Eksposisi
Surat Paulus yang Pertama kepada Jemaat di Korintus
oleh: Pdt. Budi Asali M.Div.
1) ‘tidak dapat memuji kamu’ (bdk. ay 22b).
Paulus bukan
orang yang munafik. Kalau memang ada hal yang baik, maka ia
memuji (ay 2), tetapi kalau ada yang jelek, ia mencela (ay 17,22b).
Penerapan:
Bagaimana saudara menaikkan doa tanggapan terhadap khotbah yang jelek? Apakah dalam doa itu saudara bersyukur kepada Tuhan atas ‘Firman Tuhan
yang begitu indah’? Ini sama saja dengan memuji
pengkhotbahnya dengan pujian yang munafik!
2) ‘pertemuan-pertemuanmu tidak
mendatangkan kebaikan, tetapi mendatangkan keburukan’.
a) Pertemuan yang tidak mendatangkan
kebaikan (bagi diri sendiri / orang lain), adalah sesuatu yang salah!
Calvin: “There ought never to be a coming together without some
fruit” (= Tidak pernah boleh ada suatu
pertemuan tanpa buah).
Penerapan:
·
Adakah kebaikan yang saudara terima kalau saudara pergi ke
gereja?
·
Adakah kebaikan yang saudara berikan kepada orang lain, kalau saudara pergi ke gereja? Ingat bahwa kalau semua
orang bersikap egois dengan hanya mau menerima dan tidak mau memberi, maka
akhirnya tidak akan ada yang menerima apa-apa.
*
memberi perhatian kepada orang yang baru.
*
melayani sebagai chairman, organist, koor, guru sekolah minggu, dan
semua pelayanan yang lain.
*
memberitakan Injil kepada jemaat yang kristen KTP!
*
sharing kepada saudara seiman.
b) Suatu pertemuan bisa mendatangkan keburukan! Misalnya:
·
kalau ajarannya salah / sesat!
·
kalau gereja itu mempraktekkan hal-hal yang salah.
·
kalau ada gossip / fitnah.
Karena itu jangan sembarangan
dalam pergi ke gereja!
1) ‘aku mendengar ... sedikit banyak
aku percaya’.
NIV: ‘to some extent I believe it’ (= sampai pada taraf tertentu
aku mempercayainya).
NASB: ‘in part, I believe it’ (= sebagian, aku
mempercayainya).
Jelas bahwa Paulus bukanlah
orang yang sembarangan saja mempercayai berita yang menceritakan kejelekan
orang lain!
Bagaimana
dengan saudara? Ingat bahwa orang yang suka menyebarkan gossip / fitnah
bisa menjadi suatu senjata yang ampuh bagi setan dalam memecah belah gereja, hanya
kalau ada telinga-telinga yang dengan mudah mempercayai berita-berita yang
mereka sebarkan!
2) ‘ada perpecahan di antara
kamu’.
Kata yang diterjemahkan ‘perpecahan’, dalam bahasa Yunaninya
adalah SCHISMATA, dan dari kata ini diturunkan kata bahasa Inggris ‘schism’ (= perpecahan /
keretakan).
Seharusnya dalam gereja ada
kasih, dan kesatuan hati / pikiran, tetapi ternyata yang ada justru adalah
perpecahan!
1) Di sini
Paulus agak menyimpang dari jalur pembicaraan, dan pada ay 20 ia kembali lagi pada pembicaraan dalam ay 18.
2) Kata ‘perpecahan’ di sini diterjemahkan dari
kata bahasa Yunani yang berbeda dengan pada ay 18 di atas. Kata Yunani
yang dipakai di sini adalah HAIRESEIS, dan dari kata ini diturunkan kata bahasa
Inggris ‘heresy’ (= sekte
/ bidat).
KJV memberikan terjemahan yang
hurufiah yaitu ‘heresies’
(= bidat-bidat / sekte-sekte).
Arti yang sebenarnya dari kata
ini adalah ‘an act of choice’
(= tindakan memilih). Artinya lalu berkembang menjadi ‘a chosen way of life’ (= jalan hidup yang dipilih).
Artinya lalu berkembang lagi menjadi ‘suatu sekte /
partai, tetapi tidak selalu menunjuk pada arti yang jelek’.
Di sini, sama seperti dalam
Gal 5:20, kata itu seharusnya diterjemahkan ‘perselisihan’ [Catatan: dalam Gal 5:20 itu, kata Yunani yang sama dengan di
sini, oleh Kitab Suci Indonesia diterjemahkan ‘roh pemecah’, tetapi oleh NIV/NASB
diterjemahkan ‘factions’
(= perselisihan)].
