyebabkan
mereka menjadi najis (bdk. Kis 10:28a - “Ia
berkata kepada mereka: ‘Kamu tahu, betapa kerasnya larangan bagi seorang
Yahudi untuk bergaul dengan orang-orang yang bukan Yahudi atau masuk ke rumah
mereka”).
Sebetulnya, larangan ini bukanlah
larangan dari hukum Taurat / Firman Tuhan, tetapi hanya merupakan tradisi.
Calvin: “no
part of the Law forbade them to enter into the house of a Gentile, but it was a
precaution derived from the traditions of the fathers, that no person might,
through oversight, contract any pollution from an unclean house” (= tidak ada
bagian dari hukum Taurat yang melarang mereka untuk memasuki rumah orang non
Yahudi, tetapi itu merupakan tindakan pencegahan yang diturunkan dari
tradisi-tradisi dari nenek moyang, bahwa tidak ada orang yang boleh, melalui
kekhilafan, terkena polusi dari rumah yang najis) - hal 205.
·
Kedua,
karena mereka hendak makan Perjamuan Paskah. Sebagai persiapan mereka harus
membuang semua ragi dari rumah mereka (Kel 12:15,18-20,39 13:3b,6-7), yang merupakan simbol
kejahatan. Masuk ke gedung pengadilan orang non Yahudi berarti masuk ke tempat
yang ada raginya, dan itu menajiskan mereka.
Adam Clarke: “The
Jews considered even the touch of a Gentiles as a legal defilement; and
therefore would not venture into the prætorium” (= Orang-orang Yahudi menganggap bahwa bahkan sentuhan
dari orang non Yahudi merupakan pencemaran yang sah; dan karena itu tidak mau
masuk ke dalam gedung)
- hal 644-645.
Leon Morris (NICNT): “It
was the rule that ‘That dwelling-places of gentiles are unclean.’ Any Jew who
entered such a dwelling would immediately contract defilement, a defilement
which lasted seven days. This would effectively prevent him from observing the
feast” (= Merupakan suatu
peraturan bahwa ‘tempat tinggal orang non Yahudi itu najis’. Orang Yahudi yang
masuk ke tempat tinggal seperti itu akan langsung terkena pencemaran, suatu
pencemaran yang berlangsung 7 hari. Ini akan secara efektif menghalanginya
untuk merayakan hari raya tersebut) - hal 763.
Dan pada footnotenya Leon Morris
mengatakan:
“Mishnah, Ohol. 18:7. This does not apply to colonnades
(Ohol. 18:9), to the open space in a courtyard and certain other appearances to
the dwelling (Ohol. 18:10). Thus the Jews would be able to appear before the Praetorium,
but not enter it” [= Mishnah,
Ohol. 18:7. Ini tidak berlaku bagi barisan tiang yang menyokong atap (Ohol.
18:9), bagi ruang terbuka di halaman dan bagian-bagian luar yang lain dari
tempat tinggal (Ohol. 18:10). Karena itu orang-orang Yahudi bisa muncul di
depan gedung itu, tetapi mereka tidak mau memasukinya] - hal 763.
3. Fanatik terhadap hal kecil / remeh,
tetapi mengabaikan hal besar.
Mereka berusaha mentaati secara njlimet
hukum tentang kenajisan itu, tetapi pada saat yang sama mereka secara sengaja
melanggar hukum yang besar karena mereka mengusahakan pembunuhan terhadap diri
Yesus, yang jelas tidak bersalah.
Bandingkan dengan:
·
Mat 23:23-24
- “Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat
dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab persepuluhan dari
selasih, adas manis dan jintan kamu bayar, tetapi yang terpenting dalam hukum
Taurat kamu abaikan, yaitu: keadilan dan belas kasihan dan kesetiaan. Yang satu
harus dilakukan dan yang lain jangan diabaikan. Hai kamu pemimpin-pemimpin
buta, nyamuk kamu tapiskan dari dalam minumanmu, tetapi unta yang di dalamnya
kamu telan”.
·
Luk 11:39
- “Tetapi Tuhan berkata kepadanya: ‘Kamu
orang-orang Farisi, kamu membersihkan bagian luar dari cawan dan pinggan,
tetapi bagian dalammu penuh rampasan dan kejahatan”.
Calvin: “these
hypocrites, though they are so full of malice, ambition, fraud, cruelty, and
avarice, that they almost infect heaven and earth with their abominable smell,
are only afraid of external pollutions” (= orang-orang munafik ini, sekalipun
mereka begitu penuh dengan kedengkian / kebencian, ambisi, penipuan /
kecurangan, kekejaman, dan ketamakan, sehingga mereka hampir mempengaruhi /
menjangkiti surga dan bumi dengan bau mereka yang menjijikkan, takut hanya pada
polusi lahiriah) - hal
205.
Calvin: “those
venerable expounders of the Law, while they carefully strain at a gnat, swallow
the camel without any hesitation, (Matth. 23:24;) and it is usual with
hypocrites to reckon it a greater crime to kill a flea than to kill a man” [= para
pengajar hukum Taurat yang terhormat itu, sementara mereka dengan hati-hati /
teliti menyaring nyamuk, menelan unta tanpa ragu-ragu (Mat 23:24); dan
merupakan sesuatu yang biasa kalau orang-orang munafik menganggap bahwa
membunuh seekor lalat merupakan kejahatan yang lebih besar dari pada membunuh
seorang manusia] - hal
205.
William Hendriksen: “They
did not desire to be defiled. They apparently regarded ceremonial
defilement to be a much more serious matter than moral defilement” (= Mereka
tidak ingin dicemarkan. Jelas bahwa mereka menganggap bahwa pencemaran yang
bersifat upacara adalah persoalan yang jauh lebih serius dari pada
pencemaran moral)
- hal 401.
