Nabi Elisa
oleh: Pdt. Budi Asali MDiv.
I Raja-raja 19:19-21
I)
Elisa sebelum / pada saat dipanggil.
1) Elisa sedang sibuk bekerja (ay 19).
Elisa dipanggil untuk melayani Tuhan
pada waktu ia sedang sibuk bekerja, bukan pada waktu ia sedang menganggur /
bermalas-malasan.
Hal yang sama terjadi dengan Petrus,
Andreas, Yohanes, dan Yakobus (Mat 4:18-22), dan juga dengan Matius (Mat 9:9 - ‘duduk’ di sini bukan bermalas-malasan, tetapi sedang bekerja, karena
pemungut cukai ini sedang ‘duduk di
rumah cukai’).
Pulpit Commentary: “God
never calls an idle man” (= Allah tidak pernah memanggil orang yang malas) - hal 469.
Pulpit Commentary: “While
in pursuit of his business he was called of God. Business will not be honest if
it prevent us from hearing God’s voice” (= Pada waktu melakukan pekerjaannya ia
dipanggil oleh Allah. Bisnis tidaklah baik jika itu menghalangi kita untuk
mendengar suara Allah)
- hal 473.
Penerapan:
Setiap saudara dipanggil untuk melayani
Tuhan. Jangan berkata “Saya tidak ada waktu”, atau “Saya terlalu sibuk dengan
pekerjaan saya”. Saudara harus memilih antara mengutamakan Tuhan / pelayanan
atau mengutamakan pekerjaan / kesibukan dan menjadikannya sebagai ‘allah lain’
(bdk. Kel 20:3 - “Jangan ada padamu allah lain di hadapanKu”).
2) Elisa
adalah orang yang kaya.
Dikatakan dalam ay 19 bahwa ia
sedang membajak dengan ‘12 pasang lembu’, dan ini menunjukkan bahwa Elisa
adalah orang yang kaya.
Ini menunjukkan:
·
kerajinannya.
Sekalipun ia kaya tetapi ia sendiri ikut bekerja.
·
pada
waktu ia memenuhi panggilan Tuhan, ia kehilangan banyak harta duniawi.
Luk 14:33 - “Demikian
pulalah tiap-tiap orang di antara kamu, yang tidak melepaskan dirinya dari
segala miliknya, tidak dapat menjadi muridKu”.
II)
Panggilan terhadap Elisa.
1)
Panggilan ini datang dari Tuhan, bukan dari Elia (ay 16).
2) Cara
Elia memberikan panggilan adalah dengan melemparkan jubahnya.
Ay 19b: “Ketika Elia
lalu dari dekatnya, ia melemparkan jubahnya kepadanya”.
Jubah yang dimaksud adalah jubah nabi
(bdk. Zakh 13:4 yang mengatakan bahwa nabi mempunyai ‘jubah berbulu’).
Pulpit Commentary: “‘The
prophet’s cloak was a sign of the prophet’s vocation’ (Keil). To cast the cloak
to or upon Elisha was therefore an appropriate and significant way of
designating him to the prophetic office. ‘When Elijah went to heaven Elisha had
the mantle entire’ 2Kings 2:13 (Henry)” [= ‘Jubah nabi adalah tanda dari pekerjaan
nabi’ (Keil). Karena itu, melemparkan jubah itu kepada atau ke atas Elisa
merupakan suatu cara yang tepat / cocok dan berarti untuk menunjuknya pada
jabatan nabi. ‘Pada waktu Elia naik ke surga, Elisa mendapatkan seluruh jubah
itu’ 2Raja 2:13 (Henry)]
- hal 464.
