Eksposisi
Surat Paulus yang Pertama kepada Jemaat di Korintus
oleh: Pdt. Budi Asali M.Div.
1) Ay 25:
a) ‘Tak mendapat perintah dari Tuhan’.
1. Tidak ada kata-kata tertulis dari Tuhan
Yesus tentang hal ini (bdk. ay 12). Tetapi bagaimanapun
bagian ini adalah Firman Tuhan.
2. Roh Kudus mengilhami Paulus, bukan untuk
memerintah, tetapi hanya untuk menasehati.
Saya condong
pada arti yang pertama.
b) Ay 25b menunjukkan bahwa bagian ini
(ay 25-28) tetap merupakan Firman Tuhan. Jadi, jelaslah
bahwa bagian ini tidak bisa disamakan dengan peraturan-peraturan buatan
manusia.
2) Ay 26-28:
a) ‘Waktu darurat sekarang’ (bdk. ay 29:
‘waktu telah singkat’).
·
Kita tidak tahu dengan jelas bagaimana situasi saat itu yang ia katakan sebagai ‘waktu darurat’.
·
Pada waktu menafsirkan 1Kor 7, khususnya pada saat Paulus
kelihatannya merendahkan pernikahan, kita perlu ingat bahwa Paulus menuliskan
bagian ini pada waktu darurat, sehingga bagian ini tidak berlaku untuk keadaan
biasa.
·
Bagian ini bisa diberlakukan untuk orang-orang kristen tertentu pada saat-saat tertentu (waktu darurat bagi
mereka).
b) Ay 26 hampir sama dengan 3 ayat yang
menjadi penekanan utama dari ay 17-24, yaitu ay 17,20,24, tetapi
ay 26 punya tambahan, yaitu adanya kata-kata ‘mengingat waktu
darurat sekarang’. Jadi, jelaslah bahwa
ay 17-24 berlaku umum, tetapi ay 25-28 hanya berlaku untuk keadaan
darurat.
c) ‘Tetap dalam keadaannya’
(ay 26) berarti tidak kawin (Ingat bahwa ay 25 menunjukkan bahwa
bagian ini ditujukan kepada para gadis, sehingga ‘tetap dalam
keadaannya’ jelas berarti ‘tidak kawin’). Nasehat
untuk tidak kawin ini diulangi lagi dalam ay 27b. Ingat bahwa ini
berlaku untuk keadaan darurat! (bdk. Yer 16:1-4).
d) Paulus tidak mau orang-orang Korintus itu
mengextrimkan kata-katanya, sehingga ia lalu
menambahkan:
1. Yang sudah kawin, jangan cerai
(ay 27a).
1. Kalau toh mau kawin, itu bukan
dosa (ay 28a). Tetapi Paulus sekaligus memberikan peringatan
(ay 28b).
Penekanan bagian ini adalah: kita harus mengabaikan
perkara-perkara duniawi (dalam keadaan darurat!). Kita harus hidup seakan-akan
sebentar lagi kita mati, atau seakan-akan kita sedang ada dalam
1) Kita harus mengabaikan istri
(ay 29).
Ini tidak berarti:
·
istri betul-betul tidak dicintai / tidak dipelihara / tidak digubris.
·
suami boleh cari perempuan lain.
Arti yang benar: perhatian /
waktu untuk istri harus diatur sedemikian rupa sehingga tidak menghalangi
kewajiban / konsentrasi kepada Tuhan. Sebetulnya, dalam keadaan biasapun, orang
kristen harus lebih mengutamakan Tuhan dari pada
istri, tetapi dalam keadaan darurat seperti itu, hal ini lebih ditekankan lagi!
‘Pengabaian
istri’ ini tidak bisa tidak, memang menyebabkan waktu / perhatian
untuk istri harus dikurangi, sedangkan konsentrasi kepada Tuhan ditambah.
Penerapan:
Apakah istri / suami saudara
sering menjadi ‘penghalang’ dalam saudara mengikuti / melayani
Tuhan? Apakah saudara selalu / sering ‘menyerah’ kalau
dihalangi dalam melakukan kewajiban saudara untuk Tuhan? Mungkin saudara
perlu belajar untuk ‘mengabaikan’ istri / suami! Kalau saudara
tidak mau melakukan hal itu, itu berarti saudara mengabaikan Tuhan!
