Eksposisi Surat Petrus yang Pertama
oleh : Pdt. Budi Asali M.Div.
1Pet 4:6 - “Itulah
sebabnya maka Injil telah diberitakan juga kepada orang-orang
mati, supaya mereka, sama seperti semua manusia,
dihakimi secara badani; tetapi oleh roh dapat hidup menurut
kehendak Allah”.
KJV: ‘For
for this cause was the gospel preached also to them that are
dead, that they might be judged according to men
in the flesh, but live according to God in the spirit’
(= Karena alasan ini injil diberitakan juga kepada orang-orang
mati, supaya mereka bisa dihakimi menurut manusia dalam
daging, tetapi hidup menurut Allah dalam roh).
RSV: ‘For
this is why the gospel was preached even to the dead, that though
judged in the flesh like men, they might
live in the spirit like God’ (= Karena inilah sebabnya
mengapa injil diberitakan bahwa kepada orang mati, supaya
sekalipun mereka dihakimi dalam daging seperti manusia,
mereka bisa hidup dalam roh seperti Allah).
NIV: ‘For
this reason the gospel was preached even to those who are now
dead, so that they might be judged according to men
in regard to the body, but live according to God in regard to the
spirit’ (= Untuk alasan ini injil diberitakan bahkan
kepada mereka yang sekarang mati, supaya mereka bisa dihakimi menurut
manusia berkenaan dengan tubuh, tetapi hidup menurut Allah
berkenaan dengan roh).
NASB: ‘For
the gospel has for this purpose been preached even to those who
are dead, that though they are judged in the flesh as
men, they may live in the spirit according to the will
of God’ (= Karena untuk tujuan ini injil telah
diberitakan bahkan kepada mereka yang mati, supaya sekalipun
mereka dihakimi dalam daging sebagai manusia, mereka bisa
hidup dalam roh menurut kehendak Allah).
Menurut saya
terjemahan yang terbaik adalah KJV.
Ada beberapa
penafsiran tentang 1Pet 4:6 ini:
1)
Orang mati itu ditafsirkan sebagai orang yang mati rohani, atau
mati dalam dosa, tetapi masih hidup secara jasmani (Agustinus,
Luther).
Pulpit
Commentary: “The word ‘dead’ here must
be taken to mean those who are dead whilst they live. But even
with that alteration, it is difficult to see clearly what the
verse means. Now it is said that the construction of the Greek
allows of the insertion of the word ‘although;’ just as
in a passage in Rom. 6:17, which we never read without mentally
inserting the word ‘although.’ If that be so, the
meaning is evident: ‘For to this end was the gospel preached
even to them who were dead in sins, that (although) they might be
judged, condemned, persecuted, put to death according to men in
the flesh, they might live according to God in the spirit.’
Spiritual life is God’s end with us, let men do with us what
they may. And the spiritual life is often developed by means of
what men do to us. Every act of persecution is to be followed by
a deeper peace, a holier purity, a higher power”
[= Kata ‘mati’ di sini harus diartikan mereka yang mati
sementara mereka hidup. Tetapi bahkan dengan perubahan /
penyesuaian seperti itu, tetap sukar untuk melihat secara jelas
apa arti ayat ini. Dikatakan bahwa konstruksi dari bahasa
Yunaninya mengijinkan penyisipan kata ‘sekalipun’; sama
seperti dalam Ro 6:17, yang tidak pernah kita baca tanpa
menyisipkan kata ‘sekalipun’. Jika demikian, artinya
menjadi jelas: ‘Karena untuk tujuan inilah Injil diberitakan
bahkan kepada mereka yang mati dalam dosa, supaya (sekalipun)
mereka dihakimi, dihukum, dianiaya, dibunuh menurut manusia di
dalam daging, mereka bisa hidup menurut Allah dalam roh’.
Kehidupan rohani adalah tujuan Allah bagi kita, biarlah
orang-orang berbuat apapun kepada kita. Dan kehidupan rohani
sering dikembangkan oleh apa yang orang-orang lakukan kepada
kita. Setiap tindakan penganiayaan akan diikuti oleh damai yang
lebih dalam, kemurnian yang lebih kudus / suci, kuasa yang lebih
tinggi] - hal 191.
Ro 6:17 (NIV): ‘But
thanks be to God that, though you used to be
slaves to sin, you wholeheartedly obeyed the form of teaching to
which you were entrusted’ (= Tetapi syukur kepada Allah
bahwa sekalipun dahulu kamu adalah hamba dosa, kamu telah
mentaati dengan sepenuh hati ajaran yang dipercayakan kepadamu).