Barnes’ Notes: “Probably
there is not anywhere to be found another such instance of petty regard to the
mere ceremonies of the law, and attempting to keep from pollution, at the same
time that their hearts were filled with malice, and they were meditating the
most enormous of all crimes. But it shows us how much more concerned men will
be at the violation of the mere forms and ceremonies of religion than they will
be at real crime; and how they endeavour to keep their consciences at ease
amidst their deeds of wickedness by the observance of some of the outward
ceremonies of religion - by mere sanctimoniousness” (= Mungkin tidak pernah ditemukan dimanapun contoh lain
dari perhatian picik seperti ini yang hanya ditujukan semata-mata pada
upacara-upacara dari hukum Taurat, dan berusaha menjaga dari polusi, tetapi
pada saat yang sama hati mereka dipenuhi dengan kedengkian / kebencian, dan
mereka sedang merencanakan kejahatan yang paling besar. Tetapi ini menunjukkan
kepada kita bahwa orang-orang lebih peduli tentang pelanggaran terhadap hal-hal
lahiriah dan upacara-upacara agama dari pada terhadap kejahatan yang
sungguh-sungguh; dan bagaimana mereka berusaha untuk menjaga hati nurani mereka
tetap tenang di tengah-tengah tindakan-tindakan kejahatan mereka oleh ketaatan
terhadap upacara-upacara agama yang bersifat lahiriah - oleh semata-mata sikap
sok suci) - hal 350.
Pulpit Commentary: “How
much more deserving of condemnation are professed Christians, who, whilst
scrupulously observing the ordinances of religion and the regulations of their
Churches, at the same time are guilty of serious infractions of the moral law!
Yet men are found who keep with outward strictness the day of rest, who partake
of the holy Eucharist, and yet are not ashamed to act unjustly, to speak
slanderously, and to cherish a selfish and worldly spirit” (= Betapa lebih layak dikecamnya orang-orang yang
mengaku sebagai kristen, yang sementara mentaati peraturan-peraturan agama dan
Gereja sampai pada yang sekecil-kecilnya, tetapi pada saat yang sama bersalah
dalam pelanggaran serius terhadap hukum moral! Tetapi ada orang-orang yang
memelihara dengan keketatan lahiriah hari istirahat, yang ikut serta dalam
Perjamuan Kudus, tetapi yang tidak malu untuk bertindak secara tidak adil,
berbicara secara memfitnah, dan memelihara roh yang egois dan duniawi) - hal 408.
Penerapan:
¨ Saya ingat akan seorang teman baik saya
pada saat sekolah theologia di Amerika, yang mau berdebat berjam-jam demi
mempersoalkan apakah seorang perempuan boleh menjadi pendeta, pengkhotbah, atau
bahkan majelis / penatua, tetapi tidak terlalu antusias kalau diajak berdebat
dalam persoalan Tritunggal atau Kristologi.
¨ Perjamuan Kudus dibatalkan karena
pendeta sakit, lalu ada yang ngomel. Itu menunjukkan bahwa orang itu adalah
orang yang ingin sangat ketat dalam hal-hal yang bersifat upacara (ini hal
kecil), tetapi terus terang saja, tidak punya kasih kepada pendeta (ini hal
besar), karena tetap mengharuskan pendeta memimpin Kebaktian dan Perjamuan
Kudus sekalipun sakit.
¨ Saudara mau geger dalam persoalan pendeta
tidak bezoek, tetapi saudara kelihatannya mengabaikan jerih payah saya dalam
memberitakan Injil / Firman Tuhan.
¨ Banyak orang mau gegeran dan mundur
dari pelayanan hanya karena persoalan yang relatif kecil, seperti HR / Biaya
Hidup pendeta, dan melupakan perang terhadap setan dan tujuan / visi gereja ini
dalam memberitakan Injil dan Firman Tuhan. Memang kalau kesalahan pendeta
bersifat prinsip, yang betul-betul bisa dibuktikan berdasarkan Kitab Suci, maka
tentu saja yang seperti itu tidak bisa diabaikan. Tetapi kalau ‘kesalahan’ itu
hanya berupa suatu kebijaksanaan yang saudara anggap tidak benar, dan karena
itu lalu saudara mengabaikan tujuan gereja, maka saya berpendapat saudara
melakukan kesalahan yang mirip dengan para tokoh Yahudi di sini.
b) Perbedaan saat makan Paskah antara
Yesus dan murid-muridNya di satu pihak, dan orang-orang Yahudi di lain pihak.
Yesus makan paskah Yesus
mulai disalib
↑ ↑ Yesus
mati
↑ ↑ ↑ A B
↑ ↑ ↑ ↑ ↑
--------------|------------------|-------------------|------------------|-------------------|------------------|------------
18.00 24.00 06.00 12.00 18.00 24.00
Kamis----><-------------------------------Jum’at--------------------------------><----------Sabtu-----------
Yesus dan murid-muridNya makan Paskah
pada hari Kamis malam (bagi orang Yahudi ini sudah termasuk hari Jum’at, karena
pergantian hari bagi mereka adalah pk 18.00! - lihat gambar di atas!).
Tetapi dari Yoh 18:28 dan
Yoh 19:14, terlihat bahwa pada saat Yesus diadili (hari Jum’at),
orang-orang Yahudi yang lain belum makan Paskah. Karena itu jelas bahwa Yesus
memang makan Paskah sebelum orang-orang yang lain. Tetapi berapa banyak
perbedaan waktunya? Ada beberapa pandangan:
1. Ada orang-orang yang berpendapat bahwa
orang-orang lain makan Paskah pada titik A (lihat gambar di atas). Ini berarti
bahwa sekalipun Yesus dan murid-muridNya makan Paskah lebih dulu dari
orang-orang lain, tetapi Yesus tetap makan Paskah pada hari yang sama dengan
mereka, yaitu hari Jum’at.
2. Kebanyakan penafsir menganggap
bahwa orang-orang lain makan Paskah pada titik B, yang sudah termasuk hari
Sabtu (lihat gambar di atas). Itu berarti bahwa Yesus dan murid-muridNya makan
Paskah 1 hari lebih dahulu dibandingkan dengan orang-orang yang lain.
Apa alasan Yesus untuk makan Paskah 1
hari lebih dulu dari orang-orang yang lain? Perlu diingat bahwa hari untuk
makan Paskah ditentukan oleh Tuhan sendiri (bdk. Kel 12:2-6 Im 23:5 Bil 9:4-5), dan karena itu tidak boleh diubah semaunya
sendiri. Lalu apakah Yesus mengubahnya menjadi 1 hari lebih dulu? Ada orang
yang mengatakan ‘ya’, dengan alasan: karena Yesus tahu bahwa sebentar lagi Ia
akan ditangkap, dan besoknya Ia sudah akan mati. Tetapi ini berarti Yesus
menentang / melanggar Firman Tuhan, dan itu merupakan sesuatu yang mustahil.
