Nabi Elisa
oleh: Pdt. Budi Asali MDiv.
I)
Mujijat penyehatan air (ay 19-22).
1) Ini
terjadi di kota Yerikho.
Kata-kata ‘kota itu’ dalam ay 19 menunjuk pada kota Yerikho yang dibicarakan
dalam ay 18nya.
Kota ini dihancurkan dan dikutuk pada
jaman Yosua (Yos 6:26), tetapi lalu dibangun kembali oleh Hiel pada jaman
Ahab, dengan mengorbankan anak sulung dan anak bungsunya (1Raja 16:34).
Selanjutnya ay 19 mengatakan: ‘Letaknya kota ini baik’.
Kota ini terletak pada suatu dataran
yang luas, yang dilalui sebuah sungai, banyak pohon kormanya [Ul 34:3. RSV: ‘the city of palm trees’ (= kota pohon
palm)] dan pohon aranya (Luk 19:4), bunga-bungaan yang harum dan tumbuh-tumbuhan
lainnya.
2) Problem
di kota Yerikho itu.
Ay 19: ‘airnya tidak baik dan di negeri ini sering ada keguguran
bayi’.
Entah dari mana kata-kata ‘keguguran
bayi’ itu bisa muncul, karena sebetulnya terjemahannya tidak seperti itu.
KJV: ‘the water is naught, and the ground barren’ (= airnya tak
berharga, dan tanahnya tandus / mandul).
RSV/NASB: ‘the water is bad, and the land is unfruitful’ (= airnya
jelek, dan tanahnya tidak berbuah).
NIV: ‘the water is bad and the land is unproductive’ (= airnya
jelek dan tanahnya tidak produktif).
Bdk. Ay 21b: ‘maka tidak akan
terjadi lagi olehnya kematian atau keguguran bayi’.
KJV: ‘there shall not be from thence any more death or barren land’ (=
mulai saat ini tidak akan terjadi lagi kematian atau tanah yang tandus /
mandul).
RSV: ‘henceforth neither death nor miscarriage shall come from it’ (=
mulai saat ini tidak ada kematian atau keguguran yang datang dari air itu). Ini
juga merupakan terjemahan yang salah.
NIV: ‘Never again will it cause death or make the land unproductive’ (=
Tidak akan pernah lagi air ini menyebabkan kematian atau membuat tanahnya tidak
produktif).
NASB: ‘there shall not be from there death or unfruitfulness any longer’
(= dari sana tidak akan ada kematian atau ketidak-berbuahan lagi).
Untuk kedua bagian ini terjemahan
NIV/NASB cukup baik.
Jadi problem kota Yerikho pada saat itu
adalah air yang jelek, yang mengakibatkan tanah yang tandus dan tak berbuah dan
bahkan menyebabkan kematian.
3) Cara
Elisa menyehatkan air di kota Yerikho (ay 20-22).
a)
Elisa
melemparkan garam ke mata air, dan airnya lalu menjadi sehat (ay 20-21).
Garam seharusnya justru merusak air dan tanah. Ia sengaja menggunakan garam
untuk menunjukkan bahwa semua itu merupakan mujijat dari Tuhan. Bandingkan
dengan Yesus yang menyembuhkan mata orang buta dengan tanah dan air liur (Yoh
9:6), padahal sebetulnya orang yang tidak butapun akan ‘menjadi buta’ kalau
matanya diberi tanah.
b)
Dari
ay 22 terlihat bahwa yang dihasilkan bukan hanya manfaat yang bersifat
sementara tetapi manfaat yang menetap.
Keil & Delitzsch: “But
if this miracle was adapted to show to the people the beneficent character of
the prophet’s ministry, the following occurrence was intended to prove to the
despisers of God that the Lord does not allow His servants to be ridiculed with
impunity” (= Tetapi jika mujijat ini disesuaikan untuk menunjukkan
kepada bangsa itu sifat dermawan dari pelayanan sang nabi, kejadian selanjutnya
dimaksudkan untuk membuktikan kepada para pencemooh Allah bahwa Tuhan tidak
membiarkan orang mempermainkan pelayan-pelayanNya tanpa hukuman) - hal 299.