Penafsiran di atas
menganggap bahwa kalimat terakhir artinya adalah bahwa
orang-orang itu dihakimi, dianiaya dan dibunuh oleh manusia (yang
kafir). Tetapi ada yang mengartikan secara berbeda, yaitu: supaya
manusia lama / daging bisa dihancurkan, dan mereka bisa hidup
kudus sesuai kehendak Allah.
Keberatan terhadap
pandangan pertama ini:
Pulpit
Commentary: “The conjunction ‘for’ seems
to link this verse closely to ver. 5, ... Some have thought that
the word ‘dead’ is used metaphorically for the dead in
trespasses and sins. But it seems scarcely possible to give the
word a literal sense in ver. 5 and a metaphorical sense in ver.
6” [= Kata perangkai ‘karena’
kelihatannya menghubungkan ayat ini secara dekat dengan
ay 5, ... Sebagian orang beranggapan bahwa kata
‘mati’ digunakan secara kiasan untuk orang yang mati
dalam pelanggaran dan dosa. Tetapi kelihatannya tidak mungkin
memberikan kata itu arti hurufiah dalam ay 5 dan arti kiasan
dalam ay 6] - hal 171.
2) Ini
betul-betul menunjuk pada penginjilan kepada orang yang sudah
mati.
William Barclay:
“It has been taken to mean quite simply ‘all the
dead’. There can be little doubt that this third meaning is
correct; Peter has just been talking about the descent of Christ
to the place of the dead, and here he comes back to the idea of
Christ preaching to the dead. No fully satisfactory meaning has
ever been found for this verse, but we think that the best
explanation is as follows. For mortal man, death is the penalty
of sin. As Paul wrote: ‘Sin came into the world through one
man and death through sin, and so death spread to all men because
all men sinned’ (Romans 5:12). Had there been no sin, there
would have been no death; and, therefore, death in itself is a
judgment. So Peter says, all men have already been judged when
they die; in spite of that Christ descended to the world of the
dead and preached the gospel there, giving them another
chance to live in the Spirit of God. In some
ways this is one of the most wonderful verses in the Bible, for,
if our explanation is anywhere near the truth, it gives a
breath-taking glimpse of a gospel of a second
chance” [= Ini diartikan
‘semua orang mati’. Tidak ada keraguan bahwa arti
ketiga inilah yang benar; Petrus baru berbicara tentang turunnya
Kristus ke tempat orang mati, dan di sini ia kembali kepada
gagasan tentang Kristus yang berkhotbah kepada orang mati. Tidak
ada arti yang memuaskan secara penuh yang pernah ditemukan untuk
ayat ini, tetapi kami menganggap bahwa penjelasan yang terbaik
adalah sebagai berikut. Untuk manusia yang fana, kematian adalah
hukuman dosa. Seperti Paulus menuliskan: ‘Dosa telah masuk
ke dalam dunia oleh satu orang, dan oleh dosa itu juga maut,
demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua orang, karena
semua orang telah berbuat dosa’ (Roma 5:12). Seandainya
tidak ada dosa, maka tidak akan ada kematian; dan karena itu
kematian itu sendiri adalah suatu penghakiman / hukuman. Jadi
Petrus berkata, semua orang telah dihakimi ketika mereka mati;
sekalipun demikian Kristus turun ke dunia orang mati dan
memberitakan Injil di sana, memberikan mereka kesempatan
yang lain untuk hidup dalam Roh Allah. Dalam beberapa
hal ini adalah salah satu ayat yang paling indah dalam Alkitab,
karena, jika penjelasan kami dekat dengan kebenaran, itu
memberikan suatu pandangan sekilas tentang suatu Injil dari kesempatan
yang kedua] - hal 248-249.
A. T. Robertson:
“Bigg takes it to mean that all men who did not hear
the gospel message in this life will hear it in the next before
the final judgment” (= Bigg menganggap bahwa ini
berarti bahwa semua orang yang tidak pernah mendengar berita
Injil dalam hidup ini akan mendengarnya dalam hidup yang akan
datang sebelum penghakiman terakhir) - ‘Word Pictures
in the New Testament’, vol 6, hal 124.
Pulpit
Commentary: “The aorist euhggelisqh directs our
thoughts to some definite occasion. The absence of the article (kai
nekroiV) should also be noticed; the words assert that the gospel
was preached to dead persons - to some that were dead. These
considerations lead us to connect the passage with ch. 3:19,20.