Ay 18 dan ay 19
menggunakan kata Yunani yang berbeda, karena ay 19 menunjuk pada
perpecahan yang lebih hebat.
Calvin menganggap bahwa
ay 18 hanya menunjuk pada ketidak-senangan yang ada di hati, tetapi
ay 19 menunjuk pada permusuhan yang terbuka.
3) ‘harus ada
perpecahan’
(bdk. Mat 18:7).
Adanya kata ‘harus’ ini menunjukkan bahwa hal ini
tidak terjadi secara kebetulan saja, tetapi karena telah ditentukan oleh
Allah, dan diatur oleh Allah sehingga terjadi!
Calvin: “For the cause is the secret counsel of God” (= karena penyebabnya adalah rencana Allah yang rahasia).
4) ‘supaya nyata nanti siapa di
antara kamu yang tahan uji’ [Lit: ‘the
approved ones’ (= orang-orang yang direstui / diakui / disetujui)].
a) Sekalipun perpecahan itu sendiri bukanlah
sesuatu yang baik, tetapi Tuhan bisa memakainya sehingga menghasilkan sesuatu
yang baik, yaitu untuk membedakan orang kristen yang
baik dan yang brengsek (bdk. 1Yoh 2:19)!
Mengapa bisa
demikian?
Karena kalau terjadi perpecahan, maka akan terlihat
hal-hal seperti:
·
adanya orang-orang yang begitu kecewa melihat perpecahan itu, sehingga
berhenti ikut Tuhan.
·
adanya orang yang memfitnah / percaya pada fitnahan.
·
orang yang tidak mempedulikan kebenaran / Firman Tuhan, tapi hanya berjuang
untuk kemenangan pihaknya dalam perpecahan itu.
·
adanya orang yang secara membuta (tanpa peduli pada kebenaran) memihak
pada salah satu pihak.
Padahal, andaikata perpecahan
itu tidak terjadi, semua kebodohan dan kebrengsekan ini tidak terlihat!
b) Ini secara tidak langsung memberi kita
suatu peringatan: kalau terjadi perpecahan, itu adalah ujian Tuhan! Karena itu, harus tetap teguh ikut Kristus, supaya bisa menunjukkan
diri sebagai orang yang tahan uji.
1) Sekarang Paulus kembali pada pembicaraan
dalam ay 18, dan ia membicarakan wujud dari
perpecahan dalam ay 18 itu.
2) Latar belakang dari semua ini adalah:
orang-orang kristen di Korintus itu menggabungkan /
mencampuradukkan Perjamuan Kudus dengan AGAPAE / ‘love feast’ (= perjamuan kasih - bdk. Yudas 12). Perjamuan kasih ini adalah
suatu pesta makan dimana tiap-tiap orang harus membawa makanan ke gereja.
a) Pelaksanaan Perjamuan Kudus yang pertama
juga dilakukan setelah perjamuan Paskah. Bandingkan dengan
Mat 26, dimana dalam ay 17-20 dilakukan perjamuan Paskah dan dalam
ay 26-dst dilakukan Perjamuan Kudus.
Kalau ini memang merupakan
asal mulanya, maka jelas itu adalah sesuatu yang salah! Ingat bahwa Perjamuan
Kudus (sakramen yang ke 2 dalam Perjanjian Baru) tidak dimaksudkan untuk
digabungkan dengan Perjamuan Paskah, tetapi untuk menggantikan
Perjamuan Paskah (sakramen yang ke 2 dalam Perjanjian Lama).
b) Dari tradisi kafir.
Dalam
kebaktian kafir, sudah biasa terjadi pencampur-adukkan kebaktian dan pesta. Mungkin
orang-orang kafir yang bertobat lalu membawa kebiasaan itu ke dalam gereja.
3) Mula-mula tujuan mereka mengadakan
perjamuan kasih itu baik, yaitu supaya si miskin bisa ikut makan. Tetapi
akhirnya:
·
tiap orang makan makanannya sendiri.
Karena itu,
si kaya yang membawa banyak, menjadi mabuk, dan si miskin yang membawa sedikit
/ tidak membawa apa-apa, tetap lapar.
·
mereka tidak mulai makan bersama-sama / yang seorang tidak menunggu
yang lain (ay 21 bdk. ay 33).
