oleh: Pdt. Budi Asali MDiv.
Kalau dalam ay 19 Yudas sudah menunjukkan ciri-ciri apa yang ada dalam diri orang-orang sesat pada jamannya itu, maka sekarang dalam ay 20-21 ia menunjukkan ciri-ciri apa yang harus ada dalam diri orang kristen.
1. ‘bangunlah dirimu sendiri di atas dasar imanmu yang paling suci’ (ay 20a).
b. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membangun diri sendiri:
"Faith ... is the proper foundation of holiness and good works. Works without faith are but a roof without a foundation, and faith without works is a foundation without a building; good fruit supposeth a good tree, Mat. 7" (= Iman ... adalah fondasi yang tepat untuk kekudusan dan perbuatan baik. Perbuatan baik tanpa iman adalah atap tanpa fondasi, dan iman tanpa perbuatan baik adalah fondasi tanpa bangunan; buah yang baik mensyaratkan pohon yang baik, Mat 7).
"This is addressed, not to sinners, but to saints who have been already placed upon the foundation" (= Ini ditujukan, bukan kepada orang ber-dosa, tetapi kepada orang-orang kudus yang telah diletakkan di atas fondasi).
Penerapan:
Kalau saudara adalah seorang hamba Tuhan / guru sekolah minggu, saudara perlu meneliti apakah jemaat / anak-anak saudara itu sudah kristen sungguh-sungguh atau tidak. Ini memang tidak bisa diketahui dengan pasti, tetapi bisa diperkirakan. Misalnya dengan menanyakan keyakinan keselamatan, alasan keyakinannya, dan juga melihat sikapnya terhadap Firman Tuhan, terhadap dosa dsb. Kalau jemaat / anak-anak saudara belum beriman, jangan berusaha membangun iman mereka. Sebaliknya beritakanlah Injil kepada mereka, supaya mereka bertobat dulu, dan baru setelah itu saudara bisa membangun iman mereka.
"The use of the present participle, building, indicates that this is to be a lifelong task" (= penggunaan present participle, building, menunjukkan bahwa ini adalah tugas seumur hidup).
Penerapan:
Apakah saudara adalah orang kristen yang puas dengan iman yang statis, pengudusan yang terhenti, dsb? Ingat bahwa Tuhan menghendaki pembangunan iman yang berlangsung terus menerus!
1Pet 2:2 - "Dan jadilah sama seperti bayi yang baru lahir, yang selalu ingin akan air susu yang murni dan yang rohani, supaya olehnya kamu bertumbuh dan beroleh keselamatan".
Karena itu rajinlah dan tekunlah dalam belajar Firman Tuhan!
b. Apa artinya ‘berdoa dalam Roh Kudus’?
S. Maxwell Coder:
"Prayer in the Spirit is prayer which issues from a heart indwelt, illuminated, and controlled by the Holy Spirit. It is petition, praise, and thanksgiving which are indited by the Spirit" (= Doa dalam Roh adalah doa yang keluar dari hati yang didiami, diterangi, dan dikuasai oleh Roh Kudus. Itu adalah permohonan, pujian, dan ucapan syukur yang didorong / didiktekan oleh Roh).
c. Tanpa pertolongan Roh Kudus, kita tidak bisa berdoa.
Thomas Manton:
"Prayer is a work too hard for us; we can babble of ourselves, but we cannot pray without the Holy Ghost; we can put words into prayer, but it is the Spirit puts affections, without which it is but a little cold prattle and spiritless talk" (= Doa adalah suatu pekerjaan yang terlalu sukar untuk kita; kita bisa mengoceh dari diri kita sendiri, tetapi kita tidak bisa berdoa tanpa Roh Kudus; kita bisa menyusun kata-kata menjadi doa, tetapi adalah Roh yang memberikan perasaan, dan tanpa itu doa itu hanyalah suatu ocehan dingin dan pembicaraan yang mati).