II)
Hukuman bagi pencemooh (ay 23-25).
1) Elisa
meninggalkan Yerikho dan pergi ke kota Betel (ay 23a).
Kota Betel merupakan salah satu pusat
penyembahan anak lembu (1Raja 12:28-33
13:1-32), dan karenanya seorang nabi Tuhan tidak disambut dengan baik di
sini.
Matthew Poole: “Beth-el,
which was the mother city of idolatry, 1Kings 12:28,29; … , where the prophets
planted themselves, that they might bear witness against it, and dissuade the
people from it; though, it seems, they had but small success there” (= Betel, yang
merupakan pusat penyembahan berhala, 1Raja 12:28-29; …, dimana nabi-nabi
menempatkan diri mereka sendiri, supaya mereka bisa memberi kesaksian yang
menentangnya, dan meminta supaya bangsa itu tidak menyembah berhala lagi;
sekalipun kelihatannya mereka hanya mendapatkan sedikit keberhasilan di sana) - hal 719.
2) Muncul
sekelompok ‘anak’ (ay 23b).
Ay 23b menyebutkan ‘anak-anak’.
KJV: ‘little children’ (= anak-anak kecil).
RSV: ‘small boys’ (= anak-anak kecil).
Terjemahan-terjemahan di atas ini
menimbulkan problem bagi banyak orang, karena mereka berpikir bagaimana Elisa,
atau bahkan Tuhan sendiri, bisa begitu kejam terhadap anak-anak kecil (yang
mereka bayangkan berusia 6-7 tahun), sehingga menghukum mereka dengan hukuman
mati. Bukankah anak-anak kecil belum bisa bertanggung jawab terhadap apa yang
mereka lakukan? Untuk itu perlu diketahui bahwa kata Ibraninya, sekalipun bisa
menunjuk kepada ‘anak’ tetapi bisa juga menunjuk kepada ‘pemuda’ atau bahkan
‘orang yang sudah dewasa’.
Pulpit Commentary: “These
were not, as the text might lead us to infer, ‘little children’ of six or seven
years of age, but ‘young lads,’ boys and young men, who had come to the age of
responsibility” (= Mereka ini bukanlah, seperti textnya mengarahkan kita
untuk membuat kesimpulan, ‘anak-anak kecil’ yang berusia 6 atau 7 tahun, tetapi
‘anak-anak muda’, anak-anak laki-laki dan orang-orang muda, yang telah mencapai
usia dimana mereka bisa bertanggung jawab) - hal 40.
Pulpit Commentary: “‘Little
children’ is an unfortunate translation, raising quite a wrong idea of the
tender age of the persons spoken of. … NAARIM KETANAIM would be best translated
‘young lads’ – boys, that is, from twelve to fifteen” (= ‘Anak-anak
kecil’ merupakan terjemahan yang patut disayangkan, menimbulkan gagasan yang
salah tentang usia dari orang yang dibicarakan. … NAARIM KETANAIM terjemahan
terbaiknya adalah ‘anak-anak muda’ – anak-anak laki-laki, yaitu yang berusia
dari 12 sampai 15 tahun)
- hal 23.
Catatan: Kata Ibrani yang dipakai seharusnya
adalah NEARIM KETANNIM, bukan NAARIM KETANAIM.
Tentang
kata-kata NEARIM KETANNIM ini, Adam Clarke mengatakan bahwa:
·
kata
NAAR, yang merupakan bentuk tunggal dari kata NEARIM, bisa menunjuk kepada
anak, orang muda, pelayan, dan bahkan seorang tentara atau orang yang sudah
bisa berperang. Kata ini digunakan untuk menunjuk kepada Ishak dalam
Kej 22:5,12 (perhatikan bahwa Ishak bisa memikul kayu bakar dalam ay 6,
dan ini pasti menunjukkan bahwa ia sudah cukup besar). Kata ini juga digunakan
untuk menunjuk kepada Yusuf pada waktu ia berusia 39 tahun (Kej 41:12), dan
juga digunakan dalam 1Raja 20:14 untuk menunjuk kepada orang yang sudah
bisa perang.