Inilah wujud perpecahan yang
Paulus katakan dalam ay 18! Dan ini terjadi dalam acara Perjamuan Kudus,
dimana satu roti menggambarkan kesatuan tubuh Kristus / gereja (bdk.
1Kor 10:17)!
4) Paulus mengatakan bahwa mereka berkumpul
bukan untuk melakukan Perjamuan Tuhan / Perjamuan Kudus (ay 20), karena praktek
dan motivasi mereka salah!
Memang, cara
dan motivasi yang salah bisa menyebabkan:
·
orang yang berdoa sebetulnya tidak berdoa.
·
orang yang memberitakan Firman Tuhan sebetulnya tidak memberitakan
Firman Tuhan.
·
orang yang melayani sebetulnya tidak melayani.
·
orang yang mempersembahkan sebetulnya tidak mempersembahkan.
·
orang yang berbakti sebetulnya tidak berbakti.
·
orang yang memuji Tuhan sebetulnya tidak memuji Tuhan.
Karena itu, hati-hatilah dalam
melakukan segala sesuatu, baik dalam caranya maupun motivasinya!
5) Ay 20: ‘perjamuan Tuhan’.
Lit: ‘Lord’s supper’ (= makan malam Tuhan).
Istilah ‘supper / makan malam’, dan juga
fakta bahwa Perjamuan Kudus yang pertama diadakan pada malam hari (bdk.
ay 23 - ‘Tuhan
Yesus, pada malam waktu Ia diserahkan’), menyebabkan adanya
orang-orang yang menganggap bahwa Perjamuan Kudus harus dilakukan pada malam
hari, bukan pada siang / pagi hari.
Barnes’ Notes: “It is called ‘supper’ (DEIPNON) because the
word denotes the evening repast. It was instituted in the evening; and it is
evidently most proper that it should be observed in the after part of the day.
With most churches the time is improperly changed to the morning - a custom
which has no sanction in the New Testament; and which is a departure from the
very idea of a supper” [= itu disebut ‘makan
malam’ (DEIPNON) karena kata itu menunjukkan jamuan makan malam. Itu ditetapkan pada malam hari; dan jelas bahwa hal yang terbaik
adalah kalau hal itu dilakukan pada malam hari. Dalam
kebanyakan gereja, waktunya secara salah dipindahkan ke pagi hari - suatu
kebiasaan yang tidak mempunyai dukungan / persetujuan dalam Perjanjian Baru;
dan yang merupakan penyimpangan dari gagasan makan malam].
Keberatan / sanggahan:
a) Tidak semua hal yang dilakukan Yesus dan
rasul-rasul dalam Perjamuan Kudus (dan juga dalam hal-hal yang lain) harus kita
tiru! Tetapi hanya hal-hal yang diperintahkan / mempunyai arti saja!
Charles Hodge: “It is not apostolic example which is obligatory, but
apostolic precept, whether expressed in words or in examples declared or
evinced to be preceptive. The example of Christ in celebrating the Lord’s
supper is binding as to everything which enters into the nature and
significancy of the institution; for those are the very things which we are
commended to do” (= bukan teladan / kehidupan rasul
yang merupakan kewajiban, tetapi perintah rasul, baik yang dinyatakan dalam
kata-kata atau di dalam contoh / teladan yang dinyatakan atau ditunjukkan
secara jelas bahwa itu merupakan perintah. Teladan Kristus dalam merayakan
Perjamuan Kudus, mengikat / merupakan keharusan berkenaan dengan semua hal
yang termasuk dalam inti / sifat dasar dan hal-hal yang mempunyai arti dari
sakramen itu, karena itu adalah hal-hal yang harus kita lakukan) - ‘I & II Corinthians’, hal 223.
Dari
kata-kata di atas bisalah kita simpulkan bahwa Hodge berpendapat bahwa tidak semua
yang dilakukan oleh Yesus dalam Perjamuan Kudus yang pertama itu harus kita
tiru / lakukan.
Yang harus kita tiru / lakukan
hanyalah:
·
hal-hal yang diperintahkan.
·
hal-hal yang mempunyai arti dalam sakramen itu.
Yesus memang melakukan
Perjamuan Kudus yang pertama pada malam hari, tetapi:
¨
Ia tak memerintahkan kita melakukannya pada malam hari.
¨
‘malam’ tidak punya arti dalam Perjamuan Kudus (Yesus bahkan disalibkan
pada pagi hari!).
