Eksposisi Injil Yohanes
oleh: Pdt. Budi
Asali MDiv.
Leon Morris mengatakan (hal 858) bahwa ada 2 pandangan utama
tentang Yoh 21.
1) Ini merupakan bagian integral dari
Injil Yohanes dari semula.
Leon Morris (NICNT): “Those
who see this section as integral to the Gospel point to the fact that there is no
break in style. As far as we can see this last chapter came from the same pen
as did the first twenty” (=
Mereka yang melihat bagian ini sebagai pelengkap dari Injil ini menunjuk kepada
fakta bahwa di sana tidak ada perubahan dalam gaya. Sejauh yang bisa kami lihat
pasal terakhir ini datang dari pena / penulis yang sama seperti halnya dua
puluh pasal yang pertama)
- hal 858.
Leon Morris (NICNT) mengutip kata-kata
Strachan: “There is no trace of any manuscript of the Gospel
without this chapter” (= Tidak
ada jejak dari manuscripts manapun dari Injil ini tanpa pasal ini) - hal 858 (footnote).
Leon Morris (NICNT) mengutip kata-kata
Lenski: “No copies of the Fourth Gospel have ever been found from
which chapter 21 is omitted, and no trace of such copies has ever been
discovered” (= Tidak ada copy
dari Injil Keempat ini yang pernah ditemukan dari mana pasal 21 dihapuskan, dan
tidak ada jejak tentang copy seperti itu yang pernah ditemukan) - hal 858 (footnote).
Pulpit Commentary: “There
are no rational external grounds for attributing any portion of ch. 21 (unless
it be the two verses, 24 and 25) to any other hand than to that of the author
of the previous portion of the Gospel. Manuscript authority is entirely
unanimous in assuming the integrity of the Gospel in this respect. There could
not have been any period when the first twenty chapters were published without
the accompaniment of this ‘appendix.’” [= Tidak ada dasar external / luar yang rasionil untuk menghubungkan
bagian manapun dari pasal 21 (kecuali itu adalah dua ayat, 24 dan 25) kepada
tangan lain manapun dari pada tangan dari pengarang dari bagian sebelumnya dari
Injil ini. Otoritas manuscripts dengan suara bulat sepenuhnya menganggap
keutuhan dari Injil ini dalam hal ini. Tidak bisa pernah ada saat manapun
dimana dua puluh pasal yang pertama diterbitkan tanpa disertai oleh ‘tambahan’
ini] - hal 496.
2) Ini merupakan suatu penambahan
kepada Injil Yohanes yang tadinya sudah selesai.
Pandangan yang kedua ini dibagi lagi
menjadi 2 yaitu:
a) Yang menganggap bahwa, kecuali
ay 24-25, Yoh 21 ini ditulis oleh rasul Yohanes.
b) Yang
menganggap bahwa Yoh 21 ditulis oleh penulis yang berbeda.
William Hendriksen condong pada
pandangan ini dengan alasan:
·
Kesimpulan
pada Yoh 20:30-31 memberikan kesan bahwa cerita tersebut (pasal 1-20)
berakhir di sana.
·
Pengarang
dari pasal 1-20 tak pernah menyebut dirinya sendiri atau keluarganya dengan
menggunakan nama (bdk. 1:35-41; 13:23; 18:15; 19:25-27,35; 20:2-10), tetapi siapapun yang menulis
pasal 21 menyebut ‘anak-anak
Zebedeus’ dalam 21:2.
·
Biasanya
untuk menyebut dirinya sendiri Yohanes hanya mengatakan ‘murid yang dikasihi Yesus’ (13:23 19:26 20:2),
tetapi dalam pasal 21 penulis itu menggunakan penjelasan panjang lebar untuk
menunjuk kepada Yohanes.
Yoh 21:20 - “Ketika Petrus berpaling, ia melihat bahwa murid yang
dikasihi Yesus sedang mengikuti mereka, yaitu murid yang pada waktu
mereka sedang makan bersama duduk dekat Yesus dan yang berkata: ‘Tuhan,
siapakah dia yang akan menyerahkan Engkau?’”.
Saya berpendapat bahwa hanya point
pertama yang bisa diperhitungkan dari argumentasi William Hendriksen ini
sedangkan 2 point terakhir sama sekali tidak kuat.
Hal-hal yang menyebabkan Yoh 21 ini
dianggap sebagai penambahan adalah:
1. Yoh
20:30-31 kelihatannya merupakan akhir dari Injil Yohanes.
Bantahan:
1Yoh 5:13 mirip dengan
Yoh 20:30-31, tetapi 1Yoh 5:13 juga bukan penutup dari surat Yoh yang
pertama itu (Leon Morris, hal 859).
1Yoh 5:13 - “Semuanya itu kutuliskan kepada kamu, supaya kamu yang
percaya kepada nama Anak Allah, tahu, bahwa kamu memiliki hidup yang kekal”.
2. Yoh 21 mengandung petunjuk
yang cukup yang menunjukkan bahwa itu memang ditambahkan.
Leon Morris (NICNT): “When
the Beloved Disciple was growing old and some thought that Jesus had said He
would return before His beloved follower’s death, it was necessary to correct
the error. Harm could occur to the church if he died and still the Lord had not
come. This chapter is held to the result” (= Pada waktu murid yang dikasihi itu menjadi tua dan
beberapa orang berpikir bahwa Yesus telah berkata bahwa Ia akan kembali sebelum
kematian dari pengikut yang Ia kasihi ini, maka adalah perlu untuk membetulkan
kesalahan ini. Kerugian bisa terjadi pada gereja jika ia mati dan Tuhan tetap
tidak datang) - hal
858.
Catatan: kata-kata ini berhubungan dengan
Yoh 21:20-23 - “(20) Ketika Petrus
berpaling, ia melihat bahwa murid yang dikasihi Yesus sedang mengikuti mereka,
yaitu murid yang pada waktu mereka sedang makan bersama duduk dekat Yesus dan
yang berkata: ‘Tuhan, siapakah dia yang akan menyerahkan Engkau?’ (21) Ketika
Petrus melihat murid itu, ia berkata kepada Yesus: ‘Tuhan, apakah yang akan
terjadi dengan dia ini?’ (22) Jawab Yesus: ‘Jikalau Aku menghendaki, supaya ia
tinggal hidup sampai Aku datang, itu bukan urusanmu. Tetapi engkau: ikutlah
Aku.’ (23) Maka tersebarlah kabar di antara saudara-saudara itu, bahwa murid
itu tidak akan mati. Tetapi Yesus tidak mengatakan kepada Petrus, bahwa murid
itu tidak akan mati, melainkan: ‘Jikalau Aku menghendaki supaya ia tinggal
hidup sampai Aku datang, itu bukan urusanmu.’”.
