Eksposisi
Surat Paulus yang Pertama kepada Jemaat di Korintus
oleh: Pdt. Budi Asali M.Div.
1) Ay 23:
a) Yang dimaksud dengan ‘segala
sesuatu’ dalam ayat ini bukanlah sungguh-sungguh segala hal, tetapi
hal-hal yang tidak diperintahkan maupun dilarang oleh Tuhan.
Kalau
sesuatu diperintahkan oleh Tuhan, sekalipun hal itu bisa merugikan,
menjengkelkan, atau menjadi batu sandungan bagi orang lain, kita tetap harus
melakukannya. Misalnya: kita harus tetap ke gereja kalau diajak piknik pada
hari minggu, sekalipun hal ini bisa menjengkelkan orang yang mengajak
piknik.
Sebaliknya, kalau hal itu
dilarang oleh Tuhan, maka sekalipun hal itu menyenangkan, menolong, atau
membangun orang lain, kita tetap tidak boleh melakukannya! Misalnya: kita
tidak boleh mencontohi seseorang pada waktu ujian sekalipun hal itu
menyenangkan dia.
Jadi,
jelaslah bahwa kata-kata ‘segala sesuatu diperbolehkan’ tidak
bisa diartikan bahwa kita boleh melakukan semua hal, bahkan yang dilarang oleh
Tuhan / Firman Tuhan.
b) Kata-kata ‘segala sesuatu
diperbolehkan’ mungkin sekali dikutip oleh Paulus dari kata-kata orang
Korintus sendiri, dan karena itulah maka dalam Kitab Suci Indonesia,
maupun NIV, kata-kata itu diletakkan dalam tanda petik.
Ini
menunjukkan bahwa orang-orang Korintus beranggapan bahwa kalau sesuatu itu
tidak diperintahkan maupun dilarang oleh Tuhan, maka hal itu boleh dilakukan.
c) Tetapi Paulus mengajar bahwa kalau kita
mau melakukan sesuatu yang tidak diperintahkan maupun dilarang oleh Tuhan, ada
syarat yang harus dipenuhi, yaitu hal itu harus berguna / membangun!
Apakah
sesuatu itu berguna / membangun atau tidak, harus dianalisa secara cermat,
karena bisa saja sesuatu itu kelihatannya berguna / membangun, tetapi
sebetulnya merugikan. Atau sesuatu itu berguna / membangun seseorang, tetapi
merugikan banyak orang yang lain.
Dilihat dari kontexnya (bdk.
ay 24), maka kata ‘berguna / membangun’ dalam ay 23,
lebih ditekankan pada orang lain (berguna / membangun orang lain). Kalau kita
mau memegang prinsip ini dalam hidup kita, maka akan
sukar bagi kita untuk bisa hidup sia-sia!
Penerapan:
Orang yang merokok sering
beranggapan bahwa Kitab Suci tidak pernah melarang orang merokok. Tetapi, berdasarkan
ay 23 ini, maka merokok itu jelas tidak boleh dilakukan, karena merokok
itu bukan saja tidak berguna, tetapi bahkan merusak / merugikan kesehatan si
perokok maupun orang-orang yang di sekitarnya!
2) Ay 24:
a) ‘keuntungan orang lain’.
KJV: ‘another’s wealth’ (= kekayaan orang lain). Ini
jelas salah terjemah-an!
NIV: ‘the good of others’ (= kebaikan orang lain).
Lit: ‘the thing of others’ (= hal orang lain).
b) Karena kontex ini berhubungan dengan
makan daging yang sudah dipersembahkan kepada berhala, maka arti ay 24 ini
adalah: pada waktu memutuskan makan atau tidak, jangan hanya mempertimbangkan
diri sendiri (misalnya: makanan itu enak atau tidak bagi saya; kalau saya makan
maka tuan rumah akan senang pada saya dan sebaliknya kalau saya tidak makan
maka ia akan membenci saya dsb), tetapi harus mempertimbangkan orang lain
(misalnya: adakah orang yang bakal tersandung kalau saya makan?).
Jadi, ini lagi-lagi merupakan
suatu ajaran tentang penyangkalan diri / mati bagi diri sendiri, dan hidup bagi
orang lain!
Renungkan: sampai sejauh mana saudara
sudah hidup untuk kebaikan orang lain?
1) Paulus membicarakan tentang daging di
pasar (ay 25).
Kalau
seseorang memberikan persembahan binatang untuk dewa, maka sebagian dari
binatang itu dibakar (diberikan kepada dewa), sebagian lagi untuk orang yang
membawa persembahan itu, dan sebagian lagi untuk imamnya. Karena
orang yang memberi persembahan ada banyak, maka para imam menerima banyak
sekali, sehingga tidak mungkin mereka habiskan dan karena itu lalu mereka jual
di pasar daging. Karena itu, pada saat seseorang membeli daging di
pasar, ada kemungkinan yang cukup besar bahwa ia akan
membeli daging yang sudah dipersembahkan kepada dewa / berhala. Orang-orang Yahudi pada saat itu beranggapan bahwa daging yang
seperti itu tidak boleh dimakan.