Calvin mengatakan bahwa adalah tradisi
orang Yahudi, kalau suatu hari raya terjadi pada hari Jum’at, maka supaya
mereka tidak libur 2 hari berturut-turut (ingat bahwa hari Sabtu adalah hari
Sabat / hari libur), maka mereka mengundurkan perayaan hari raya itu 1 hari,
dan mereka menggabungkan hari raya itu dengan hari Sabat. Jadi mungkin sekali
bahwa pada saat itu Paskah seharusnya terjadi pada hari Jum’at, tetapi
orang-orang Yahudi mengundurkannya 1 hari dan merayakannya pada hari Sabat /
Sabtu. Tetapi Kristus tidak mau menuruti tradisi yang tidak sesuai dengan
Firman Tuhan, dan karena itu, Ia tetap merayakan Paskah pada hari Jum’at.
Dari sini kita bisa belajar bahwa
Kristus berusaha mentaati Firman Tuhan / hukum Taurat sampai yang
sekecil-kecilnya (bdk. Mat 5:17-19).
Penerapan:
Bagaimana dengan ketaatan saudara pada
Firman Tuhan? Apakah saudara hanya mau mentaati hukum yang besar-besar seperti
jangan membunuh, jangan berzinah dsb? Bagaimana dengan hukum dan peraturan yang
kecil-kecil seperti:
·
jangan
berdusta / sebar gossip.
·
jangan
menyebut / menggunakan nama Tuhan Allah dengan sia-sia / sembarangan.
·
mentaati
peraturan lalu lintas (bdk. Ro 13:1).
·
keharusan
menggunakan 1 roti dalam Perjamuan Kudus (1Kor 10:17).
Maukah saudara memperhatikan dan
mentaati semua hukum / peraturan baik yang besar maupun yang kecil?
3. Ada yang mengatakan bahwa
orang-orang Yahudi diperbolehkan makan Paskah pada sembarang waktu di antara
Kamis malam dan Jum’at malam.
Adam Clarke: “Bishop
Pearce supposes that it was lawful for the Jews to eat the paschal lamb any
time between the evening of Thursday and that of Friday. He conjectures too
that this permission was necessary on account of the immense number of lambs
which were to be killed for that purpose” (= Uskup Pearce menganggap bahwa orang-orang Yahudi
diperbolehkan untuk makan domba Paskah pada sembarang waktu di antara Kamis
malam dan Jum’at malam. Ia juga menduga bahwa ijin ini perlu karena jumlah yang
besar dari domba-domba yang harus dibunuh untuk tujuan itu) - hal 645.
Catatan: seseorang
memperhitungkan bahwa jumlah domba yang disembelih pada Paskah mencapai 256.000
ekor!
Ay 29: “Sebab
itu Pilatus keluar mendapatkan mereka dan berkata: ‘Apakah tuduhan kamu
terhadap orang ini?’”.
Karena orang-orang Yahudi tidak mau masuk, maka Pontius Pilatus
yang keluar mendapatkan mereka. Pontius Pilatus bertanya, bukan karena ia tidak
tahu apa yang terjadi, tetapi karena secara formal itu memang harus dilakukan.
Ay 30: “Jawab
mereka kepadanya: ‘Jikalau Ia bukan seorang penjahat, kami tidak menyerahkanNya
kepadamu!’”.
Dalam pengadilan di hadapan Sanhedrin, Yesus dijatuhi hukuman
mati dengan alasan menghujat Allah (Mat 26:65). Tetapi di hadapan Pontius
Pilatus mereka tidak berani menggunakan alasan itu, karena alasan yang bersifat
agama itu tidak akan dipedulikan oleh Pontius Pilatus. Karena itu mereka
mengatakan bahwa Yesus adalah penjahat. Ini jelas merupakan fitnahan.
Bdk. Luk 23:2 dimana tuduhannya adalah ‘menyesatkan bangsa’,
‘melarang orang membayar pajak kepada Kaisar’, dan ‘menyatakan diri
sebagai raja’.
William Barclay: “Hatred is a
terrible thing and does not hesitate to twist the truth” (= Kebencian
adalah hal yang mengerikan dan tidak segan-segan untuk membengkokkan kebenaran) - hal 236.
Penerapan:
·
Kalau
saudara benci / sentimen kepada seseorang, ingatlah bahwa hal itu sudah
merupakan dosa di hadapan Tuhan. Jangan menambahi dosa itu dengan fitnahan
tentang orang itu; sebaliknya, saudara harus membereskan kebencian itu di
hadapan Tuhan.
·
Berita
dari 2 orang yang sedang gegeran / bermusuhan bisa bertentangan satu dengan
yang lainnya. Karena itu hati-hati kalau mendengar berita tentang seseorang
dari orang yang tidak menyenangi orang itu.
Ay 31: “Kata
Pilatus kepada mereka: ‘Ambillah Dia dan hakimilah Dia menurut hukum Tauratmu.’
Kata orang-orang Yahudi itu: ‘Kami tidak diperbolehkan membunuh seseorang.’”.
1) “Kata Pilatus kepada mereka: ‘Ambillah Dia
dan hakimilah Dia menurut hukum Tauratmu’”.
Ada beberapa pandangan tentang arti kata-kata
ini:
Barclay: “He
tried to evade the responsibility of dealing with Jesus; but that is precisely
what no one can do. No one can deal with Jesus for us; we must deal with him
ourselves” (= Ia berusaha untuk
menghindarkan tanggung jawab dalam menghadapi Yesus; tetapi itu persis
merupakan sesuatu yang tidak bisa dilakukan oleh seorangpun. Tak seorangpun
bisa menghadapi Yesus untuk kita; kita harus menghadapiNya sendiri) - hal 241.
2) “Kata orang-orang Yahudi itu: ‘Kami tidak
diperbolehkan membunuh seseorang’”.
Kata-kata ini
jelas tidak berhubungan dengan hukum ke 6 - ‘Jangan membunuh’. Lalu apa
artinya?
Ay 32: “Demikianlah hendaknya supaya genaplah
firman Yesus, yang dikatakanNya untuk menyatakan bagaimana Ia akan mati”.
1) “Demikianlah hendaknya supaya genaplah
firman Yesus”.
Leon Morris (NICNT): “Just
as the case with Scripture, a word of Jesus cannot lack fulfilment” (= Sama kasusnya seperti dengan Kitab Suci, perkataan Yesus
tidak bisa tidak digenapi)
- hal 766.
2) “yang dikatakanNya untuk menyatakan
bagaimana Ia akan mati”.
