Eksposisi Surat Yudas
oleh: Pdt. Budi Asali MDiv.
YUDAS 11-13
Ayat 11:
1. ‘Celakalah
mereka’.
a. Mengecam orang
salah seperti ini, yang juga dilakukan oleh semua rasul dan nabi dan bahkan
Yesus sendiri, tidaklah bertentangan dengan larangan menghakimi (Mat 7:1-5)!
b. Tujuan Yudas di
sini adalah mengingatkan mereka nasib apa yang menanti mereka, dan juga
supaya orang lain tidak mengikuti kesalahan mereka.
2. Yudas memberikan
3 contoh yaitu:
a. Kain (ay 11a).
-
Kesalahan Kain: mempersembahkan
korban tanpa iman, iri hati, marah, tak peduli teguran Allah, membunuh
orang benar, kejam (bdk. Ibr 11:4 1Yoh 3:12).
"He who cared not how he served God regarded
not how he used his brother. Cain begins with sacrifice and ends with murder"
(= Ia yang tidak peduli bagaimana ia melayani Allah juga tak akan peduli
bagaimana ia menggunakan saudaranya. Kain mulai dengan korban dan mengakhirinya
dengan pembunuhan).
-
Kain dipakai sebagai
contoh karena ia adalah orang pertama yang keluar dari gereja yang benar.
Tertullian menganggap Kain sebagai ‘keturunan ular’ (bdk. Kej 3:15), yang
memulai penganiayaan terhadap orang benar.
b. Bileam (ay 11b).
Kesalahan Bileam
adalah tamak, mau melakukan hal yang salah demi uang. Dalam masa resesi
ekonomi seperti saat ini, hal ini harus diwaspadai. Bileam juga punya kesalahan
yang lain, yaitu memberi nasehat untuk menggoda Israel menggunakan perempuan-perempuan
Moab (Bil 25:1-18 bdk. Bil 31:16 Wah 2:14). Juga sekalipun ia disebut nabi
dalam 2Pet 2:16, tetapi dalam Yos 13:22 ia disebut ‘juru tenung’. Tetapi
karena dalam Yudas 11 ini ada kata-kata ‘oleh sebab upah’ maka jelas bahwa
kesalahan Bileam yang dibandingkan dengan para nabi palsu dalam gereja
pada jaman Yudas itu hanyalah ketamakan, dan maunya berbuat dosa demi uang.
Untuk saudara yang tamak
/ ingin kaya, renungkan 2 text Kitab Suci di bawah ini.
Amsal 28:20 - "Orang
yang dapat dipercaya mendapat banyak berkat, tetapi orang yang ingin
cepat menjadi kaya, tidak akan luput dari hukuman".
1Tim 6:6-10 - "Memang
ibadah itu kalau disertai rasa cukup, memberi keuntungan besar. Sebab kita
tidak membawa sesuatu apapun ke dalam dunia dan kitapun tidak dapat membawa
apa-apa ke luar. Asal ada makanan dan pakaian cukuplah. Tetapi mereka
yang ingin kaya terjatuh ke dalam pencobaan, ke dalam jerat dan ke dalam
berbagai-bagai nafsu yang hampa dan mencelakakan, yang menenggelamkan manusia
ke dalam keruntuhan dan kebinasaan. Karena akar segala kejahatan
ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah
menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka".
NIV: ‘have
rushed’ (= telah lari).
NASB: ‘have
rushed headlong’ (= telah lari dengan kepala di depan
/ lari sembarangan / ngawur).
Pulpit Commentary:
"How sad that the saints of God should not
run as eagerly in the way of God as sinners in the way of wickedness and
folly" (= Betapa menyedihkan bahwa orang-orang kudus Allah tidak lari
dengan keinginan yang sangat besar dalam jalan Allah seperti orang-orang
berdosa dalam jalan kejahatan dan kebodohan).
c. Korah (ay 11c).
1. Kesalahan Korah.
Kitab Suci Indonesia:
‘kedurhakaan seperti Korah’.
Kata ‘seperti’ ini
seharusnya tidak ada, dan kata ‘kedurhakaan’ diterjemahkan berbeda-beda.
RSV/NIV/NASB: ‘rebellion’
(= pemberontakan).
KJV: ‘gainsaying’
(= tindakan membantah dengan kata-kata).
Yunani: ANTILOGIAI.