Calvin:
"as though he had said, that such is our sloth, and that such is the coldness of our flesh, that no one can pray aright except he be roused by the Spirit of God; and that we are also so inclined to diffidence and trembling, that no one dares to call God his Father, except through the teaching of the same Spirit; for from him is solicitude, from him is ardour and vehemence, from him is alacrity, from him is confidence in obtaining what we ask; in short, from him are those unutterable groanings mentioned by Paul (Rom. 8:26)" [= seakan-akan ia telah mengatakan, bahwa begitu besar kemalasan kita, dan bahwa begitu besar kedinginan dari daging kita, sehingga tidak seorangpun bisa berdoa dengan benar kecuali ia digerakkan oleh Roh Allah; dan bahwa kita juga begitu condong pada rasa malu / keragu-raguan dan ketakutan, sehingga tidak seorangpun berani menyebut Allah Bapanya, kecuali melalui pengajaran dari Roh yang sama; karena dari Dialah perhatian, dari Dialah semangat, dari Dialah kemauan, dari Dialah keyakinan untuk mendapatkan apa yang kita minta; singkatnya, dari Dialah erangan / keluhan yang tidak terucapkan yang disebutkan oleh Paulus (Ro 8:26)].
d. Hanya doa yang dinaikkan dengan pimpinan / pertolongan Roh Kudus yang didengar / dikabulkan oleh Allah.
Adam Clarke:
"The prayer that is not sent up through the influence of the Holy Ghost is never likely to reach heaven" (= Doa yang tidak dinaikkan melalui pengaruh Roh Kudus tidak pernah mencapai surga).
e. Kita harus mentaati dorongan untuk berdoa dari Roh Kudus.
"By these motions we are invited to come and confer with God; do not say, I am not at leisure" (= Oleh gerakan-gerakan ini kita diundang untuk datang dan berbicara dengan Allah; jangan berkata, aku tidak ada waktu luang).
"I would not have this interpreted as if every motion to prayer were from the Spirit. It is possible Satan may oppress an anxious soul with the tyranny of unreasonable impulsions to duty" (= Saya tidak mau ini ditafsirkan seakan-akan setiap gerakan kepada doa datang dari Roh. Adalah mungkin Setan menekan / menindas jiwa yang kuatir dengan memberikan dorongan berlebih-lebihan ke arah kewajiban yang tidak masuk akal).
Sebetulnya ‘love of God’ (= kasih Allah), bisa menunjuk baik pada ‘kasih Allah kepada kita’ maupun ‘kasih kita kepada Allah’. Thomas Manton memilih yang kedua.
Thomas Manton:
"It may be taken for that love which God beareth to us, or else for the love wherewith we love God. ... In this second sense I take the love of God here" (= Itu bisa dianggap sebagai kasih Allah kepada kita, atau untuk kasih dengan mana kita mengasihi Allah. ... Dalam arti kedua inilah saya menerima kasih Allah di sini).
Sebaliknya S. Maxwell Coder memilih yang pertama.
S. Maxwell Coder:
"We are not to understand this admonition as though it read, ‘Keep on loving God.’ Not our love for Him, but His love for us is in view. The passage is similar to John 15:9: ‘As the Father hath loved me, so have I love you: continue ye in my love.’ We bear the responsibility in both passages for keeping ourselves, or continuing, in the sphere within which the love of God is able to bless us" (= Kita tidak mengerti nasehat ini seakan-akan bunyinya adalah ‘Teruslah mengasihi Allah’. Bukan kasih kita untuk Dia, tetapi kasihNya untuk kita yang dipersoalkan. Text ini mirip dengan Yoh 15:9: ‘Seperti Bapa telah mengasihi Aku, demikianlah juga Aku telah mengasihi kamu; tinggal-lah di dalam kasihKu itu’. Kita punya tanggung jawab dalam kedua text untuk memelihara diri kita sendiri, atau terus ada, dalam lingkungan dalam mana kasih Allah itu bisa memberkati kita).
Dengan mentaati Firman Tuhan (Yoh 15:10). Tetapi dengan demikian itu berarti bahwa kita juga harus memelihara kasih kita kepada Allah, karena itu adalah dasar ketaatan kita (Yoh 14:15,21a). Karena itu kata-kata Thomas Manton dalam point d) di bawah tetap perlu diperhatikan.
c. Jaminan Allah tidak membuang tanggung jawab kita.
Ay 1 mengatakan bahwa kita ‘dipelihara untuk Yesus Kristus’, dan ay 24 mengatakan bahwa Tuhan berkuasa untuk menjaga supaya kita tak tersandung, dsb. Juga 1Pet 1:5 mengatakan bahwa kita ‘dipelihara dalam kekuatan Allah’. Semua ini menunjukkan jaminan Allah bahwa orang yang sungguh-sungguh percaya tidak akan terhilang. Tetapi semua itu tidak membuang tanggung jawab kita untuk berusaha supaya kita tidak terhilang. Karena itu di sini Yudas menyuruh kita untuk memelihara diri kita dalam kasih Allah.