Tetapi Leon Morris sendiri lalu
membantah argumentasi ini dengan berkata sebagai berikut:
“while chapter 21 does indeed deal with the expected
return of the Lord before the death of the Beloved Disciple, yet this is not
the main thrust of the chapter. It is more concerned with Peter’s
reinstatement” (= sementara pasal
21 memang berurusan dengan diharapkannya kembalinya Tuhan sebelum kematian dari
murid yang dikasihi, tetapi ini bukan tujuan utama dari pasal ini. Pasal ini
lebih memperhatikan penerimaan kembali dari Petrus) - hal 859.
Ada pandangan yang lain lagi, yang tidak terlalu populer, yang
mengatakan bahwa mula-mula Yoh 20:30-31 terletak sesudah Yoh 21:23,
dan merupakan kesimpulan yang orisinil dari Injil Yohanes. Belakangan
Yoh 21:24-25 ditambahkan, dan ini menyebabkan Yoh 20:30-31 lalu
dipindahkan ke tempatnya yang sekarang ini.
Leon Morris (NICNT): “Lagrange is of
opinion that 20:30f. originally stood after 21:23, and that this formed the
original conclusion of the Gospel. Subsequently 21:24 was added and this caused
the removal of the words to their present place. This is ingenious but it has
not convinced very many” (=
Lagrange mempunyai pandangan bahwa 20:30-dst mula-mula terletak setelah 21:23,
dan bahwa ini membentuk kesimpulan yang orisinil dari Injil ini. Sesudah itu
21:24 ditambahkan, dan ini menyebabkan pemindahan kata-kata itu ke tempat yang
sekarang. Ini cerdik tetapi tidak meyakinkan terlalu banyak orang) - hal 859.
Problem terbesar dari pandangan ini adalah tidak adanya jejak
manuscripts yang mendukungnya.
Ay 1:
“Kemudian Yesus menampakkan diri lagi kepada
murid-muridNya di pantai danau Tiberias dan Ia menampakkan diri sebagai berikut”.
1) Nama Tiberias = Galilea.
Yoh 6:1 - “Sesudah itu Yesus berangkat ke seberang danau Galilea,
yaitu danau Tiberias”.
Kitab Suci bahasa Inggris menyebutkan ‘sea’
(= laut).
Sebetulnya itu adalah sebuah danau,
tetapi Calvin mengatakan (hal 283) bahwa orang-orang Yahudi biasa menyebutnya ‘the
sea of Tiberias’ (= laut Tiberias).
2) Mengapa mereka bisa berada di
Galilea?
Perhatikan ayat-ayat ini:
3) Matthew Henry mengatakan bahwa
kalau dalam Yoh 20 Yesus menampakkan diri kepada murid-murid pada saat
mereka sedang berkumpul / bersekutu, maka di sini Yesus menampakkan diri kepada
mereka pada saat mereka sedang menjala ikan, atau berada dalam kehidupan
sehari-hari. Kita bisa ‘berjumpa’ dengan Tuhan bukan hanya pada saat kita ada
di gereja, dalam kebaktian, Pemahaman Alkitab, pada saat bersaat teduh, dsb,
tetapi juga dalam keadaan sehari-hari, pada saat sedang bekerja dan sebagainya.
Ay 2:
“Di pantai itu berkumpul Simon Petrus, Tomas
yang disebut Didimus, Natanael dari Kana yang di Galilea, anak-anak Zebedeus
dan dua orang muridNya yang lain”.
1) Ada 7 murid yang berkumpul di sini,
bukan dalam acara rohani, tetapi dalam peristiwa / kejadian biasa.
Matthew Henry: “It
is good for the disciples of Christ to be much together; not only in solemn
religious assemblies, but in common conversation, and about common business.
Good Christians should by this means both testify and increase their affection
to, and delight in, each other, and edify one another both by discourse and
example” (= Adalah baik untuk
murid-murid Kristus untuk sering bersama; bukan hanya pada pertemuan agama yang
khidmat, tetapi dalam pembicaraan biasa, dan tentang urusan umum / biasa.
Orang-orang kristen yang baik harus dengan cara ini menyaksikan dan meningkatkan
kasih sayang dan kesenangan satu terhadap yang lain, dan saling mendidik oleh
percakapan dan teladan).
2) Tomas ada di sana.
Matthew Henry: “Thomas
was one of them, and is named next to Peter, as if he now kept closer to the meetings
of the apostles than ever. It is well if losses by our neglects make us more
careful afterwards not to let opportunities slip” (= Tomas merupakan salah satu dari mereka , dan
disebutkan sesudah Petrus, seakan-akan ia sekarang lebih dekat kepada pertemuan-pertemuan
rasul-rasul dari sebelumnya. Adalah baik jika kehilangan-kehilangan yang
terjadi karena kelalaian-kelalaian kita membuat kita lebih hati-hati setelah
itu untuk tidak membiarkan kesempatan-kesempatan lolos).
3) Mengapa ‘anak-anak Zebedeus’ (Yakobus dan Yohanes) disebutkan setelah Tomas dan
Natanael?
Pulpit Commentary: “That
they (sons of Zebedee) should here be mentioned after Thomas and after Nathanael
correspond with the reticence and modesty of the evangelist” [= Bahwa mereka (anak-anak
Zebedeus) di sini harus disebutkan
setelah Tomas dan setelah Natanael, sesuai dengan sikap diam dan rendah hati
dari sang penginjil] -
hal 500.
4) ‘dua
orang muridNya yang lain’.
Tentang ‘dua orang muridNya yang lain’ ini ada yang menganggap mereka ini
juga rasul, ada yang menganggap tidak.
