Eksposisi Surat Paulus yang Pertama kepada Jemaat di
Korintus
oleh: Pdt. Budi
Asali M.Div.
1) Bagian ini dilatar-belakangi oleh keadaan di
Korintus dimana banyak orang kristen meninggalkan kehidupan mereka yang lama, karena mereka menjadi
orang kristen. Yang dimaksud dengan
kehidupan yang lama, bukanlah
dosa-dosa mereka. Kalau ini, tentu
harus ditinggalkan! Tetapi, yang dimaksud dengan kehidupan lama di sini ialah
segala sesuatu dalam kehidupan mereka sebelum mereka menjadi orang kristen,
padahal hal-hal itu bukan dosa,
misalnya rumah lama, pekerjaan lama, istri lama dsb. Pokoknya mereka
beranggapan bahwa kehidupan seorang kristen berarti
suatu kehidupan yang serba baru!
a) Ajaran bahwa orang kristen adalah manusia baru. Ini bisa menyebabkan mereka membuang seluruh kehidupan mereka yang lama.
b) Ajaran bahwa orang kristen adalah tunangan Kristus. Ini bisa menyebab-kan mereka lalu membuang
suami / istri mereka yang lama.
c) Ajaran bahwa orang kristen adalah anak Raja, sehingga mereka menjadi malu terhadap rumah
lama yang jelek, atau terhadap pekerjaan lama yang tidak sesuai dengan
kedudukan seorang anak Raja
d) Ajaran yang mengatakan bahwa Kristus akan
segera datang kembali. Mereka menganggap bahwa Kristus akan
datang kembali dalam waktu yang sangat dekat, sehingga
mereka lalu merasa tidak ada
gunanya bekerja dsb.
(Catatan: ingat bahwa ajaran-ajaran di atas adalah
ajaran-ajaran yang benar, tetapi mereka terima
dengan cara
yang salah)
Kita tidak tahu dengan
pasti apa
sebabnya mereka membuang kehidupan lama mereka, tetapi yang jelas adalah: hal
itu terjadi! Itu menyebabkan Paulus menulis bagian ini.
2) Inti / penekanan utama bagian ini ada
dalam ay 17,20,24.
Arti:
a) ‘ditentukan Tuhan’
(ay 17).
Ini tidak
berhubungan dengan Rencana Allah yang kekal, tetapi sekedar berarti ‘diberikan oleh Tuhan’. Hal ini
menjadi jelas kalau kita melihat
Kitab Suci bahasa Inggris:
NIV/NASB/RSV: ‘assigned’ (= diberikan / ditempatkan).
KJV: ‘distributed’ (= dibagikan).
‘Diberikan oleh_Tuhan’
secara implicit
menunjukkan bahwa itu bukanlah hal
yang bersifat dosa!
b) ’dipanggil
Allah’ (ay17,20,24).
Ini menunjuk
pada Effectual
Call (= panggilan effektif),
yaitu panggilan Allah yang menyebabkan seseorang bertobat dan menjadi
orang kristen.
Jadi, kata-kata
‘dalam keadaan seperti pada waktu
ia dipanggil Allah’
(ay 17,20,24) berarti
‘dalam keadaan pada waktu ia
menjadi orang kristen’.
Kesimpulan: Arti
ay 17,20,24 ialah: Pada saat kita
menjadi orang Kristen, kita tidak perlu
/ tidak harus mengubah kehidupan kita dalam hal-hal
yang tidak bersifat dosa. Dalam hal-hal yang bersifat
dosa, tentu saja kita harus
mengubahnya.
Contoh:
·
pekerjaan yang bersifat
dosa, seperti: pelacur, pencuri, jual SDSB, penyelundup dsb. Ini harus
dibuang!
·
pekerjaan yang sebetulnya
bukan dosa, tetapi dijalankan dengan cara yang berdosa. Ini harus
diubah! Bukan seluruh pekerjaan harus ditinggalkan, tetapi cara
yang berdosa itu yang harus dibuang (bdk. Luk 3:12-14 yang menunjukkan bahwa Yohanes Pembaptis tidak menyuruh tentara / pemungut cukai meninggalkan pekerjaannya, tetapi membuang hal-hal berdosa yang mereka lakukan dalam pekerjaan
mereka).
3) Bagian ini tidak secara
mutlak melarang perubahan hidup!
Kalau seorang
pegawai bertobat, lalu ia mau menjadi pedagang,
itu tidak dilarang.
Dasar: ay 21: seorang hamba, kalau bisa bebas,
boleh bebas.
Jadi, tujuan
bagian ini adalah untuk membuang
pandangan yang mengharuskan
orang Kristen mengubah hidupnya tetapi bagian ini tidak
melarang orang kristen mengubah
hidupnya
4) Paulus lalu memberi 2 contoh:
Contoh pertama:
tentang sunat
(ay 18-19).
a) Bagi yang sunat, jangan menghapus
tanda sunat (ay 18a).
·
Sekalipun tanda sunat tak mungkin
dibuang sama sekali, tetapi bahwa ada orang-orang
yang berusaha menghapus tanda sunat, bisa
terlihat dari kutipan dari kitab
Apocrypha ini:
1Makabe 1:14-15:
‘Kemudian orang-orang
itu membangun di Yerusalem sebuah
gelanggang olah raga menurut adat bangsa-bangsa
lain. Merekapun memulihkan kulup mereka pula dan murtadlah mereka
dari perjanjian kudus’ (Terjemahan
bahasa Inggris untuk kata-kata yang digarisbawahi: ‘and
removed the marks of circumcision, and abandoned the holy covenant’).