A. T. Robertson:
"The word ANTILOGIA is originally answering
back (Heb. 6:16), but it may be by act also (Rom. 10:21) as here" [=
Kata ANTILOGIA semula berarti membantah (Ibr 6:16), tetapi itu juga bisa
dilakukan dengan tindakan (Ro 10:21) seperti di sini].
Ini menunjuk pada
kesalahan Korah dalam Bil 16:1-3, dimana ia iri hati kepada Musa sebagai
pemimpin dan ia menentang pemilihan dan pengangkatan Musa oleh Tuhan. Contoh
lain yang boleh dikatakan persis seperti Korah adalah Diotrefes (3Yoh 9-10).
Thomas Manton:
"It is Korah’s sin to invade offices without
a call, and to destroy that order which God hath established" (= Dosa
Korah adalah masuk / menyerbu suatu jabatan tanpa panggilan, dan menghancurkan
urut-urutan / ketertiban / ketenteraman yang telah ditegakkan Allah).
Penerapan:
Jangan sembarangan
bertindak kurang ajar terhadap hamba Tuhan, kecuali kalau saudara melihat
bahwa hamba Tuhan itu adalah seorang nabi palsu. Kalau saudara menganggapnya
sebagai hamba Tuhan yang sejati, saudara harus menghormatinya. Bahkan kalau
ia berbuat kesalahan, sekalipun saudara boleh menegurnya / menasehatinya,
saudara harus melakukannya dengan hormat.
2. Hukuman Korah: ia
mati ditelan bumi yang terbelah (Bil 16:23-33).
Thomas Manton:
"Those that made a cleft in the congregation,
the earth cleaved to swallow them up" (= Mereka yang membuat perpecahan
dalam jemaat, bumi terpecah untuk menelan mereka).
Karena itu hati-hati
untuk tidak memecah gereja!
Tentang penggunaan contoh
orang-orang jaman dulu (Kain, Bileam dan Korah) dengan dosa-dosa mereka,
Pulpit Commentary memberikan komentar sebagai berikut:
"Sin only repeats itself as it perpetuates
itself. Under many new forms we recognize only the old sins of envy, avarice,
and pride" (= Dosa hanya mengulang dirinya sendiri pada waktu ia melestarikan
dirinya sendiri. Dalam banyak bentuk yang baru kita mengenali dosa-dosa
lama belaka yaitu iri hati, ketamakan, dan kesombongan).
Karena itu hati-hati
terhadap dosa-dosa ini!
3. Penggunaan 3 kata
kerja yang berbeda dalam 3 contoh ini:
a. ‘Mereka mengikuti
jalan yang ditempuh Kain’.
b. ‘Menceburkan
diri ke dalam kesesatan Bileam’.
NIV: ‘they
have rushed’ (= mereka cepat-cepat / mereka lari).
c. ‘Mereka binasa
karena kedurhakaan (seperti) Korah’.
Ini menunjukkan suatu
perkembangan yang progresif. Mula-mula mereka masuk / mengikuti
jalan yang sesat, lalu mereka lari di jalan itu, dan akhirnya mereka
binasa di jalan itu!
Ada 2 hal lain yang
harus diperhatikan tentang kebinasaan mereka ini:
1. Kata-kata ‘Mereka
binasa’.
NIV: ‘they
have been destroyed’ (= mereka telah dibinasakan / dihancurkan).
NASB: ‘perished’
(= telah binasa).
Digunakan bentuk
lampau (aorist tense) sekalipun belum terjadi, untuk menunjukkan kepastian.
2. Semua orang jahat
yang dipakai sebagai contoh oleh Yudas mempunyai akhir yang mengerikan,
yaitu orang Israel yang tidak percaya (ay 5), malaikat yang jatuh (ay 6),
orang Sodom dan Gomora (ay 8), Kain, Bileam dan Korah (ay 11).
Bandingkan ini dengan
Maz 73, yang mula-mula menceritakan enaknya orang jahat (Maz 73:3-14) tetapi
lalu menunjukkan akhir dari orang jahat (Maz 73:17-20). Ini menyebabkan
pemazmur tidak mau mengikuti orang jahat itu tetapi sebaliknya ingin tetap
dekat dengan Tuhan (ay 28).
Karena itu setiap
kali saudara iri hati kepada orang jahat dan mau mengikuti mereka, renungkan
akhir hidup mereka!