There St. Peter tells us that Christ himself went and preached in
the spirit ‘to the spirits in prison;’ then the gospel
was preached, the good news of salvation was announced, to some
that were dead. The article is absent both here and in ver. 5 (zwntaV
kai nekrouV). All men, quick and dead alike, must appear before
the judgment-seat of Christ; so St. Peter may
not have intended to limit the area of the Lord’s preaching
in Hades here, as he had done in ch. 3. There
he mentioned one section only of the departed; partly because the
Deluge furnished a conspicuous example of men who suffered for
evil doing, partly because he regarded it as a striking type of
Christian baptism. Here, perhaps, he asserts the
general fact - the gospel was preached to the dead; perhaps
(we may not presume to dogmatize in a matter so mysterious, about
which so little is revealed) to all the vast
population of the underworld, who had passed away before the
gospel times. Like the men of Tyre and Sidon,
of Sodom and Gomorrah, they had not seen the works or heard the
words of Christ during their life on the earth; now they heard
from the Lord himself what he had done for the salvation of
mankind. Therefore God was ready to judge the quick and the dead,
for to both was the gospel preached” [= Bentuk
lampau euhggelisqh (= diberitakan injil) mengarahkan
pikiran kita kepada saat / peristiwa tertentu. Tidak adanya kata
sandang (kai nekroiV = juga / bahkan orang mati) juga
harus diperhatikan; kata-kata itu menegaskan bahwa injil
diberitakan kepada orang-orang mati - kepada beberapa orang yang
mati. Pertimbangan-pertimbangan ini memimpin kita untuk
menghubungkan text ini dengan pasal 3:19,20. Di sana Santo Petrus
memberitahu kita bahwa Kristus sendiri pergi dan berkhotbah dalam
roh ‘kepada roh-roh yang di dalam penjara’; saat itu
injil diberitakan, kabar baik tentang keselamatan diumumkan,
kepada sebagian orang yang sudah mati. Kata sandang tidak ada
baik di sini maupun dalam ay 5 (zwntaV kai nekrouV =
orang hidup dan orang mati). Semua orang, hidup atau mati,
harus muncul di hadapan takhta penghakiman Kristus; jadi
di sini Santo Petrus tidak bermaksud untuk membatasi daerah
pemberitaan Tuhan di Hades, seperti yang telah ia lakukan dalam
pasal 3. Di sana ia menyebutkan hanya satu bagian dari
orang-orang yang sudah mati; sebagian karena Air Bah memberi
contoh yang menyolok tentang orang-orang yang menderita karena
berbuat jahat, sebagian karena ia menganggapnya sebagai type yang
menyolok untuk baptisan Kristen. Di sini, mungkin ia
menekankan fakta itu secara umum - injil diberitakan kepada orang
mati; mungkin (kami tidak mau bersikap dogmatik dalam
persoalan yang begitu misterius, tentang mana dinyatakan begitu
sedikit) kepada semua penduduk dari dunia orang mati,
yang telah mati sebelum jaman injil. Seperti
orang-orang Tirus dan Sidon, Sodom dan Gomora, mereka belum
melihat pekerjaan-pekerjaan atau mendengar kata-kata dari Kristus
selama hidup mereka di bumi; sekarang mereka mendengar dari Tuhan
sendiri apa yang telah Ia lakukan untuk keselamatan umat manusia.
Karena itu Allah siap untuk menghakimi orang yang hidup dan yang
mati, karena injil telah diberitakan kepada mereka] - hal
171.
Mungkin penafsir
ini menyebutkan Tirus, Sidon, Sodom, dan Gomora, karena adanya
ayat-ayat yang berbunyi:
·
“Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya pada hari penghakiman
tanah Sodom dan Gomora akan lebih ringan tanggungannya dari pada
kota itu” (Mat 10:15).
·
“Lalu Yesus mulai mengecam kota-kota yang tidak bertobat,
sekalipun di situ Ia paling banyak melakukan mujizat-mujizatNya:
‘Celakalah engkau Khorazim! Celakalah engkau Betsaida! Karena
jika di Tirus dan di Sidon terjadi mujizat-mujizat yang telah
terjadi di tengah-tengah kamu, sudah lama mereka bertobat dan
berkabung. Tetapi Aku berkata kepadamu: Pada hari
penghakiman, tanggungan Tirus dan Sidon akan lebih ringan dari
pada tanggunganmu. Dan engkau Kapernaum, apakah engkau akan
dinaikkan sampai ke langit? Tidak, engkau akan diturunkan sampai
ke dunia orang mati! Karena jika di Sodom terjadi
mujizat-mujizat yang telah terjadi di tengah-tengah kamu, kota
itu tentu masih berdiri sampai hari ini. Tetapi Aku
berkata kepadamu: Pada hari penghakiman, tanggungan negeri Sodom
akan lebih ringan dari pada tanggunganmu.’” (Matius
11:20-24).