·
Kata
KATON yang merupakan bentuk tunggal dari KETANNIM, berarti ‘muda’ (sebagai
lawan kata dari ‘tua’).
Karena itu, dibandingkan dengan
terjemahan Kitab Suci Indonesia, KJV, RSV, saya lebih memilih terjemahan
NIV/NASB.
NIV: ‘youths’ (= pemuda-pemuda).
NASB: ‘young lads’ (= anak-anak muda).
Selanjutnya kalau kita melihat
ay 24, maka di situ digunakan kata ‘anak’ yang berbeda yaitu YALAD. Tetapi
kata inipun bisa menunjuk kepada anak ataupun pemuda.
Matthew Poole: “Forty
and two children: this Hebrew word signifies not only young children, but those
also who are grown up to maturity, as Gen. 32:22; 34:4; 37:30; Ruth 1:5” (= Empat puluh
dua anak-anak: kata Ibrani ini tidak hanya berarti anak-anak muda, tetapi juga
mereka yang telah bertumbuh menjadi dewasa / matang, seperti Kej 32:22; 34:4;
37:30; Rut 1:5) - hal
719.
Catatan: Kata YALAD ini digunakan dalam:
¨
Kej 32:22
untuk menunjuk kepada anak-anak Yakub. Tetapi agak sukar untuk melihat usia
anak-anak Yakub di sini.
¨
Kej 34:4
(yang dipakai di sini adalah bentuk feminine
/ perempuannya dan diterjemahkan ‘gadis’) untuk menunjuk kepada Dina yang sudah
cukup dewasa.
¨
Kej 37:30
untuk menunjuk kepada Yusuf yang berusia 17 tahun.
¨
Rut 1:5
untuk menunjuk kepada Mahlon dan Kilyon yang sudah menikah.
3) Para
pemuda / remaja itu ‘mencemoohkan’ Elisa (ay 23b).
a) ‘Mencemoohkan’ (ay 23b).
Matthew Poole: “Mocked
him, with great petulancy and vehemency, as the conjugation of the Hebrew verb
signifies; deriding both his person and his ministry, and that from a profane
contempt of the true religion, and a passionate love to that idolatry which
they knew he opposed” (= Mengejek / mencemoohkan dia, dengan kekurang-ajaran
dan semangat yang besar, seperti ditunjukkan oleh penafsiran kata kerja
Ibraninya; mengejek baik dirinya maupun pelayanannya, dan itu ditimbulkan dari
kejijikan yang kotor terhadap agama yang benar, dan dari kasih yang
berkobar-kobar kepada penyembahan berhala yang mereka tahu ditentang olehnya) - hal 719.
b) ‘Naiklah’ (ay 23b).
Ada yang berpendapat bahwa kata
‘naiklah’ berarti ‘naiklah ke surga seperti Elia, supaya kami tidak diganggu
lagi olehmu’.
Matthew Poole: “Go
up; go up into heaven, whither thou pretended that Elijah is gone. Why didst
not thou accompany thy friend and master to heaven? Oh that the same Spirit
would take thee up also, that thou mightest not trouble us nor our Israel, as
Elijah did!” (= Naiklah, naiklah ke surga, kemana engkau menganggap
Elia naik. Mengapa engkau tidak menemani temanmu dan tuanmu ke surga? O, semoga
Roh yang sama akan mengangkatmu juga, supaya engkau tidak mengganggu kami atau
Israel, seperti yang dilakukan oleh Elia!) - hal 719.
c) ‘Botak’.
Keil & Delitzsch: “It
was rather as a natural defect, for Elisha, who lived for fifty years after
this (ch. 13:14), could not have been bald from age at that time” [= Itu lebih
merupakan cacat alamiah, karena Elisa, yang hidup 50 tahun setelah ini (pasal
13:14), tidak mungkin botak karena usia pada saat itu] – hal 299.
Penerapan:
Mengejek seseorang karena bentuk
lahiriahnya adalah sesuatu yang jahat! Misalnya ‘cebol’, ‘kero’, ‘pesek’,
‘pengkor’, dsb.
d) Hati-hati dengan kepandaian
mengejek.