Ayat 12-13:
Dalam ay 12-13 ini
Yudas memberikan bermacam-macam penggambaran tentang orang-orang sesat
itu:
1. ‘Mereka
inilah noda dalam perjamuan kasihmu, di mana mereka tidak malu-malu melahap
dan hanya mementingkan dirinya sendiri’
(ay 12a).
a. ‘Perjamuan kasihmu’.
-
Pada abad-abad awal
dari kekristenan, dalam gereja ada perjamuan kasih yang disebut ‘love
feast’ (= pesta kasih). Ini diadakan
demi persekutuan, dan juga demi orang miskin, sebagai ketaatan terhadap
kata-kata Kristus dalam Luk 14:12-13. Jadi, setiap orang membawa makanan,
orang yang kaya membawa banyak, orang yang miskin membawa sedikit, dan
semua makanan itu lalu dimakan bersama-sama. Tetapi lalu terjadi hal-hal
yang tidak baik seperti dalam 1Kor 11:21-22 dan Yudas 12 ini.
-
Sama seperti ay 4, ay
12 ini menunjukkan bahwa orang-orang sesat itu menyusup ke dalam gereja.
Ay 12a ini bahkan menunjukkan bahwa mereka aktif dalam gereja.
b. ‘noda’.
-
Ada penafsir yang menganggap
bahwa terjemahan ‘noda’ ini tepat.
Orang-orang ini
disebut ‘noda’ bukan hanya karena mereka itu kotor dalam diri mereka sendiri,
tetapi juga karena mereka menodai / mempermalukan seluruh gereja (bdk.
Ibr 12:15 - ‘mencemarkan banyak orang’). Dalam gereja yang paling murnipun
pasti ada noda seperti ini. Untuk mengurangi orang-orang seperti ini, maka
gereja harus mempunyai ketegasan terhadap orang-orang brengsek dalam gereja.
Calvin:
"And at this day I wish there were more
judgment in some good men, who, by seeking to be extremely kind to wicked
men, bring great damage to the whole church" (= Dan pada saat ini saya
berharap bahwa ada kemampuan menilai / menghakimi yang lebih baik dalam
beberapa orang-orang baik, yang, dengan berusaha berbuat sangat baik kepada
orang-orang jahat, membawa kerusakan besar bagi seluruh gereja).
Ada penafsir yang
membandingkan sebutan ‘noda’ di sini dengan Ul 32:5 - "Berlaku
busuk terhadap Dia, mereka bukan lagi anak-anakNya, yang merupakan noda,
suatu angkatan yang bengkok dan belat-belit".
-
Kebanyakan penafsir
menganggap terjemahan ‘noda’ ini kurang tepat.
Dalam 2Pet 2:13
kata Yunani yang dipakai adalah SPILOI, yang artinya memang adalah ‘noda’,
tetapi dalam Yudas 12 ini kata Yunani yang dipakai adalah SPILADES yang
artinya adalah ‘batu karang yang tersembunyi’. Karena itu NASB, yang memberi
terjemahan hurufiah, menterjemahkan ‘hidden reefs’ (=
batu karang tersembunyi).
Ini menunjuk pada
batu karang yang ada di laut, yang bagian atasnya hanya sedikit di bawah
permukaan air. Karena itu tentu saja batu karang seperti ini sangat berbahaya
bagi kapal yang tidak berhati-hati.
-
Saya jauh lebih setuju
dengan terjemahan ‘batu karang yang tersembunyi’ dari pada terjemahan ‘noda’,
karena dalam ay 12-13 ini Yudas memberikan 5 penggambaran. 4 penggambaran
yang terakhir semuanya diambil dari ‘nature’ (= alam),
yaitu awan, pohon, ombak dan bintang. Kalau penggambaran pertama ini adalah
‘noda’, maka itu menjadi tidak sesuai dengan 4 penggambaran yang terkhir,
karena ‘noda’ tidak termasuk ‘nature’ (= alam).
Tetapi kalau penggambaran pertama ini adalah ‘batu karang’, maka itu sesuai
dengan 4 penggam-baran yang terakhir, karena ‘batu karang’ jelas termasuk
‘nature’ (= alam).
c. ‘mereka tidak
malu-malu melahap dan hanya mementingkan dirinya sendiri’.