"That of all graces, love needeth keeping. Why? Because of all graces it is most decaying. Mat. 24:12 Rev. 2:4" (= Bahwa dari semua kasih karunia, kasih membutuhkan pemeliharaan. Mengapa? Karena dari semua kasih karunia itu adalah yang paling mudah berkurang / hilang. Mat 24:12 Wah 2:4).
"Some times it falleth out through freeness in sinning. Neglect is like not blowing up the coals; sinning is like pouring on waters, a very quenching of the Spirit, 1Thes. 5:19" (= Kadang-kadang itu terjadi karena kebebasan dalam berbuat dosa. Kelalaian adalah seperti tidak mengipasi arang; berbuat dosa adalah seperti menyiramnya dengan air, tindakan yang memadamkan Roh, 1Tes 5:19).
Thomas Manton:
"Those that have made profession of love to God, and yet afterwards break with him, bring an ill report upon the Lord, as if he were an ill master. I am persuaded that the devil in policy lets many men alone for a while to make a strict profession, and seem to be full of zeal and holiness, that they may afterwards do religion a mischief. Whilst they act for God, though they do some things excellently, Satan never troubleth them; he is at truce with them till they have gotten a name for the profession of godliness and strictness of conversation, and when once they have gotten a name, their fall will be more scandalous, more igominious to themselves, and disgraceful to religion. Verily, this is a common experience, we see many forward, hot, and carried out with great impulsions of zeal, and all this while Satan lets them alone, he knoweth how mutable men are, and how soon they begin to tire in the ways of God, therefore lets them alone till they have run themselves out of breath, that afterwards, by a more notable defection, they may shame themselves and harden others. If Judas will be a disciple, he lets him alone; if Simon Magus will be baptized, and Nicolas bear the office in the church, he lets them alone; he knoweth the best are mutable; that many take up their religion out of interest, that men are soon weary of their own scrupulousness and rigid observances, that they first make conscience of all things, and then of nothing; and therefore he lets them go on without any notable defect or failing, to fly some youthful lusts, to renounce some interests, till they have gotten credit enough to discredit religion" (= Mereka yang mengaku cinta kepada Allah, tetapi lalu memutuskan hubungan dengan Dia, menyebabkan laporan / berita buruk tentang Tuhan, seakan-akan Ia adalah Tuan yang jahat. Saya yakin bahwa setan dalam politiknya membiarkan banyak orang untuk sementara waktu membuat pengakuan yang ketat, dan kelihatannya penuh semangat dan kekudusan, supaya di kemudian hari mereka bisa menyebabkan kerusakan pada agama. Pada waktu mereka berbuat untuk Allah, sekalipun mereka melakukan beberapa hal dengan sangat baik, Setan tidak pernah mengganggu mereka; ia ada dalam genjatan senjata dengan mereka sampai mereka sudah mendapatkan nama untuk pengakuan kesalehan dan keketatan pembicaraan, dan sekali mereka sudah mendapat nama, kejatuhan mereka akan merupakan suatu skandal yang lebih besar, lebih memalukan bagi diri mereka sendiri, dan memalukan bagi agama. Sungguh, ini adalah pengalaman yang umum, kami melihat banyak orang maju, panas / berkobar-kobar, dan melaksanakan / mengamalkan dengan dorongan semangat yang besar, dan selama itu Setan membiarkan mereka, ia tahu betapa mudah berubahnya / tidak konsistennya manusia, dan betapa cepat mereka mulai lelah / bosan dalam jalan Allah, karena itu ia membiarkan mereka sampai mereka telah lari sampai kehabisan nafas, supaya sesudah itu, oleh suatu tindakan meninggalkan yang menyolok, mereka memalukan diri mereka sendiri dan mengeraskan hati orang lain. Jika Yudas mau menjadi murid, ia membiarkannya; jika Simon Magus mau dibaptis, dan Nikolaus menjabat jabatan di gereja, ia membiarkan mereka; ia tahu bahwa yang terbaik tetap mudah berubah / tidak konsisten; bahwa banyak orang mengambil agama karena kesenangan / keuntungan, bahwa manusia begitu cepat lelah / bosan dengan ketaatan / ibadah mereka sendiri yang teliti dan ketat, bahwa mula-mula mereka menilai benar salahnya segala sesuatu, dan lalu sama sekali tak mempedulikan benar atau salahnya apapun, dan karena itu ia membiarkan mereka berjalan tanpa cacat atau kelemahan yang menyolok, meninggalkan beberapa nafsu orang muda, meninggalkan beberapa kesenangan, sampai mereka mendapatkan cukup kredit / penghargaan untuk mendiskreditkan / mencemarkan agama).