Terhadap penafsiran
ini perlu dingat bahwa:
¨
dalam sepanjang Kitab Suci orang-orang Sodom dan Gomora dijadikan
simbol / contoh kejahatan, dan hukuman atas mereka juga dijadikan
peringatan terhadap orang-orang jahat (Yes 1:9-10 3:9
13:19 Yer 23:14 49:18 Ro 9:29 2Pet 2:6).
¨
Tirus, Sidon, Sodom dan Gomora dikatakan punya ‘tanggungan’
(yang jelas menunjuk pada ‘hukuman’) pada hari
penghakiman, sekalipun tanggungan itu lebih ringan dari kota-kota
yang mendengar pemberitaan Kristus.
Mat 10:15 - “Aku
berkata kepadamu: Sesungguhnya pada hari penghakiman tanah Sodom
dan Gomora akan lebih ringan tanggungannya
dari pada kota itu”.
Mat 11:22,24 - “Tetapi
Aku berkata kepadamu: Pada hari penghakiman, tanggungan
Tirus dan Sidon akan lebih ringan dari pada tanggunganmu. ...
Tetapi Aku berkata kepadamu: Pada hari penghakiman, tanggungan
negeri Sodom akan lebih ringan dari pada
tanggunganmu.’”.
¨
Untuk Sodom dan Gomora bahkan dikatakan telah menanggung siksaan
api kekal.
Yudas 7 - “sama
seperti Sodom dan Gomora dan kota-kota sekitarnya, yang dengan
cara yang sama melakukan percabulan dan mengejar
kepuasan-kepuasan yang tak wajar, telah menanggung
siksaan api kekal sebagai peringatan kepada semua
orang”.
Ayat ini seharusnya
membuang dari pikiran kita bahwa orang-orang Sodom dan Gomora
mungkin bertobat di Hades dan diselamatkan! Perhatikan kata-kata ‘telah
menanggung siksaan api kekal’.
Pulpit
Commentary: “‘That they might be judged
according to men in the flesh, but live according to God in the
spirit.’ The gospel was preached to the dead for this end (eiV
touto), that they might be judged indeed (ina kriqwsi men), but
nevertheless live (zwsi de). ... The meaning seems to be - the
gospel was preached to the dead, that though they were judged,
yet they might live” [= ‘Supaya mereka bisa
dihakimi menurut manusia dalam daging, tetapi hidup menurut Allah
dalam roh’. Injil diberitakan kepada orang mati untuk tujuan
ini (eiV touto) supaya mereka dihakimi (ina kriqwsi men), tetapi
hidup (zwsi de). ... Kelihatannya artinya adalah: injil
diberitakan kepada orang mati, sehingga sekalipun mereka
dihakimi, tetapi mereka bisa hidup] - hal 171-172.
Ia lalu
membandingkan dengan 1Kor 5:5 - “orang itu harus
kita serahkan dalam nama Tuhan Yesus kepada Iblis, sehingga
binasa tubuhnya, agar rohnya diselamatkan pada hari Tuhan”.
Pulpit
Commentary menambahkan lagi:
“The
verb kriqwsi, ‘might be judged,’ is aorist, as
describing a single fact; the verb zwsi, ‘might live,’
is present, as describing a continual state” (=
Kata kerja kriqwsi, ‘supaya bisa dihakimi’, ada dalam
bentuk aorist / lampau, karena menggambarkan fakta yang terjadi
satu kali; kata kerja zwsi, ‘bisa hidup’, ada dalam
bentuk present, karena menggambarkan keadaan yang terus menerus)
- hal 172.
Pulpit
Commentary: “But if all are to be judged, all must
have the gospel preached to them; or the judgment would be
partial, unjust, unrighteous. ... Hence the good tidings had been
preached ‘to the dead.’ ‘Spirits in prison’
were visited by the Redeemer; to the dead Christ goes with his
boundless gospel of righteousness and mercy. The myriads in the
Roman empire in Peter’s day who died without a single note
of the evangel falling on their ears - died in gross corruption
and bewildering superstitions of heathenism, are yet to be met
with the offers of mercy, with the provisions of the gospel, and
with the love of Jesus Christ” (= Tetapi jika
semua akan dihakimi, semua harus diinjili; atau penghakiman akan
menjadi berat sebelah, tidak adil, tidak benar. ... Karena itu
kabar gembira telah diberitakan ‘kepada orang mati’.
‘Roh-roh dalam penjara’ dikunjungi oleh sang
Juruselamat; Kristus pergi kepada orang mati dengan injil
kebenaran dan belas kasihanNya yang tak terbatas. Banyak sekali
orang dalam kekaisaran Romawi pada jaman Petrus yang mati tanpa
mendengar injil sedikitpun - mati dalam kejahatan yang besar dan
tahyul-tahyul kafir yang membingungkan, akan ditemui dengan
penawaran belas kasihan, dengan penyediaan injil, dan dengan
kasih Yesus Kristus) - hal 196.