Catatan:
*
1Makabe 1:14-15 bukanlah Firman Tuhan!
*
Peristiwa dalam
1Makabe 1:14-15 tidak terjadi
di Korintus.
·
Paulus melarang untuk menghapus tanda sunat, bukan
karena ia
menganggap bahwa sunat itu penting!
(ay 19).
b) Bagi yang tidak sunat, jangan
sunat (ay 18b).
Paulus sering
menentang sunat, misalnya dalam Kis 15:1-2 Gal 2:3-5. Tetapi ia
menentang sunat, bukan karena ia
menganggap sunat itu adalah dosa
(bdk. ay 19), tetapi karena orang-orang Yahudi itu menjadikan
sunat sebagai syarat untuk selamat
(bdk. Kis15:1)
Dalam Kis 16:3,
Paulus justru menyuruh menyunatkan Timotius, mungkin untuk menyesuaikan diri dengan orang-orang
Yahudi sehingga bisa memberitakan Injil kepada mereka
(bdk. IKor 9:19-22).
Dalam 1Kor 7 ini Paulus melarang
sunat hanya karena ia
menentang keharusan meninggalkan hidup lama pada saat seseorang
menjadi orang kristen.
c) Alasan dari a) maupun b): ay 19
Secara implicit, ay 19 ini menunjukkan bahwa sunat bukanlah
ketaatan. Jadi, sunat tidak lagi diharuskan dalam jaman Perjanjian
Baru.
Ay 19 ini tidak bertentangan
dengan Gal 6:15, tetapi
menunjukkan bahwa orang yang adalah ciptaan baru (sudah
dilahirkan kembali) pasti akan
taat. Ini yang penting, bukan sunat!
Contoh kedua:
tentang hamba
(ay 21-23).
a) Ay 21a: seorang
hamba / budak menjadi orang kristen, tetapi ia tetap adalah
budak / hamba. Paulus berkata: ini tidak apa-apa!
Alangkah berbedanya ajaran Paulus ini
dengan Theologia Kemakmuran!
b) Ay 21b: kesempatan
untuk bebas ini tentu bukan
didapat dengan cara yang salah seperti lari dari
tuannya, membunuh tuannya dsb (KItab
Suci selalu menyuruh hamba untuk mentaati tuannya - Ef 6:5 Kol 3:22 1Tim 6:1 Tit 2:9-10 1Pet 2:18). Tetapi kalau
jalannya benar, maka tentu saja
seorang hamba boleh menggunakan kesempatan itu.
c) Ay 22: kata-kata
‘dalam pelayananNya’
sebetulnya tidak ada!
Tujuan Paulus
dalam ayat ini: supaya seorang
hamba tidak merasa rendah diri
dan sebaliknya supaya orang yang merdeka tidak merasa
sombong.
d) Ay 23a: ini
memberikan alasan mengapa seorang kristen = hamba
Kristus. Alasannya: ia telah dibeli
oleh Kristus (bdk. 1Kor 6:19-20 1Pet 1:18-19).
e) Ay 23b: jangan
menjadi hamba manusia!
·
Ini tidak bertentangan
dengan ay 21a!
Arti: kalau
seorang kristen
mempunyai status hamba, itu tidak
apa-apa. Tetapi, dalam hal ketaatan,
ia harus
sadar bahwa Tuhan adalah tuannya
yang tertinggi (bdk. Kis 5:29).
Penerapan:
Kalau untuk
seorang hamba, yang kalau menolak untuk
mentaati tuannya bisa kehilangan nyawanya, Kis 5:29 tetap berlaku, apalagi untuk saudara
yang adalah seorang bawahan / pegawai! Kalau saudara menolak mentaati perintah boss / atasan saudara, resiko saudara hanya dipecat. Maka Kis 5:29 lebih-lebih harus diberlakukan.
·
Ini tidak bertentangan
dengan Mark 10:43-44!
Mark 10:43-44
menekankan bahwa kita harus rendah
hati, membuang ambisi untuk menjadi
yang terbesar, dan bahwa kita harus
mau menerima pelayanan yang rendah / hina (baca seluruh
kontex Mark 10:35-45!).
Tetapi ay 23b mengajarkan bahwa kita tidak boleh
taat 100 % kepada manusia, atau menjadikan
manusia itu Tuhan dalam hidup
kita (bdk. Kis 5:29 Gal 1:10).
·
Illustrasi: ada
orang yang menjual sebidang tanah kepada si A .
Tetapi setelah menjual tanah itu
kepada si A, ia menjual
lagi tanah yang sama itu kepada
si B (dengan menggunakan sertifikat palsu). Tentu hal
ini akan
menimbulkan problem. Apa pandangan saudara tentang orang itu? Bukankah
ia = orang
yang kurang ajar?
Tetapi coba
renungkan diri saudara. Kalau saudara
adalah orang kristen, itu
berarti bahwa Kristus telah membeli
saudara (ay 23). Kalau
saudara sekarang memperhambakan diri kepada orang lain,
hanya karena orang itu membayar
gaji saudara, itu berarti saudara
menjual diri saudara lagi kepada
orang itu, padahal saudara sudah dibeli oleh
Kristus. Apa
bedanya saudara dengan orang yang menjual tanah berkali-kali
itu? Renungkan hal ini, dan
berhentilah menjadi hamba manusia!
-AMIN-