Catatan:
Yang dimaksud dengan ‘Nicolas’ / ‘Nikolaus’, yaitu salah satu dari 7 orang yang diangkat menjadi diaken dalam Kis 6:5. Thomas Manton berpendapat bahwa Nikolaus ini yang nantinya mendirikan sekte Nicolaitan (pengikut Nikolaus), yang dibicarakan dalam Wah 2:6 dan Wah 2:15. Tetapi saya berpendapat bahwa tidak ada dasar untuk menyamakan Nikolaus dalam Wah 2:6,15 dengan Nikolaus dalam Kis 6:5.
4. Ciri / tanda kejatuhan.
Thomas Manton:
"Where we love there will be musing on the object beloved, there will be familiarity and intimateness of converse. There is not a day can pass but love will find some errand and occasion to confer with God, either to implore his help or ask his counsel. But now, when men can pass over whole days and weeks, and never give God a visit, such strangeness argueth little love. Again, when there is no care of glorifying God, no plotting and contrivings how we may be most useful for him, when we do not mourn over sin as we were wont to do, are not so sensible of offences, have not these meltings of heart, are not so careful to avoid all occasions of offending God, are not so watchful, so zealous, as we were wont to be, do not rise up in arms against temptations and carnal thoughts, love is decayed. Certainly when the sense of our obligation to Christ is warm upon the heart, sin doth not escape so freely; love will not endure it to live and act in the heart, Titus 2:11-12, Gen 39:9. But now, as this is worn off, the heart is not watched, the tongue is not bridled, speeches are idle, yea, rotten and profane; wrath and envy tyrannise over the soul, all runneth to riot in the poor neglected heart; yea, further, God’s public worship is performed perfunctorily, and in a careless, stupid manner; sin confessed without remorse and sense of the wrong done to God; prayer made for spiritual blessings without desire of obtaining; wrath deprecated without any fear of the danger; intercession for others without any sympathy or brotherly love; thanks given without any conference of holy things is either none at all, or very slight and careless; hearing without attention; reading without a desire of profit; singing without any delight or melody of heart. All this is but the just account of a heart declining in the love of God" (= Dimana kita mengasihi disana akan ada perenungan tentang obyek yang dikasihi, disana akan ada keakraban dan keintiman dalam pembicaraan. Tidak ada satu haripun akan berlalu dimana kasih tidak menemukan pesan / berita dan alasan / kesempatan untuk berbicara dengan Allah, untuk meminta pertolonganNya atau nasehatNya. Tetapi sekarang, ketika manusia bisa melewati beberapa hari dan minggu tanpa pernah mengunjungi Allah, keanehan seperti itu menunjukkan kasih yang sedikit / kecil. Juga, pada saat ada ketidakpedulian dalam memuliakan Allah, tidak ada perencanaan dan usaha / penyusunan tentang bagai-mana kita bisa menjadi paling berguna untuk Dia, pada saat kita tidak berkabung atas dosa seperti yang biasa kita lakukan, tidak peka terhadap pelanggaran, tidak mempunyai hati yang hancur, tidak begitu hati-hati untuk menghindari semua kesempatan untuk menyakiti hati / menyalahi Allah, tidak begitu berjaga-jaga dan bersemangat seperti kita biasanya, tidak bangkit untuk melawan pencobaan dan pikiran daging, kasih itu berkurang / melemah. Jelas bahwa ketika rasa kewajiban pada Kristus itu hangat dalam hati kita, dosa tidak lolos dengan begitu bebas; kasih tidak akan mengijinkannya hidup dan bertindak dalam hati, Titus 2:11-12, Kej 39:9. Tetapi sekarang, karena semua ini sudah luntur, hati tidak dijaga, lidah tidak dikekang, kata-kata kosong bahkan busuk dan kotor / tak senonoh; kemarahan dan iri hati merajalela dalam jiwa, semua lari ke dalam kerusuhan / kekacauan dalam hati yang diabaikan; lebih jauh lagi, bahkan kebaktian dilakukan dengan asal-asalan / tak sungguh-sungguh dan dalam cara yang ceroboh dan bodoh; dosa diakui tanpa penyesalan dan perasaan bersalah kepada Allah; doa untuk berkat rohani tanpa keinginan untuk mendapatkan; kemarahan mencela / mengutuk tanpa takut bahaya; doa syafaat untuk orang lain tanpa simpati atau kasih persaudaraan; syukur diberikan tanpa menghargai kebaikan / manfaat atau kasih kepada Allah dalam mengingat mereka; perundingan tentang hal-hal kudus tidak pernah dilakukan atau sangat sedikit dan ceroboh; pembacaan tanpa keinginan mendapatkan keuntungan / manfaat; menyanyi tanpa kesenangan atau nyanyian di hati. Semua ini hanyalah laporan / catatan suatu hati yang menurun dalam kasih kepada Allah).