Tetapi, dalam ay 25 ini
Paulus mengijinkan untuk membeli dan memakan daging seperti itu, tanpa perlu
bertanya-tanya apakah itu bekas persembahan berhala atau tidak. Alasan Paulus
adalah: segala sesuatu, termasuk daging itu, adalah milik Tuhan (ay 26). Sekalipun daging itu sudah dipersembahkan kepada berhala,
daging itu tetap adalah milik Tuhan (bdk. 1Tim 4:3-5).
2) Jadi, daging persembahan kepada berhala
itu hanya dilarang untuk dimakan di dalam upacara / pesta keagamaan para
penyembah berhala itu, karena hal itu dianggap sebagai penyembahan berhala dan
merupakan persekutuan dengan roh-roh jahat (ay 20-21).
Catatan: Sebagian binatang yang dikembalikan
kepada orang yang memberi persembahan itu, lalu dibuat pesta. Orang-orang kafir
itu mempunyai kepercayaan bahwa dalam pesta itu dewa yang bersangkutan itu
hadir, bahkan ada di dalam daging tersebut, sehingga pada saat daging itu
dimakan, dewa itu masuk ke dalam diri orang yang memakannya dan terjadilah
persekutuan antara orang itu dengan si dewa.
Tetapi kalau
bukan dalam upacara / pesta keagamaan, maka karena berhala / dewa itu tidak ada
/ nothing (ay 19-20a), dan
segala sesuatu adalah milik Tuhan (ay 26), maka daging itu boleh kita
makan.
Charles Hodge: “the sacrifices lost their religious character when
sold in the market” (= korban-korban itu kehilangan
sifat agama mereka pada saat dijual di pasar).
Analogi: setelah kebaktian
perjamuan kudus selesai, maka roti / anggur, yang
tadinya kudus dan bisa memberi manfaat rohani kepada kita, kembali menjadi roti
/ anggur biasa!
1) Undangan makan dalam ay 27 ini
adalah undangan makan biasa. Karena itu kasusnya dianggap sama
seperti membeli daging di pasar (ay 25), dan kita boleh memakannya tanpa
memikirkan / menanyakan apakah makanan itu bekas persembahan kepada berhala
atau tidak.
2) Tetapi kalau ada seseorang yang
memberitahu bahwa makanan itu merupakan bekas persembahan berhala, maka kita
tidak boleh memakannya (ay 28). Kita tidak boleh memakannya, bukan karena
ada sesuatu yang salah dengan makanan itu sendiri, tetapi:
·
karena dia yang menyatakan hal itu kepadamu (ay 28b).
·
karena keberatan hati nurani dari orang yang memberitahu (ay 28c,29).
(bandingkan
dengan 1Kor 8:7-13).
Jadi, ay 28-29 ini
merupakan penerapan dari ay 23-24, dimana Paulus mengajar untuk menyangkal
diri / mati bagi diri sendiri dan hidup bagi orang lain.
3) Dalam KJV, ay 28 diakhiri dengan
kata-kata ‘for the earth is the
Lord’s and the fulness thereof’ (= ay 26).
Keberatan:
·
tambahan ini hanya ada pada manuscript-manuscript tertentu.
·
sama seperti dengan pada ay 26, bagian ini dikutip dari
Maz 24:1. Tetapi, dalam ay 26 bagian ini dikutip untuk mengijinkan
seseorang makan. Akan sangat aneh kalau dalam ay 28, Maz 24:1 itu
dikutip justru untuk melarang orang makan!
Kesimpulan: bagian ini
merupakan suatu penambahan, dan seharusnya dibuang!
4) Ay 29b-30:
·
kata-kata ‘mungkin ada orang yang berkata’ dalam ay 29b,
seharusnya tidak ada.
·
‘mengapa orang berkata jahat
tentang aku’ (ay 30).
KJV: ‘why am I evil spoken of’ (= mengapa aku dibicarakan
secara jahat).
NASB: ‘why am I slandered’ (= mengapa aku difitnah).
NIV/RSV: ‘why am I denounced’ (= mengapa aku dicela).
Kata Yunaninya adalah
BLASPHEMOMAI yang berasal dari kata BLAS-PHEMEO, yang berarti: to blaspheme (= menghujat), to speak against (= berbicara
menentang), to slander (= memfitnah),
to insult (= menghina).
Kalau
dilihat dari arti kata Yunaninya, dan juga dilihat dari kontexnya, maka saya paling
setuju dengan terjemahan dari NIV/RSV.
·
ay 29b-30 ini adalah keberatan yang mungkin akan timbul dalam
diri orang Korintus, pada waktu mereka mendengar ajaran Paulus dalam
ay 28-29a.
5) Ay 31:
a) Ini adalah jawaban I terhadap keberatan dalam ay 29b-30.
Jadi,
kebebasan kita memang harus ditentukan oleh keberatan-keberatan hati nurani
orang lain, karena tujuan kita dalam hidup ini adalah memuliakan Allah.
b) ‘makan /
minum’ merupakan hal yang rutin dan bersifat jasmani, dan karena itu
biasanya kita lakukan secara otomatis, tanpa memikirkan kemuliaan Tuhan. Tetapi
Paulus berkata bahwa hal-hal seperti inipun harus dilakukan untuk kemuliaan
Tuhan!