Istilah ‘murid’ tidak harus menunjuk kepada salah satu dari 12 murid / rasul.
Kalau mereka berdua adalah rasul, adalah aneh mengapa nama mereka tidak
diberikan.
Ay 3:
“Kata Simon Petrus kepada mereka: ‘Aku pergi menangkap
ikan.’ Kata mereka kepadanya: ‘Kami pergi juga dengan engkau.’ Mereka berangkat
lalu naik ke perahu, tetapi malam itu mereka tidak menangkap apa-apa”.
1) Apakah para rasul ini kembali
kepada pekerjaan lama mereka?
Clarke dan beberapa penafsir yang lain
menganggap bahwa sebagian dari para murid ini kembali kepada mata pencaharian
mereka. Sekalipun hal ini tak bisa dipastikan, tetapi ini merupakan sesuatu
yang memungkinkan. Merupakan sesuatu yang sering terjadi bahwa seseorang yang
kehilangan pemimpinnya, yang tadinya mengarahkan kehidupannya ke arah yang
rohani, lalu kembali kepada kehidupan lamanya. Ini terjadi khususnya pada jaman
Hakim-Hakim.
William Hendriksen mengatakan (hal 479)
bahwa sekalipun setelah kebangkitanNya Yesus sudah menampakkan diri kepada
Petrus, tetapi mungkin bagi Petrus belum jelas bahwa ia, yang sudah menyangkal
Yesus 3 x, berhak untuk melanjutkan aktivitasnya sebagai seorang rasul /
misionaris, dan karena itu adalah mungkin bahwa ia lalu kembali kepada
kehidupan yang lama sebagai seorang penangkap ikan.
William Hendriksen (hal 479) bahkan
mempertanyakan kemungkinan bahwa ketidak-berhasilan mereka menangkap apa-apa
menunjukkan ketidak-senangan Allah karena mereka kembali kepada pekerjaan lama
mereka.
Tetapi Matthew Henry tidak setuju
dengan pandangan ini.
Matthew Henry: “Some
think they did amiss in returning to their boats and nets, which they had left;
but then Christ would not have countenanced them in it with a visit. It was
rather commendable in them; for they did it, (1.) To redeem time, and not be
idle. They were not yet appointed to preach the resurrection of Christ. ... It
is probable that their Master had directed them to say nothing of his
resurrection till after his ascension, nay, not till after the pouring out of
the Spirit, and then they were to begin at Jerusalem. Now, in the mean time,
rather than do nothing, they would go a fishing; not for recreation, but for
business” [= Sebagian orang
berpikir bahwa mereka melakukan kesalahan dengan kembali kepada perahu dan jala
mereka, yang telah mereka tinggalkan; tetapi jika demikian Kristus tidak akan
menyetujui mereka di dalam hal itu dengan mengunjungi mereka. Sebaliknya itu
merupakan sesuatu yang terpuji dari mereka; karena mereka melakukan hal itu,
(1) Untuk menebus waktu, dan tidak menjadi malas. Mereka belum ditetapkan untuk
mengkhotbahkan kebangkitan Kristus. ... Adalah mungkin bahwa Guru mereka telah
mengarahkan mereka untuk tidak berkata apa-apa tentang kebangkitanNya sampai
setelah kenaikanNya, tidak, tetapi sampai setelah pencurahan Roh, dan lalu
mereka harus mulai di Yerusalem. Sekarang, sementara itu, dari pada tidak
melakukan apa-apa, mereka pergi menjala ikan, bukan untuk rekreasi, tetapi
untuk pekerjaan / mencari uang].
2) ‘mereka
tidak menangkap apa-apa’.
a) Ketekunan mereka dalam bekerja
harus diperhatikan dan ditiru. Sekalipun tidak berhasil menangkap apa-apa,
tetapi mereka bekerja selanjang malam. Dalam pekerjaan / pelayanan, kita juga
harus demikian.
Calvin: “if
we wish to allow an opportunity for the blessing of God to descend on us, we
ought constantly to expect it; for nothing can be more unreasonable than to
withdraw the hand immediately from labour, if it do not give promise of
success” (= jika kita ingin
mengijinkan suatu kesempatan bagi berkat Allah untuk turun kepada kita, kita
harus terus menerus mengharapkannya; karena tidak ada apapun yang lebih tidak
masuk akal dari pada segera menahan tangan dari pekerjaan, jika itu tidak
menjanjikan kesuksesan)
- hal 285.
Calvin: “Now,
if we dislike our calling, because the labour which we undertake appears to be
unproductive, yet, when the Lord exhorts us to steadiness and perseverance, we
ought to take courage; in the end we shall obtain a happy result, but it will
be at the proper time” (=
Sekarang, jika kita tidak menyenangi panggilan kita, karena pekerjaan yang kita
lakukan kelihatannya tidak memberi hasil, tetapi pada waktu Tuhan mendesak kita
kepada keteguhan hati dan ketekunan, kita harus meneguhkan hati; pada akhirnya
kita akan mendapatkan hasil yang menyenangkan, tetapi itu akan terjadi pada
saat yang tepat) - hal
285.
b) Allah memang sengaja mengatur
supaya mereka tidak mendapat apa-apa, supaya dengan demikian mujijat yang akan dilakukan
oleh Kristus menjadi makin menyolok, dan mereka lebih bisa merasakan kebaikan
Tuhan. Dengan cara yang sama, Allah sering menguji orang-orang percaya, supaya
mereka bisa menilai berkat-berkatNya dengan lebih tinggi. Jika kita selalu
berhasil pada waktu kita bekerja, maka kita akan tidak / kurang menghargai
keberhasilan itu sebagai berkat / pertolongan Tuhan, dan sebaliknya akan
membanggakan kehebatan diri kita sendiri. Tetapi kalau mula-mula kita gagal
dalam pekerjaan kita, dan Tuhan lalu menolong kita sehingga kita bisa berhasil,
maka kita akan lebih menghargai berkat Tuhan tersebut.