Yesus telah mengatakan bahwa:
a) Ia harus diserahkan ke tangan orang
non Yahudi.
Mat 20:19 - “Dan mereka akan menyerahkan Dia kepada bangsa-bangsa
yang tidak mengenal Allah, supaya Ia diolok-olokkan, disesah dan
disalibkan, dan pada hari ketiga Ia akan dibangkitkan.’”.
Catatan: kata Yunani yang diterjemahkan ‘bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah’ terjemahan hurufiahnya adalah ‘bangsa-bangsa’; NIV/NASB: ‘Gentiles’
(= bangsa-bangsa non Yahudi).
Karena itu Yesus harus mati di tangan
orang Romawi, bukan di tangan orang Yahudi.
Pulpit Commentary: “Thus
the very political order of the world, the whole process by which Judea became
a Roman province, was part of the wondrous plan by which Jew and Gentiles
should together offer up the awful sacrifice, and all the world be guilty of
the death of its Lord” (= Karena
itu urut-urutan politik dari dunia, seluruh proses oleh mana Yudea menjadi
propinsi Romawi, merupakan bagian dari rencana yang menakjubkan oleh mana
orang-orang Yahudi dan orang-orang non Yahudi harus bersama-sama
mempersembahkan korban yang mengerikan ini, dan seluruh dunia menjadi bersalah
tentang kematian Tuhannya)
- hal 392.
Pulpit Commentary: “The
Gentiles as well as the Jew must have a share in the greatest crime in all
history” (= Orang-orang non
Yahudi maupun orang-orang Yahudi harus mempunyai bagian dalam kejahatan yang
terbesar dalam sepanjang sejarah) - hal 401.
b) Ia
harus mati melalui salib (Yoh 12:32 Mat 20:19 Mat
26:2).
Padahal dalam hukum Taurat, hukuman
mati untuk seorang penghujat seharusnya adalah melalui perajaman
(Im 24:16). Jadi, seandainya Yesus mati di tangan orang-orang Yahudi, maka
Ia pasti dirajam, bukannya disalib. Tetapi dengan diserahkannya Yesus ke tangan
orang Romawi, maka hukuman mati dilaksanakan oleh pihak Romawi, sehingga
akhirnya Yesus mati melalui penyaliban, seperti yang telah Ia nubuatkan.
Pulpit Commentary: “Crucifixion
was not a Jewish, but a Roman punishment. If the Jews had been their own
masters in Palestine, Jesus would have been stoned, and not ‘lifted up from the
earth’ (ch. 12:32)” [= Penyaliban
bukanlah merupakan hukuman Yahudi, tetapi Romawi. Seandainya orang-orang Yahudi
adalah orang merdeka di Palestina, Yesus akan dirajam, dan tidak ‘ditinggikan
dari bumi’ (12:32)] -
hal 401.
Matthew Poole: “God
by his providence ordereth things accordingly, to let us know that the
Scripture might be fulfilled to every tittle. Crucifying was no Jewish but a
Roman death; had the Jews put him to death, they would have stoned him; but he
must remove the curse from us, by being made a curse for us, being hanged on a
tree, which was looked upon as an accursed death, Gal. 3:13. The Jews therefore
knowing nothing of this counsel of God, yet execute it by refusing themselves
to put him to death, and putting it off to Pilate, though possibly their design
was but to avoid the odiom of it. Thus God maketh the wrath of men to praise
him” [= Allah, oleh
providensiaNya, mengatur hal-hal demikian, untuk memberitahu kita bahwa Kitab
Suci digenapi sampai pada setiap hal yang terkecil. Penyaliban bukanlah
kematian Yahudi tetapi Romawi; seandainya orang-orang Yahudi yang membunuh Dia,
mereka akan merajamNya; tetapi Ia harus menyingkirkan kutuk dari kita, dengan
jalan dibuat menjadi kutuk untuk kita, dengan digantung pada sebuah pohon /
salib, yang dipandang sebagai kematian yang terkutuk (Gal 3:13). Karena itu,
orang-orang Yahudi yang tidak mengetahui apa-apa tentang rencana Allah ini,
tetapi melaksanakannya dengan menolak untuk membunuhNya, dan memberikanNya
kepada Pilatus, sekalipun mungkin rencana / tujuan mereka hanyalah untuk
menghindari kebencian / kejijikan dari hal itu. Demikianlah Allah membuat
kemarahan manusia menjadi pujian bagiNya] - hal 374.
Catatan: kalimat
terakhir itu (yang saya garis-bawahi) merupakan kutipan dari Psalm 76:10a
versi KJV/RSV, yang berbunyi: ‘Surely the wrath of men shall praise thee’
(= Tentulah kemarahan manusia akan memuji Engkau).
Dalam Kitab Suci
Indonesia diterjemahkan: “Sesungguhnya panas hati manusia akan menjadi syukur bagiMu”
(Maz 76:11a).
NASB
menterjemahkan seperti KJV, tetapi NIV menterjemahkan sangat berbeda.
NIV: ‘Surely your
wrath against men brings you praise’ (= Tentulah kemarahanMu
terhadap manusia membawa pujian bagiMu).
Saya tidak
mengerti mengapa NIV menterjemahkan seperti itu, karena dalam bahasa Ibraninya
kata ‘Mu’ dan ‘terhadap’ (yang saya cetak tebal) tidak ada. Menurut saya yang
benar adalah terjemahan dari KJV/RSV/NASB.
Ay 33: “Maka kembalilah Pilatus ke dalam gedung
pengadilan, lalu memanggil Yesus dan bertanya kepadaNya: ‘Engkau inikah raja
orang Yahudi?’”.
Ini ditanyakan oleh Pontius Pilatus, karena adanya tuduhan bahwa
Yesus menyatakan diri sebagai raja. Bdk. Luk 23:2 - “Di situ mereka mulai menuduh Dia, katanya: ‘Telah
kedapatan oleh kami, bahwa orang ini menyesatkan bangsa kami, dan melarang
membayar pajak kepada Kaisar, dan tentang diriNya Ia mengatakan, bahwa Ia
adalah Kristus, yaitu Raja.’”.
Ay 34: “Jawab Yesus: ‘Apakah engkau katakan hal
itu dari hatimu sendiri, atau adakah orang lain yang mengatakannya kepadamu
tentang Aku?’”.
Arti kata-kata Yesus ini adalah: apakah engkau sendiri
mencurigai Aku, atau karena orang banyak itu menuduh Aku, sehingga engkau
menanyakan pertanyaan itu?
