Eksposisi
Surat Paulus yang Pertama kepada Jemaat di Korintus
oleh: Pdt. Budi Asali M.Div.
1) Dalam ay 2 ini Paulus memuji jemaat
Korintus. Mengapa?
a)
Keberatan: kontrasnya ay 17 dengan
ay 2, menunjukkan bahwa pujian dalam ay 2 itu sungguh-sungguh
merupakan pujian.
b) Calvin mengatakan bahwa sekalipun ada
orang-orang brengsek dalam gereja Korintus, tetapi secara umum mereka
memang tetap mengingat Paulus dan memegang ajaran Paulus dan karena itulah maka
mereka dipuji.
Penerapan:
Kita tidak boleh memukul rata
dengan menganggap seluruh gereja brengsek, hanya karena kita pernah
bertemu dengan beberapa orang jemaatnya yang brengsek
Juga, kalau saudara adalah
seorang hamba Tuhan yang memimpin sebuah jemaat, atau saudara adalah seorang
guru sekolah minggu / guru agama yang memimpin sekelompok murid, maka janganlah
menganggap bahwa pelayanan saudara sama sekali tidak berhasil, hanya karena
saudara menjumpai adanya beberapa jemaat / murid yang brengsek!
2) ‘Ajaran’.
NASB/RSV/Lit: ‘traditions’ (= tradisi).
Dalam Kitab
Suci kata tradisi sering digunakan untuk menunjuk pada ajaran manusia yang
bukan dari Tuhan (bdk. Gal 1:14 Kol 2:8 Mat 15:3 - di sini
diterjemahkan ‘adat istiadat’ / ‘ajaran turun temurun’,
tetapi sebetulnya menggunakan kata Yunani yang sama).
Tetapi di
sini, kata tradisi menunjuk pada pengajaran lisan yang diberikan oleh Paulus
(dalam 2Tes 2:15 dikatakan bahwa Paulus memberikan penga-jaran baik secara
tertulis maupun secara lisan).
1) ‘Kepala’.
Dalam 11:2-6 ini, kata
‘kepala’ kadang-kadang mempunyai arti hurufiah, kadang-kadang
mempunyai arti simbolis. Dalam ay 3 ini jelas bahwa kata
‘kepala’ mempunyai arti simbolis.
Untuk bisa mengetahui artinya,
kita bisa membandingkannya dengan Ef 5:22-24. Di sini
dikatakan bahwa istri harus tunduk kepada suami, karena suami adalah kepala
istri, dan jemaat harus tunduk kepada Kristus, karena Kristus adalah kepala
jemaat. Jadi, yang disebut ‘kepala’
mempunyai otoritas, dan berhak menerima ketundukan.
Dalam ay 3
ini, kata ‘kepala’ juga mempunyai arti seperti itu.
2) Dalam ay 3 ini dikatakan bahwa
‘kepala dari perempuan ialah laki-laki’, dan itu berarti bahwa
laki-lakilah yang memegang otoritas, dan perempuan harus tunduk kepada
laki-laki. Tetapi, bagaimana dengan Gal 3:28 yang mengatakan bahwa di
dalam Kristus tidak ada laki-laki atau perempuan?
Gal 3:28
meninjau nilai manusia secara hakiki. Dalam hal ini maka tidak ada
perbedaan antara laki-laki dan perempuan, bahkan tidak ada perbedaan antara
orang tua dan anak. Jadi, perempuan tidak lebih hina
dari pada laki-laki, dan laki-laki tidak lebih mulia dari pada perempuan.
Dan baik laki-laki maupun perempuan, kalau ia percaya
Yesus, ia menjadi anak Allah dan ia diselamatkan. Laki-laki
dan perempuan boleh berbakti bersama-sama dalam kebaktian (tak seperti dalam
Yudaisme dimana mereka dipisahkan).
Tetapi demi
keteraturan, maka baik dalam gereja maupun dalam keluarga, Tuhan menetapkan
bahwa laki-laki adalah pemegang otoritas, dan perempuan harus tunduk kepada
laki-laki.
3) Sekalipun dikatakan bahwa ‘kepala
dari perempuan ialah laki-laki’, tetapi juga ditambahkan bahwa
‘kepala dari tiap-tiap laki-laki ialah Kristus’, dan ‘kepala
dari Kristus ialah Allah’. Ini menunjukkan bahwa perempuan harus menyadari
bahwa sekalipun mereka harus tunduk kepada laki-laki, tetapi di atas laki-laki
masih ada Kristus dan Allah! Jadi, mereka harus tunduk kepada Kristus / Allah
lebih dari pada kepada laki-laki!