-
Kata Yunani yang diterjemahkan
‘tidak malu-malu’ adalah APHOBOS, dan NASB secara hurufiah menterjemahkannya
‘without fear’ (= tanpa takut).
Ini bisa diartikan:
-
tanpa takut kepada Allah.
-
tanpa takut / malu kepada
jemaat yang lain.
-
Sedangkan kata-kata
‘hanya mementingkan dirinya sendiri’ terjemahan seharusnya adalah: ‘feeding
themselves’ (= memberi makan diri mereka sendiri).
Dalam perjamuan
kasih yang harus dipentingkan sebetulnya adalah persekutuan / perhatian
terhadap orang lain, bukan makannya. Tetapi orang-orang sesat ini menunjukkan
keegoisan mereka dengan tidak malu-malu untuk makan sebanyak-banyaknya,
dan mereka melakukan hal ini tanpa mempedulikan apakah orang lain kebagian
makanan atau tidak. Mestinya orang kristen memikirkan apa yang bisa
mereka berikan untuk Tuhan / gereja, bukan apa yang bisa mereka ambil dari
gereja!
Bandingkan keegoisan
orang-orang sesat itu dengan kasih dalam persekutuan dalam Kis 2:44-47
& Kis 4:32-37.
Penerapan:
-
Gereja jaman sekarang
juga sering mengadakan perjamuan kasih, sekalipun mungkin dalam pelaksanaannya
bukan setiap jemaat membawa makanan ke gereja, tetapi gereja yang menyediakan
makanannya. Atau kadang-kadang dalam acara seperti Natal, atau HUT gereja
dsb, gereja mengadakan pesta. Dalam acara makan bersama seperti itu apakah
saudara mengutamakan makanannya atau persekutuannya? Dan kalau saudara
makan apakah saudara juga mengambil sebanyak-banyaknya tanpa mempedulikan
orang lain kebagian atau tidak? Saya tahu dalam satu gereja bahkan ada
majelis yang setiap acara makan selalu membawa satu susun rantang, dan
begitu acara makan dimulai ia langsung mengisi rantangnya untuk nanti dibawa
pulang, dan setelah itu ia masih makan lagi di sana. Kalau saudara adalah
orang seperti itu, bertobatlah dari sikap tidak tahu malu itu, dan kalau
dalam gereja ada orang seperti itu, pendeta atau majelis wajib menegur
orang seperti itu!
-
Kadang-kadang gereja
membiayai makan dari para pekerja gereja yang sedang melayani, misalnya
dalam rapat atau dalam pelayanan penginjilan / paduan suara keluar kota,
dsb. Ini memang sesuai dengan kata-kata Musa yang dikutip oleh Paulus "Janganlah
engkau memberangus mulut lembu yang sedang mengirik"
(1Kor 9:9). Tetapi hal ini lalu disalahgunakan oleh banyak orang kristen
dengan makan makanan yang mahal-mahal mumpung dibiayai gereja! Bahkan ada
gereja yang mengadakan rapat majelis di luar kota, di hotel, dengan mengajak
seluruh keluarganya, atas biaya gereja. Ini tidak berbeda dengan apa yang
dilakukan oleh orang-orang sesat di sini.
-
Ada banyak gereja yang
membayar rekening telpon dan listrik untuk hamba Tuhannya. Tetapi ada banyak
hamba Tuhan yang lalu menyalahgunakan hal ini dengan menggunakan telpon
dan listrik seenaknya karena toh gereja yang membayar. Hamba Tuhan yang
seperti ini tidak berbeda dengan orang-orang sesat pada jaman Yudas!
d. Perhatikan beberapa
komentar di bawah ini.
Thomas Manton:
-
"it is an odious filthiness to make religion
serve our bellies, and to turn charity into luxury" (= merupakan suatu
kekotoran yang menjijikkan kalau kita membuat agama melayani perut kita,
dan kalau kita mengubah kasih menjadi kemewahan).
-
"When men aim at nothing but their own ease
and pleasure, they set the belly in God’s stead" (= Pada waktu orang
hanya mengincar kesenangan dan kenikmatan mereka sendiri, mereka meletakkan
perut sebagai pengganti Allah).
Bandingkan kata-kata
Manton ini dengan 2 ayat di bawah ini:
-
Ro 16:18 - "sebab
orang-orang demikian tidak melayani Kristus, Tuhan kita, tetapi melayani
perut mereka sendiri".