Pulpit
Commentary: “For all will have heard the gospel.
Quick and dead alike will have heard it. It was preached in Hades
by the Lord himself to the dead who in life had not heard the
glad tidings. It is a sweet and comforting thought that they were
not left to perish uncared for. We know not the result of the
Saviour’s preaching; it is hidden from us; conjecture is
vain; perhaps irreverent. But we have the fact - the gospel was
preached to them, and the object was that they might live
according to God in the spirit. Is it now preached to the dead
who in life have had scanty opportunities and scanty knowledge?
We are not told; but we know that God is ‘not willing that
any should perish, but that all should come to repentance;’
we know that the Lord Jesus Christ ‘tasted death for every
man;’ we know that the true Light ‘lighteth every
man;’ and we feel sure that none can be left to perish
without the means of grace; we feel sure that, in some way, and
at some time, the gracious offer of salvation comes to every man
in life or in death, in ways known or unknown” (=
Karena semua akan mendengar injil. Orang hidup dan orang mati
akan mendengarnya. Itu diberitakan di Hades oleh Tuhan sendiri
kepada orang mati yang dalam hidupnya tidak pernah mendengar
kabar gembira itu. Merupakan suatu pemikiran yang manis dan
menghibur bahwa mereka tidak dibiarkan binasa tanpa diperhatikan.
Kami tidak mengetahui hasil dari pemberitaan sang Juruselamat;
itu disembunyikan dari kami; menebak-nebak tidak ada gunanya,
mungkin bahkan tidak sopan. Tetapi kami mempunyai fakta - injil
diberitakan kepada mereka, dan tujuannya adalah supaya mereka
bisa hidup menurut Allah dalam roh. Apakah itu sekarang
diberitakan kepada orang mati yang dalam hidupnya hanya mempunyai
sedikit kesempatan dan sedikit pengetahuan? Kami tidak diberi
tahu; tetapi kami tahu bahwa Allah ‘tidak menghendaki bahwa
ada siapapun yang binasa, tetapi supaya semua bertobat’ (2Pet
3:9); kami tahu bahwa Tuhan Yesus Kristus ‘merasakan /
mengalami maut bagi setiap orang’ (Ibr 2:9);
kami tahu bahwa Terang yang sesungguhnya ‘menerangi setiap
orang’ (Yoh 1:9); dan kami merasa yakin bahwa
tidak seorangpun bisa dibiarkan binasa tanpa jalan kasih karunia;
kami yakin bahwa, dengan cara tertentu, dan pada saat tertentu,
tawaran keselamatan yang bersifat kasih karunia datang kepada
setiap orang dalam kehidupan atau dalam kematian, dengan
cara-cara yang diketahui atau tak diketahui] - hal 178.
Tetapi ada yang
mempunyai penafsiran yang berbeda tentang siapa orang yang
diinjili di Hades itu.
Pulpit
Commentary: “‘Dead’ is general; but we
are not to think of all the
dead. The word is properly limited by the connected language. The
time is to be observed - the
gospel was preached to the
dead. And we are only to think of the dead with whom the language
can be associated, that they had been ‘judged according to
men in the flesh.’ The reference seems to be simply to the
antediluvians. They had been overtaken, not by death in the
ordinary way; but, in the interests of humanity, it had been
considered necessary that they should be swept from the face of
the earth. This ‘judgment according to man’ was not one
with the final judgment on them. To them, after they had been
judged thus on earth, in Hades the gospel was preached. .... The
expression of the aim as ‘life in the spirit’ is very
startling. This is far from being plain to us; and we have not
the links that would enable us to connect it with judgment. We
can only apply to Peter’s own writings the words he applies
to Paul’s, ‘In which are some things hard to be
understood.’” [= Kata ‘mati’
bersifat umum; tetapi kita tidak boleh berpikir tentang semua
orang mati. Kata itu dibatasi oleh kalimat yang berhubungan.
Waktunya harus diperhatikan - injil diberitakan (bentuk
lampau) kepada orang mati. Dan kita harus berpikir hanya
tentang orang mati dengan siapa kalimat ini bisa dihubungkan,
bahwa telah ‘dihakimi menurut manusia dalam daging’.
Ini menunjuk pada orang-orang sebelum Air Bah. Mereka telah mati
bukan dengan cara biasa; tetapi demi kepentingan umat manusia,
dianggap perlu bahwa mereka disapu dari muka bumi.
‘Penghakiman menurut manusia’ ini tidak sama dengan
penghakiman akhir kepada mereka. Setelah mereka dihakimi seperti
itu di bumi, di Hades injil diberitakan kepada mereka. ...