Pulpit Commentary: “The
mantle of Elijah thrown upon Elisha was the sign that he was to ‘follow him,’
to be his servant first, and eventually to be his successor. The mantle,
accordingly, came fully into the possession of Elisha when his ‘master’ was
‘taken from his head’ (2Kings 2:3,13)” [= Pelemparan jubah Elia kepada Elisa
merupakan tanda bahwa ia harus ‘mengikutinya’, mula-mula sebagai pelayannya,
dan akhirnya menjadi penggantinya. Karena itu, jubah itu menjadi milik Elisa
sepenuhnya pada waktu ‘tuan’nya ‘diambil dari kepalanya’ (2Raja 2:3,13)] - hal 473.
III)
Tanggapan Elisa.
1) Elisa
mengikuti Elia (ay 20a).
Pulpit Commentary: “No
doubt he too had long sighed and prayed over the demoralization of his country
and the dishonour done to his God” (= Tidak diragukan lagi iapun telah lama
mengeluh dan berdoa mengenai penurunan moral dari negaranya dan aib yang
dilakukan terhadap Allahnya) - hal 464.
Karena itu pada waktu dipanggil, ia
langsung mau. Ada banyak orang yang prihatin dengan keadaan kekristenan di
Indonesia, tetapi tidak mau melayani. Ini prihatin yang omong kosong!
2) Elisa
minta ijin untuk pulang dulu untuk mencium orang tuanya (ay 20b).
Elia menjawab: “Baiklah,
pulang dahulu, dan ingatlah apa yang telah kuperbuat kepadamu” (ay 20c). Ini terjemahan yang salah,
karena kata-kata ‘baiklah’ dan ‘ingatlah’ sebetulnya tidak ada, dan bagian
terakhir dari kalimat ini sebetulnya merupakan kalimat tanya.
KJV: “And he said unto him, Go back again: for what have I done to thee?”
(= Dan ia berkata kepadanya: Kembalilah lagi: karena apa yang telah kulakukan
kepadamu?).
RSV: “And he said to him, ‘Go back again; for what have I done to you?’”
(= Dan ia berkata kepadanya: Kembalilah lagi; karena apa yang telah kulakukan
kepadamu?).
NIV: “‘Go back,’ Elijah replied. ‘What have I done to you?’” (=
Kembalilah, jawab Elia, Apa yang telah kulakukan kepadamu?).
NASB: “And he said to him, ‘Go back again, for what have I done to you?’”
(= Dan ia berkata kepadanya: Kembalilah lagi, karena apa yang telah kulakukan
kepadamu?).
Apa arti dari kata-kata Elia ini? Ada
beberapa penafsiran:
a) Barnes mengatakan bahwa Elia tidak
senang dengan permintaan Elisa ini, dan karena itu memberikan jawaban yang
dingin di sini. Bdk. Luk 9:61-62.
Jadi, kata-kata ini diartikan sebagai
berikut: kembalilah kepada bajakmu, mengapa kamu meninggalkannya? Mengapa
meninggalkan teman-temanmu dan datang kepadaku? Apa yang telah kulakukan
kepadamu yang mengharuskan engkau berkorban seperti itu? Aku tidak melakukan
apa-apa kepadamu, dan karena itu kamu boleh tinggal.
Keberatan: sukar dibayangkan bahwa seseorang
harus mengabaikan orang tuanya sampai pada tingkat seperti itu. Tetapi dalam
Luk 9:61-62 kelihatannya Yesus juga melarang seseorang yang mau mengikutiNya
untuk pamitan dengan keluarganya! Mungkin ini disebabkan karena Ia tahu bahwa
kalau orang itu pamitan, maka keluarganya akan menahan dia, sehingga tidak jadi
mengikutiNya.