"In our serious sequestration and retirements we should have such thoughts as these are: - I was wont to spend some time every day with God; I remember when it was a delight to me to think of him; now I have no heart to pray or meditate, no relish of communion with his blessed majesty; it was the joy of my soul to be at an ordinance, the returns of the Sabbath were welcome to me; but now what a weariness is it! Time was when I had sweet experiences, and the graces of God’s Spirit were more lively in me, but now all is dead and inefficacious; time was when a vain thought was burdensome unto me, but now I can away with sinful actions; time was when the mispence of ordinary time was a grief unto my soul, now I can spend the Sabbath unprofitably and never be troubled, &c. Thus should you consider your estate" (= Dalam penyendirian kita yang serius kita harus mempunyai pemikiran-pemikiran seperti ini: Saya biasanya menghabis-kan beberapa waktu setiap hari dengan Allah; saya ingat bahwa dulu adalah suatu kesenangan bagi saya untuk berpikir tentang Dia; sekarang aku tidak mempunyai hati untuk berdoa dan bermeditasi, tidak ada kesukaan dalam bersekutu dengan Dia; dulu adalah sukacita dari jiwaku untuk ada dalam Perjamuan Kudus, datangnya hari Sabat kusambut dengan baik; tetapi sekarang alangkah membosankannya hal itu! Ada saat dimana aku mempunyai pengalaman yang manis, dan kasih karunia Roh Allah lebih hidup dalam diriku, tetapi sekarang semua mati dan tidak manjur; ada saat dimana pemikiran sia-sia adalah suatu beban bagiku, tetapi sekarang aku bisa mengabaikan tindakan-tindakan berdosa; ada saat dimana penghamburan waktu biasa merupakan kesedihan bagi jiwaku, sekarang aku bisa menghamburkan Sabat secara tak berguna dan tidak merisaukannya, dsb. Begitulah engkau harus memikirkan / merenungkan keadaanmu).
Catatan: baca kedua kutipan di atas ini dengan teliti, renungkan baik-baik dan bandingkan dengan kehidupan saudara!
5. Apa yang harus dilakukan supaya tidak kehilangan kasih yang semula?
Thomas Manton:
"Increase and grow in love, 1Thes. 4:10. Nothing conduceth to a decay more than contentment with what we have received; every day you should love sin less, self less, world less, but Christ more and more" (= Bertambahlah dan bertumbuhlah dalam kasih, 1Tes 4:10. Tidak ada yang menimbulkan kebusukan / penurunan kasih lebih dari kepuasan dengan apa yang telah kita terima; setiap hari engkau harus makin kurang mengasihi dosa, diri sendiri, dunia, tetapi mengasihi Kristus makin lama makin banyak).