Ungkapan dari tujuan sebagai ‘hidup dalam roh’ sangat
mengejutkan. Ini tidak jelas bagi kami; dan kami tidak mempunyai
mata rantai yang memampukan kami untuk menghubungkannya dengan
penghakiman. Kami hanya bisa menerapkan terhadap tulisan Petrus
sendiri kata-kata yang ia terapkan pada tulisan Paulus:
‘Dalam surat-suratnya itu ada hal-hal yang sukar
difahami’] - hal 201.
Keberatan terhadap
penafsiran ini sama dengan keberatan terhadap pandangan ke 7
tentang 1Pet 3:18-20.
3)
Orang mati itu masih hidup pada waktu injil diberitakan kepada
mereka, tetapi sudah mati waktu Petrus menulis surat ini.
Allan M. Stibbs
(Tyndale): “Some think it is possible to find
here, and in 3:19, an indication that an opportunity to hear the
gospel is given to men after death. This interpretation is not
clearly demanded by the actual statements; still less is it
supported by their contexts. Nor does an idea of such
far-reaching consequence find support elsewhere in the Bible. So
we think it right to reject it. ... A point against the first
view is that the preaching was done with a view to something
happening to them while they were still ‘in the flesh’,
or alive on earth; it cannot, therefore, have taken place after
death” (= Sebagian orang menganggapnya mungkin
untuk mendapatkan di sini, dan dalam 3:19, suatu petunjuk bahwa
suatu kesempatan untuk mendengar injil diberikan kepada manusia
setelah kematian. Penafsiran ini tidak secara jelas dituntut
pernyataan yang sesungguhnya; lebih-lebih tidak didukung oleh
kontex. Juga gagasan yang mempunyai konsekwensi yang
begitu jauh ini tidak mempunyai dukungan di tempat lain dalam
Alkitab. Jadi kami menganggap benar untuk menolaknya.
... Satu hal yang menentang pandangan pertama ini adalah bahwa
pemberitaan itu dilakukan dengan maksud supaya sesuatu terjadi
kepada mereka pada saat mereka tetap ada ‘dalam
daging’, atau hidup di bumi; karena itu itu tidak mungkin
terjadi setelah kematian) - hal 151.
Allan M. Stibbs
(Tyndale): “Not a few, including Augustine, Bede,
Erasmus and Luther, have interpreted the statement as referring
to the spiritually dead, to whom the gospel is preached in this
world (cf. Jn. 5:25; Eph. 2:1,5, 5:14) that they may enter into
spiritual life. Points against this second view are that the word
‘dead’ has just been used in verse 5 of the physically
dead; and the verb ‘was preached’ is in the past
tense” (= Tidak sedikit, termasuk Agustinus,
Bede, Erasmus dan Luther, telah menafsirkan bahwa pernyataan ini
menunjuk kepada orang yang mati secara rohani, kepada siapa injil
diberitakan dalam dunia ini (bdk. Yoh 5:25; Ef 2:1,5, 5:14)
supaya mereka bisa masuk ke dalam kehidupan rohani. Hal-hal yang
menentang pandangan kedua ini adalah bahwa kata ‘mati’
baru digunakan dalam ay 5 tentang orang yang mati secara
fisik; dan kata kerja ‘diberitakan’ ada dalam bentuk
lampau) - hal 151.
Allan M. Stibbs
(Tyndale): “We definitely prefer, therefore, the
third view given above that during their earthly lives the gospel
was preached even to those who have since died, in order that the
judgment due to them as human sinners might be decisively
accomplished here and now in the flesh, and that they might
eternally enjoy a spiritual life like God’s, as partakers of
the divine nature. (In the Greek there is a
significant contrast between the aorist tense of
‘judged’ and the present continuous ‘live’.)”
[= Karena itu, kami lebih memilih pandangan ketiga yang diberikan
di atas yaitu bahwa selama hidup duniawi mereka injil diberitakan
bahwa kepada mereka yang setelah itu telah mati, supaya
penghakiman terhadap mereka sebagai orang-orang berdosa bisa
secara meyakinkan diselesaikan di sini dan sekarang dalam daging,
dan supaya mereka bisa secara kekal menikmati kehidupan rohani
seperti milik Allah, sebagai pengambil bagian dari sifat ilahi. (Dalam
bahasa Yunani ada suatu kontras yang penting / berarti antara
bentuk lampau dari ‘dihakimi’ dan bentuk present
continuous ‘hidup’.)]
- hal 152.