Penerapan:
Apakah
saudara, yang adalah istri, tunduk kepada suami lebih dari pada kepada Tuhan? Dan apakah
saudara, yang adalah suami, menuntut istri saudara tunduk kepada saudara lebih
dari pada kepada Tuhan? Marahkah saudara kalau istri
saudara lebih tunduk kepada saudara dari pada kepada Tuhan?
4) ‘Kepala dari Kristus ialah
Allah’.
Apakah ini
berarti bahwa Kristus lebih rendah dari pada Allah? Kalau kita meninjau Yesus
sebagai Allah, maka jelas bahwa Ia setingkat dengan BapaNya (Yoh 10:30
Yoh 14:7,9,10). Tetapi di sini, Kristus tidak
ditinjau sebagai pribadi ke 2 dari Allah Tritunggal, tetapi sebagai Pengantara
antara Allah dan manusia, atau sebagai Allah yang telah berinkarnasi
menjadi manusia. Karena itulah maka Ia lebih rendah
dari pada Allah, dan Ia tunduk kepada Allah.
Calvin: “God, then, occupies the first
place: Christ holds the second place. How so? Inasmuch as he has in our flesh
made himself subject to the Father, for, apart from this, being of one essence
with the Father, he is equal. et us, therefore, bear
it in mind, that this is spoken of Christ as mediator” (= ) - hal 353.
5) Ayat ini tidak berarti bahwa: ketundukan
perempuan kepada laki-laki = ketundukan laki-laki kepada Kristus = ketundukan
Kristus kepada Allah. Ketundukan perempuan kepada laki-laki adalah
ketundukan bersyarat (kalau perintah laki-laki sesuai atau tidak bertentangan
Firman Tuhan), dan tidak mungkin sempurna. Ketundukan
laki-laki kepada Kristus adalah ketundukan mutlak / tanpa syarat, tetapi jelas
tidak mungkin bisa sempurna. Sedangkan ketundukan
Kristus kepada Allah, merupakan ketundukan yang sempurna.
Ay 4-5: “(4) Tiap-tiap laki-laki yang berdoa atau bernubuat dengan
kepala yang bertudung, menghina kepalanya. (5) Tetapi tiap-tiap perempuan yang
berdoa atau bernubuat dengan kepala yang tidak bertudung, menghina kepalanya,
sebab ia sama dengan perempuan yang dicukur
rambutnya”.
1) Di tempat itu, tudung merupakan simbol
kesopanan dan ketundukan (bdk. Kej 24:65). Membuang
tudung berarti tidak menghormati otoritas suami.
Karena ini
adalah tradisi setempat, maka di tempat lain, dimana tradisinya berbeda, maka
tentu saja bagian ini tidak bisa diterapkan secara persis.
Calvin: “The ‘covering,’
as we shall see ere long, is an emblem of authority intermediate and
interposed” (= ) - hal 355.
Calvin
berpendapat, ini cuma masalah kesopanan.
Calvin: “in this matter the error is
merely in so far as decorum (= kesopanan) is violated, and the
distinction of rank which God has established, is broken in upon. ... we must
not be so scrupulous as to look upon it as a criminal thing for a teacher to
have a cap on hid head, when addressing the people from the pulpit” (= ) - hal 355.
2) Yang dimaksud dengan ‘berdoa’
adalah: memimpin jemaat dalam doa.
Sedang tentang arti dari kata
‘bernubuat’, ada 2 pandangan:
a) Berkhotbah / mengajar biasa.
b) Menyampaikan Firman Tuhan di bawah ilham
ilahi.
Saya agak
condong pada pandangan b).
Calvin: “‘Prophesying’ I
take here to mean - declaring the mysteries of God for the edification of the
hearers, (as afterwards in chapter 14)” (= ) - hal 355.
Calvin: “‘praying’ means
preparing a form of prayer, and taking the lead, as it were, of all the people
- which is the part of the public teacher, for Paul is not arguing here as to
every kind of prayer, but as to solemn prayer in public” (= ) - hal 355.
3) Karena laki-laki adalah pemegang
otoritas, maka kalau ia berdoa / bernubuat dengan
memakai tudung (simbol ketundukan!), ia ‘menghina kepalanya’.
Sebaliknya, karena perempuan
ada di bawah otoritas laki-laki, maka kalau ia berdoa
/ bernubuat tanpa tudung, ia ‘menghina kepalanya’.
Tentang kata-kata
‘menghina kepalanya’:
a)
b)
·
menghina Kristus (ay 4).
·
menghina suami (ay 5).
4) Ajaran Paulus ini bertentangan dengan
ajaran / praktek dari:
a) Orang Yahudi, dimana laki-laki berdoa dengan tudung.
b) Orang Yunani, dimana perempuan berdoa tanpa tudung.
Jelas bahwa dalam Paulus
mengajar, ia tidak takut menentang ajaran / praktek
yang umum.