Matthew Henry: “Their
disappointment in their fishing. That night they caught nothing, though, it is
probable, they toiled all night, as Lu. 5:5. See the vanity of this world; the
hand of the diligent often returns empty. Even good men may come short of
desired success in their honest undertakings. We may be in the way of our duty,
and yet not prosper. Providence so ordered it that all that night they should
catch nothing, that the miraculous draught of fishes in the morning might be
the more wonderful and the more acceptable. In those disappointments which to
us are very grievous God has often designs that are very gracious” (= Kekecewaaan mereka dalam penangkapan ikan mereka.
Malam itu mereka tidak menangkap apa-apa, sekalipun, adalah mungkin bahwa
mereka bekerja sepanjang malam, seperti dalam Luk 5:5. Lihatlah kesia-siaan
dari dunia ini; tangan yang rajin sering kembali kosong. Bahkan orang-orang
baik bisa kekurangan sukses yang diinginkan dalam usaha jujur mereka. Kita bisa
ada di jalan kewajiban kita, tetapi tidak berhasil. Providensia mengatur
sedemikian rupa sehingga sepanjang malam mereka tidak menangkap apa-apa, supaya
penangkapan ikan pada paginya bisa lebih hebat dan lebih bisa diterima. Dalam
kekecewaan-kekecewaan itu, yang bagi kita sangat menyedihkan, Allah sering
mempunyai rencana-rencana yang sangat murah hati).
Jadi di sini berlaku Ro 8:28 - “Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala
sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi
mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah”.
Ay 4:
“Ketika hari mulai siang, Yesus berdiri di
pantai; akan tetapi murid-murid itu tidak tahu, bahwa itu adalah Yesus”.
Ada beberapa alasan yang memungkinkan yang menyebabkan mereka
tidak mengenali Yesus:
1) Hari belum cukup terang.
Kata-kata ‘ketika hari mulai siang’ merupakan
terjemahan yang salah.
KJV: ‘But when
the morning was now come’ (= Tetapi ketika pagi datang).
NIV: ‘Early in
the morning’ (= Pagi-pagi sekali).
2) Mereka terlalu jauh dari Dia (bdk.
ay 8 yang mengatakan 200 hasta, atau kira-kira 90 meter).
3) Mereka tidak berharap untuk bertemu
dengan Dia dan mereka tidak memandang dengan sungguh-sungguh kepadaNya.
Matthew Henry: “The
disciples, though they had been intimately acquainted with him, knew not, all
at once, that it was Jesus. Little expecting to see him there, and not looking
intently upon him, they took him for some common person waiting the arrival of
their boat, to buy their fish. Note, Christ is often nearer to us than we think
he is, and so we shall find afterwards, to our comfort” (= Murid-murid, sekalipun mereka telah saling mengenal
dengan akrab dengan Dia, tidak tahu dengan segera bahwa itu adalah Yesus.
Mereka tidak mengharapkan untuk melihat Dia di sana, dan tidak melihat dengan
sungguh-sungguh kepada Dia, mereka mengira Dia adalah orang biasa yang menunggu
kedatangan perahu mereka, untuk membeli ikan mereka. Perhatikan, Kristus sering
lebih dekat kepada kita dari pada yang kita pikirkan, dan demikianlah akan kita
dapatkan setelahnya, untuk penghiburan kita).
Matthew Henry: “Christ’s
time of making himself known to his people is when they are most at a loss. When
they think they have lost themselves, he will let them know that they have not
lost him” [= Saat Kristus
menyatakan diriNya sendiri kepada umatNya adalah pada saat mereka paling
bingung / tidak mengerti. Pada waktu mereka mengira bahwa mereka kehilangan
diri mereka sendiri (kalah / gagal), Ia akan memberitahu mereka bahwa mereka
tidak kehilangan Dia].
Ay 5-6: “(5) Kata Yesus
kepada mereka: ‘Hai anak-anak, adakah kamu mempunyai lauk-pauk?’ Jawab mereka:
‘Tidak ada.’ (6) Maka kata Yesus kepada mereka: ‘Tebarkanlah jalamu di sebelah
kanan perahu, maka akan kamu peroleh.’ Lalu mereka menebarkannya dan mereka
tidak dapat menariknya lagi karena banyaknya ikan”.
1) Bukan sisi kanan atau kiri yang
dipersoalkan, tetapi ketaatan kepada Kristus.
Leon Morris (NICNT): “Some
commentators draw attention to passages in classical authors showing that the
right side is the fortunate side but it is difficult to see what relevance this
has to the New Testament. Obedience to Christ, not luck, is the important
thing” (= Sebagian penafsir
memperhatikan bagian-bagian dalam pengarang-pengarang klasik yang menunjukkan
bahwa sisi kanan adalah sisi yang menguntungkan / mujur, tetapi sukar untuk
melihat apa hubungannya dengan Perjanjian Baru. Ketaatan kepada Kristus, bukan
kemujuran, yang merupakan hal yang penting) - hal 863.
2) Apakah peristiwa ini suatu mujijat
atau bukan?
Barclay menganggap bahwa ini bukanlah
suatu mujijat.
William Barclay: “The
catch here is not described as a miracle, and it is not meant to be taken as
one. The description is of something which still frequently happens on the
lake. Remember that the boat was only about a hundred yards from land. H. V.
Morton describes how he saw two men fishing on the shore of the lake. One had
waded out from the shore and was casting a bell net into the water. ‘But time
after time the net came up empty. ... While he was waiting for another cast,
Abdul shouted to him from the bank to fling to the left, which he instantly
did. This time it was successful. ... It happens very often that the man with
the hand-net must rely on the advice of someone on shore, who tells him to cast
either to the left or the right, because in the clear water he can often see a
shoal of fish invisible to the man in the water.’ Jesus was acting as guide to
his fishermen friends, just as people still do today” (= Penangkapan di sini tidak digambarkan sebagai suatu
mujijat, dan tidak dimaksudkan untuk dianggap sebagai suatu mujijat.
Penggambaran ini merupakan sesuatu yang tetap sering terjadi di danau. Ingatlah
bahwa perahu itu hanya berada sekitar 100 yards dari daratan. H. V. Morton
menggambarkan bagaimana ia melihat 2 orang menjala di pantai suatu danau. Yang
seorang telah meninggalkan pantai dan sedang melemparkan jala lonceng ke dalam
air. ‘Tetapi berulang kali jala itu naik dengan kosong. ... Sementara ia
menunggu pelemparan selanjutnya, Abdul berteriak kepadanya dari tepi untuk
melemparkan ke kiri, yang dengan segera dilakukannya. Kali ini itu merupakan
sukses. ... Sangat sering terjadi bahwa orang dengan jala tangan harus
bersandar kepada nasehat / petunjuk dari seseorang di tepi, yang memberitahunya
untuk melemparkan ke kiri atau ke kanan, karena di air yang jernih ia sering
bisa melihat sekumpulan ikan yang tidak terlihat oleh orang yang ada di air’.