Istri harus mau mengerti / mau
menerima kalau suami ‘mengabaikan’ dirinya dalam keadaan darurat
itu!
Kalau dalam
keadaan darurat, istripun harus ‘diabaikan’, maka lebih-lebih lagi
anggota keluarga yang lain, seperti orang tua / anak (Kej 2:24 menunjukkan
bahwa ikatan suami-istri harus lebih kuat / dekat dari pada orang tua-anak!).
2) Kita harus mengabaikan perasaan
(ay 30a).
Perasaan sedih (karena
kematian, putus cinta, pertengkaran dengan keluarga dll) maupun perasaan senang
(karena HUT, pernikahan, lulus ujian dll) bisa menjadi
penghalang dalam hidup bagi Tuhan. Karena itu dalam keadaan
darurat, kita harus mengabaikan perasaan-perasaan seperti itu, demikian juga
perasaan-perasaan lain seperti sentimen / marah / benci, iri hati / cemburu,
cinta dsb.
3) Kita harus mengabaikan barang-barang
duniawi (ay 30b-31).
Barang-barang
duniawi juga bisa menjadi penghalang dalam hidup bagi Tuhan.
Contoh:
·
TV / parabola / video / CD / LD bisa menyebabkan kita membuang
banyak waktu.
·
mobil bisa menyebabkan kita terus bepergian.
·
buku-buku duniawi bisa menyebabkan kita melupakan Tuhan.
·
villa bisa menyebabkan kita meninggalkan gereja / Tuhan.
Karena itu, dalam keadaan
darurat, kita harus mengabaikan hal-hal ini!
Contoh-contoh lain yang juga
harus ‘diabaikan’ dalam keadaan darurat: pekerjaan, study, hobby,
kebutuhan hidup sekunder dll.
1) Ay 32a: ‘kekuatiran’. Ini terjemahan yang tidak tepat.
RSV: anxieties (= kekuatiran). Ini juga tidak tepat.
KJV: carefulness (= kekuatiran).
NIV/NASB: concern (= perhatian).
Artinya: Paulus ingin kita
hidup tanpa terpecah perhatiannya sehingga sepenuhnya bisa berkonsentrasi
kepada Tuhan.
2) Ay 32b-35 jelas menunjukkan tujuan
hidup celibat (tidak kawin), yaitu supaya bisa berkonsentrasi kepada Tuhan.
Bagian ini
dijadikan dasar oleh gereja Roma Katolik untuk mengajarkan bahwa hamba
Tuhan tidak boleh kawin.
Keberatan terhadap ajaran ini
(keharusan celibat bagi hamba Tuhan):
a) 1Kor 7 hanya berlaku
untuk keadaan darurat, tetapi gereja Katolik menggunakannya untuk keadaan
biasa.
b) 1Kor 7 ditujukan untuk
jemaat biasa, tetapi gereja Katolik menujukannya untuk hamba Tuhan saja.
c) Bagian ini hanya merupakan
nasehat (ay 35,26-28), tetapi gereja Katolik
mengharuskan secara mutlak.
3) Ay 34:
Kata
‘kudus’ di sini tidak berarti suci, tetapi berarti
‘dipersembahkan kepada Tuhan’.
Kata
‘tubuh dan jiwa’ seharusnya adalah ‘tubuh dan roh’. Ini jelas
menunjuk pada seluruh manusia, tetapi Paulus toh mengatakan ‘tubuh dan
roh’. Ini membuktikan bahwa Kitab Suci mengajarkan Dichotomy
dan bukannya Trichotomy! Kalau saudara mau mempelajari
argumentasi dari Dichotomy, bacalah buku saya yang berjudul Anthropology.
Bagian ini ditujukan kepada
siapa?
1) Kepada ayah si gadis.
2) Kepada tunangan si gadis.
Terjemahan-terjemahan Kitab
Suci, baik dalam bahasa Inggris maupun bahasa
Ay 36: ‘gadisnya’.
RSV: his betrothed (=
tunangannya). Ini sesuai dengan pandangan 2.
NIV: ‘the virgin he
is engaged to’ (= perawan / gadis dengan siapa ia
bertunangan). Ini sesuai dengan pandangan 2.