Thomas Manton:
"Observe the first declinings, for these are the cause of all the rest. Evil is best stopped in the beginning; if, when we first began to grow careless, we had taken heed, then it would never have come to this. ... it is easier to crush an egg than to kill the serpent" (= Amatilah penurunan pertama, karena ini adalah penyebab dari semua yang lain. Kejahatan sebaiknya dihentikan pada permulaan; jika pada waktu pertama-tama kita mulai bertumbuh menjadi ceroboh kita sudah memperhatikan, maka itu tidak akan pernah menjadi seperti ini. ... adalah lebih mudah menghancurkan sebuah telur dari pada membunuh ularnya).
b. Kata ‘menantikan’ jelas menunjukkan bahwa ini menunjuk pada akhir jaman.
Apapun yang kita lakukan, kita membutuhkan belas kasihan Tuhan Yesus Kristus pada akhir jaman.
Sekalipun kita membangun diri kita, berdoa dalam Roh Kudus, dan memelihara diri kita dalam kasih Allah, tetapi kita tetap membutuhkan rahmat / belas kasihan dari Tuhan Yesus Kristus, karena apapun yang kita lakukan tidak bisa menyelamatkan / mengampuni kita dan membawa kita ke surga!
S. Maxwell Coder:
"When He comes, there will be judgment on the adversaries, but mercy for us" (= Pada waktu Ia datang, akan ada penghukuman terhadap para musuh, tetapi belas kasihan untuk kita).
c. Thomas Manton menghubungkan ‘kasih kepada Allah’ dalam ay 21a dengan menantikan kedatangan Kristus pada akhir jaman dalam ay 21b.
Thomas Manton:
"Love quickeneth desire: 2Peter 3:12, ‘Looking for and hastening to the coming of the Lord’. ... A harlot would have her husband defer his coming, but a chaste spouse thinketh he can never come soon enough. They that go a-whoring after the world, neither desire Christ’s coming, nor love his appearing; but ‘the Spirit of the bride saith, Come.’ They that love God look for it, Phil. 3:20, long for it, 2Tim. 4:8: they ‘love his appearing.’" (= Kasih menimbulkan kerinduan: 2Petrus 3:12, ‘menantikan dan tergesa-gesa pada kedatangan Tuhan’. ... Seorang pelacur menginginkan suaminya menunda kedatangannya / kepulangannya, tetapi pasangan yang suci / murni berpikir bahwa ia tidak pernah bisa pulang cukup pagi. Mereka yang melacur mengikuti dunia ini, tidak menginginkan kedatangan Kristus, dan juga tidak mengasihi / menyenangi pemunculanNya; tetapi ‘Roh dari pengantin perempuan berkata, Datanglah’ (Wah 22:17). Mereka yang mengasihi Allah menantikannya, Fil 3:20, merindukannya, 2Tim 4:8: mereka ‘mengasihi pemunculanNya’).
Bandingkan kata-kata Thomas Manton ini dengan Amsal 7:19-20 - "Karena suamiku tidak di rumah, ia sedang dalam perjalanan jauh, sekantong uang dibawanya, ia baru pulang menjelang bulan purnama".
Ayat ini menggambarkan seorang pelacur yang berusaha menggaet seorang pemuda untuk mau tidur dengannya. Pelacur itu berkata bahwa suaminya sedang pergi, dan pasti tidak akan cepat-cepat pulang, dan karenanya itu merupakan saat aman untuk bermain cinta. Pelacur itu pasti tidak mengharapkan suaminya pulang cepat-cepat. Sebaliknya seorang istri yang setia dan betul-betul mencintai suaminya, pasti ingin suaminya cepat-cepat pualng.
Dalam hubungan saudara dengan Kristus, saudara bersikap seperti seorang istri yang setia (yang mengharapkan Kristus cepat kembali), atau seperti seorang pelacur (yang mengharapkan Kristus jangan datang kembali)?
Thomas Manton:
"This now informeth us what a difference there is between a child of God and wicked men. They wish this day would never come, and would be glad in their hearts to hear such news. The thought of Christ’s coming is their burden and torment. They have the spirit of the devil in them: ‘Art thou come to torment us before our time’? Mat. 8:29" (= Ini menginformasikan kita betapa besar perbedaan antara anak Allah dan orang-orang jahat. Mereka berharap hari itu tidak pernah datang, dan akan gembira dalam hati mereka mendengar kabar seperti itu. Pemikiran tentang kedatangan Kristus adalah beban dan siksaan mereka. Mereka mempunyai roh / semangat / pemikiran dari setan dalam diri mereka: ‘Apakah Engkau datang untuk menyiksa kami sebelum waktunya?’ Mat 8:29).