Dan karena
itu, jelas bahwa kita tidak harus mengadakan Perjamuan Kudus pada malam hari.
Prinsip di atas bisa kita
terapkan pada hal-hal yang lain dari Perjamuan Kudus,
seperti:
*
roti dan anggur. Ini merupakan inti dari Perjamuan Kudus, dan
mempunyai arti, yaitu tubuh dan darah Kristus. Karena itu, ini merupakan
sesuatu yang mengikat dan tidak boleh digantikan dengan sesuatu yang lain!
*
jenis dan bentuk roti (kering / basah, beragi atau tidak, bundar atau
persegi). Ini tidak diperintahkan (dalam Perjamuan Paskah, memang diperintahkan
bahwa rotinya harus tidak beragi, tetapi dalam Perjamuan Kudus tidak ada
perintah seperti itu) dan tidak mempunyai arti, dan karena itu ini bukanlah
sesuatu yang mengikat.
*
penggunaan satu roti. Ini punya arti yaitu kesatuan tubuh Kristus /
gereja (1Kor 10:17), dan karena itu ini merupakan sesuatu yang mengikat!
Dari sini jelaslah bahwa penggunaan hosti adalah sesuatu yang salah!
*
pemecahan roti. Roti memang harus dipecah-pecahkan, dalam arti, roti yang
satu itu harus dijadikan banyak. Ini mempunyai arti, yaitu penghancuran tubuh Kristus
untuk menebus dosa-dosa kita, dan karena itu dalam Perjamuan Kudus, pemecahan
roti adalah sesuatu yang harus dilakukan di depan jemaat!
Tetapi, apakah pemecahan roti
itu dilakukan dengan memotong atau menggunting (untuk roti basah), atau
betul-betul dengan memecah (roti kering), adalah sesuatu yang tak punya
arti, dan karena itu kita tak perlu meniru apa yang
Yesus lakukan saat itu.
*
cawan juga tidak mempunyai arti apa-apa, karena yang punya arti
adalah anggurnya, bukan cawannya. Jadi kita bebas menggunakan cawan, botol,
gelas, dsb! Juga perlu diingat bahwa sekalipun roti ditekankan kesatuannya,
anggur tidak! Jadi, menggunakan banyak gelas kecil-kecil tidak salah!
Lalu,
bagaimana dengan penuangan anggur ke dalam gelas kecil-kecil itu? Apakah harus dilakukan di depan jemaat seperti pada pemecahan roti? Tidak! Karena
Yesus sendiri tidak melakukan penuangan anggur!
*
pelaksanaan Perjamuan Kudus di ruang atas (bdk. Mark 14:15). Ini tidak
diperintahkan untuk kita, dan juga tidak mempunyai arti apa-apa. Jadi ini
bukanlah sesuatu yang mengikat!
b) Kata DEIPNON tidak hanya menunjukkan
makan malam, tetapi juga merupakan makanan utama, yang mengenyangkan!
Kalau dari
penggunaan kata DEIPNON (supper /
makan malam), kita mau menekankan unsur ‘malam’nya, maka konsekwensinya adalah bahwa unsur ‘kenyang’nya juga harus ditekankan! Dan ini tidak mungkin!
Karena unsur
‘kenyang’ ini tidak ada dalam Perjamuan
Kudus, maka jelas bahwa unsur ‘malam’ juga tak harus ditekankan.
6) Apa yang mereka lakukan dalam perjamuan kasih itu,
sekalipun tanpa disengaja, tetapi telah menghina / memalukan orang-orang
yang miskin (ay 22). Mengapa? Karena
mereka yang miskin hanya bisa menonton saja orang-orang kaya memakan makanan
yang enak-enak, sedangkan mereka hanya bisa makan sedikit dan tidak enak.
Penerapan:
Sikap /
kata-kata kita, sekalipun tanpa sengaja, bisa menghina / mempermalukan
orang-orang yang miskin. Misalnya: kalau 2 orang kaya dan 1 orang miskin bercakap-cakap
dan 2 orang kaya itu berbicara soal laba ratusan juta rupiah yang mereka
peroleh, atau tentang makanan yang mahal yang mereka nikmati di restoran yang
lux, atau tentang perjalanan keliling dunia yang mereka lakukan, atau tentang
emas berlian yang mereka beli. Pikirkan, bagaimana perasaan
si miskin mendengar hal itu? Karena itu kita harus
hati-hati dalam situasi seperti itu.
-AMIN-