Ay 35: “Kata Pilatus: ‘Apakah aku seorang Yahudi? BangsaMu
sendiri dan imam-imam kepala yang telah menyerahkan Engkau kepadaku; apakah
yang telah Engkau perbuat?’”.
1) “Kata Pilatus: ‘Apakah aku seorang Yahudi?
BangsaMu sendiri dan imam-imam kepala yang telah menyerahkan Engkau kepadaku”.
George Hutcheson: “the high priest (called also the
chief priest)” [= imam besar (disebut juga imam
kepala)] - hal 377.
2) “apakah yang telah Engkau perbuat?’”.
Pilatus lalu menanyakan kepada Yesus
apa yang telah Ia lakukan.
Ay 36: “Jawab Yesus:
‘KerajaanKu bukan dari dunia ini; jika KerajaanKu dari dunia ini, pasti
hamba-hambaKu telah melawan, supaya Aku jangan diserahkan kepada orang Yahudi,
akan tetapi KerajaanKu bukan dari sini.’”.
1) Beberapa ayat yang menunjukkan
Yesus sebagai Raja.
Yesus mengaku bahwa Ia memang adalah
Raja, tetapi KerajaanNya bersifat rohani. Ini sudah diclaim oleh
orang-orang Majus pada saat Ia baru lahir (Mat 2:2,11), dan juga oleh
Natanael pada saat Yesus mulai melakukan pelayanan / memanggil murid-muridNya.
Yoh 1:49 - “Kata Natanael kepadaNya: ‘Rabi, Engkau Anak Allah,
Engkau Raja orang Israel!’”.
Bandingkan dengan:
·
Mat 16:28
- “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya di
antara orang yang hadir di sini ada yang tidak akan mati sebelum mereka melihat
Anak Manusia datang sebagai Raja dalam KerajaanNya.’”.
·
Mat 25:34,40
- “Dan Raja itu akan berkata
kepada mereka yang di sebelah kananNya: Mari, hai kamu yang diberkati oleh BapaKu,
terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan. ... Dan Raja
itu akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu
yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudaraKu yang paling hina ini, kamu
telah melakukannya untuk Aku”.
·
Yoh 12:12-15
- “Keesokan harinya ketika orang banyak
yang datang merayakan pesta mendengar, bahwa Yesus sedang di tengah jalan
menuju Yerusalem, mereka mengambil daun-daun palem, dan pergi menyongsong Dia
sambil berseru-seru: ‘Hosana! Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, Raja
Israel!’ Yesus menemukan seekor keledai muda lalu Ia naik ke atasnya,
seperti ada tertulis: ‘Jangan takut, hai puteri Sion, lihatlah, Rajamu datang,
duduk di atas seekor anak keledai.’”.
·
Luk 23:42
- “Lalu ia berkata: ‘Yesus, ingatlah akan
aku, apabila Engkau datang sebagai Raja.’”.
2) Yesus bukanlah raja duniawi, tetapi
rohani.
William Hendriksen: “Had
Christ’s kingship been of an earthly kind, his attendants would have been
fighting, under his own command, sothat in Gethsemane he would not have
been handed over to the Jews and their wicked Sanhedrin! But instead of
ordering them to fight in his defence, he had done the exact opposite” (= Seandainya
Kerajaan Kristus adalah dari jenis duniawi, maka para pelayan / pembantuNya
akan melawan, di bawah perintahNya sendiri, sehingga di Getsemani Ia tidak akan
diserahkan kepada orang-orang Yahudi dan Sanhedrin mereka yang jahat! Tetapi Ia
bukannya memerintahkan mereka untuk berkelahi untuk mempertahankanNya,
melainkan melakukan kebalikannya) - hal 409.
Bdk. 18:10-11.
Ay 37: “Maka kata
Pilatus kepadaNya: ‘Jadi Engkau adalah raja?’ Jawab Yesus: ‘Engkau mengatakan,
bahwa Aku adalah raja. Untuk itulah Aku lahir dan untuk itulah Aku datang ke
dalam dunia ini, supaya Aku memberi kesaksian tentang kebenaran; setiap orang
yang berasal dari kebenaran mendengarkan suaraKu.’”.
1) “Maka kata Pilatus kepadaNya: ‘Jadi Engkau
adalah raja?’”.
Pertanyaan ini tidak bisa dijawab
sekedar dengan kata ‘Ya’ atau ‘Tidak’, karena kalau demikian justru tidak akan
mendapatkan jawaban yang sesungguhnya. Dalam film tentang pengadilan,
seringkali seseorang yang ditanyai hanya diijinkan untuk menjawab dengan ‘Ya’
atau ‘Tidak’, dan anehnya hakim biasanya menyetujui pembatasan seperti itu.
Dalam kasus pengadilan terhadap Yesus ini, sang hakim, yaitu Pontius Pilatus,
ternyata mau mendengarkan jawaban panjang lebar dalam ayat ini, dan ini
merupakan sesuatu yang bijaksana. Ini menyebabkan ia betul-betul mendapatkan
jawaban yang benar.
2) “Jawab Yesus: ‘Engkau mengatakan bahwa Aku
adalah raja”.
William Hendriksen: “The
reply cannot mean, ‘That is what you are saying, but I have never said that,’
The immediately following context leaves room for only one interpretation,
namely, that Jesus in replying, ‘You say that I am a king,’ definitely meant
that Pilate was correct in inferring that the prisoner possessed and claimed
royal authority! Note what follows: ‘For this purpose was I born,’ etc.
Hence, the meaning is ‘I am, indeed, a king; I was born for this very purpose.’” (= Jawaban ini
tidak bisa berarti: ‘Itu adalah yang kaukatakan, tetapi Aku tidak pernah
mengatakan itu’. Kontext setelahnya hanya memungkinkan satu penafsiran, yaitu
bahwa Yesus dalam menjawab: ‘Engkau mengatakan bahwa Aku adalah raja’, secara
jelas memaksudkan bahwa Pilatus benar dalam menyimpulkan bahwa sang tahanan
mempunyai dan mengclaim otoritas
raja! Perhatikan bagian berikutnya: ‘Untuk itulah Aku lahir’ dst. Jadi,
artinya adalah ‘Aku memang adalah seorang raja; Aku lahir untuk tujuan ini’.) - hal 409.