-
Fil 3:19 - "Tuhan
mereka ialah perut mereka".
Thomas Manton:
"In the use of pleasures and outward comforts
there should be much caution" (= Dalam penggunaan kenikmatan dan kesenangan
lahiriah harus ada kewaspadaan).
Bandingkan dengan
Ayub, yang setiap kali anak-anaknya selesai mengadakan pesta, lalu mempersembahan
korban (Ayub 1:5). Bdk. juga Luk 21:34.
Penerapan:
apakah saudara waspada pada saat sedang mengalami kesenangan / kemewahan?
2. ‘mereka
bagaikan awan yang tak berair, yang berlalu ditiup angin’
(ay 12b).
Awan menjanjikan
hujan, tetapi ternyata tidak memberikan setetes airpun. Arti: orang-orang
itu kelihatannya hebat dan menjanjikan, tetapi tidak memberikan / menghasilkan
apapun yang baik.
Bdk. Amsal 25:14
- "Awan dan angin tanpa hujan, demikianlah orang yang menyombongkan
diri dengan hadiah yang tidak pernah diberikannya".
Kata-kata yang saya
garisbawahi itu oleh KJV diterjemahkan ‘false gift’ (=
hadiah / karunia palsu).
Bandingkan juga dengan
Ul 32:2 - "Mudah-mudahan pengajaranku menitik laksana hujan,
perkataanku menetes laksana embun, laksana hujan renai ke atas tunas muda,
dan laksana dirus hujan ke atas tumbuh-tumbuhan".
Ayat ini membandingkan
pengajaran Firman Tuhan dengan hujan.
Jadi sepertinya orang-orang
sesat ini menjanjikan dalam pengajaran Firman, tetapi ternyata nol besar.
Penerapan:
Ada banyak orang
yang kelihatannya menjanjikan dalam pengajaran Firman, misalnya orang yang
pandai / berIQ tinggi, mempunyai gelar theologia yang tinggi, dsb, tetapi
ternyata sama sekali tak ada gunanya dalam gereja, dan bahkan merusak gereja
dengan ajaran sesatnya. Karena itu jangan terlalu cepat terpikat dengan
kepandaian / IQ yang tinggi maupun gelar theologia. Sekalipun 2 hal ini
memang penting, tetapi harus disertai kwalitas yang lain, seperti hikmat,
theologia yang benar, karunia berkhotbah / mengajar, kerohanian yang baik,
dsb.
3. ‘mereka
bagaikan pohon-pohon yang dalam musim gugur tidak menghasil-kan buah, pohon-pohon
yang terbantun dengan akar-akarnya dan yang mati sama sekali’
(ay 12c).
a Kata-kata ‘mati
sama sekali’ terjemahan hurufiahnya adalah ‘twice dead’ (=
mati dua kali), tetapi mungkin sekali artinya
memang adalah ‘mati sama sekali’.
b. ‘yang terbantun dengan
akar-akarnya’.
NIV/NASB: ‘uprooted’
(= tercabut dengan akar-akarnya).
Kata-kata ini seharusnya
terletak pada akhir ay 12, setelah kata-kata ‘twice dead’
(= mati dua kali / mati sama sekali).
c. Pohon seharusnya
menghasilkan buah, tetapi pohon pada musim gugur kehilangan semua daun
dan buah. Ini masih ditambahi istilah ‘twice dead’ (=
mati dua kali / mati sama sekali) dan
‘uprooted’ (= tercabut dengan akar-akarnya).
Semua ini menunjukkan betapa tidak bergunanya pohon itu.
4. ‘Mereka
bagaikan ombak laut yang ganas, yang membuihkan keaiban mereka sendiri’
(ay 13a).
‘Ombak laut’ adalah
sesuatu yang kelihatan hebat, tetapi hanya menghasilkan buih dan bahkan
kotoran di pantai.
‘Ombak laut’ juga
menunjukkan keadaan hati yang gelisah, tanpa damai. Bdk. Yes 57:20-21 -
"Tetapi orang-orang fasik adalah seperti laut yang berombak-ombak
sebab tidak dapat tetap tenang, dan arusnya menimbulkan sampah dan lumpur.
Tiada damai bagi orang-orang fasik itu, firman Allahku"..