Louis Berkhof:
“In this connection the apostle warns the reader that
they should not live the rest of their life in the flesh to the
lusts of men, but to the will of God, even if they should give
offense to their former companions and be slandered by them,
since they shall have to give an account of their doing to God,
who is ready to judge the living and the dead. The
‘dead’ to whom the gospel was preached were evidently
not yet dead when it was preached unto them, since the purpose of
this preaching was in part ‘that they might be judged
according to men in the flesh.’ This could only take place
during their life on earth. In all probability the writer refers
to the same spirits in prison of which he spoke in the preceding
chapter.” (= Sehubungan dengan ini sang rasul
memperingati pembaca bahwa dalam sisa hidup mereka, mereka tidak
boleh hidup dalam daging sesuai nafsu manusia, tetapi sesuai
kehendak Allah, bahkan jika mereka harus menyinggung / menyakiti
hati teman-teman mereka yang lama dan difitnah oleh mereka,
karena mereka akan harus memberikan pertanggungan jawab terhadap
apa yang mereka lakukan kepada Allah, yang siap untuk menghakimi
orang yang hidup dan yang mati. ‘Orang mati’ kepada
siapa injil diberitakan jelas belum mati pada waktu injil itu
diberitakan kepada mereka, karena tujuan dari pemberitaan ini
adalah ‘supaya mereka bisa dihakimi menurut manusia di dalam
daging’. Ini hanya bisa terjadi dalam sepanjang kehidupan
mereka di bumi. Mungkin penulis menunjuk kepada roh-roh yang sama
yang ada dalam penjara yang ia bicarakan dalam pasal yang
terdahulu) - ‘Systematic Theology’, hal 341.
Jadi Berkhof
menganggap bahwa ini tetap menunjuk pada pemberitaan injil kepada
orang-orang jaman Nuh. Tetapi Albert Barnes mempunyai pandangan
yang berbeda, seperti yang terlihat dari kutipan di bawah ini.
Barnes’
Notes: “It seems to me that the most natural and
obvious interpretation is to refer it to those who were then
dead, to whom the gospel had been preached when living, and who
had become true Christians” (= Bagi saya
kelihatannya penafsiran yang paling wajar / alamiah dan jelas
adalah mengarahkan ini kepada mereka yang pada saat itu sudah
mati, kepada siapa injil telah diberitakan pada saat mereka
hidup, dan yang telah menjadi orang-orang Kristen yang sejati)
- hal 1429.
Barnes’
Notes: “In support of this it may be said, (1)
that this is the natural and obvious meaning of the word
‘dead,’ which should be understood literally, unless
there is some good reason in the connexion for departing from the
common meaning of the word. (2) The apostle had just used the
word in that sense in the previous verse. (3) This will suit the
connexion, and accord with the design of the apostle. He was
addressing those who were suffering persecution. It was natural,
in such a connexion, to refer to those who had died in the faith,
and to show, for their encouragement, that though they had been
put to death, yet they still lived to God. He therefore says,
that the design in publishing the gospel to them was, that though
they might be judged by men in the usual manner, and put to
death, yet that in respect to their higher and nobler nature,
‘the spirit,’ they might live unto God”
[= Untuk mendukung ini bisa dikatakan, (1) bahwa ini adalah arti
yang wajar dan jelas dari kata ‘mati’, yang harus
dimengerti secara hurufiah, kecuali ada alasan yang kuat untuk
menyimpang dari arti yang umum dari kata itu. (2) Sang rasul baru
menggunakan kata itu dalam arti seperti itu dalam ayat
sebelumnya. (3) Ini cocok dengan kontex dan sesuai dengan tujuan
dari sang rasul. Ia sedang berbicara kepada mereka yang sedang
menderita karena penganiayaan. Dalam hubungan seperti itu adalah
wajar untuk menunjuk kepada mereka yang telah mati dalam iman,
dan menunjukkan - untuk menghibur mereka - bahwa sekalipun mereka
telah dibunuh, tetapi mereka tetap hidup untuk Allah. Karena itu
ia berkata bahwa tujuan pemberitaan injil kepada mereka adalah
bahwa sekalipun mereka dihakimi oleh manusia dengan cara biasa,
dan dibunuh, tetapi berkenaan dengan kerohanian, yang lebih
tinggi dan mulia, mereka bisa hidup untuk Allah] - hal 1429.