Catatan: saya meragukan kebenaran dari kalimat
terakhir (yang saya garis-bawahi). Hendriksen menghubungkan kalimat itu dengan
kalimat sebelumnya, tetapi banyak orang yang menghubungkan kalimat itu dengan
kalimat sesudahnya. Lihat penjelasan tentang bagian itu di bawah.
3) “Untuk itulah Aku lahir dan untuk itulah
Aku datang ke dalam dunia ini, supaya Aku memberi kesaksian tentang kebenaran”.
NIV: ‘In fact, for this reason I was born, and for this
I came into the world, to testify to the truth’ (= Sebetulnya,
untuk alasan ini Aku dilahirkan, dan untuk ini Aku datang ke
dalam dunia, untuk memberi kesaksian tentang kebenaran).
Sekalipun hanya
berbeda sedikit (‘ini’ dan ‘itu’), tetapi kata ‘itu’ rasanya menunjuk pada
kalimat sebelumnya (tentang Yesus sebagai Raja), sedangkan kata ‘ini’ menunjuk
pada kalimat sesudahnya (tentang memberi kesaksian tentang kebenaran).
Calvin
kelihatannya juga beranggapan bahwa kalimat ini harus dihubungkan dengan
kalimat sesudahnya, bukan dengan kalimat sebelumnya.
Thomas Whitelaw: “Thus Christ indicated the weapon
or instrumentality by which His kingdom should be established, maintained, and
propagated: cf. 2Cor. 10:4.” (= Demikianlah Kristus menunjukkan senjata atau alat
dengan mana KerajaanNya harus ditegakkan, dipertahankan, dan disebarkan: 2Kor
10:4) - hal 387.
2Kor 10:3-5
- “Memang kami
masih hidup di dunia, tetapi kami tidak berjuang secara duniawi, karena senjata
kami dalam perjuangan bukanlah senjata duniawi, melainkan senjata yang
diperlengkapi dengan kuasa Allah, yang sanggup untuk meruntuhkan
benteng-benteng. Kami mematahkan setiap siasat orang dan merubuhkan setiap kubu
yang dibangun oleh keangkuhan manusia untuk menentang pengenalan akan Allah.
Kami menawan segala pikiran dan menaklukkannya kepada Kristus”.
Barnes’ Notes: “Jesus does not here affirm
that he was born to reign, that this was the design of his coming; but it was
to bear witness to and exhibit the truth. By this he showed what was the nature
of his kingdom. It was not to assert power; not to collect armies; not to
subdue nations in battle. It was simply to present truth to men, and to
exercise dominion only by the truth. Hence the only power put forth in
restraining the wicked, in convincing the sinner, in converting the heart, in
guiding and leading his people, and in sanctifying them, is that which is
produced by applying truth to the mind. Men are not forced or compelled to be
Christians. They are made to see that they are sinners, that God is merciful,
that they need a Redeemer, and that the Lord Jesus is fitted to their case, and
yield themselves then wholly to his reign. This is all the power ever used in
the kingdom of Christ, and no men in his church have a right to use any other.
Alas! how little have persecutors remembered this! and how often, under the
pretence of great regard for the kingdom of Jesus, have bigots attempted, by
force and flames, to make all men think as they do!” (= Di sini Yesus tidak
menegaskan bahwa Ia dilahirkan untuk memerintah, bahwa ini merupakan rencana
kedatanganNya; tetapi Ia lahir / datang untuk memberi kesaksian dan menunjukkan
kebenaran. Dengan ini Ia menunjukkan sifat dari kerajaanNya. Bukan untuk
menuntut kuasa, bukan untuk mengumpulkan tentara; bukan untuk menundukkan
bangsa-bangsa dalam pertempuran. Tetapi hanya untuk menyatakan kebenaran kepada
manusia, dan menjalankan kuasa hanya oleh kebenaran. Karena itu
satu-satunya kuasa yang dikeluarkan dalam mengekang orang jahat, dan meyakinkan
orang berdosa, dalam mempertobatkan hati, dalam membimbing dan memimpin
umatNya, dan dalam menguduskan mereka, adalah apa yang dihasilkan oleh
penerapan kebenaran pada pikiran. Manusia tidak dipaksa untuk menjadi orang
kristen. Mereka dibuat melihat bahwa mereka adalah orang berdosa, bahwa Allah
itu penuh belas kasihan, bahwa mereka membutuhkan seorang Penebus, dan bahwa
Tuhan Yesus cocok dengan kasus mereka, dan mereka dibuat untuk menyerahkan diri
mereka sendiri sepenuhnya pada pemerintahanNya. Inilah semua kuasa yang
pernah digunakan dalam kerajaan Kristus, dan tidak ada orang dalam gerejaNya
yang mempunyai hak untuk menggunakan kuasa yang lain. Alangkah sedikitnya
para penganiaya mengingat hal ini! dan betapa sering, di bawah kepura-puraan
dari hormat yang besar untuk kerajaan Yesus, orang-orang fanatik berusaha,
dengan kekuatan dan api, membuat semua manusia berpikir seperti mereka) - hal 351.
Catatan: bandingkan
dengan Osama Bin Laden yang menggunakan para terorist untuk menghancurkan gedung
World Trade Center dan Pentagon.
Barnes’ Notes: “We
see here the importance which Jesus attached to the truth. It was his sole
business in coming into the world. He had no other end than to establish it.
We, therefore, should value it, seek for it as for hid treasure, Prov. 2:4 23:23.” (= Kita melihat di sini sifat penting yang dibubuhkan
pada kebenaran. Itu merupakan satu-satunya urusanNya dalam datang ke dalam
dunia. Ia tidak mempunyai tujuan lain selain menegakkan kebenaran. Karena itu,
kita harus menghargainya, dan mencarinya seperti mencari harta terpendam, Amsal
2:4 23:23) - hal 351-352.
Catatan: saya tidak
terlalu mengerti mengapa Barnes mengatakan bahwa penegakan kebenaran merupakan
satu-satunya urusan Yesus dalam datang ke dunia. Bagaimana dengan kematianNya
di atas kayu salib? Bukankah itu tujuanNya yang paling utama pada waktu Ia
datang ke dunia?
Amsal 2:1-5 - “Hai anakku, jikalau engkau menerima perkataanku dan
menyimpan perintahku di dalam hatimu, sehingga telingamu memperhatikan hikmat,
dan engkau mencenderungkan hatimu kepada kepandaian, ya, jikalau engkau berseru
kepada pengertian, dan menujukan suaramu kepada kepandaian, jikalau engkau
mencarinya seperti mencari perak, dan mengejarnya seperti mengejar harta
terpendam, maka engkau akan memperoleh pengertian tentang takut akan TUHAN
dan mendapat pengenalan akan Allah”.