Kalau
kepandaian mengejek ini digunakan dengan benar, bisa berguna, misalnya seperti yang
dilakukan oleh Elia dalam 1Raja 18:27 dan oleh Mikha dalam 1Raja 22:15.
Tetapi kalau digunakan secara salah ini menjadi dosa.
e) Pulpit Commentary: “Their sin was a disrespect towards old age, combined,
perhaps, with disrespect for the prophetical order, to which they may have
known from his dress that Elisha belonged” (= Dosa mereka adalah sikap tidak hormat
kepada orang tua, mungkin dikombinasikan dengan sikap tidak hormat kepada
kedudukan nabi, dan mereka bisa mengetahui bahwa Elisa termasuk golongan nabi
dari pakaiannya) - hal
24.
4) Tindakan
Elisa: mengutuk mereka dalam nama Tuhan (ay 24a).
a) ‘demi
nama Tuhan’.
Matthew Poole: “In
the name of the Lord; not from any carnal or revengeful passion, but by the
motion of God’s Spirit, and by God’s command and commission, as appears by
God’s concurrence with him” (= Dalam nama Tuhan; bukan dari nafsu daging atau balas
dendam, tetapi oleh dorongan Roh Allah, dan oleh perintah dan pemberian
otoritas Allah, seperti terlihat dari persetujuan Allah dengannya) - hal 719.
b) Akibatnya kutukan Elisa ini.
Muncul 2 ekor beruang dari hutan yang mencabik-cabik 42
orang pemuda remaja tersebut (ay 24b).
c) Beberapa komentar tentang peristiwa
ini.
·
Satu
penafsir (Pulpit Commentary, hal 24) mengatakan bahwa dari sudut pandang
kristen, tindakan Elisa ini tidak dapat dibenarkan, karena orang kristen tidak
boleh mengutuk siapapun. Tetapi dalam Perjanjian Lama, kita bisa mengerti bahwa
seorang yang baru menjadi nabi, perlu membela kehormatan / kewibawaan
jabatannya dengan melakukan hal ini. Juga perlu diingat bahwa dalam Perjanjian
Lama ada kasus yang harus dikutuki (bdk. Ul 27:14-26).
Catatan: perlu diingat bahwa dalam
Gal 1:6-9 dan 1Kor 16:22 Rasul Paulus mengutuk orang yang
memberitakan Injil yang berbeda / Injil yang lain dan juga orang yang tidak
mengasihi Tuhan! Jadi, Perjanjian Baru tidak secara mutlak melarang orang
mengutuk!
·
Adam
Clarke: “had it proceeded from a wrong disposition of the
prophet, no miracle would have been wrought in order to gratify it” (= andaikata
itu keluar dari watak / kecondongan yang salah dari sang nabi, tidak akan ada
mujijat yang dibuat untuk memuaskan / memenuhinya) - hal 486.
·
Pulpit
Commentary: “Elisha could not tell what would be the effect of his
curse. It could have no effect at all excepting through the will and by the
action of God. … the punishment, whatever its severity, came from God, not from
the prophet, and we may be sure was just. … A severe example may have been
needed under the circumstances of the time, when a new generation was growing
up in the contempt of God and religion; and the sin of the lads was not a small
one, but indicated that determined bent of the will against good, and
preference of evil, which is often developed early, and generally goes on from
bad to worse” (= Elisa tidak bisa menceritakan apa akibat / hasil dari
kutukannya. Itu bisa tidak berakibat apa-apa kecuali melalui kehendak dan oleh
tindakan Allah. … hukuman itu, betapapun kerasnya, datang dari Allah, bukan
dari sang nabi, dan kita bisa yakin bahwa itu adil / benar. … Contoh yang keras
mungkin dibutuhkan dalam sikon saat itu, dimana suatu generasi yang baru sedang
bertumbuh menjadi dewasa dalam perasaan jijik / menghina terhadap Alah dan
agama; dan dosa dari para pemuda itu bukanlah dosa kecil, tetapi menunjukkan
kehendak yang dibengkokkan untuk menentang kebaikan, dan lebih memilih
kejahatan, yang sering berkembang pada masa muda, dan biasanya menjadi makin
buruk) - hal 24.
d) Bagian ini mengajarkan tanggung
jawab pemuda / remaja.