Barnes’
Notes: “‘That they might be judged according
to men in the flesh.’ That is, so far as men are concerned,
(kata anqrwpouV,) or in respect to the treatment which they
received from men in the flesh, they were judged and condemned;
in respect to God, and the treatment which they received from
him, (kata qeon,) they would live in spirit. Men judged them
severely, and put them to death for their religion; God gave them
life, and saved them. By the one they were condemned in the flesh
- so far as pain, and sorrow, and death could be inflicted on the
body; by the other they were made to live in the spirit - to be
his, to live with him. The word ‘judged’ here, I
suppose, therefore, to refer to a sentence passed on them for
their religion, consigning them to death for it”
[= ‘Supaya mereka bisa dihakimi menurut manusia dalam
daging’. Yaitu, sejauh manusia yang dipersoalkan, (kata
anqrwpouV), atau berkenaan dengan perlakuan yang mereka terima
dari manusia dalam daging, mereka dihakimi dan dihukum; berkenaan
dengan Allah, dan perlakukan yang mereka terima dari Dia, (kata
qeon), mereka hidup dalam roh. Manusia menghakimi mereka dengan
keras, dan membunuh mereka karena agama mereka; Allah memberi
mereka hidup, dan menyelamatkan mereka. Oleh yang satu mereka
dihukum dalam daging - sejauh rasa sakit, dan kesedihan, dan
kematian bisa diberikan pada tubuh; oleh yang lain mereka dibuat
hidup dalam roh - untuk menjadi milikNya, untuk hidup dengan Dia.
Karena itu saya menduga bahwa kata ‘dihakimi’ di sini
menunjuk kepada suatu hukuman yang diberikan kepada mereka karena
agama mereka, membunuh mereka karena itu] - hal 1429.
Barnes’
Notes: “There is a particle in the original - men,
indeed - which has not been retained in the common translation,
but which is quite important to the sense: ‘that they might indeed
be judged in the flesh, but live,’ etc. The direct object or
design of preaching the gospel to them was not that they might be
condemned and put to death by man, but this was indeed
or in fact one of the results
in the way to a higher object” (= Ada suatu kata
dalam bahasa aslinya, yaitu kata men yang berarti
‘memang’, yang dihapuskan dalam terjemahan umum, tetapi
yang sebetulnya cukup penting bagi artinya: ‘supaya mereka memang
dihakimi dalam daging, tetapi hidup’, dst. Tujuan langsung
dari pemberitaan injil kepada mereka bukanlah supaya mereka
dihakimi dan dibunuh oleh manusia, tetapi ini memang
atau dalam faktanya merupakan salah satu
hasil / akibat yang terjadi dalam jalan menuju tujuan yang lebih
tinggi) - hal 1429.
Barnes’
Notes: “The argument, then, in this verse is that
in the trials which we endure on account of religion, we should
remember the example of those who have suffered for it, and
should remember why the gospel was preached to them. ... Animated
by their example, we should be willing to suffer in the flesh, if
we may for ever live with God” (= Maka,
argumentasi dalam ayat ini adalah bahwa dalam pencobaan yang kita
tanggung karena agama, kita harus mengingat teladan dari mereka
yang telah menderita untuk agama itu, dan harus mengingat mengapa
injil diberitakan kepada mereka. ... Dihidupkan / digerakkan oleh
teladan mereka, kita harus mau menderita dalam daging, jika kita
boleh untuk selamanya hidup dengan Allah) - hal 1429.
Saya sendiri
memilih pandangan ke 3 ini.
Baik untuk 1Pet
3:18-20 maupun untuk 1Pet 4:6 berlaku kata-kata Petrus (yang
sebetulnya ia tujukan kepada tulisan Paulus) di bawah ini:
2Pet 3:15-16
- “Anggaplah kesabaran Tuhan kita sebagai kesempatan
bagimu untuk beroleh selamat, seperti juga Paulus, saudara kita
yang kekasih, telah menulis kepadamu menurut hikmat yang
dikaruniakan kepadanya. Hal itu dibuatnya dalam semua suratnya,
apabila ia berbicara tentang perkara-perkara ini. Dalam
surat-suratnya itu ada hal-hal yang sukar difahami, sehingga
orang-orang yang tidak memahaminya
dan yang tidak teguh imannya,
memutarbalikkannya menjadi kebinasaan mereka sendiri, sama
seperti yang juga mereka buat dengan tulisan-tulisan
yang lain”.
Perhatikan bagian
yang saya garisbawahi itu, khususnya yang saya cetak miring,
dalam terjemahan NASB di bawah ini.
NASB: ‘in
which are some things hard to understand, which the
untaught and unstable distort, as they do also the
rest of the Scriptures, to their own destruction’
(= dalam mana ada beberapa hal yang sukar dimengerti, yang
disimpangkan / dibengkokkan oleh orang yang tidak diajar dan
tidak stabil, seperti yang juga mereka lakukan dengan sisa
Kitab Suci, menuju kehancuran mereka sendiri).
Saya pikir Andereas Samudera, dan juga semua orang yang mengikuti pandangannya, harus memperhatikan 2Pet 3:15-16 ini.
-AMIN-
email us at : gkri_exodus@lycos.com