Yesus bertindak sebagai pembimbing kepada teman-teman nelayannya, persis
seperti orang-orang tetap melakukannya pada saat / jaman ini) - hal 281.
Leon Morris juga mempunyai kata-kata /
cerita dari H. V. Morton itu, dan ia menanggapi dengan kata-kata:
“Whether this would be valid for people one hundred yards
apart is another matter” (=
Apakah ini benar untuk orang yang berada sejauh 100 yards merupakan suatu
persoalan yang berbeda)
- hal 864 (footnote).
Catatan: 200 hasta (ay 8) = 100 yard = 90
meter.
Hal lain yang perlu dipersoalkan
adalah: kalau ini bukan merupakan suatu mujijat, mengapa gerangan Yohanes
menuliskannya / menceritakannya di sini?
3) Ketaatan kepada Kristus menyebabkan
keberhasilan.
John G. Mitchell: “Obedience
to Christ always brings a harvest. He knows where the fish are. He knows where
to put the net. He knows what to do. We talk about soul-winning. We talk about
personal work. We talk about Christian-service. All He asks is obedience; and
when we obey Him, He guarantees a harvest” (= Ketaatan kepada Kristus selalu membawa suatu panen.
Ia tahu dimana ikan berada. Ia tahu dimana melemparkan jala. Ia tahu apa yang
harus dilakukan. Kami berbicara tentang memenangkan jiwa. Kami berbicara
tentang pekerjaan pribadi. Kami berbicara tentang pelayanan Kristen. Semua yang
Ia minta adalah ketaatan; dan pada waktu kita mentaati Dia, Ia menjamin suatu
panen) - hal 403.
Ay 7-8: “(7) Maka murid
yang dikasihi Yesus itu berkata kepada Petrus: ‘Itu Tuhan.’ Ketika Petrus
mendengar, bahwa itu adalah Tuhan, maka ia mengenakan pakaiannya, sebab ia
tidak berpakaian, lalu terjun ke dalam danau. (8) Murid-murid yang lain datang
dengan perahu karena mereka tidak jauh dari darat, hanya kira-kira dua ratus
hasta saja dan mereka menghela jala yang penuh ikan itu”.
1) Yohanes yang pertama mengenali
bahwa orang di pantai itu adalah Yesus.
Tasker mengatakan bahwa pengalaman
mereka ini mengingatkan mereka pada pengalaman mereka yang lalu dalam
Luk 5:1-11, sekalipun ada perbedaan antara kedua peristiwa itu, yaitu bahwa
dalam Luk 5 itu jala mereka mulai koyak dan perahu mereka mulai tenggelam.
Ini menyebabkan mereka mengawasi orang di pantai itu dengan sungguh-sungguh dan
Yohanes lalu mengenaliNya sebagai Yesus.
2) Yohanes lebih maju dalam persoalan
pengertian / iman, tetapi Petrus lebih maju dalam persoalan semangat.
Calvin: “as
John goes before Peter in faith, so Peter afterwards excels him in zeal, when,
disregarding personal danger, he throws himself into the lake. The rest follow
in the ship. True, all come to Christ at length, but Peter is actuated by a
peculiar zeal in comparison of the others. ... the act of leaving the ship and
going on shore was not the result of folly and rashness, but that he advanced
beyond the others in proportion to his zeal” (= Sebagaimana Yohanes berjalan di depan Petrus dalam
iman, demikianlah setelahnya Petrus melampauinya dalam semangat, pada waktu
dengan mengabaikan bahaya pribadi, ia melemparkan dirinya sendiri ke dalam
danau. Sisanya mengikuti dalam perahu. Memang benar bahwa akhirnya semua datang
kepada Kristus, tetapi Petrus digerakkan oleh semangat yang khas dibandingkan
dengan yang lainnya. ... tindakan meninggalkan perahu dan pergi / berenang ke
pantai bukanlah hasil dari kebodohan dan sikap gegabah, tetapi bahwa ia melampaui
yang lain dalam ukuran semangatnya) - hal 286.
3) Petrus tadinya tidak berpakaian /
telanjang; apakah ini betul-betul berarti telanjang?
Ay 7 (KJV): ‘for
he was naked’ (= karena ia telanjang).
Adam Clarke: “‘He
was naked.’ He was only in his vest. Gumnos,
naked, is often used to signify the absence of this upper garment only. In 1
Sam. 19:24, when Saul had put off his himatia,
upper garments, he is said to have been gumnos,
naked; and David, when girded only with a linen ephod, is said to have been uncovered,
in 2 Sam. 6:14,20” (= ‘Ia
telanjang’. Ia hanya memakai baju dalam. GUMNOS, telanjang, sering digunakan
untuk menunjukkan tidak adanya jubah luar saja. Dalam 1Sam 19:24, pada waktu
Saul melepaskan HIMATIAnya, baju / jubah luar, ia dikatakan GUMNOS, telanjang;
dan Daud, pada waktu hanya memakai baju efod dari kain lenan, dikatakan sebagai
telanjang, dalam 2Sam 6:14,20).
Barnes’ Notes: “‘He
was naked’. He was undressed, with nothing on but the undergarment or tunic.
The word does not require us to suppose a greater degree of nakedness than
this” [= ‘Ia telanjang’. Ia tidak
berpakaian, tak mengenakan apa-apa kecuali pakaian dalam atau tunic (semacam pakaian longgar). Kata itu tidak mengharuskan kita untuk menganggap suatu
tingkat ketelanjangan yang lebih tinggi dari ini].