Jadi, orang-orang
sesat ini bukan saja hatinya sendiri yang tidak damai, tetapi mereka juga
merusak damai dalam gereja yang mereka masuki.
5. ‘mereka
bagaikan bintang-bintang yang baginya telah tersedia tempat di dunia
kekelaman untuk selama-lamanya’ (ay 13b).
a. Kata-kata ‘bintang-bintang’
terjemahannya kurang.
KJV/RSV/NIV/NASB:
‘wandering stars’ (= bintang-bintang yang mengembara).
Pulpit Commentary:
"We are to think of comets, whose course
strikes us as erratic, and that after shining for a time, are lost in the
darkness" (= Kita harus berpikir tentang komet, yang lintasannya kelihatannya
tak teratur / tak menentu, dan yang setelah bersinar untuk suatu waktu,
hilang dalam kegelapan).
Jadi penafsir ini
beranggapan bahwa yang dimaksud ‘bintang yang mengembara’ di sini adalah
sebuah komet, karena komet sepertinya mempunyai lintasan yang tidak beraturan,
muncul sekali selama beberapa saat, lalu lenyap dalam kegelapan untuk selama-lamanya.
Catatan:
Memang sebetulnya
komet bukanlah bintang, dan komet tidak hilang selama-lamanya. Ia muncul
setiap beberapa puluh atau beberapa ratus tahun sekali. Tetapi perlu diingat
bahwa Kitab Suci bukan kitab ilmu pengetahuan, dan karena itu Kitab Suci
menggambarkan sesuai dengan pandangan dan pengertian orang jaman itu. Bagi
mereka komet adalah bintang, dan setelah muncul sementara waktu lalu terhilang
selama-lamanya.
b. Bagian terakhir dari
ay 13b ini menunjukkan akhir dari orang-orang sesat itu, yaitu masuk ke
dalam kegelapan kekal. Jadi berbeda dengan ke 4 penggambaran sebelumnya
yang hanya menunjukkan kondisi / kebrengsekan / ketidakbergunaan orang-orang
sesat itu, maka penggambaran yang ke 5 ini juga menunjukkan akhir mereka.
Seorang penafsir membandingkan
bagian ini dengan kata-kata ‘siksaan api kekal’ dalam ay 7, dan mengatakan
bahwa neraka memang digambarkan sebagai api kekal maupun kegelapan kekal.
Berbeda dengan banyak
penafsir yang menganggap bahwa api adalah simbol, penafsir ini menganggap
bahwa api adalah sesuatu yang hurufiah / bukan simbol. Argumentasinya:
"Fire is evidently the only word in human language
which can suggest the anguish of perdition. It is the only word in the
parable of the wheat and the tares which our Lord did not interpret (Matt.
13:36-43). He said: ‘The field is the world,’ ‘the enemy ... is the devil,’
‘the harvest is the end of the world,’ ‘the reapers are the angels.’ But
we look in vain for such a statement as, ‘the fire is ...’ The only reasonable
explanation is that fire is not a symbol. It perfectly describes the reality
of the eternal burnings" [= Api jelas merupakan satu-satunya kata dalam
bahasa manusia yang bisa menunjukkan penderitaan dari penghukuman akhir
/ neraka. Itu adalah satu-satunya kata dalam perumpamaan gandum dan lalang
yang tidak ditafsirkan oleh Tuhan kita (Mat 13:36-43). Ia berkata: ‘ladang
ialah dunia’, ‘musuh ... ialah Iblis’, ‘waktu menuai ialah akhir zaman’,
para penuai ialah malaikat’. Tetapi kita mencari dengan sia-sia pernyataan
seperti ini, ‘api ialah ...’. Satu-satunya penjelasan yang masuk akal adalah
bahwa api bukanlah simbol. Itu secara sempurna menggambarkan kenyataan
dari pembakaran kekal]
- S. Maxwell Coder, ‘Jude: The Acts of The Apostates’, hal 82.
Kelima point / penggambaran
tentang orang-orang sesat itu menunjukkan bahwa sekalipun mereka kelihatannya
hebat, tetapi mereka bukan hanya tidak berguna, tetapi bahkan merugikan
gereja / kekristenan.
Coba renungkan tentang
diri saudara sendiri: saudara berguna bagi gereja / kekristenan, atau tidak
berguna, atau merugikan?
-AMIN-
email us at : gkri_exodus@mailcity.com