5) Dalam bernubuatpun ada aturannya, yaitu
perempuan harus memakai tudung, dan laki-laki harus tanpa tudung! Padahal
bernubuat adalah menyampaikan Firman Tuhan di bawah ilham ilahi!
Dari sini jelaslah bahwa orang
yang betul-betul dipimpin oleh Roh Kuduspun harus tetap memegang peraturan dan
sopan santun, dan tidak boleh semau gue!
(bdk. 1Kor 14:26-33).
Karena itu,
janganlah menggunakan kata-kata ‘saya dipimpin oleh Tuhan / Roh
Kudus’ sebagai suatu alasan untuk melanggar peraturan, kesopanan
dsb!
Contoh:
·
ada Pendeta yang membuang khotbah dalam kebaktian, karena ia
‘dipimpin oleh Tuhan’ untuk mengadakan acara kesembuhan! Ini jelas
omong kosong!
·
orang berdoa / memberi kesaksian terlalu panjang dalam kebaktian,
dengan alasan bahwa ia ‘dipimpin Tuhan’. Ingat bahwa Tuhan tidak
mungkin memimpin orang sehingga merusak seluruh kebaktian / acara pemberitaan
Firman Tuhan.
6) Tentang kata-kata ‘perempuan ...
bernubuat’ dalam ay 5, ada 2 pandangan:
a) Golongan yang pro pengkhotbah perempuan
menganggap bagian ini sebagai salah satu dasar untuk memperbolehkan perempuan
berkhotbah.
b) Golongan yang anti pengkhotbah perempuan
menafsirkan bahwa ini tetap bukan alasan untuk memperbolehkan perempuan
berkhotbah. Tafsiran mereka tentang bagian ini:
·
di sini Paulus membahas tentang boleh tidaknya perempuan bernubuat
tanpa tudung. Sedangkan tentang boleh tidaknya perempuan memberitakan
Firman Tuhan / mengajar / bernubuat, dibahas dalam 1Kor 14:34-35 &
1Tim 2:11-12.
Saya merasa ini tidak masuk
akal! Kalau memang perempuan sama sekali tidak boleh
bernubuat / mengajar, untuk apa Paulus mempersoalkan boleh tidaknya perempuan
bernubuat tanpa tudung?
·
perempuan boleh bernubuat (karena itu adalah ilham / pimpinan dari
Tuhan), tetapi perempuan tetap tidak boleh mengajar / berkhotbah secara biasa.
Saya merasa ini juga tak masuk
akal, karena kalau memang Tuhan sama sekali tidak
menghendaki perempuan mengajar / berkhotbah biasa, mengapa Ia menggunakan
perempuan dalam bernubuat?
7) Mengomentari ay 5-6 yang menekankan
keharusan perempuan memakai tudung, seseorang mengatakan:
“God did not form woman out of
the head lest she should become proud; nor out of the eye lest she should lust;
nor out of the ear lest she should be curious; nor out of the mouth lest she
should be talkative; nor out of the heart lest she should be jealous; not out
of the hand lest she should be covetous; nor out of the foot lest she should be
a wandering busybody; but out of a rib which was always covered; therefore
modesty should be her primary quality” (= Allah tidak
membentuk perempuan dari kepala supaya ia tidak menjadi sombong; juga tidak
dari mata supaya ia tidak bernafsu; juga tidak dari telinga supaya ia tidak
menjadi orang yang selalu ingin tahu; juga tidak dari mulut supaya ia tidak
banyak bicara; juga tidak dari hati supaya ia tidak cemburu; juga tidak dari
tangan supaya ia tidak tamak; juga tidak dari kaki supaya ia tidak suka pergi
kemana-mana untuk mencampuri urusan orang lain; tetapi dari sebuah rusuk yang
selalu tertutup; karena itu kesopanan / kesederhanaan harus selalu menjadi
kwalitet-nya yang utama).
1) Arti dari ay 6: kalau perempuan tidak
mau pakai tudung, itu berarti bahwa ia senang berada
dalam keadaan hina. Kalau mau konsekwen, gundul saja
sekalian, itu juga hina. Sebaliknya, kalau tidak
mau gundul / hina, maka harus memakai tudung.
2) ‘Tidak perlu’ (ay 7). Ini
salah terjemahan!
KJV / RSV / NIV / NASB: ‘ought not’ (= tidak
seharusnya / tidak boleh).
3) Dalam ay 7, hanya laki-laki yang
ditekankan sebagai gambar Allah, karena gambar Allah hanya disoroti dari 1
sudut, yaitu dalam hal adanya otoritas.
4) Dalam ay 7 seharusnya tidak ada kata
‘menyinari’.
NIV: ‘he is the image and glory of God ... the woman is the glory of
man’ (= ia adalah gambar dan kemuliaan
Allah).