Pulpit Commentary: “The
word gumnoz does not mean perfectly nude. A man who had simply the xitwn or tunic upon him was practically thus regarded. The
word gumnoz occurs in Isa. 20:2; 1Sam 19:24; Job 24:10 in the same
sense” (= Kata gumnoz /
GUMNOS tidak berarti telanjang secara
total. Seorang laki-laki yang hanya mengenakan xitwn /
CHITON atau tunic secara praktis dianggap
telanjang. Kata gumnoz /
GUMNOS muncul dalam Yes 20:2; 1Sam 19:24;
Ayub 24:10 dalam arti yang sama) - hal 502.
Ay 9:
“Ketika mereka tiba di darat, mereka melihat
api arang dan di atasnya ikan dan roti”.
1) Jangan menanyakan dari mana Yesus
mendapatkan semua ini; Ia mempunyai banyak cara dengan mana Ia bisa
mendapatkannya.
Matthew Henry: “we
need not be curious in enquiring whence this fire, and fish, and bread, came,
any more than whence the meat came which the ravens brought to Elijah. He that
could multiply the loaves and fishes that were could make new ones if he
pleased, or turn stones into bread, or send his angels to fetch it, where he
knew it was to be had. It is uncertain whether this provision was made ready in
the open air, or in some fisher’s cabin or hut upon the shore; but here was
nothing stately or delicate” (=
kita tidak perlu ingin tahu dengan bertanya dari mana api, ikan, roti, ini
datang, lebih dari pada dari mana daging yang dibawa oleh burung gagak kepada
Elia datang. Ia yang bisa melipat-gandakan roti dan ikan bisa membuat /
mencipta yang baru jika itu memperkenanNya, atau mengubah batu menjadi roti,
atau mengutus malaikat-malaikatNya untuk mengambilkannya, dimana Ia tahu itu
akan didapatkan. Adalah tidak pasti apakah persediaan ini disiapkan di udara
terbuka, atau dalam kamar atau pondok dari nelayan di pantai; tetapi di sini
tidak ada apapun yang megah atau indah).
2) Yesus selalu bisa dan akan
memelihara pelayan-pelayanNya.
Matthew Henry: “we
may be comforted in this instance of Christ’s care of his disciples; he has wherewith
to supply all our wants, and knows what things we have need of. He kindly
provided for those fishermen, when they came weary from their work; for verily
those shall be fed who trust in the Lord and do good. It is encouraging to
Christ’s ministers, whom he hath made fishers of men, that they may depend upon
him who employs them to provide for them” (= kita bisa dihibur dalam kejadian / contoh tentang
perhatian / pemeliharaan Kristus kepada murid-muridNya; Ia mempunyai hal-hal
untuk menyuplai semua kebutuhan kita, dan tahu hal-hal apa yang kita perlukan.
Ia dengan baik menyediakan untuk nelayan-nelayan itu, pada waktu mereka datang
dengan lelah dari pekerjaan mereka; karena pastilah mereka akan diberi makan,
yaitu mereka yang percaya kepada Tuhan dan berbuat baik. Merupakan sesuatu yang
menguatkan bagi pelayan-pelayan Kristus, yang telah Ia jadikan penjala manusia,
bahwa mereka bisa bergantung kepadaNya yang mempekerjakan mereka untuk
menyediakan untuk mereka).
Ay 10-11:
“Kata Yesus kepada mereka: ‘Bawalah beberapa
ikan, yang baru kamu tangkap itu.’ Simon Petrus naik ke perahu lalu menghela
jala itu ke darat, penuh ikan-ikan besar: seratus lima puluh tiga ekor
banyaknya, dan sungguhpun sebanyak itu, jala itu tidak koyak”.
1) Penafsiran simbolis.
a) Tentang
bilangan 153.
Barclay memberikan
penafsiran-penafsiran dari orang-orang tertentu tentang bilangan 153 ini:
1. Cyril of Alexandria mengatakan
bahwa bilangan 153 terdiri dari:
·
bilangan
100 yang merupakan simbol ‘the fullness of the Gentiles’ (= kepenuhan
orang-orang non Yahudi) yang akan dikumpulkan kepada Kristus.
·
bilangan
50 yang merupakan simbol dari sisa Israel yang akan dikumpulkan.
·
bilangan
3 menunjuk kepada Allah Tritunggal.
2. Agustinus mengatakan bahwa bilangan
10 menunjuk kepada hukum Taurat, karena ada 10 hukum. Dan bilangan 7 adalah
bilangan dari kasih karunia karena karunia-karunia dari Roh ada ‘sevenfold’
(= berlipat 7). Dan 10 + 7 = 17; dan 153 merupakan jumlah dari bilangan 1 s/d
17. Jadi 153 merupakan jumlah dari semua orang yang digerakkan oleh hukum
Taurat maupun oleh kasih karunia untuk datang kepada Yesus Kristus.
Ada juga yang menganggap bahwa bilangan
17 ini berasal dari cerita Yesus memberi makan 5000 orang, karena di sana Yesus
menggunakan 5 roti, dan sisanya ada 12 bakul, dan 5 + 12 = 17 (Word Biblical
Commentary).
3. Jerome mengatakan bahwa di laut ada
153 jenis ikan yang berbeda-beda; dan penangkapan itu mencakup setiap jenis
ikan; dan karena itu bilangan tersebut menyimbolkan bahwa semua orang dari
segala bangsa akan dikumpulkan kepada Yesus Kristus.
Tanggapan: ini jelas salah karena jumlah jenis
ikan pasti jauh lebih banyak dari 153.
William Hendriksen juga menunjukkan
adanya penafsiran-penafsiran yang aneh berkenaan dengan hal ini:
1. Ikan-ikan itu tidak dihitung sampai
mereka tiba di darat, dan ini diartikan bahwa orang-orang pilihan tidak
diketahui jumlahnya sampai kita tiba di surga.
2. Ada hubungan dengan
Mat 13:47-48, dan ini menunjukkan bahwa semua jenis manusia akan
diselamatkan.
Mat 13:47-48 - “(47) ‘Demikian pula hal Kerajaan Sorga itu seumpama
pukat yang dilabuhkan di laut, lalu mengumpulkan berbagai-bagai jenis ikan.
(48) Setelah penuh, pukat itupun diseret orang ke pantai, lalu duduklah mereka
dan mengumpulkan ikan yang baik ke dalam pasu dan ikan yang tidak baik mereka
buang”.