b) Pulpit Commentary: “There is not a word of reproof here, ... Indeed, it
would have been strange if there had been. A greater readiness to obey the
prophetic summons, Elisha could not well have showed. ... True, he asks
permission - and why should he not? ... But there is not proof of ‘a divided
heart’ here. If he had begged to be allowed to stay and bury his mother and
father (St. Luke 9:59-61) it might have been otherwise. But he suggests nothing
of the kind. He says: ‘One kiss, one farewell, and then I will follow thee.’” [= Tidak ada
satu katapun yang bersifat menegur / menghardik di sini, ... Dan memang aneh
kalau di sini ada teguran / hardikan. Elisa tidak bisa menunjukkan kesediaan
yang lebih besar untuk mentaati panggilan untuk menjadi nabi itu. ... Memang ia
meminta ijin - dan mengapa tidak? ... Tetapi di sini tidak ada bukti akan
adanya ‘hati yang mendua’. Andaikata ia memohon untuk tinggal dan menguburkan
ibu dan bapanya (Luk 9:59-61) maka itu persoalan lain. Tetapi ia tidak
memberikan kesan seperti itu. Ia berkata: ‘Satu ciuman, satu ucapan perpisahan,
dan lalu aku akan mengikuti engkau.’] - hal 464.
Jadi Pulpit menafsirkan kata-kata Elia
ini sebagai berikut: Kembalilah dan ciumlah mereka, mengapa tidak? Karena apa
yang telah aku lakukan untukmu? Aku hanya memanggilmu untuk mengikuti aku.
Tetapi aku tidak menyuruhmu untuk menyangkal / tak mengakui darah dagingmu
sendiri.
c) Seorang penafsir lain dari Pulpit
Commentary berkata:
“Elijah’s answer seems to disown the exercise of any
undue constraint upon him, and simply leaves him free to choose” (= Jawaban
Elia kelihatannya tidak menggunakan paksaan yang tidak semestinya terhadapnya,
dan hanya membiarkannya bebas memilih) - hal 476.
3) Elisa menunjukkan bahwa ia mau
melepaskan segala sesuatu, yaitu keluarga (ay 21 bdk. Mat 10:37), rumah dan pekerjaannya.
a) Satu hal lagi yang diperdebatkan
adalah: apakah akhirnya Elisa pamitan / mencium orang tuanya atau tidak?
Ay 21 tidak menceritakan hal itu, sehingga ada penafsir yang beranggapan
bahwa ia memang tidak jadi melakukan hal itu. Tetapi ada yang berpendapat bahwa
ia melakukan hal itu, hanya tidak diceritakan oleh Kitab Suci.
b) Reaksi orang tua Elisa.
Kalau diasumsikan bahwa Elisa pamitan kepada
orang tuanya, maka kelihatannya orang tuanya tidak menghalanginya.
Pulpit Commentary: “Elisha’s
parents do not seem to have hindered him. Those parents incur fearful
responsibilities who, under worldly influences, hinder their sons from
responding to a call of God to enter His ministry” (= Orang tua
Elisa tidak kelihatan menghalangi dia. Orang tua yang di bawah pengaruh duniawi
menghalangi anak mereka untuk menanggapi panggilan Allah untuk masuk ke dalam
pelayanan, mendatangkan tanggung jawab yang menakutkan kepada diri mereka
sendiri) - hal 474.
Adam Clarke: “Wo
to those parents who strive, for filthy lucre’s sake, to prevent their sons
from embracing a call to preach Jesus to their perishing countrymen, or to the
heathen, because they see that the life of a true evangelist is a life of
comparative poverty, and they had rather he should gain money than save souls” (= Celakalah
orang tua yang berjuang, demi uang yang kotor, untuk mencegah anak mereka
menerima panggilan untuk memberitakan Yesus kepada orang sebangsa mereka yang
sedang menuju kepada kebinasaan, atau kepada orang kafir, karena mereka melihat
bahwa hidup dari seorang penginjil yang sejati adalah suatu hidup yang relatif
miskin, dan mereka lebih menginginkan bahwa ia mencari / menghasilkan uang dari
pada menyelamatkan jiwa)
- hal 464.
c) Elisa menyembelih lembunya dan
menggunakan bajaknya sebagai kayu api untuk memasak lembu itu (ay 21).
KS Indonesia: ‘bajak lembu’.
KJV: ‘the instruments of the oxen’ (= peralatan lembu).
RSV: ‘the yokes of the oxen’ (= kuk lembu).