Pulpit Commentary: “The
whole incident teaches in a very emphatic manner the responsibility of youth” (= Seluruh
kejadian ini mengajar dengan suatu cara yang tegas / menekankan tentang
tanggung jawab dari anak muda) - hal 41.
Pulpit Commentary lalu mengutip
kata-kata Dr. Arnold: “I take this story as teaching us what I think we very
much need to be taught, namely, that the faults of our youth, and those which
are most natural to us at that age, are not considered by God as trifling. …
You may hear grown-up people talk in a laughing manner of the faults which they
committed at school, of their idleness, and their various acts of mischief, and
worse than mischief. And when boys hear this, it naturally makes them think it
really does not matter much whether they behave well or ill - they are just as
likely to be respectable and amiable men hereafter. I would beg those who think
so to attend a little to the story in the text” (= Saya
menganggap bahwa cerita ini mengajar kita apa yang saya pikir sangat perlu
untuk diajarkan, yaitu bahwa kesalahan-kesalahan dari masa muda kita, dan
hal-hal yang paling alamiah bagi kita pada usia itu, tidak dianggap remeh oleh
Allah. … Kamu mungkin mendengar orang-orang dewasa berbicara sambil tertawa
tentang kesalahan-kesalahan yang mereka lakukan di sekolah, tentang kemalasan
mereka, dan bermacam-macam tindakan nakal mereka, dan tindakan yang lebih buruk
dari kenakalan. Dan pada waktu anak-anak mendengar ini, tentu saja itu membuat
mereka berpikir bahwa sebetulnya tidak terlalu jadi soal apakah mereka
berkelakuan baik atau buruk - mereka tetap bisa menjadi orang-orang yang
terhormat dan ramah / menyenangkan nanti. Saya minta supaya mereka yang
berpikir seperti itu memperhatikan cerita dalam text ini) - hal 41.
Penerapan:
·
Orang tua
hendaknya tidak mentertawakan dosa ataupun meremehkan dosa. Bersikaplah serius
terhadap dosa anak-anak saudara, karena Tuhan juga bersikap demikian!
·
Para
pemuda / remaja, janganlah remehkan dosa saudara (seperti ngerpek, dsb) dengan
menganggap bahwa semua pemuda remaja toh juga berbuat begitu.
e) Ini juga merupakan hukuman bagi
orang tua dari para pemuda / remaja tersebut.
Hukuman
bagi para pemuda itu sekaligus merupakan hukuman bagi para orang tua mereka.
Karena mereka tidak mendidik anak-anak mereka dengan
benar, maka mereka harus kehilangan anak-anak mereka.
Penerapan:
Para orang tua
hendaklah sangat serius dalam pendidikan anak-anak!
5) Elisa
lalu pergi ke gunung Karmel, lalu ke Samaria (ay 25).
Berbeda dengan Elia yang hidup
menyendiri, Elisa bergaul dengan orang banyak. Ia tinggal di ibu kota negaranya
yaitu Samaria (5:9 6:32) dan
menjadi penasehat raja (6:9) dan sangat dihormati oleh raja.
Pulpit Commentary: “Unlike
Elijah, he is not a child of the desert, but a man of the city” (= Berbeda
dengan Elia, ia bukanlah anak gurun pasir, tetapi orang kota) - hal 39.
Perbandingan Elia dan Elisa seperti
Yohanes Pembaptis dan Yesus (Mat 11:18-19).
Kesimpulan
/ penutup.
Ada saat dimana Elisa melakukan pelayanan yang bersifat ‘baik
hati’ / ‘menolong’, tetapi juga ada saat dimana ia melakukan tindakan yang
tegas dan keras terhadap orang-orang yang brengsek. Kalau saudara melihat orang
kristen lain melakukan hal seperti itu, jangan terlalu cepat menyalahkannya /
menghakiminya. Orang kristen memang harus seperti itu, dan saudarapun harus
seperti itu.
-AMIN-
email us at : gkri_exodus@lycos.com