Amsal 23:23 - “Belilah kebenaran dan jangan menjualnya; demikian juga
dengan hikmat, didikan dan pengertian”.
4) “setiap orang yang berasal dari kebenaran
mendengarkan suaraKu”.
Kalimat ini perlu direnungkan oleh
orang yang mengaku Kristen, tetapi yang tidak rindu Firman Tuhan dan tidak mau
belajar Firman Tuhan.
Penerapan:
Jaman inipun banyak orang yang
bersimpati / bermaksud baik terhadap Kristus / gereja / kekristenan. Para
simpatisan ini, sekalipun mereka pergi ke gereja, dan bahkan mendukung gereja
dalam keuangan, tetapi kalau mereka tidak mendengar dan mempercayai Yesus
sebagai Tuhan dan Juruselamat mereka, tetap dianggap sebagai ‘orang yang tidak berasal dari kebenaran’, dan tentu saja tidak selamat! Karena
itu, jangan sekedar menjadi orang yang seperti itu. Dengarlah kata-kata /
firman Yesus, dan percayalah kepadaNya, dan terimalah Dia sebagai Juruselamat
pribadi saudara!
Ay 38: “Kata Pilatus
kepadaNya: ‘Apakah kebenaran itu?’. Sesudah mengatakan demikian, keluarlah
Pilatus lagi mendapatkan orang-orang Yahudi dan berkata kepada mereka: ‘Aku tidak
mendapati kesalahan apapun padaNya”.
1) “Kata Pilatus kepadaNya: ‘Apakah kebenaran
itu?’. Sesudah mengatakan demikian, keluarlah Pilatus lagi mendapatkan
orang-orang Yahudi ....”.
Ada yang mengatakan bahwa Pilatus
mengatakan ini karena ingin tahu, tetapi Calvin berkata bahwa Pilatus
mengatakan ini sebagai penghinaan / peremehan / ejekan.
Calvin: “That
Pilate spoke in mockery is evident from this circumstance, that he immediately
goes out” (= Bahwa Pilatus berbicara dengan menghina terbukti dari
keadaan ini, bahwa ia langsung keluar) - hal 213. Barnes setuju dengan Calvin.
Adam Clarke: “Pilate
perhaps might have asked the question in a mocking way; and his not staying to
get an answer indicated that he either despaired of getting a satisfactory one,
or that he was indifferent about it. This is the case with thousands: they
appear desirous of knowing the truth, but have not patience to wait in a proper
way to receive an answer to their question” (= Pilatus mungkin menanyakan pertanyaan ini dengan cara
mengejek; dan bahwa ia tidak tetap tinggal untuk mendapatkan jawaban
menunjukkan bahwa atau ia putus asa untuk mendapatkan jawaban yang memuaskan,
atau bahwa ia acuh tak acuh tentang hal itu. Ada beribu-ribu kasus seperti itu:
mereka kelihatannya ingin mengenal kebenaran, tetapi tidak mempunyai kesabaran
untuk menunggu dengan cara yang benar untuk menerima suatu jawaban terhadap
pertanyaan mereka) -
hal 646.
William Hendriksen: “Pilate
blurts out: ‘What is truth,’ not realizing that the answer was standing
in front of him” (= Pilatus mengatakan: ‘Apakah kebenaran itu’, tanpa
menyadari bahwa jawabannya sedang berdiri di depannya) - hal 410.
Bdk. Yoh 14:6 - “Kata Yesus
kepadanya: ‘Akulah jalan dan kebenaran dan ....’”.
Mengapa Pliatus lalu keluar? Karena dari
jawaban Yesus ia yakin bahwa Yesus bukanlah raja dalam arti seperti yang
dituduhkan oleh orang-orang Yahudi, dan bahwa Ia tidak berbahaya bagi
pemerintahan Romawi, dan karena
itu Ia tidak bersalah terhadap tuduhan-tuduhan yang diberikan kepadaNya.
2) “Sesudah mengatakan demikian, keluarlah
Pilatus lagi mendapatkan orang-orang Yahudi dan berkata kepada mereka: ‘Aku
tidak mendapati kesalahan apapun padaNya”.
Berulangkali Pilatus menyatakan bahwa
Yesus tidak bersalah (bdk. 19:4,6b). Ini penting, karena kalau Yesus bersalah,
maka Ia mati untuk kesalahanNya sendiri. Tetapi karena Ia tidak bersalah, maka
Ia bisa mati untuk kita.
Ay 39: “Tetapi pada
kamu ada kebiasaan, bahwa pada Paskah aku membebaskan seorang bagimu. Maukah
kamu, supaya aku membebaskan raja orang Yahudi bagimu?’”.
1) Tradisi melepaskan penjahat pada
Paskah.
Calvin mengatakan bahwa kebiasaan /
tradisi melepaskan seorang penjahat pada hari Paskah merupakan kebiasaan yang
salah, karena itu sama dengan membenarkan orang salah (bdk. Amsal 17:15).
Calvin lalu memberi penerapan sebagai
berikut: orang-orang itu merayakan Paskah menggunakan penemuan mereka sendiri,
dan itu salah.
Calvin: “Let
us learn by this example, that nothing is more ridiculous, than to attempt to
serve God by our inventions; for, as soon as men begin to follow their own
imaginations, there will be no end till, by falling into some of the most
absurd fooleries, they openly insult God. The rule for the worship of God,
therefore, ought to be taken from nothing else than from his own appointment” (= Hendaklah
kita belajar dari contoh ini, bahwa tidak ada yang lebih menggelikan dari pada
berusaha melayani Allah oleh penemuan-penemuan kita sendiri; karena begitu
manusia mulai mengikuti khayalan mereka sendiri, tidak akan ada akhirnya
sampai, oleh kejatuhan ke dalam tindakan-tindakan bodoh yang paling
menggelikan, mereka secara terbuka menghina Allah. Karena itu, peraturan untuk
ibadah kepada Allah tidak boleh diambil dari manapun selain dari penetapanNya
sendiri) - hal 214.
2) Pilatus berusaha untuk membebaskan
Kristus dengan menggunakan tradisi membebaskan seorang penjahat pada hari
Paskah, dan ia menawarkan apakah ia harus membebaskan Barabas atau Yesus (bdk.