3. Ada referensi pada saat yang
penting dalam sejarah, yaitu tahun 153 M. tetapi saya tidak tahu saat penting
apa yang dimaksudkan.
4. Dalam abjad Ibrani ini merupakan
bilangan yang sama dengan bilangan dari kata-kata ‘Simon Iona’.
Penafsiran-penafsiran aneh yang lain:
1. 153 = 122 + 32.
Dimana 12 merupakan jumlah dari rasul,
dan 3 menunjuk kepada pribadi-pribadi dalam Allah Tritunggal (lihat F. F.
Bruce, hal 401).
2. Ada yang menghubungkan bilangan 153
ini dengan bilangan 153.600 yang merupakan jumlah orang-orang asing laki-laki
pada jaman Salomo (2Taw 2:17).
Tetapi bagaimana dengan kelebihan
600nya?
b) Tentang
jala.
Masih ada lagi arti simbolis berkenaan dengan
jala yang dipakai, dimana jala menunjuk kepada Gereja.
Barclay: “The
net stands for the Church; and there is room in the Church for all men of all
nations. Even if they all come in, she is big enough to hold them all. Here
John is telling us in his own vivid yet subtle way of the universality of the
Church. There is no kind of exclusiveness in her, no kind of colour bar of
selectiveness. The embrace of the Church is as universal as the love of God in
Jesus Christ” (= Jala berarti
Gereja; dan ada ruangan / tempat dalam Gereja untuk semua orang dari semua
bangsa. Bahkan jika mereka semua masuk, Gereja itu cukup besar untuk menampung
mereka semua. Di sini Yohanes menceritakan kepada kita dalam caranya sendiri
yang hidup tapi halus / tak kentara tentang keuniversalan dari Gereja. Tidak
ada jenis pemisahan dalam Gereja, tak ada penyeleksian berdasarkan warna.
Pelukan Gereja adalah sama universalnya seperti kasih Allah dalam Yesus
Kristus) - hal 284.
2) Penolakan terhadap penafsiran
simbolis.
Para penafsir di bawah ini menolak arti
simbolis dari bagian ini.
F. F. Bruce: “But
if there is any symbolism in the number (and the narrative does not indicate
that there is), it must bear some relation to the subject-matter of the
context” [= Tetapi jika di sana
ada arti simbolis dalam bilangan (dan cerita ini tidak menunjukkan bahwa hal
itu ada), maka arti itu harus mengandung suatu hubungan dengan pokok persoalan
dari kontext] - hal
401.
Barnes’ Notes: “The
number is mentioned because it seems to have been a very unusual draught, and
it was particularly gratifying and striking to them after they had spent the
whole night and had caught nothing”
(= Bilangannya disebutkan karena itu kelihatannya merupakan suatu hasil
penjalaan yang luar biasa, dan itu secara khusus memuaskan dan menyolok bagi
mereka setelah mereka menghabiskan seluruh malam dan tidak menangkap apa-apa).
Calvin: “As
to the number of the fishes, we ought not to look for any deep mystery in it” (= Berkenaan dengan jumlah ikan, kita tidak seharusnya
mencari misteri yang dalam di dalamnya) - hal 286.
Leon Morris (NICNT): “Temple
says forthrightly, ‘It is perverse to seek a hidden meaning in the number; it
is recorded because it was found to be the number when the count was made.’” (= Temple berkata dengan terus terang, ‘Adalah
menyimpang / sesat untuk mencari suatu arti tersembunyi dalam bilangan ini; itu
dicatat karena itu ditemukan sebagai jumlah yang didapatkan pada waktu
perhitungan dilakukan)
- hal 866.
Saya setuju dengan pandangan kedua ini.
Tidak ada arti simbolis apapun dalam bilangan 153 itu.
Ay 12-13: “(12) Kata Yesus
kepada mereka: ‘Marilah dan sarapanlah.’ Tidak ada di antara murid-murid itu
yang berani bertanya kepadaNya: ‘Siapakah Engkau?’ Sebab mereka tahu, bahwa Ia
adalah Tuhan. (13) Yesus maju ke depan, mengambil roti dan memberikannya kepada
mereka, demikian juga ikan itu”.
Matthew Henry: “Christ himself
began. Though, perhaps, having a glorified body, he needed not eat, yet he would
show that he had a true body, which was capable of eating. The apostles
produced this as one proof of his resurrection, that they had eaten and drank
with him, Acts 10:41” (= Kristus
sendiri mulai. Sekalipun mungkin karena Ia mempunyai tubuh yang dimuliakan, Ia
tidak perlu makan, tetapi Ia mau menunjukkan bahwa Ia mempunyai tubuh yang
sungguh-sungguh, yang mempunyai kemampuan untuk makan. Sang rasul
memperlihatkan ini sebagai satu bukti dari kebangkitanNya, bahwa mereka telah
makan dan minum dengan Dia, Kis 10:41).
Kis 10:41 - “bukan
kepada seluruh bangsa, tetapi kepada saksi-saksi, yang sebelumnya telah
ditunjuk oleh Allah, yaitu kepada kami yang telah makan dan minum
bersama-sama dengan Dia, setelah Ia bangkit dari antara orang mati”.
Barnes’ Notes: “It is not said that
Jesus himself ate with them, but he gave them food” (= Tidak dikatakan bahwa Yesus sendiri makan dengan
mereka, tetapi Ia memberikan mereka makanan).
Memang dilihat dari text ini, sebetulnya tak terlihat bahwa
Yesus sendiri makan. Jadi Kis 10:41 itu mungkin bukan menunjuk kepada
peristiwa ini, tetapi kepada peristiwa dalam Luk 24:41-43 atau dalam
Kis 1:4.
Luk 24:41-43 - “(41)
Dan ketika mereka belum percaya karena girangnya dan masih heran, berkatalah Ia
kepada mereka: ‘Adakah padamu makanan di sini?’ (42) Lalu mereka memberikan
kepadaNya sepotong ikan goreng. (43) Ia mengambilnya dan memakannya di depan
mata mereka”.
Kis 1:4a - “Pada
suatu hari ketika Ia makan bersama-sama dengan mereka, Ia melarang
mereka meninggalkan Yerusalem, ...”.