Jadi,
laki-laki adalah kemuliaan Allah, dan perempuan adalah kemuliaan laki-laki. Ini
lagi-lagi menunjukkan superiornya laki-laki terhadap perempuan.
Dua alasan mengapa laki-laki ada di atas perempuan:
1) Dari sudut asal mulanya, perempuan
berasal dari laki-laki (ay 8).
2) Dari sudut tujuan penciptaan, perempuan
dicipta karena / demi laki-laki (ay 9 bdk. Kej 2:18).
Seorang
penafsir mengatakan:
“The man is the beginning of the woman and the end for
which she was made” (= laki-laki adalah permulaan dari
perempuan dan tujuan untuk mana perempuan diciptakan).
Penerapan:
Apakah saudarai sebagai orang perempuan
sering merasa jengkel karena Tuhan memberikan otoritas kepada laki-laki? Apakah
saudara sering merasa diperlakukan tidak adil? Apapun alasannya yang
menyebabkan saudarai mempunyai pemikiran semacam itu, sadarilah bahwa itu
adalah pemikiran yang tidak Alkitabiah dan saudarai harus bertobat dari
pemikiran seperti itu!
Calvin: “All women are born, that they may acknowledge themselves
inferior in consequence of the superiority of the male sex” (= Semua perempuan dilahirkan supaya mereka bisa mengakui diri
mereka sendiri lebih rendah sebagai akibat dari kesuperioran laki-laki).
1) Ini adalah ayat yang begitu sukar,
sehingga Charles Hodge memberikan komentar sebagai berikut:
“After all that has been
written, it remains just as obscure as ever” [= setelah semua yang telah ditulis (tentang ayat ini), ayat
ini tetap sama kaburnya dengan dulu].
2) ‘Tanda wibawa’.
Lit: ‘sign of authority’ (= tanda otoritas).
a) Artinya adalah: tanda ketundukan.
Diartikan
demikian, karena kontexnya menuntut penafsiran seperti itu.
b) Artinya adalah: tanda dengan mana
perempuan menyatakan dirinya di bawah otoritas laki-laki.
c) Artinya adalah: tanda otoritas / martabat
perempuan itu sendiri, karena tanpa tudung perempuan itu dianggap amoral /
pelacur.
3) ‘Oleh karena para malaikat’.
Bagian ini
membingungkan semua penafsir, sehingga muncul banyak penafsiran tentang bagian
ini.
Tetapi arti yang paling banyak diterima adalah: ‘demi para malaikat yang
hadir dalam kebaktian’.
Jadi, karena
para malaikat itu hadir sebagai saksi dalam kebaktian, maka perempuan harus
tunduk pada otoritas laki-laki.
1) Kata-kata ‘dalam Tuhan’
(ay 11) artinya adalah ‘kehendak Tuhan’. Jadi
adalah merupakan kehendak Tuhan bahwa laki-laki tergantung pada perempuan dan
sebaliknya.
2) Bagian ini menunjukkan kesatuan laki-laki
dan perempuan sehingga yang satu tidak bisa hidup tanpa yang lain.
3) Bagian ini ditambahkan:
a) Supaya laki-laki tidak menjadi sombong dan menghina perempuan.
b) Untuk menghibur perempuan.
4) Kata-kata ‘segala sesuatu berasal
dari Allah’ (ay 12) menunjukkan bahwa Allah ada di atas laki-laki
dan perempuan.
1)
Kalau ini
benar, maka semua ini memang bersifat kultural, sehingga tidak berlaku di
tempat yang mempunyai tradisi / kebudayaan yang berbeda.
2) Bagi orang-orang Yahudi, adalah sesuatu
yang memalukan kalau laki-laki berambut panjang, kecuali kalau ia adalah seorang nazir Allah (bdk. Bil 6:1-5
Hak 13:5 Hak 16:17 1Sam 1:11).
Perkecualian: Absalom
(2Sam 14:26).
3) Ay 15b tidak mungkin diartikan:
rambut panjang sudah cukup bagi perem-puan sehingga tak perlu memakai tudung
lagi. Mengapa? Karena kalau ditafsirkan seperti itu, akan bertentangan dengan apa yang Paulus ajarkan dalam
sepanjang kontex ini.
Artinya justru adalah: adanya
‘tudung’ alamiah (yaitu rambut panjang), menunjukkan bahwa
perempuan membutuhkan tudung yang lain, yaitu tudung yang sungguh-sungguh.
1) Calvin: kata ‘kebiasaan’ itu
menunjuk pada kebiasaan debat kusir.
2) Mayoritas penafsir: kata
‘kebiasaan’ itu menunjuk pada kebiasaan perempuan berdoa /
bernubuat tanpa tudung.
-AMIN-