Penerapan:
Kalau saudara makan makanan dan
minum minuman yang tidak baik untuk kesehatan saudara, maka saudara pasti tidak
makan / minum untuk kemuliaan Tuhan. Sekalipun saudara selalu memilih makanan dan
minuman yang berguna untuk kesehatan saudara, tetapi kalau pemikiran saudara
berhenti pada kesehatan saja dan saudara tidak memikirkan kemuliaan Tuhan, maka
dalam hal inipun saudara belum mentaati ay 31 ini! Tetapi kalau saudara
memilih makanan dan minuman yang berguna untuk kesehatan saudara dengan
suatu pemikiran bahwa dengan tubuh yang sehat saudara bisa lebih memuliakan
Tuhan, maka barulah saudara mentaati ay 31 ini!
c) ‘sesuatu yang lain’
menunjukkan bahwa seluruh kehidupan kita, tanpa ada yang dikecualikan, haruslah
ditujukan untuk kemuliaan Tuhan.
Penerapan:
·
di dalam saudara bekerja, janganlah saudara bekerja hanya
semata-mata untuk mencukupi kebutuhan hidup saudara. Bekerjalah dengan
tujuan untuk memuliakan Tuhan:
*
di dalam pekerjaan itu sendiri.
*
melalui uang yang saudara hasilkan dari pekerjaan itu.
·
kalau saudara belajar, janganlah sekedar belajar demi nilai, ilmu, gelar
dsb. Belajarlah dengan tujuan untuk memuliakan Tuhan melalui ilmu, nilai dan
gelar yang saudara dapatkan itu!
·
kalau saudara pergi ke gereja, janganlah saudara sekedar mencari
Firman Tuhan sehingga saudara bisa merasakan sukacita / berkat Tuhan. Pergilah
ke gereja dengan tujuan untuk memuliakan Tuhan!
d) Allah dimuliakan kalau:
·
lebih banyak orang yang percaya kepada Yesus.
·
orang-orang Kristen bertumbuh dalam iman dan kesucian.
·
orang-orang Kristen lebih bersukacita, bersyukur dan memuji Tuhan.
6) Ay 32:
a) ‘Jangan menimbulkan syak’. Ini terjemahan
yang salah!
NASB: ‘give no offense’ (= jangan memberikan sandungan).
KJV / RSV » NASB.
NIV: ‘Do not cause anyone to stumble’ (= Jangan menyebabkan
siapapun tersandung).
Jadi, arti sebetulnya adalah:
janganlah menjadi batu sandungan.
b) Paulus berkata bahwa mereka tidak boleh menyandungi:
·
orang Yahudi. Golongan ini benci / jijik pada penyembahan berhala
maupun pada makanan yang telah dipersembahkan kepada berhala / dewa. Kalau
orang kristen makan persembahan berhala, maka mereka
tidak mungkin bisa mendekati dan memberitakan Injil kepada orang Yahudi.
·
orang Yunani. Golongan ini masih terikat kepada berhala. Kalau
orang kristen makan persembahan berhala, maka tindakan
itu bisa menguatkan kepercayaan orang-orang Yunani itu kepada berhala.
·
gereja / jemaat. Banyak orang kristen yang
lemah imannya dan tidak mengerti Kitab Suci. Mereka ini bisa tersandung
kalau melihat orang kristen yang kuat makan
persembahan berhala (bdk. 1Kor 8:7-13).
c) Ini adalah jawaban II terhadap keberatan dalam ay 29b-30.
7) Ay 33: teladan Paulus.
·
kata-kata ‘menyenangkan hati semua orang dalam segala hal’
tidak boleh diartikan secara mutlak! Ini tentu tidak berlaku kalau berhubungan
dengan hal-hal yang bertentangan dengan Firman Tuhan.
·
kata-kata ‘bukan untuk kepentingan diriku, tetapi untuk kepentingan
orang banyak’ lagi-lagi menunjukkan bahwa Paulus tidak hidup untuik
dirinya sendiri, tetapi untuk orang lain.
·
tujuan Paulus: supaya mereka beroleh selamat!
Ini menunjukkan jiwa injili
yang begitu luar biasa dari Paulus! Hal yang selalu ia
pikirkan ialah: bagaimana ia bisa membawa orang yang belum percaya kepada Yesus
sehingga mereka bisa diselamatkan.
Penerapan:
Berapa sering saudara
memikirkan untuk membawa orang yang belum percaya kepada Yesus?
8) 1Kor 11:1:
a) Ayat ini sebetulnya termasuk dalam pasal 10!
Dalam 10:33, Paulus
menunjukkan apa yang ia lakukan.
Dalam 11:1,
Paulus menyuruh mereka untuk meniru dia.
b) Dari ayat ini jelaslah bahwa kita hanya
boleh meniru seseorang, kalau orang itu meniru Kristus! Jadi,
jangan meniru orang secara sembarangan.
-AMIN-