Ay 14:
“Itulah ketiga kalinya Yesus menampakkan diri
kepada murid-muridNya sesudah Ia bangkit dari antara orang mati”.
Hanya 3 x? Tidak!
Adam Clarke:
“‘This is now the third time.’ That is,
this was the third time he appeared unto the apostles, when all or most of them
were together. He appeared to ten of them, John 20:19; again to eleven of them,
John 20:26; and at this time to seven of them, John 21:2. But, when the other
evangelists are collated, we shall find that this was the seventh time in which
he had manifested himself after he arose from the dead” (= ‘Itulah ketiga kalinya’. Yaitu, ini adalah
ketiga-kalinya Ia menampakkan diri kepada rasul-rasul, dimana semua atau
kebanyakan dari mereka ada bersama-sama. Ia menampakkan diri kepada 10 dari
mereka, Yoh 20:19; lagi kepada 11 dari mereka, Yoh 20:26; dan pada saat ini
kepada 7 dari mereka, Yoh 21:2. Tetapi, pada waktu penginjil-penginjil yang
lain disatukan, kita akan mendapatkan bahwa ini adalah kali yang ke 7 dalam
mana Ia telah menyatakan diriNya sendiri setelah Ia bangkit dari orang mati).
Adam Clarke:
“1) He appeared to Mary of Magdala,
Mark 16:9; John 20:15-16. 2) To the holy women who came from the tomb, Matt.
28:9. 3) To the two disciples who went to Emmaus, Luke 24:13, etc. 4) To Peter
alone, Luke 24:34. 5) To the ten, in the absence of Thomas, John 20:19. 6)
Eight days after to the eleven, Thomas being present, John 21:26. 7) To the seven, mentioned in John 21:2
of this chapter; which was between the eighth and fortieth day after his
resurrection. Besides these seven appearances, he showed himself, 8) To the
disciples on a certain mountain in Galilee, Matt. 28:16. 9) If the appearance
mentioned by Paul, 1 Cor. 15:6, to upwards of 500 brethren at once - if this be
not the same with his appearance on a mountain in Galilee, it must be
considered the ninth. 10) According to the same apostle, he was seen of James,
1 Cor. 15:7, which may have been the tenth appearance. 11) And, after this, to
all the apostles, when, at Bethany, he ascended to heaven in their presence.
See Mark 16:19-20; Luke 24:50-53; Acts 1:3-12; 1 Cor. 15:7. This appears to
have been the eleventh time in which he distinctly manifested himself after his
resurrection. But there might have been many other manifestations, which the
evangelists have not thought proper to enumerate, as not being connected with
anything of singular weight or importance” [= 1) Ia menampakkan diri kepada Maria Magdalena, Mark
16:9; Yoh 20:15-16. 2) Kepada perempuan-perempuan kudus yang datang dari kubur,
Mat 28:9. 3) Kepada 2 murid yang pergi ke Emaus, Luk 24:13, dsb. 4) Kepada
Petrus sendirian, Luk 24:34. 5) Kepada 10 rasul, dengan absennya Tomas, Yoh
20:19. 6) Delapan hari setelahnya kepada 11 rasul, dengan hadirnya Tomas, Yoh
21:26. 7) Kepada 7 murid, disebutkan dalam Yoh 21:2 dari pasal ini; yang ada di
antara hari ke 8 dan 40 dari kebangkitanNya. Disamping ketujuh penampakan ini,
Ia menunjukkan diriNya sendiri, 8) Kepada murid-murid pada suatu gunung
tertentu di Galilea, Mat 28:16. 9) Jika penampakan yang disebutkan oleh Paulus,
1Kor 15:6, kepada lebih dari 500 saudara sekaligus - jika ini tidak sama dengan
penampakanNya pada suatu gunung di Galilea, itu harus dianggap sebagai yang ke
9. 10) Menurut rasul yang sama, ia terlihat oleh Yakobus, 1Kor 15:7, yang
mungkin merupakan penampakan yang ke 10. 11) Dan, setelah ini, kepada semua
rasul, dimana, di Betania, Ia naik ke surga di hadapan mereka. Lihat Mark
16:19-20; Luk 24:50-53; Kis 1:3-12; 1Kor 15:7. Ini kelihatannya merupakan kali
yang ke 11 dalam mana Ia secara jelas menyatakan diriNya sendiri setelah
kebangkitanNya. Tetapi bisa juga ada manifestasi-manifestasi yang lain, yang
oleh penginjil-penginjil dianggap tidak tepat / sesuai untuk disebutkan satu
per satu, karena tidak berhubungan dengan apapun yang mempunyai bobot dan
kepentingan yang luar biasa].
Jadi, setelah kebangkitanNya, Yesus menampakkan diri banyak
kali, sedikitnya 11 x, dan itu memberikan bukti yang meyakinkan bahwa Ia memang
bangkit dari antara orang mati.
Bdk. Kis 1:3 - “Kepada
mereka Ia menunjukkan diriNya setelah penderitaanNya selesai, dan dengan
banyak tanda Ia membuktikan, bahwa Ia hidup. Sebab selama empat puluh hari
Ia berulang-ulang menampakkan diri dan berbicara kepada mereka tentang Kerajaan
Allah”.
NIV: ‘After his
suffering, he showed himself to these men and gave many convincing proofs
that he was alive. He appeared to them over a period of forty days and spoke
about the kingdom of God’ (= Setelah penderitaanNya, Ia menunjukkan
diriNya sendiri kepada orang-orang ini dan memberikan banyak bukti-bukti
yang meyakinkan bahwa Ia hidup. Ia menampakkan kepada mereka selama 40 hari
dan berbicara tentang Kerajaan Allah).
KJV/Lit: ‘To whom also he shewed
himself alive after his passion by many infallible proofs, being seen of
them forty days, and speaking of the things pertaining to the kingdom of God’
(= Kepada siapa Ia juga menunjukkan diriNya sendiri hidup setelah
penderitaanNya oleh / dengan banyak bukti-bukti yang tidak bisa salah,
karena Ia terlihat oleh mereka selama 40 hari, dan berbicara kepada mereka
tentang hal-hal yang berkenaan dengan kerajaan Allah).
-AMIN-
email us at : gkri_exodus@lycos.com