NIV: ‘the plowing equipment’ (= peralatan membajak).
NASB: ‘the implements of the oxen’ (= peralatan lembu).
Pulpit Commentary: “it
is much more important to see it in a symbolical act, expressive of Elisha’s
entire renunciation of his secular calling. He would henceforth need them no
longer” (= adalah lebih penting untuk melihatnya sebagai suatu
tindakan simbolis, pernyataan Elisa untuk membuang sepenuhnya panggilan /
pekerjaan duniawinya. Mulai saat ini ia tidak memerlukannya lagi) - hal 465.
Mungkin tindakan Elisa ini seperti
tindakan John Sung yang membuang semua ijazahnya ke laut waktu ia memutuskan
untuk memenuhi panggilan Tuhan untuk melayani Tuhan.
Bandingkan dengan Petrus dkk. yang pada
waktu dipanggil, hanya meninggalkan tetapi tidak menghancurkan peralatan
menangkap ikan (Mat 4:18-22). Karena itu pada waktu Yesus mati, mereka kembali
menjala ikan (Yoh 21:1-dst).
Pulpit Commentary: “He
burns his ships behind him. It would be well for the Church of Christ if her
ministers acted in like manner. The temptation to eke out a scanty income by
trade, especially among missionaries, must be great; but a man cannot be half a
clergyman, and must not be entangled with the affairs of this life. Some of the
Swiss pastors have become hotel-keepers, but if they have been the gainers,
religion has not. Of all masters, religion and business are the two which can
least be served together” (= Ia membakar kapal di belakangnya. Adalah baik bagi
Gereja Kristus jika pelayan-pelayannya bertindak sama. Pencobaan untuk menambah
penghasilan yang hanya sedikit dengan berdagang, khususnya di antara
misionaris, pasti besar; tetapi seseorang tidak bisa menjadi setengah pendeta,
dan tidak boleh terjerat dengan urusan / pekerjaan dari hidup ini. Beberapa
dari pendeta-pendeta Swiss telah menjadi penjaga hotel, tetapi jika mereka
untung, agama tidak. Dari semua tuan, agama dan bisnis adalah dua hal yang
paling tidak bisa dilayani bersama-sama) - hal 470.
Tetapi bandingkan ini dengan Paulus, yang
juga bekerja pada waktu keadaan memaksa (1Kor 9:6 Kis 18:2-3).
d) Elisa menggunakan lembu ini untuk
pesta perpisahan. Pada waktu Lewi / Matius dipanggil, ia juga mengadakan pesta perpisahan (Luk
5:29).
e) Elisa menjadi pelayan Elia.
Ay 21 akhir: ‘menjadi pelayannya’.
2Raja 3:11 (NIV): ‘Elisha son of Shaphat is here. He used
to pour water on the hands of Elijah’ (= Elisa anak Safat ada di sini.
Ia dulunya mencurahkan air ke tangan Elia). Ini menunjukkan pekerjaan yang
rendah, dan ini jelas bukan sesuatu yang mudah bagi Elisa yang tadinya adalah
orang kaya! Tadinya ia mempunyai pelayan, sekarang ia menjadi pelayan!
Hal seperti ini memang sering terjadi:
·
Yosua
mula-mula juga menjadi pelayan Musa (Kel 24:13 Yos 1:1).
·
Samuel
boleh dikatakan menjadi pelayan Eli.
·
Markus /
Yohanes menjadi pembantu Barnabas dan Paulus (Kis 13:5).
Mungkin semua ini dimaksudkan untuk
belajar melayani dan sekaligus melatih kerendahan hati / penyangkalan diri.
Kesimpulan
/ penutup.
Waktu Elisa dipanggil, ia rela mengorbankan segala-galanya, dan
ia pergi melayani Tuhan. Bagaimana dengan saudara? Ingat, jangan ‘mengubur
talenta’ saudara!
-AMIN-
email us at : gkri_exodus@lycos.com