ASV/NASB: ‘his
virgin daughter’ (= anak gadisnya). Ini sesuai
dengan pandangan 1.
Lit/KJV: ‘his
virgin’ (= gadisnya). Ini bisa sesuai dengan
pandangan 1 atau 2.
Ay 37: ‘tidak kawin dengan gadisnya’. Ini sesuai dengan pandangan 2.
NIV: ‘not to marry
the virgin’ (= tidak menikahi sang gadis). Ini
sesuai dengan pandangan 2.
NASB: ‘to keep his
own virgin daughter’ (= menyimpan / menahan anak gadisnya). Ini sesuai dengan pandangan 1.
Lit: ‘to keep his
own virgin’ (= menyimpan / menahan gadisnya sendiri). Ini bisa sesuai dengan pandangan 1 atau 2.
Ay 38: ‘kawin dengan gadisnya ... tidak kawin dengan
gadisnya’. Ini sesuai dengan pandangan 2.
NIV: ‘So then he who
marries the virgin does right but he who does not marry her does even
better’ (= Jadi ia yang menikahi sang gadis
berbuat benar tetapi ia yang tidak menikahinya berbuat lebih benar). Ini sesuai dengan pandangan 2.
NASB: ‘So then both
he who gives his own virgin daughter in marriage does well, and he who
does not give her in marriage will do better’ (= Jadi ia yang menyerahkan anak gadisnya ke dalam pernikahan
berbuat baik, dan ia yang tidak menyerahkannya ke dalam pernikahan berbuat
lebih baik). Ini sesuai dengan pandangan 1.
Tetapi ada hal-hal yang menyebabkan saya memilih pandangan ke 2 sebagai
pandangan yang benar:
a) Karena disebutkan ‘his virgin’ (= gadisnya) bukan ‘his daughter’ (= anak gadisnya).
b) Ay 36: ‘... mereka
harus kawin, baiklah mereka kawin’.
NASB menterjemahkan ‘let her marry’ (=
biarlah ia kawin). Tetapi ini salah! Seharusnya
adalah: ‘let them
marry’ (= biarlah mereka kawin).
Kalau bagian
ini ditujukan kepada ayah si gadis, sedangkan kata ‘mereka’ dalam
ay 36 diartikan ‘si gadis & tunangannya’, maka
kalimatnya terasa aneh. Kalimatnya akan lebih enak kalau bagian ini ditujukan kepada
tunangan si gadis, dan kata ‘mereka’ dalam ay 36 diartikan
‘si gadis dan tunangannya’.
c) Ay 37: ‘menguasai
kemauannya’.
Ini jelas
tidak cocok untuk ayah si gadis tetapi cocok untuk tunangan si gadis.
1) Ay 39 jelas bertentangan dengan
polygamy (bdk. Roma 7:2-3).
2) Ay 39 menunjukkan bahwa pernikahan
ke dua sama sekali bukanlah sesuatu yang negatif,
asalkan dilakukan setelah pasangannya meninggal.
3) Ay 39 memberikan syarat: ‘asal
orang itu adalah seorang yang percaya’.
NIV: ‘he must belong to the Lord’ (= ia
haruslah milik Tuhan).
NASB/KJV/RSV/Lit: ‘only in the Lord’ (= hanya
di dalam Tuhan).
a) Pernikahan itu harus dilakukan secara
rohani dan dengan takut akan Tuhan.
b) Pernikahan itu harus dilakukan dengan
sesama orang kristen (bdk. 2Kor 6:14).
Saya lebih
setuju pada pandangan yang kedua ini.
4) Ay 40a: ini lagi-lagi hanya berlaku
untuk keadaan darurat! Dalam keadaan biasa lihat 1Tim 5:14!
5) Ay 40b: mungkin ada musuh-musuh
Paulus yang mengatakan bahwa mereka mempunyai Roh Kudus, tetapi Paulus tidak. Dalam ayat ini Paulus memberikan pembelaan diri dengan mengatakan
bahwa iapun mempunyai Roh Kudus. Ini menunjukkan bahwa
seorang hamba Tuhanpun boleh membela diri pada saat menerima kritik / fitnah
yang tidak benar, khususnya kalau kritik / fitnah yang tidak benar itu bisa
mempunyai pengaruh negatif terhadap gereja / pelayanan.
-AMIN-