Mat 27:15-19). Ia berharap bahwa orang banyak itu akan memilih Yesus yang
dibebaskan.
Pilatus berpikir bahwa yang penting ia
bisa membebaskan Yesus, tidak apa-apa sekalipun Yesus bebas dengan predikat
‘penjahat yang dibebaskan pada Paskah’.
3) Leon Morris (NICNT): “Pilate was evidently trying to get the best of both
worlds” (= Pilatus jelas sedang
berusaha untuk mendapatkan yang terbaik dari kedua pihak) - hal 772.
Penerapan:
Ingat bahwa tidak selalu kita bisa
menyenangkan kedua pihak. Kadang-kadang, dan bahkan cukup sering, kita hanya bisa
menyenangkan salah satu pihak saja.
Ay 40: “Mereka
berteriak pula: ‘Jangan Dia, melainkan Barabas!’ Barabas adalah seorang
penyamun”.
Barabas adalah seorang penyamun dan pembunuh (bdk.
Mat 27:15-26
Mark 15:6-15
Luk 23:17-25
Kis 3:14). Betul-betul kontras dengan Kristus yang adalah seorang
nabi, seorang yang suci, Mesias, Anak Allah, yang selalu tunduk pada Firman
Tuhan. Tetapi anehnya, orang banyak memilih supaya Barabaslah yang dibebaskan.
John Henry Jowett: “Barabbas rather
than Christ! The destroyer of life rather than the Giver of life! This was the
choice of the people; and it is a choice which has often stained and defiled my
own life. When I choose revenge rather than forgiveness, I am preferring
Barabbas to Christ. ... When I choose carnal passion before holiness, I am
preferring Barabbas to Christ” (= Barabas dan bukannya Kristus! Pembunuh
kehidupan dan bukannya Pemberi kehidupan! Ini adalah pilihan dari orang-orang
itu; dan itu adalah suatu pilihan yang sering menodai dan menajiskan hidup saya
sendiri. Pada saat saya memilih balas dendam dan bukannya pengampunan, saya
memilih Barabas dan bukannya Kristus. ... Pada saat saya memilih nafsu daging
lebih dari kekudusan, saya memilih Barabas dan bukannya Kristus) - ‘Spring
of the Living Water’, March 28.
William Hendriksen: “this choice, though
entirely unjustified and wicked beyond words, was in accordance with the kind
decree and providence of God. Barabbas must go free in order that Jesus may be
crucified, his people saved, and God glorified!” (= pilihan ini, sekalipun sepenuhnya tidak bisa
dibenarkan dan sangat jahat, sesuai dengan ketetapan dan providensia yang baik
dari Allah. Barabas harus pergi dengan bebas supaya Yesus bisa disalibkan,
umatNya diselamatkan, dan Allah dimuliakan!) - hal 412.
Barclay:
“The choice of the mob has been the
eternal choice. Barabbas was the man of force and blood, the man who chose to
reach his end by violent means. Jesus was the man of love and of gentleness,
... It is the tragic fact of history that all through the ages men have chosen
the way of Barabbas and refused the way of Jesus” (= Pilihan dari orang banyak merupakan pilihan kekal.
Barabas adalah orang yang senang dengan kekerasan dan darah, orang yang memilih
untuk mencapai tujuannya dengan cara kekerasan. Yesus adalah orang yang penuh
kasih dan kelembutan, ... Merupakan suatu fakta sejarah yang tragis bahwa dalam
sepanjang jaman manusia telah memilih cara Barabas dan menolak cara Kristus) - hal 249.
Contoh:
Osama Bin Laden, yang dianggap sebagai orang yang menghancurkan gedung World
Trade Center di New York dan gedung Pentagon di Washington, adalah seorang
terorist yang sangat jahat, dan merupakan seorang pembunuh berdarah dingin.
Dalam wawancara antara Bin Laden dengan ABC News pada tahun 1998, ia berkata:
“In
today’s wars, there are no morals. We believe the worst thieves in the world
today and the worst terrorists are the Americans. We do not have to
differentiate between military or civilian. As far as we are concerned, they
are all targets” (= Dalam perang
jaman sekarang, tidak ada moral. Kami percaya bahwa pencuri-pencuri yang paling
buruk dalam dunia saat ini dan terorist-terorist yang paling buruk adalah
orang-orang Amerika. Kami tidak harus membedakan antara militer dan penduduk
sipil. Sejauh kami yang dipersoalkan, mereka semua adalah target / sasaran) - Majalah ‘Time’, 24 September 2001,
hal 51.
Dan tentang pemboman terhadap U.S.S. Cole di Yaman, suatu
serangan yang membunuh 17 orang, dikatakan sebagai berikut:
“‘The
pieces of the bodies of the infidels were flying like dust particles,’ he sang.
‘If you had seen it with your own eyes, your heart would have been filled with
joy.’” (= ‘Potongan-potongan
tubuh dari orang-orang kafir terbang seperti partikel debu,’ Ia menyanyi.
‘Seandainya engkau melihatnya dengan matamu sendiri, hatimu akan dipenuhi
dengan sukacita.’) -
Majalah ‘Time’, 24 September 2001, hal 51.
Tetapi begitu banyak orang membela Osama Bin Laden. Bahkan
orang-orang Indonesia yang sudah lama tinggal di Arab Saudi, ketika ditanya oleh
wartawan tentang tempat tinggal Osama Bin Laden di Arab Saudi, semua bungkam
seribu bahasa, untuk melindunginya. Dan di TV cable, ada banyak siaran yang
menunjukkan bahwa orang-orang Islam di Pakistan dan banyak negara lain,
mendukung Osama Bin Laden sebagai pahlawan! Merasa aneh? Jangan terlalu heran.
Dahulupun orang-orang Yahudi memilih Barabas dari pada Kristus! Tetapi kalau
pemilihan Barabas pada jaman dulu menyebabkan terjadinya penebusan dosa umat
manusia, saya tidak tahu pemilihan Osama ‘Barabas’ Bin Laden pada saat ini akan
menghasilkan apa!
Penerapan:
Kalau orang banyak lebih memilih / menghargai orang jahat dari
pada saudara, padahal saudara adalah orang percaya yang taat, jangan terlalu
heran. Seorang murid tidak lebih dari Gurunya, dan seorang hamba tidak lebih
dari Tuannya!
-AMIN-
email us at : gkri_exodus@lycos.com